Selesai membantu Dara memasak Serena pun bersiap-siap untuk berangkat bekerja, seperti biasanya dirinya harus merawat Fikri. Bocah imut hasil dari kerja sama antara Kinanti dan Adam.Bocah lucu itu kini sudah semakin pintar saja, semakin banyak kosa kata yang keluar dari mulutnya. Belum lagi kelakuannya yang menggemaskan membuat Serena semakin menyayanginya."Kamu berangkat naik mobil baru kamu?" Tanya Dara saat melihat Serena memesan sebuah taxi online."Nggak Ma, soalnya Serena belum memperpanjang SIM. Takutnya ada tilang.""Ya sudah, hati-hati. Langsung pulang kalau sudah jam pulang, Mama di rumah sendiri.""Serena berangkat ya Ma, sebelum magrib nanti udah pulang." Pamit Serena.Bertapa indahnya dunia terasa bila Bayu tiada, wajah Serena bersinar dengan terangnya. Andai saja Bayu pergi dan tak usah kembali, pastinya akan lebih membahagiakan lagi.Bagaimana bisa kini Bayu meminta dirinya, bisa tidak Bayu berpikir jernih dan tenang. Mereka belum lama kenal, belum memiliki kedekata
Setelah Serena pulang Kinanti kembali menemui Adam, dirinya menceritakan apa yang barusan terjadi antara Serena dan Zoya."Mas, keluarkan Zoya dari rumah sakit ini. Kinan, nggak mau ada keributan, lagian dia jahat banget."Adam hanya diam sambil melihat mulut istrinya yang komat-kamit karena menggerutu kesal, dari tadi mulut istrinya itu tidak ada henti-hentinya dalam berbicara mengenai pertengkaran antara Serena dan Zoya."Mas, kamu dengar aku nggak?"Kinanti berpindah berdiri di dekat Adam yang duduk di kursinya, Adam memutar kursinya agar melihat wajah Kinanti."Kamu tahu Mas?""Nggak," Adam mengangkat bahunya dengan santai.Hingga membuat Kinanti berapi-api, apakah dari tadi mulutnya mengoceh tak di dengarkan sama sekali oleh Adam.Sudah panjang kaki lebar, pendek tambah tinggi. Besar dan kecil tapi, Adam masih saja diam santai."Tuan Arrogant, istri mu sedang bicara apa kau mendengarkan dari tadi mulut istri mu ini yang sudah berbusa?!" Dada Kinanti naik turun, matanya menatap ta
"Sudahlah, dari pada aku pusing memikirkan wanita gila itu. Lebih baik, aku berendam. Seharusnya aku sedang santai menikmati bertapa indahnya saat Bayu pergi. Jadi, lebih baik saat ini aku menikmatinya."Serena melepaskan pakaiannya dan melempar dengan asal, segera berjalan menuju kamar mandi dan merendam diri."Ini jauh lebih baik."Di sebrang sana Bayu baru saja selesai rapat, dirinya kembali membuka ponselnya dan melihat rekaman cctv. "Sial, kenapa aku tak memasang cctv di kamar mandi," Bayu benar-benar merutuki kebodohannya sendiri."Kalau pasangan cctv-nya di kamar mandi nanti kelihatan kalau lagi berak bos," ujar Hardan menimpali."Siapa yang menyuruh mu berkomentar, keluar dari kamar ini! Aku butuh istirahat!"Aduh! Hardan pun segera keluar, mungkin lebih baik menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai dari pada terus menjadi sasaran kemarahan atasannya itu.Yang sedang merindukan.Sedangkan Bayu masih saja berpikir keras, bertapa menyesalnya tak memasang cctv di kamar mandi.
Semalaman penuh Serena tak dapat terlelap, hingga pagi ini dirinya masih memikirkan Bayu yang pergi entah kemana sejak kejadian semalam.Sesekali Serena melihat jendela kaca, berharap dari beberapa sepeda motor yang melintas salah satunya adalah Bayu.Tidak.Jam menunjukkan pukul 09:30 sampai saat ini pun Bayu belum juga pulang.Serena pen mengambil ponselnya ingin menghubungi Bayu, sayangnya dirinya tak memiliki nomer ponsel suaminya sendiri.Huuuufff.Serena tak tahu harus melakukan apa, akhirnya ia keluar dari kamar ingin bertanya pada Dara.Mungkin saja Mama mertuanya tersebut tahu kemana perginya Bayu.Segera Serena menuju halaman, di sana Dara sedang nikmati secangkir teh hanga. Berjemur di bawah matahari pagi yang cerah.Namun, masih di ambang pintu utama Serena merasa malu untuk bertanya, akhirnya hanya diam dan mondar-mandir di depan pintu."Kok, mondar-mandir?" Dara ingin masuk, tetapi malah melihat menantunya di depan pintu mondar-mandir seperti setrikaan saja.Serena memai
Lingerie berwarna pink yang di berikan oleh Kinanti kini di pegang Serena, antara bingung harus memakai atau tidak.Jika tidak memakai akankah Bayu mau memaafkannya, sedangkan dirinya ingin meminta maaf pada Bayu.Tak lama kemudian pintu kamar pun terbuka, cepat-cepat Serena memasukan lingerie di tangannya pada almari.Menyimpan asal, yang terpenting Bayu tak melihatnya.Sesaat kemudian Bayu masuk, mengambil pakaian dari almari dan membawanya ke dalam kamar mandi.Tak berselang lama Bayu pun keluar sudah dengan kemeja merah maron berpadu celana hitam, sesaat kemudian Bayu mengambil jas berwarna hitam dan memakainya.Merapikan pakaian, memakai parfum, kemudian kembali berjalan menuju pintu.Serena hanya diam, rasanya sedih sekali tak di anggap ada.Apakah ini yang diinginkan sebenarnya? Ternyata Bayu hanya ingin menghargainya dengan menganggap dirinya ada.Saat seperti ini dirinya malah merasa tak berguna, Bayu pulang dan pergi begitu saja. Sedangkan dirinya seakan di anggap pigura."B
Serena pun terbangun saat pagi hari, melihat ke samping tak ada Bayu di sana. Artinya, Bayu tak pulang semalam.Ada rasa sedih yang terasa, rasa bersalah dan juga rasa takut.Serena mengambil ponselnya dan menghubungi Kinanti, ingin bertanya cara menjadi istri."Halo?" Jawab Kinanti dari sebrang.Wanita itu masih hangat di pelukan suami tercintanya. Tapi, sudah di ganggu oleh sahabat tersayang nya juga.Serena merasa lega saat panggilan telepon diterima. Artinya, bisa mendapatkan tips menjadi istri dari Kinanti yang sudah berpengalaman dalam urusan rumah tangga."Kamu sedang apa, aku ganggu ya?" Tanya Serena.Bangkit dan berjalan ke arah jendela, menggeser gorden agar cahaya matahari pagi masuk ke dalam kamar.Mata Serena melihat sepeda motor Bayu yang terparkir didepan, artinya Bayu pulang pikirnya.Tapi kapan Bayi pulang, mengapa tak masuk ke kamar?"Ganggu lah, aku dan suami sedang memasang tapi, kamu malah menghubungi aku. Jadinya lagi enak banget harus di copot, terpaksa!" Jawab
"Sayang, Serena nelpon kamu terus," seru Adam saat melihat ponsel istrinya terus berdering, kali ini Adam tak berbohong."Paling Mas modus!" Teriak Kinan dari dalam kamar mandi, merasa tersebut hanyalah bualan Adam saja."Ya udah deh, kalau nggak percaya."Adam diam dan tak lagi berteriak memberitahu istrinya."Kemana sih? Dari tadi dihubungi nggak di jawab," Serena menggerutu kesal, padahal dirinya ingin bertanya tentang berapa sendok gula untuk membuat kopi Bayu.Ya sudahlah.Serena pun yang sudah mandi pagi dan memakai dress langsung keluar dari kamar.Bertapa shock melihat Bayu yang ternyata tidur di ruang televisi, tepat berada di depan kamar.Kenapa Bayu memilih tidur di luar? Bukankah dirinya sudah meminta untuk tidur bersama?Apakah Bayu masih marah?Atau tak benar-benar memaafkan dirinya?Ini sakitnya sangat luar biasa.Mungkin juga inilah yang dirasakan oleh Bayu selama ini, rasanya begitu kehilangan harga diri saat tak dihiraukan begini.Baiklah, tak apa ini adalah hukuman
Hay semuanya, Author mau bilang terima kasih pada pembaca setia akhirnya novel ini memang lomba.Untuk itu malam ini author update 4 bab. Mohon jangan komen kasar sebelum kalian baca sampai bab 98. Tolong ya Sayang aku.Semua perawatan sudah dijalani oleh Serena, demi Bayu nanti malam. Kini dirinya merasa lebih segar.Waktu yang terus berjalan, hingga akhirnya menunjukkan pukul 17:30.Serena menepuk jidat, terlalu lama berada di salon hingga membuatnya lupa waktu. Dirinya segera memesan taxi online, sekaligus ingin menanyakan apakah Bayu sudah pulang.Sayangnya Serena tak memiliki nomer ponsel suaminya sendiri."Nanti aku akan meminta nomer ponsel nya, semoga kedepannya kami bisa lebih baik. Ayolah Serena, dia itu laki-laki yang baik."Serena terus berusaha untuk menyemangati diri, membuka hati dan juga tak lagi ribut dengan Bayu seperti dulu.Taxi pun tiba, segera Serena menumpanginya. Saat dalam perjalanan pulang menuju rumah tiba-tiba mogok di tengah jalanan sepi."Pak, kok berhent
Hay semuanya.Semoga kita semua selalu ada dalam lindungan sang pencipta.Saya ucapkan terima kasih kepada semua para pembaca setia saya, dimana kalian sudah mengikuti cerita ini sampai selesai.Sedikit bercerita tentang buku ini.Saya tidak pernah menyangka bahwa novel ini bisa mendapatkan banyak pembaca.Menurut saya pribadi, pembaca sampai 3M itu tidak sedikit dan tidak semua orang bisa mendapatkannya.Di buku ini banyak kekurangannya, mulai dari tulisan dan juga mungkin isi yang kurang berkenan di hati pembaca setia saya ucapkan maaf kepada kalian semua.Namun, saya juga ingin mengatakan bahwa, saya bukan seorang penulis hebat.Saya pun tidak pernah hobi dalam menulis, begitu juga dengan membaca.Kedua hal ini sangat saya hindari sejak dulu.Tetapi, mendadak hati saya tertantang karena pernah membaca novel yang menurut saya tidak masuk akal.Hingga saya pun memutuskan untuk menuliskan sebuah buku.Dari sana saya mulai berpikir bahwa menulis tidak seburuk dan melelahkan seperti yan
Kinanti berdiri di balkon kamarnya, malam terasa semakin dingin. Namun, matanya engan terpejam, bayang-bayang luka penuh dengan nestapa membuatnya kembali pada masa lalu yang sudah lama terkubur dalam.Kejadian itu yang menyeretnya masuk pada kehidupan Adam, keinginan ingin pergi jauh dan melupakan apa yang terlah terjadi justru semua tidak sesuai dengan harapan.Nyatanya, semakin mencoba untuk menjauh, semakin banyak pula rintangan yang dia lalui.Hingga, akhirnya benar-benar tak bisa lepas dari jerat Adam.Semuanya tak sampai dengan baik-baik saja, nyatanya luka berbalut air mata begitu menusuknya hingga seperti tidak tahu lagi harus berbuat apa.Karena, kenyataan terus saja memaksa, meskipun luka yang tertusuk sudah tak mampu lagi untuk di tahan."Sayang."Kehadiran Adam membuat Kinanti pun tersadar dari lamunanya.Lamunan yang membuatnya hanyut dalam masa lalu untuk sejenak saja.Sejenak namun cukup membuat dirinya merasa kembali pada masa lalu itu."Mas, udah pulang?""Udah, dari
Bulir-bulir air mata pun jatuh dari pelupuk mata, Mentari begitu terharu saat dokter mengatakan dirinya tengah berbadan dua.Bahkan kehamilannya sudah memasuki 6 Minggu.Selama ini sering kali merasa tidak nyaman pada bagian perutnya, tapi Mentari memilih tidak perduli.Hingga akhirnya jatuh pingsan saat sedang memeriksa pasiennya.Bertapa dirinya begitu terkejut bercampur bahagia karena mendengarkan hasil pemeriksaan dokter.Di saat beneran bulan yang lalu program kehamilan yang telah di jalaninya gagal, membuat harapannya seakan berakhir pula dengan putus asa."Sayang, kamu baik-baik saja?"Fikri yang baru saja sampai di buat bingung karena melihat tingkah istrinya.Dirinya sengaja meninggalkan rapat karena mengetahui keadaan Mentari yang sempat tidak sadarkan diri."Abang, Tari hamil," Mentari langsung menghambur memeluk suaminya.Rasanya sungguh sangat luar biasa dan membuat bahagia tanpa bisa di tutupi sama sekali.Begitu pun juga dengan Fikri yang begitu terkejut mendengarnya."
"Tidak usah terbebani dengan yang saya katakan, ya sudahlah. Karena, kalian pun sudah menikah dan Mami minta hadiah aja dari kalian. Cepat berikan Mami cucu ya," ujar Zahra.Membuat Sarah terkejut mendengarnya, sungguh tidak pernah terpikirkan sebelumnya tentang semua itu.Bahkan Zahra sendiri yang meminta padanya, Zahra menyadari keterkejutan yang dirasakan oleh Sarah.Tapi Zahra tidak perduli sama sekali, karena menantunya dan juga anaknya harus meminta maaf padanya."Kalian berdua harus berjuang keras untuk cucu, kalau tidak Mami pingsan lagi."Mata Sarah pun melebar mendengarnya, sungguh ini adalah sesuatu yang teramat sangat tidak pernah terlintas di benaknya."Tante, jangan pingsan lagi. Saya akan merasa bersalah nanti," kata Sarah dengan panik."Tante?"Zahra pun bertanya karena kesal Sarah memanggilnya dengan sebutan --Tante--Sarah yang terlalu panik, kini bercampur bingung hanya bisa diam karena tidak mengerti."Mami! Kamu panggil saya, Mami. Seperti suami mu!" Tegas Zahra.
Sarah pun melihat Dava dengan wajah cemas, perasaannya masih saja tidak tenang karena memikirkan keadaan Zahra.Merasa bersalah karena membuat Zahra sampai jatuh pingsan, bahkan kedua tangannya saling meremas.Bertambah lagi keringat dingin yang terus saja membanjiri tubuhnya."Mami, mau ketemu sama kamu."Dava pun memegang tangan Sarah, berniat untuk pergi bersama dengan dirinya menunju kamar kedua orang tuanya.Dimana Zahra sudah menunggu di sana, sungguh Sarah sangat tidak nyaman dengan keadaan yang seperti ini.Rasa bersalah terlalu besar di hatinya, hingga dirinya menjadi demikian."Kenapa?" Dava pun mengurungkan langkah kakinya saat akan melangkah.Karena, Sarah yang hanya tampak diam. Sepertinya tidak ingin untuk ikut dengan dirinya."Pak Dava, aku pulang aja, ya," kata Sarah dengan ragu."Kenapa? Mami, mau bertemu dengan kamu.""Sarah, nggak berani, Pak. Sarah, takut."Dava pun memilih untuk menatap wajah Sarah dengan serius, dirinya mengerti dengan keadaan Sarah saat ini."Kam
"Mami, abis mimpi. Mimpi aneh, dalam mimpinya kamu tiba-tiba pulang bawa istri," Zahra pun memijat kepalanya yang masih terasa pusing.Dirinya melihat Dava yang berdiri tak jauh dari ranjangnya.Seakan wanita itu benar-benar terbangun dari tidur dan juga mimpi buruknya yang cukup menyeramkan itu."Gimana bawa istri? Menikah juga belum, Mami pusing kenapa bisa bermimpi seperti itu? Mungkin, karena terlalu lelah. Mami, butuh istirahat, soalnya mimpinya seperti nyata," Zahra pun mengusap wajahnya hingga beberapa kali.Menenangkan diri setelah terbangun dari hal yang dia anggap adalah sebuah mimpi.Lantas bagaimana dengan Dava setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Zahra?Dava pun berjalan ke arah Zahra, kemudian duduk di sisi ranjang berdekatan dengan sang Mami.Dava ingin berbicara dengan serius, berharap pula tidak lagi pingsan. Bagaimana pun dirinya memang salah, menikah tanpa meminta izin kepada orang tuanya sama sekali. Sangat tidak dibenarkan.Maka dari itu Dava ingin dimaafkan
Sarah mendadak menghentikan langkah kakinya saat berada di depan pintu utama rumah milik kedua orang tua Dava.Membuat Dava pun ikut berhenti melangkah dan melihat Sarah."Ayo masuk.""Pak Dava, Sarah tunggu di luar aja, kali ya."Dava pun bingung mendengar keinginan Sarah, lagi pula tidak mungkin juga dirinya berada di luar bukan?"Kenapa?""Nggak papa, sih, Pak. Cuman, Sarah segan aja.""Segan?" alasan yang konyol menurut Dava, "kita akan menemui Mami, ayo masuk!" tanpa menunggu jawaban dari Sarah, Dava langsung menarik lengan Sarah.Hingga akhirnya Sarah pun harus mengikuti langkah kaki Dava.Sarah terus saja melihat sekitarnya, dirinya memang tidak asing melihat rumah mewah.Karena, rumah Nada juga tidak kalah mewah dari rumah Dava Hanya saja kali ini lain cerita, sebab Dava adalah suaminya.Tentunya ada rasa minder juga tidak nyaman untuk berinteraksi dengan keluarga Dava."Kamu duduk dulu," Dava pun menuntun Sarah untuk duduk di sofa.Tepatnya kini mereka berada di ruang keluar
Dava pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, mencari seseorang yang tak lain adalah istrinya.Pagi tadi wanita itu bersikap aneh, bahkan berangkat ke kampus dengan sangat terburu-buru.Bahkan alasannya karena ada kelas, takut tak diijinkan masuk jika dosennya sudah masuk duluan.Membuat Dava hanya terdiam mendengar penjelasan Sarah.Sehingga kini dirinya benar-benar mencari keberadaan wanita tersebut, sebab dirinya ingin memastikan apakah Sarah sudah sampai di kampus ataupun belum.Sarah kini sudah menjadi istrinya, sehingga tidak ada lagi kata tanya mengapa dan kenapa Dava mencari wanita tersebut.Jika pun tak ada alasan pastinya, tetap saja terbilang wajar.Mengingat status yang sudah memiliki sebuah ikatan yang sakral.Hingga akhirnya Dava pun melihat Sarah yang duduk berdekatan dengan seorang pria, sepertinya wanita itu belum sadar jika posisinya kini adalah istri dari dosennya sendiri."Kamu," Dava pun menunjuk Sarah yang sedang melihatnya juga."Saya, Pak?" tanya Sar
"Lho, kamu nggak sama Dava?" Tanya Nada saat melihat Sarah turun dari sepeda motornya."Nggak, aku buru-buru, aku langsung pergi aja tadi. Soalnya aku ada kelas."Nada pun menatap Sarah dengan penuh tanya, dirinya mungkin memikirkan sesuatu sehingga melakukan itu."Kamu ngapain ngeliatin aku gitu banget?""Terus, kalau kamu pergi duluan. Dia kamu tinggal, kamu bisa langsung masuk kelas?""Iya, aku takut telat."Nada mencubit lengan Sarah cukup kuat, bahkan hingga meringis menahan sakit."Sakit!""Berarti kamu nggak lagi tidur!" kesal Nada."Iya, iyalah. Kita udah di kampus. Jadi, ini nggak mimpi," gerutu Sarah yang tak kalah kesal.Sambil menggosok tangannya yang cukup sakit karena cubitan Nada."Dasar tolol! Dosennya masih di rumah kamu, ngapain kamu buru-buru ke kampus?" akhirnya Nada pun menyadarkan Sarah.Benar saja, seketika itu juga Sarah tersadar dari keanehannya."Oh, iya. Dosennya, Pak Dava, kan?"Sarah pun melihat Nada dengan bingung, karena kini dirinya tahu penyebab Nada