Lingerie berwarna pink yang di berikan oleh Kinanti kini di pegang Serena, antara bingung harus memakai atau tidak.Jika tidak memakai akankah Bayu mau memaafkannya, sedangkan dirinya ingin meminta maaf pada Bayu.Tak lama kemudian pintu kamar pun terbuka, cepat-cepat Serena memasukan lingerie di tangannya pada almari.Menyimpan asal, yang terpenting Bayu tak melihatnya.Sesaat kemudian Bayu masuk, mengambil pakaian dari almari dan membawanya ke dalam kamar mandi.Tak berselang lama Bayu pun keluar sudah dengan kemeja merah maron berpadu celana hitam, sesaat kemudian Bayu mengambil jas berwarna hitam dan memakainya.Merapikan pakaian, memakai parfum, kemudian kembali berjalan menuju pintu.Serena hanya diam, rasanya sedih sekali tak di anggap ada.Apakah ini yang diinginkan sebenarnya? Ternyata Bayu hanya ingin menghargainya dengan menganggap dirinya ada.Saat seperti ini dirinya malah merasa tak berguna, Bayu pulang dan pergi begitu saja. Sedangkan dirinya seakan di anggap pigura."B
Serena pun terbangun saat pagi hari, melihat ke samping tak ada Bayu di sana. Artinya, Bayu tak pulang semalam.Ada rasa sedih yang terasa, rasa bersalah dan juga rasa takut.Serena mengambil ponselnya dan menghubungi Kinanti, ingin bertanya cara menjadi istri."Halo?" Jawab Kinanti dari sebrang.Wanita itu masih hangat di pelukan suami tercintanya. Tapi, sudah di ganggu oleh sahabat tersayang nya juga.Serena merasa lega saat panggilan telepon diterima. Artinya, bisa mendapatkan tips menjadi istri dari Kinanti yang sudah berpengalaman dalam urusan rumah tangga."Kamu sedang apa, aku ganggu ya?" Tanya Serena.Bangkit dan berjalan ke arah jendela, menggeser gorden agar cahaya matahari pagi masuk ke dalam kamar.Mata Serena melihat sepeda motor Bayu yang terparkir didepan, artinya Bayu pulang pikirnya.Tapi kapan Bayi pulang, mengapa tak masuk ke kamar?"Ganggu lah, aku dan suami sedang memasang tapi, kamu malah menghubungi aku. Jadinya lagi enak banget harus di copot, terpaksa!" Jawab
"Sayang, Serena nelpon kamu terus," seru Adam saat melihat ponsel istrinya terus berdering, kali ini Adam tak berbohong."Paling Mas modus!" Teriak Kinan dari dalam kamar mandi, merasa tersebut hanyalah bualan Adam saja."Ya udah deh, kalau nggak percaya."Adam diam dan tak lagi berteriak memberitahu istrinya."Kemana sih? Dari tadi dihubungi nggak di jawab," Serena menggerutu kesal, padahal dirinya ingin bertanya tentang berapa sendok gula untuk membuat kopi Bayu.Ya sudahlah.Serena pun yang sudah mandi pagi dan memakai dress langsung keluar dari kamar.Bertapa shock melihat Bayu yang ternyata tidur di ruang televisi, tepat berada di depan kamar.Kenapa Bayu memilih tidur di luar? Bukankah dirinya sudah meminta untuk tidur bersama?Apakah Bayu masih marah?Atau tak benar-benar memaafkan dirinya?Ini sakitnya sangat luar biasa.Mungkin juga inilah yang dirasakan oleh Bayu selama ini, rasanya begitu kehilangan harga diri saat tak dihiraukan begini.Baiklah, tak apa ini adalah hukuman
Hay semuanya, Author mau bilang terima kasih pada pembaca setia akhirnya novel ini memang lomba.Untuk itu malam ini author update 4 bab. Mohon jangan komen kasar sebelum kalian baca sampai bab 98. Tolong ya Sayang aku.Semua perawatan sudah dijalani oleh Serena, demi Bayu nanti malam. Kini dirinya merasa lebih segar.Waktu yang terus berjalan, hingga akhirnya menunjukkan pukul 17:30.Serena menepuk jidat, terlalu lama berada di salon hingga membuatnya lupa waktu. Dirinya segera memesan taxi online, sekaligus ingin menanyakan apakah Bayu sudah pulang.Sayangnya Serena tak memiliki nomer ponsel suaminya sendiri."Nanti aku akan meminta nomer ponsel nya, semoga kedepannya kami bisa lebih baik. Ayolah Serena, dia itu laki-laki yang baik."Serena terus berusaha untuk menyemangati diri, membuka hati dan juga tak lagi ribut dengan Bayu seperti dulu.Taxi pun tiba, segera Serena menumpanginya. Saat dalam perjalanan pulang menuju rumah tiba-tiba mogok di tengah jalanan sepi."Pak, kok berhent
Sampai di rumah Serena pun berbaring di atas ranjang, sesaat kemudian kelopak matanya bergerak dan melihat sekitarnya.Mengingat kejadian yang baru dialami Serena segera bangkit."Serena, kamu sadar Nak," Mala segera memeluk putrinya.Rasanya Mala begitu terpukul saat mendapatkan kabar tentang Serena yang mengalami peristiwa mengerikan.Sebagai seorang ibu pasti hatinya sangat hancur tanpa sisa."Ma, Serena takut. Zoya jahat Ma, dia bayar orang buat-" Serena menangis dengan keras tak kuasa mengingat peristiwa mengerikan yang baru saja menimpanya..Saat jatuh pingsan Serena kemudian sadar dan dua pria itu berusaha untuk merobek pakaian.Saat meronta-ronta dan ingin melepaskan diri dua preman itu kembali membenturkan kepalanya pada pohon hingga dirinya jatuh pingsan dan benar-benar tak sadarkan diri lagi setelahnya."Ma, Serena takut. Serena udah-" Menangis dengan sekencang-kencangnya mungkin adalah hal yang tepat, Serena sangat trauma atas musibah tersebut."Nggak ada, dia nggak ngapa
Serena terbangun dari tidurnya saat subuh, hingga matanya melihat Bayu yang tidur di sampingnya.Memandangi wajah Bayu begitu lama hingga semakin menyesali kesalahan diri.Dengan perlahan Serena pun bangun, turun dari ranjang begitu hati-hati, memasukan pakaiannya ke dalam koper.Kemudian pergi setelah meninggalkan sebuah kertas berisi goresan pena.Sampai di rumah Mala terkejut melihat kepulangan Serena, awalnya berpikir jika Bayu yang sudah menceraikan anaknya.Tapi tidak!Serena mengatakan dia yang pergi tanpa sepengetahuan Bayu. Karena, malu dan tak berani untuk memperlihatkan wajahnya di depan Bayu lagi.Serena pun menceritakan tentang dirinya yang selama ini terus menolak Bayu yang ingin meminta haknya."Serena salah Ma, ini hukuman buat Serena yang udah nolak Bayu."Serena pun masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan sakit penuh penyesalan yang tak bisa dikatakan.Mala pun hanya bisa diam, menimbang keadaan Serena yang tengah terguncang membuatnya berpikir seribu kali untuk mara
Mata Serena terbuka, badannya menggigil menahan rasa dingin. Suhu tubuhnya begitu panas hingga membuat Bayu begitu cemas.Kinanti yang baru saja sampai langsung memeriksa keadaan Serena, kemudian memberikan obat hingga membuat Serena terlelap."Sebaiknya untuk sementara waktu ini kalian pindah ke kamar tamu saja, kamar ini biar di bersihkan dulu," Mala menatap kamar Serena persis seperti kapal pecah.Beling berserakan dimana-mana, belum lagi gorden yang di tarik paksa hingga membuat jendela kaca tak menggunakan penutup.Meja rias hancur begitu saja.Bayu pun mengangguk setuju, dengan hati-hati dirinya mengangkat tubuh Serena untuk berpindah kamar.Di kamar lainnya tersebut Serena di baringkan dengan hati-hati, hingga tak membuat sang pemilik tubuh terusik dari tidurnya."Bayu, kamu apa in Serena?" Tanya Kinanti.Kinanti yang menarik Bayu pada sudut kamar begitu kesal, mungkinkah Bayu tega melakukan itu saat keadaan Serena sedang terpuruk."Aku terpaksa, aku nggak tega melihat dia sepe
Serena duduk bersebelahan dengan Bayu, bercerita bahwa Zoya adalah wanita jahat yang berada dibalik semua kejadian itu.Bayu memang tak pernah tahu apapun dengan kehidupan Serena, hanya diam dan mendengarkan apapun penjelasan."Bayu, sebenarnya kamu dengar aku nggak sih?"Bayu pun mengangguk, diamnya membuat Serena bingung dan bertanya-tanya apakah sebenarnya yang dipikirkan oleh Bayu.Apa mungkin Bayu masih marah padanya yang suka bersikap sesukanya dalam sekejap saja.Serena benar-benar merasa bersalah sudah sering kali melakukan kesalahan."Iya, kami sedang menyelidikinya. Kamu masih demam?""Enggak, aku udah baikan. Makasih buat semalam," Serena mengingat semalaman Bayu sudah bersusah payah dalam merawatnya."Aku minta maaf," tutur Bayu tanpa menatap wajah Serena."Maaf?" Bertanya dan bingung perihal kesalahan apa yang sudah dilakukan oleh Bayu, "Maaf untuk?""Untuk kemarin siang."Peristiwa itu seakan terkenang kembali, dimana Bayu memaksa Serena untuk bercinta. Padahal saat itu
Hay semuanya.Semoga kita semua selalu ada dalam lindungan sang pencipta.Saya ucapkan terima kasih kepada semua para pembaca setia saya, dimana kalian sudah mengikuti cerita ini sampai selesai.Sedikit bercerita tentang buku ini.Saya tidak pernah menyangka bahwa novel ini bisa mendapatkan banyak pembaca.Menurut saya pribadi, pembaca sampai 3M itu tidak sedikit dan tidak semua orang bisa mendapatkannya.Di buku ini banyak kekurangannya, mulai dari tulisan dan juga mungkin isi yang kurang berkenan di hati pembaca setia saya ucapkan maaf kepada kalian semua.Namun, saya juga ingin mengatakan bahwa, saya bukan seorang penulis hebat.Saya pun tidak pernah hobi dalam menulis, begitu juga dengan membaca.Kedua hal ini sangat saya hindari sejak dulu.Tetapi, mendadak hati saya tertantang karena pernah membaca novel yang menurut saya tidak masuk akal.Hingga saya pun memutuskan untuk menuliskan sebuah buku.Dari sana saya mulai berpikir bahwa menulis tidak seburuk dan melelahkan seperti yan
Kinanti berdiri di balkon kamarnya, malam terasa semakin dingin. Namun, matanya engan terpejam, bayang-bayang luka penuh dengan nestapa membuatnya kembali pada masa lalu yang sudah lama terkubur dalam.Kejadian itu yang menyeretnya masuk pada kehidupan Adam, keinginan ingin pergi jauh dan melupakan apa yang terlah terjadi justru semua tidak sesuai dengan harapan.Nyatanya, semakin mencoba untuk menjauh, semakin banyak pula rintangan yang dia lalui.Hingga, akhirnya benar-benar tak bisa lepas dari jerat Adam.Semuanya tak sampai dengan baik-baik saja, nyatanya luka berbalut air mata begitu menusuknya hingga seperti tidak tahu lagi harus berbuat apa.Karena, kenyataan terus saja memaksa, meskipun luka yang tertusuk sudah tak mampu lagi untuk di tahan."Sayang."Kehadiran Adam membuat Kinanti pun tersadar dari lamunanya.Lamunan yang membuatnya hanyut dalam masa lalu untuk sejenak saja.Sejenak namun cukup membuat dirinya merasa kembali pada masa lalu itu."Mas, udah pulang?""Udah, dari
Bulir-bulir air mata pun jatuh dari pelupuk mata, Mentari begitu terharu saat dokter mengatakan dirinya tengah berbadan dua.Bahkan kehamilannya sudah memasuki 6 Minggu.Selama ini sering kali merasa tidak nyaman pada bagian perutnya, tapi Mentari memilih tidak perduli.Hingga akhirnya jatuh pingsan saat sedang memeriksa pasiennya.Bertapa dirinya begitu terkejut bercampur bahagia karena mendengarkan hasil pemeriksaan dokter.Di saat beneran bulan yang lalu program kehamilan yang telah di jalaninya gagal, membuat harapannya seakan berakhir pula dengan putus asa."Sayang, kamu baik-baik saja?"Fikri yang baru saja sampai di buat bingung karena melihat tingkah istrinya.Dirinya sengaja meninggalkan rapat karena mengetahui keadaan Mentari yang sempat tidak sadarkan diri."Abang, Tari hamil," Mentari langsung menghambur memeluk suaminya.Rasanya sungguh sangat luar biasa dan membuat bahagia tanpa bisa di tutupi sama sekali.Begitu pun juga dengan Fikri yang begitu terkejut mendengarnya."
"Tidak usah terbebani dengan yang saya katakan, ya sudahlah. Karena, kalian pun sudah menikah dan Mami minta hadiah aja dari kalian. Cepat berikan Mami cucu ya," ujar Zahra.Membuat Sarah terkejut mendengarnya, sungguh tidak pernah terpikirkan sebelumnya tentang semua itu.Bahkan Zahra sendiri yang meminta padanya, Zahra menyadari keterkejutan yang dirasakan oleh Sarah.Tapi Zahra tidak perduli sama sekali, karena menantunya dan juga anaknya harus meminta maaf padanya."Kalian berdua harus berjuang keras untuk cucu, kalau tidak Mami pingsan lagi."Mata Sarah pun melebar mendengarnya, sungguh ini adalah sesuatu yang teramat sangat tidak pernah terlintas di benaknya."Tante, jangan pingsan lagi. Saya akan merasa bersalah nanti," kata Sarah dengan panik."Tante?"Zahra pun bertanya karena kesal Sarah memanggilnya dengan sebutan --Tante--Sarah yang terlalu panik, kini bercampur bingung hanya bisa diam karena tidak mengerti."Mami! Kamu panggil saya, Mami. Seperti suami mu!" Tegas Zahra.
Sarah pun melihat Dava dengan wajah cemas, perasaannya masih saja tidak tenang karena memikirkan keadaan Zahra.Merasa bersalah karena membuat Zahra sampai jatuh pingsan, bahkan kedua tangannya saling meremas.Bertambah lagi keringat dingin yang terus saja membanjiri tubuhnya."Mami, mau ketemu sama kamu."Dava pun memegang tangan Sarah, berniat untuk pergi bersama dengan dirinya menunju kamar kedua orang tuanya.Dimana Zahra sudah menunggu di sana, sungguh Sarah sangat tidak nyaman dengan keadaan yang seperti ini.Rasa bersalah terlalu besar di hatinya, hingga dirinya menjadi demikian."Kenapa?" Dava pun mengurungkan langkah kakinya saat akan melangkah.Karena, Sarah yang hanya tampak diam. Sepertinya tidak ingin untuk ikut dengan dirinya."Pak Dava, aku pulang aja, ya," kata Sarah dengan ragu."Kenapa? Mami, mau bertemu dengan kamu.""Sarah, nggak berani, Pak. Sarah, takut."Dava pun memilih untuk menatap wajah Sarah dengan serius, dirinya mengerti dengan keadaan Sarah saat ini."Kam
"Mami, abis mimpi. Mimpi aneh, dalam mimpinya kamu tiba-tiba pulang bawa istri," Zahra pun memijat kepalanya yang masih terasa pusing.Dirinya melihat Dava yang berdiri tak jauh dari ranjangnya.Seakan wanita itu benar-benar terbangun dari tidur dan juga mimpi buruknya yang cukup menyeramkan itu."Gimana bawa istri? Menikah juga belum, Mami pusing kenapa bisa bermimpi seperti itu? Mungkin, karena terlalu lelah. Mami, butuh istirahat, soalnya mimpinya seperti nyata," Zahra pun mengusap wajahnya hingga beberapa kali.Menenangkan diri setelah terbangun dari hal yang dia anggap adalah sebuah mimpi.Lantas bagaimana dengan Dava setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Zahra?Dava pun berjalan ke arah Zahra, kemudian duduk di sisi ranjang berdekatan dengan sang Mami.Dava ingin berbicara dengan serius, berharap pula tidak lagi pingsan. Bagaimana pun dirinya memang salah, menikah tanpa meminta izin kepada orang tuanya sama sekali. Sangat tidak dibenarkan.Maka dari itu Dava ingin dimaafkan
Sarah mendadak menghentikan langkah kakinya saat berada di depan pintu utama rumah milik kedua orang tua Dava.Membuat Dava pun ikut berhenti melangkah dan melihat Sarah."Ayo masuk.""Pak Dava, Sarah tunggu di luar aja, kali ya."Dava pun bingung mendengar keinginan Sarah, lagi pula tidak mungkin juga dirinya berada di luar bukan?"Kenapa?""Nggak papa, sih, Pak. Cuman, Sarah segan aja.""Segan?" alasan yang konyol menurut Dava, "kita akan menemui Mami, ayo masuk!" tanpa menunggu jawaban dari Sarah, Dava langsung menarik lengan Sarah.Hingga akhirnya Sarah pun harus mengikuti langkah kaki Dava.Sarah terus saja melihat sekitarnya, dirinya memang tidak asing melihat rumah mewah.Karena, rumah Nada juga tidak kalah mewah dari rumah Dava Hanya saja kali ini lain cerita, sebab Dava adalah suaminya.Tentunya ada rasa minder juga tidak nyaman untuk berinteraksi dengan keluarga Dava."Kamu duduk dulu," Dava pun menuntun Sarah untuk duduk di sofa.Tepatnya kini mereka berada di ruang keluar
Dava pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, mencari seseorang yang tak lain adalah istrinya.Pagi tadi wanita itu bersikap aneh, bahkan berangkat ke kampus dengan sangat terburu-buru.Bahkan alasannya karena ada kelas, takut tak diijinkan masuk jika dosennya sudah masuk duluan.Membuat Dava hanya terdiam mendengar penjelasan Sarah.Sehingga kini dirinya benar-benar mencari keberadaan wanita tersebut, sebab dirinya ingin memastikan apakah Sarah sudah sampai di kampus ataupun belum.Sarah kini sudah menjadi istrinya, sehingga tidak ada lagi kata tanya mengapa dan kenapa Dava mencari wanita tersebut.Jika pun tak ada alasan pastinya, tetap saja terbilang wajar.Mengingat status yang sudah memiliki sebuah ikatan yang sakral.Hingga akhirnya Dava pun melihat Sarah yang duduk berdekatan dengan seorang pria, sepertinya wanita itu belum sadar jika posisinya kini adalah istri dari dosennya sendiri."Kamu," Dava pun menunjuk Sarah yang sedang melihatnya juga."Saya, Pak?" tanya Sar
"Lho, kamu nggak sama Dava?" Tanya Nada saat melihat Sarah turun dari sepeda motornya."Nggak, aku buru-buru, aku langsung pergi aja tadi. Soalnya aku ada kelas."Nada pun menatap Sarah dengan penuh tanya, dirinya mungkin memikirkan sesuatu sehingga melakukan itu."Kamu ngapain ngeliatin aku gitu banget?""Terus, kalau kamu pergi duluan. Dia kamu tinggal, kamu bisa langsung masuk kelas?""Iya, aku takut telat."Nada mencubit lengan Sarah cukup kuat, bahkan hingga meringis menahan sakit."Sakit!""Berarti kamu nggak lagi tidur!" kesal Nada."Iya, iyalah. Kita udah di kampus. Jadi, ini nggak mimpi," gerutu Sarah yang tak kalah kesal.Sambil menggosok tangannya yang cukup sakit karena cubitan Nada."Dasar tolol! Dosennya masih di rumah kamu, ngapain kamu buru-buru ke kampus?" akhirnya Nada pun menyadarkan Sarah.Benar saja, seketika itu juga Sarah tersadar dari keanehannya."Oh, iya. Dosennya, Pak Dava, kan?"Sarah pun melihat Nada dengan bingung, karena kini dirinya tahu penyebab Nada