Serena terbangun dari tidurnya saat subuh, hingga matanya melihat Bayu yang tidur di sampingnya.Memandangi wajah Bayu begitu lama hingga semakin menyesali kesalahan diri.Dengan perlahan Serena pun bangun, turun dari ranjang begitu hati-hati, memasukan pakaiannya ke dalam koper.Kemudian pergi setelah meninggalkan sebuah kertas berisi goresan pena.Sampai di rumah Mala terkejut melihat kepulangan Serena, awalnya berpikir jika Bayu yang sudah menceraikan anaknya.Tapi tidak!Serena mengatakan dia yang pergi tanpa sepengetahuan Bayu. Karena, malu dan tak berani untuk memperlihatkan wajahnya di depan Bayu lagi.Serena pun menceritakan tentang dirinya yang selama ini terus menolak Bayu yang ingin meminta haknya."Serena salah Ma, ini hukuman buat Serena yang udah nolak Bayu."Serena pun masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan sakit penuh penyesalan yang tak bisa dikatakan.Mala pun hanya bisa diam, menimbang keadaan Serena yang tengah terguncang membuatnya berpikir seribu kali untuk mara
Mata Serena terbuka, badannya menggigil menahan rasa dingin. Suhu tubuhnya begitu panas hingga membuat Bayu begitu cemas.Kinanti yang baru saja sampai langsung memeriksa keadaan Serena, kemudian memberikan obat hingga membuat Serena terlelap."Sebaiknya untuk sementara waktu ini kalian pindah ke kamar tamu saja, kamar ini biar di bersihkan dulu," Mala menatap kamar Serena persis seperti kapal pecah.Beling berserakan dimana-mana, belum lagi gorden yang di tarik paksa hingga membuat jendela kaca tak menggunakan penutup.Meja rias hancur begitu saja.Bayu pun mengangguk setuju, dengan hati-hati dirinya mengangkat tubuh Serena untuk berpindah kamar.Di kamar lainnya tersebut Serena di baringkan dengan hati-hati, hingga tak membuat sang pemilik tubuh terusik dari tidurnya."Bayu, kamu apa in Serena?" Tanya Kinanti.Kinanti yang menarik Bayu pada sudut kamar begitu kesal, mungkinkah Bayu tega melakukan itu saat keadaan Serena sedang terpuruk."Aku terpaksa, aku nggak tega melihat dia sepe
Serena duduk bersebelahan dengan Bayu, bercerita bahwa Zoya adalah wanita jahat yang berada dibalik semua kejadian itu.Bayu memang tak pernah tahu apapun dengan kehidupan Serena, hanya diam dan mendengarkan apapun penjelasan."Bayu, sebenarnya kamu dengar aku nggak sih?"Bayu pun mengangguk, diamnya membuat Serena bingung dan bertanya-tanya apakah sebenarnya yang dipikirkan oleh Bayu.Apa mungkin Bayu masih marah padanya yang suka bersikap sesukanya dalam sekejap saja.Serena benar-benar merasa bersalah sudah sering kali melakukan kesalahan."Iya, kami sedang menyelidikinya. Kamu masih demam?""Enggak, aku udah baikan. Makasih buat semalam," Serena mengingat semalaman Bayu sudah bersusah payah dalam merawatnya."Aku minta maaf," tutur Bayu tanpa menatap wajah Serena."Maaf?" Bertanya dan bingung perihal kesalahan apa yang sudah dilakukan oleh Bayu, "Maaf untuk?""Untuk kemarin siang."Peristiwa itu seakan terkenang kembali, dimana Bayu memaksa Serena untuk bercinta. Padahal saat itu
Akhirnya Serena berhasil membantu seorang wanita melahirkan, bayinya begitu cantik dan menggemaskan.Ibunya terlihat bahagia saat melihat wajah bayinya, tak hentinya wanita yang baru menyandang gelar Ibu itu berucap terima kasih pada Serena.Sebuah kebahagiaan juga terukir dari bibir Serena, suatu kebanggaan tersendiri saat dapat berguna bagi orang lain."Mau dikasih nama siapa Bu?" Serena memberikan bayi tersebut pada sang Ibu."Namanya Rindu," jawab sang Ibu dengan bahagianya.Tak hentinya sang Ibu dan Ayahnya menciumi wajah bayi mereka yang baru lahir dengan wajah cantiknya."Bagus sekali, sesuai dengan baby-nya yang imut."Jam menunjukkan pukul 23:30 Serena segera berpamitan pulang mengingat dirinya juga memiliki bayi di rumah.Bayi besar berstatus suami, entahlah Serena tak tahu apakah bayinya itu tengah merajuk saat ini. Mungkin saja begitu, dan semoga juga dirinya di maafkan.Tetapi, sebagai seorang perawat dirinya tak bisa lepas dari pekerjaan, menolong orang lain adalah suatu
Suara ponsel membuat tidur Serena terusik, dengan setengah kesadaran dirinya meraba ponselnya yang tergeletak atas di samping bantal.Dengan rasa malas Serena meletakan di atas telinganya, belum sempat dirinya berbicara sudah terdengar suara dari balik sambungan telepon."Bayu, kamu kapan sampai? Aku udah nungguin kamu, cepat jemput sekarang!"Terdengar suara wanita yang tengah kesal pada Bayu.Seketika Serena menyadari jika dirinya salah menjawab panggilan, ternyata milik Bayu. Dengan jelas Serena melihatnya, kehilangan kantuk dengan begitu saja.Baiklah tampaknya wanita tersebut harus diberikan pelajaran, dirinya sudah memberikan segalanya apa mungkin Bayu hanya menjadikan dirinya sebagai alat pelapisan.Oh tidak bisa.Serena menaikan volume suara ponsel dan mulai meraba tubuh Bayu."Em," Bayu menggeliat merasakan sentuhan tangan Serena pada bagian intinya.Serena tak perduli, hanya saja saat ini wanita yang menghubungi dirinya harus diberikan pelajaran.Saat ini Serena hanya ingin
"Ahahahhaha.......""Bayu diam!""Tapi, aku mau bilang satu hal ke kamu.""Apa?" Serena mengerucutkan bibirnya, kesal sekali sudah bersikap bodoh tanpa berpikir terlebih dahulu."Itu barusan, kamu bisa begitu tahu dari mana? Atau jangan-jangan?" Bayu memicingkan matanya menatap Serena penuh intimidasi."Apaan sih! Bayu!" Serena ingin sekali menangis.Merutuki kebodohan yang sungguh luar biasa bodohnya."Mantap, aku suka. Lagi yuk!""Nggak mau!"Dengan cepat Serena meloncat dari ranjang sebelum Bayu kembali menindihnya, bahkan sampai terjatuh di lantai."Aduh, sakit banget," Serena pun menggosok bokongnya, sakit dan kesal bercampur menjadi satu.Bukan menolong Bayu justru menertawakan."Ketawa aja, dasar suami durhaka?"Bayu pun menghentikan tawanya, dan ingin menarik selimut yang menutupi tubuh polos istrinya.Semakin istrinya kesal semakin membuatnya bahagia, lucu rasanya dua orang anak manusia yang selalu beradu paham kini malah menikah.Rumah tangga yang keduanya jalani pun penuh d
Kinanti tertawa terbahak-bahak mendengar curhatan hati Serena, dari sejak dirinya datang mengunjungi sahabatnya itu hingga kini masih saja mulut Serena bercerita."Puas?!" Ingin sekali mengacak kulit yang mulus itu bahkan meremas wajah Kinanti, "dasar sahabat nggak ada akhlak!" Gerutu Serena."Abisnya kamu lucu," kata Kinanti masih diselingi tawa."Ketawa aja terus, jangan berhenti.""Ahahahhaha........Ya ampun aku kencing," Kinanti sampai kencing di celana karena, terlalu banyak tertawa."Dasar jorok!" Akhirnya tangan Serena benar-benar sampai pada Kinanti, kesal bukan main tentunya."Aku pinjem baju kamu dong.""Ambil di lemari!"Jika Serena hanya mengerucutkan bibirnya maka lain halnya dengan Kinanti, dirinya begitu terhibur melihat wajah Serena yang kesal."Beruntung Bude Neno dan Mama udah pulang kampung pagi tadi, kalau enggak dari kemarin sampai hari ini dan seterusnya aku akan sangat malu. Terutama pada Bude Neno."Serena geleng-geleng kepala mengingat kelakuannya, niat hati
Adam harus keluar kota untuk pekerjaan, sedangkan Kinanti tak bisa ikut. Selain mengingat Fikri yang masih terlalu kecil, kini Kinanti juga sedang mengandung anak kedua.Kandungannya sudah berusia 7 Bulan, Sarah pun tak lagi memberikan ijin bagi menantunya tersebut untuk berpergian jauh.Kinanti pun mengerti, tentu demi kebaikan diri dan anak-anaknya."Mas, jangan nakal ya. Jangan lirik-lirik perempuan di sana. Ini masih di perut juga," Kinanti mengerucutkan bibirnya, menunjuk perutnya yang membuncit.Adam mengelus perut Kinanti, berjongkok agar lebih mudah untuk menciuminya."Karena, kalau Mas main serong nanti Mas berhadapan sama dua orang anak laki-laki Mas sendiri. Jadi hati-hati!""Ayah berangkat kerja dulu, kamu jangan nakal selama Ayah pergi. Kalau pengen ditengok sabar dulu, tunggu sampai Ayah pulang," Adam seakan berbicara pada anaknya.Janin yang masih berusia 7 Bulan itu seakan mengerti, terasa ada gerakan membuat Adam tertawa bahagia."Sayang dia respon," Adam begitu bang