Galaxy berjalan meninggalkan lorong Galeri MoonLight. Di tangannya, ponselnya bergetar, menampilkan beberapa panggilan tak terjawab—kebanyakan dari Rahadi dan sekretarisnya. Galaxy menatap layar sejenak, dan senyum misterius muncul di wajahnya. Setelah beberapa saat, dia mengetuk layar telepon, menghubungi kembali salah satu nomor yang terpampang di sana.
“Gala,” suara penuh kasih Rahadi terdengar begitu panggilan terhubung, “Apakah kamu mengunjungi Galeri MoonLight lagi hari ini?”
MoonLight adalah tempat yang selalu memikat hati Galaxy sejak kecil. Namun, galeri itu sekarang telah berubah drastis. Dulunya hanya sebuah galeri kecil yang hampir tak dikenal, kini MoonLight telah berevolusi menjadi jaringan galeri terkenal di seluruh dunia sejak diakuisisi beberapa tahun lalu. Tidak hanya itu, galeri ini juga menjadi panggung utama bagi para pelukis muda berbakat dari berbagai belahan dunia. Bisnisnya telah meluas, mencakup akuisisi seni kuno
Pagi baru saja dimulai, tetapi Cahaya sudah jatuh cinta dengan kehidupan kampusnya. Ini adalah kehidupan yang sudah lama dia impikan. Setelah makan siang, semua orang kembali ke tempat tidur mereka untuk istirahat sejenak.Cahaya, yang semalam tidur gelisah, berbaring dalam keadaan setengah sadar ketika dia mendengar suara lembut Dara memanggil namanya. “Aya,” suara Dara berbisik lembut, tangannya menyangga kepala saat berbaring miring.“Hm?” Cahaya menoleh, menemukan mata Dara yang terfokus padanya, kepalanya sedikit terangkat dari bantal.“Ada apa?” Cahaya berbaring miring, menatap mata Dara dengan rasa penasaran.“Aku mau pinjam uang,” bisik Dara, suaranya nyaris tak terdengar.Permintaan yang sederhana. Cahaya tidak sedang kesulitan uang. Dia hampir saja menanyakan jumlahnya ketika dia ingat bahwa situasi keuangannya tidak lagi sebebas dulu.“Berapa yang kamu butuhkan?” tanyanya
Setelah kelas siang, Cahaya ikut bergabung dengan teman-temannya untuk makan di restoran kampus.Setelah itu, Dara pergi ke bimbingan, Indira menuju latihan tinju, dan Cempaka dijemput oleh bibinya.Kini, Cahaya sendirian di asrama.Dalam keheningan yang jarang terjadi, Cahaya duduk di meja dan mulai merapikan barang-barangnya. Dia memilah tugas-tugas lama, perlengkapan melukis, riwayat obrolan, log panggilan, kontak telepon, serta koneksi media sosial, termasuk akun yang didaftarkan oleh pemilik tubuh sebelumnya di platform video untuk mendokumentasikan perjalanan melukisnya.Cahaya terdiam sejenak, menatap layar komputer, dan menyadari bahwa ada potensi besar di sini.Melukis adalah bakat yang telah melekat padanya sejak kecil. Sebelum transmigrasi ini, keluarganya sangat terkenal dalam dunia seni dan perhiasan. Kakek dan kakak laki-lakinya menjalankan perusahaan perhiasan kelas dunia, sementara ibunya adalah pelukis terkenal yang set
Cempaka terdiam sejenak sebelum tersenyum penuh arti. "Aku tahu, pasti Galaxy memberi kamu beberapa saran semalam, kan?"Belum sempat Cahaya menjawab, ponselnya berdering, menampilkan nama Galaxy di layar.“Tsk,” Cempaka tersenyum jahil, melangkah ke kamar mandi untuk memberi mereka privasi.“Hallo,” Cahaya menjawab panggilan itu, sedikit bingung. Bukankah mereka baru saja bertemu hari ini?“Ada waktu yang nyaman besok malam?” tanya Galaxy langsung, suaranya terdengar tenang.Cahaya mengerutkan kening. Biasanya, dia pulang ke rumah setelah kelas Jumat sore untuk menghabiskan waktu bersama ayahnya, Karim. “Ada apa? Aku harus pulang besok untuk menemui ayahku.”“Aku akan mengantarmu pulang,” jawab Galaxy santai, “Tapi sebelum itu, aku ingin memperkenalkanmu kepada keluargaku.”Cahaya tertegun, “Tunggu... Apa yang kamu katakan? Bukankah ini terlalu cepat?&rdquo
Setelah kelas Jumat berakhir, Cahaya menerima pesan dari Galaxy. Dengan cepat, dia kembali ke asrama untuk berganti pakaian, lalu mengambil tasnya dan berjalan keluar menuju gerbang sekolah.Saat melangkah keluar, matanya tertuju pada sebuah mobil mewah yang terparkir di dekat kafe, tidak jauh dari gerbang. Mobil baru itu, yang sepertinya diatur oleh Rahadi, menarik perhatian banyak orang. Mereka tidak bisa menahan diri untuk melirik ke arah mobil tersebut saat mereka lewat.Dengan semangat, Cahaya melangkah cepat menuju mobil itu dan masuk dengan cekatan. Dia melemparkan tasnya ke kursi belakang dan berseru dengan antusias, “Mobil ini keren sekali, bahkan lebih keren dari foto-fotonya!”Galaxy, yang duduk di kursi pengemudi, melirik Cahaya dengan senyum santai. “Senang kamu suka,” katanya, suaranya tenang namun penuh arti. “Aku akan memberikannya padamu.”Mata Cahaya melebar karena terkejut mendengar kata-kata Galaxy.
Mobil berhenti dengan mulus di depan rumah besar keluarga Valden. Seorang pria paruh baya berpakaian rapi, yang jelas adalah seorang pelayan senior, langsung menghampiri Galaxy. Dengan sikap hormat namun kaku, dia menyapa, “Tuan Muda.”Galaxy, tanpa banyak basa-basi, melemparkan kunci mobil kepada pelayan itu sebelum beralih ke sisi lain mobil. Dia membuka pintu dengan anggun dan dengan lembut menggenggam tangan Cahaya, membantu gadis itu keluar. Cahaya merasa sedikit gugup, tapi sentuhan Galaxy yang tenang memberikan rasa aman.Pelayan tersebut berdiri di samping dengan ekspresi wajah dingin dan penuh rasa sinis, matanya menelusuri Cahaya dengan penilaian yang tidak terselubung.“Ini Nona Cahaya,” kata Galaxy dengan nada tenang namun penuh makna, menatap tajam ke arah pelayan yang terlihat gelisah di bawah tatapan itu.Pelayan tua tersebut sebenarnya merasa tidak nyaman dengan kehadiran Cahaya, seorang gadis dari latar belak
Di ruang makan yang diterangi cahaya lembut, meja dipenuhi berbagai hidangan lezat, menciptakan suasana hangat dan nyaman. Namun, ketegangan yang terasa di udara tidak dapat diabaikan."Apa yang terjadi tadi?" tanya Rahadi, matanya menyipit, mencoba memahami keributan yang terjadi di luar.Galaxy dengan tenang menarik kursi untuk Cahaya sebelum duduk di sampingnya. “Paman Li menunjukkan ketidakhormatan pada Cahaya, jadi aku memberinya sedikit pelajaran,” jawab Galaxy dengan nada datar.Darel, dengan alis terangkat, menjawab, "Aku belum pernah melihat Paman Li bersikap tidak hormat pada siapa pun."Paman Li, yang merupakan saudara dari pihak ibu Darel, adalah sosok yang dihormati di keluarga Valden. Mendengar ucapan Galaxy, Yuni ibu Darel, yang sedari tadi diam, tersenyum tipis. Dia kemudian menoleh ke arah Cahaya, bertanya dengan nada yang agak menantang, “Kamu Cahaya, ya?”Cahaya mengangguk patuh. “Ya, Tante,” j
'Paman?'Sebuah kesadaran tiba-tiba menyambar Cahaya, seolah kilat menghantam pikirannya. Galaxy memang memiliki seorang paman lagi selain Rahadi, namun dlam buku yang ia baca itu hanya menyebutkannya secara singkat—hanya dalam satu atau dua kalimat yang mudah terlewat. Kini, informasi itu kembali menghantui pikirannya dengan satu kata: "paman."Kegelapan yang menyelimuti hidup Galaxy sebenarnya dimulai ketika pamannya, Skylar Valden, dijebak dan jatuh dari kekuasaan. Kejadian itu terjadi pada musim panas, dengan semua orang di dalam buku mengenakan pakaian berlengan pendek.Apakah kejadian itu belum terjadi? Jka benar belum... Cahaya bisa memanfaatkan ini untuk memastikan bahwa itu tidak terjadi!"Ada apa?" tanya Galaxy ketika Cahaya tiba-tiba terdiam. Dia merapikan rambut Cahaya dengan lembut, seolah ingin menghapus kekhawatirannya. "Tidak enak? Mau aku ambilkan makanan lain?""Saya mau daging kecap," jawab Cahaya, matanya berbinar saat men
Dengan gerakan cepat, Darel menghentakkan sumpitnya ke meja, menciptakan suara "Craack!" yang tajam dan mengejutkan. Wajahnya memerah, penuh dengan emosi yang sulit ditahan. "Aku sudah kenyang!" serunya dengan nada ketus, berdiri dengan tiba-tiba dari kursinya."Duduklah," ujar Rahadi dengan nada tegas, alisnya berkerut dalam ketidakpuasan. "Kakakmu baru saja pulang, mari kita makan bersama dengan baik."Dengan enggan, Darel kembali duduk, tapi tidak tanpa membuat kursinya mengeluarkan bunyi keras, seakan mencerminkan kemarahan yang berkecamuk di dalam dirinya. Yuni, yang duduk di sebelahnya, segera mengikuti contoh Darel. Dengan gerakan cepat, ia meletakkan mangkuk dan sumpitnya, lalu berkata dengan dingin, "Aku ada urusan lain. Kalian lanjutkan makan saja."Tatapan putus asa Rahadi mengekor kepergian Yuni, namun dia tidak berusaha menahannya. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa jika Yuni tetap tinggal, suasana di meja makan ini mungkin akan semakin memburuk.
"Kakakku tidak akan datang," kata Indira sambil tersenyum. "Lagipula, kalau kamu makan makanannya dan minum minumannya, kamu bisa memanfaatkannya sepuasnya, kan? Itu cara terbaik untuk melampiaskan kemarahanmu."Dara tidak begitu mengerti mengapa keputusan Cempaka untuk pergi atau tidak berhubungan dengan kakak Indira, tapi ketika menyangkut makanan gratis, dia mengangkat tangannya tanpa ragu-ragu. "Benar!"Melihat keraguan dan ekspresi Cempaka yang penuh pertimbangan, Dara menyenggol Cahaya dengan halus dan menatapnya penuh arti."Kalau begitu... ayo kita pergi," Cahaya berkompromi setelah merenung sejenak, mengesampingkan prinsip-prinsipnya demi sebuah keharmonisan. Benar saja, Cahaya merasa jauh lebih baik setelah menyetujuinya. Dara menghela nafas lega dan menyenggol Cempaka lagi. "Ayo, ayo, asrama kita tidak bisa hidup tanpamu.""Kamu benar-benar gampang sekali berpindah haluan ya!" Cempaka menunjuk Indira dengan jarinya, lalu menyenggol kepala Cahaya.Dara tidak tahu apa yang t
Milky Way ingin menunggu hingga setelah pameran untuk memajangnya secara resmi.Sebelum menandatangani kontrak, Cahaya telah melakukan riset secara menyeluruh tentang Milky Way Gallery.Milky Way Gallery tidak banyak mengiklankan pelukis. Hal ini menghemat uang mereka dan menciptakan kegembiraan di antara pelanggan mereka, tidak seperti perusahaan lain, yang mengandalkan metode yang berbeda. Pendekatan Milky Way Gallery bahkan lebih unik lagi dalam membina para pelukis bintang.Karena Cahaya memilih untuk bekerja sama, maka secara alami ia mempercayai keputusan pihak lain."Sepertinya akan membutuhkan waktu seminggu untuk menyelesaikan dua lukisan. Apa itu tidak masalah?" tanya Cahaya ragu"Ya, ya," kata Raven dengan antusias. Dia tidak ragu-ragu untuk memujinya, "Nona C benar-benar luar biasa!"Mendengar hal ini, Cahaya tidak bisa menahan tawanya. Milky Way Gallery memiliki cakupan bisnis yang luas, dengan cabang-cabang di seluruh dunia. Galeri ini berkolaborasi dengan banyak pelukis
"Ini," kata Galaxy sambil mengangkat jemarinya untuk menyentuh kancing kemejanya.Cahaya mengerjap, benaknya bertanya-tanya sekarang. Tunggu! Seharusnya dia dan Galaxy tidak seperti ini? Dan juga… bukankah untuk melakukan kegiatan seperti itu… seharusnya mereka berada di kamar tidur, bukan di ruang makan, bukan? Cahaya melirik ke arah meja makan tanpa sadar.Sejujurnya, dia tidak menolak sentuhan Galaxy. Terutama dia belum pernah melihat sosok sempurna seperti Galaxy sebelumnya. Lagipula, di kehidupan sebelumnya, dia terlalu sering sakit-sakitan dan tidak pernah mengalami cinta, jadi tidak ada salahnya untuk menjalaninya di dunia ini.Selain itu, dia dan Galaxy tidak harus jatuh cinta. Dengan cara ini, mereka bisa melewatkan satu langkah dan menyederhanakan banyak hal. Jadi, mengapa tidak melakukannya?Namun, sebelum ia sempat menyelesaikan pikirannya, jemari ramping Galaxy sudah mengencangkan salah satu kancing yang telah ia buka. Kemudian, ia menundukkan kepala untuk menjepit kan
Walaupun banyak terdapat bagian yang berbeda, jika disatukan akan memancarkan kesan klasik dan elegan. Perhiasan ini tidak hanya bagus untuk orang-orang dari segala usia, tetapi juga sangat lembut, yang bisa membuat orang yang memakainya terlihat lebih baik. Gaya perhiasan ini bisa dianggap sebagai yang paling populer dan tak lekang oleh waktu. Bahkan perusahaan perhiasan terbesar di dunia pun memerlukan waktu beberapa tahun untuk menciptakan serangkaian desain seperti ini.Galaxy sedikit mengerutkan kening, dan sejenak, ia bahkan bertanya-tanya apakah Cahaya telah meniru desain orang lain. Faktanya, tidak banyak hal baru yang muncul di dunia desain setiap tahunnya. Berbagai merek sering kali mengambil inspirasi dari satu sama lain.Contoh yang paling jelas adalah tas dan sepatu. Hampir setiap tahun, model yang paling populer dari setiap merek adalah sama. Namun kemudian, ia menepis pemikirannya. Ia tidak tahu mengapa, tapi ia yakin bahwa Cahaya bukanlah tipe orang yang akan melakukan
Melihat itu, tanpa sadar Galaxy menundukkan pandangannya, melirik Cahaya sejenak. Cahaya mengira Galaxy akan mengejeknya seperti yang biasa ia lakukan. Namun, kali ini, senyum perlahan terbentuk di wajah Galaxy. Bahkan sudut mata sipitnya yang biasanya tajam tampak melembut, membuatnya terlihat lebih ramah.“Baiklah,” jawab Galaxy dengan nada suara yang lebih lembut. “Aku akan kembali ke kamar dan memeriksanya nanti.”Cahaya menatap mata Galaxy sejenak, terpesona oleh keindahan mata itu. Di detik berikutnya, Galaxy mengangkat tangannya dan dengan lembut mengacak rambut Cahaya, membuat rambut halusnya berantakan.“Selamat malam,” ucap Galaxy, dengan senyum yang jelas terdengar dari suaranya.Ternyata, Galaxy memang menunggu momen untuk menggoda.Cahaya merasa kesal. Dalam sekejap, semua rasa gugup dan kurang percaya dirinya menghilang, digantikan oleh perasaan marah yang menggelitik.Galaxy ke
Cahaya melangkah masuk ke dalam ruangan dan dengan gerakan lembut menarik sebuah map dokumen tipis dari laci. Saat tangannya menyentuh map itu, ia terhenti sejenak. Sebuah pikiran melintas di benaknya—untuk seseorang yang baru memulai karir di dunia desain perhiasan dan masih minim pengalaman seperti dirinya, apakah kecepatan pengiriman desain ini tidak terlalu cepat?Namun, Cahaya tak ingin membiarkan pikirannya berlama-lama terjebak di situ. Ia sudah mengatakan apa yang perlu dikatakan, dan Galaxy masih menunggu di ambang pintu. Tanpa ragu, Cahaya membuka map, memeriksa desain-desainnya dengan cermat namun cepat, memastikan semua sudah sesuai. Setelah yakin, ia segera keluar dari ruangan.Di luar, Galaxy masih berdiri seperti sebelumnya, bersandar malas pada dinding dengan pandangan tertunduk dan kedua tangan tenggelam di dalam saku jaketnya. Kesannya tak acuh, namun Cahaya tahu lebih baik—di balik sikap dingin itu, ada ketertarikan yang diam-diam.
“Masih ada beberapa hal yang harus dibereskan,” ujar Galaxy, senyum kecil terukir di bibirnya saat melihat Cahaya berseri-seri. “Kami masih negosiasi dengan beberapa produsen besar, tapi Goldesil sudah berhasil menyelesaikan masalah-masalah utama. Tidak lagi seberat sebelumnya.”Galaxy tidak menyadari kapan tepatnya ia mulai berbagi cerita tentang pekerjaannya dengan Cahaya tanpa berpikir panjang. Dulu, hal semacam ini jarang sekali ia lakukan, apalagi terkait hal-hal serius seperti ini. Namun, entah kenapa, sekarang terasa lebih mudah.Dua puluh tahun lalu, Gala Sky mengalami perkembangan pesat di bawah kepemimpinan ibunya, Wulan. Dengan visi strategisnya, Wulan mendirikan beberapa pabrik yang sangat profesional, menjadikan Gala Sky sebagai raksasa di industrinya. Di dalam pabrik-pabrik besar itu, pekerjaan tak pernah habis, namun mereka tak pernah perlu khawatir soal masa depan bisnis. Tidak ada cerita soal barang yang dikembalikan atau biaya
Seperti magnet, perhatian Cempaka dan Dara langsung beralih ke dendeng sapi itu. Tanpa berpikir panjang, mereka masing-masing mengambil satu bungkus, sejenak melupakan soal idola dan rencana besar. Hanya kelezatan dendeng di tangan mereka yang kini memenuhi pikiran."Ini baru teman sejati," Cempaka bergumam sambil membuka bungkus dendengnya, sedangkan Dara hanya tersenyum penuh arti, tahu bahwa dalam momen ini, dendeng sapi bisa menyelesaikan masalah lebih cepat dari siapapun.Setelah Galaxy kembali ke kota, Cahaya berhasil menandatangani dua kontrak endorsement baru, dan keduanya meledak di pasaran dengan angka penjualan yang fantastis. Cahaya selalu selektif dalam memilih produk yang ia endorse, memastikan kualitasnya terjamin dan harganya masuk akal. Reputasinya yang baik membuat banyak perusahaan berlomba untuk bekerja sama dengannya. Kini, antrean merek-merek yang ingin berkolaborasi dengannya semakin panjang. Mereka rela menunggu giliran, mengingat populari
Walaupun Cahaya tidak pernah secara langsung menanyakan tentang pekerjaan Galaxy, dia sudah cukup paham situasinya. Akhir-akhir ini, entah karena Galaxy mulai merasa lebih nyaman dengannya atau mungkin karena kehadiran Cahaya membuatnya sedikit lengah, Galaxy tidak lagi bersikap sesegera dulu. Cahaya tahu apa yang sedang terjadi, setidaknya gambaran besar dari perubahan besar yang tengah berlangsung.Galaxy baru kembali dari luar negeri dan, tanpa membuang waktu, langsung melakukan reformasi besar-besaran di dalam perusahaan. Mulai dari jajaran manajemen hingga pabrik-pabrik rekanan, semua terkena dampak dari langkah-langkah drastis yang dia terapkan. Departemen keuangan yang memiliki ikatan kuat dengan Sanjaya, tidak lepas dari perhatiannya. Dalam satu hari saja, Galaxy membuat keputusan besar yang menggemparkan, termasuk tindakan tegas terhadap Sanjaya.Rahadi, sang pemilik Gala Sky, awalnya dengan tenang menyerahkan kendali perusahaan kepada Galaxy. Namun, Sanjaya,