“Oh~~” seru Cempaka dan Dara serentak, penuh rasa ingin tahu.
Terutama Dara, yang matanya berkilat dengan kekaguman. “Wah, bukankah si brengsek itu sudah bertunangan? Kalau kamu menikahi saudaranya, si brengsek itu harus menundukkan kepala dan memanggilmu kakak ipar saat bertemu nanti.” Semangat Dara semakin menyala dengan setiap kata yang diucapkannya. “Kamu benar-benar luar biasa! Mengambil alih pertunangan si brengsek itu dan menikahi saudaranya? Itu strategi tingkat dewa! Kamu jenderal sejati di Asrama kita, kejam dan cerdik.”
Cahaya tersentuh oleh pujian Dara, dan untuk sejenak, ia merasa enggan mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya. “Galaxy baik, dia lebih bisa diandalkan daripada Darel,” Cempaka menimpali dengan tenang. “Dan Rahadi mencintainya. Meskipun dia tidak tertarik dengan bisnis keluarga, latar belakangnya membuatnya sulit menanggung banyak penderitaan.”
Selesai berkata, Indira yang ten
Galaxy berjalan meninggalkan lorong Galeri MoonLight. Di tangannya, ponselnya bergetar, menampilkan beberapa panggilan tak terjawab—kebanyakan dari Rahadi dan sekretarisnya. Galaxy menatap layar sejenak, dan senyum misterius muncul di wajahnya. Setelah beberapa saat, dia mengetuk layar telepon, menghubungi kembali salah satu nomor yang terpampang di sana.“Gala,” suara penuh kasih Rahadi terdengar begitu panggilan terhubung, “Apakah kamu mengunjungi Galeri MoonLight lagi hari ini?”MoonLight adalah tempat yang selalu memikat hati Galaxy sejak kecil. Namun, galeri itu sekarang telah berubah drastis. Dulunya hanya sebuah galeri kecil yang hampir tak dikenal, kini MoonLight telah berevolusi menjadi jaringan galeri terkenal di seluruh dunia sejak diakuisisi beberapa tahun lalu. Tidak hanya itu, galeri ini juga menjadi panggung utama bagi para pelukis muda berbakat dari berbagai belahan dunia. Bisnisnya telah meluas, mencakup akuisisi seni kuno
Pagi baru saja dimulai, tetapi Cahaya sudah jatuh cinta dengan kehidupan kampusnya. Ini adalah kehidupan yang sudah lama dia impikan. Setelah makan siang, semua orang kembali ke tempat tidur mereka untuk istirahat sejenak.Cahaya, yang semalam tidur gelisah, berbaring dalam keadaan setengah sadar ketika dia mendengar suara lembut Dara memanggil namanya. “Aya,” suara Dara berbisik lembut, tangannya menyangga kepala saat berbaring miring.“Hm?” Cahaya menoleh, menemukan mata Dara yang terfokus padanya, kepalanya sedikit terangkat dari bantal.“Ada apa?” Cahaya berbaring miring, menatap mata Dara dengan rasa penasaran.“Aku mau pinjam uang,” bisik Dara, suaranya nyaris tak terdengar.Permintaan yang sederhana. Cahaya tidak sedang kesulitan uang. Dia hampir saja menanyakan jumlahnya ketika dia ingat bahwa situasi keuangannya tidak lagi sebebas dulu.“Berapa yang kamu butuhkan?” tanyanya
Setelah kelas siang, Cahaya ikut bergabung dengan teman-temannya untuk makan di restoran kampus.Setelah itu, Dara pergi ke bimbingan, Indira menuju latihan tinju, dan Cempaka dijemput oleh bibinya.Kini, Cahaya sendirian di asrama.Dalam keheningan yang jarang terjadi, Cahaya duduk di meja dan mulai merapikan barang-barangnya. Dia memilah tugas-tugas lama, perlengkapan melukis, riwayat obrolan, log panggilan, kontak telepon, serta koneksi media sosial, termasuk akun yang didaftarkan oleh pemilik tubuh sebelumnya di platform video untuk mendokumentasikan perjalanan melukisnya.Cahaya terdiam sejenak, menatap layar komputer, dan menyadari bahwa ada potensi besar di sini.Melukis adalah bakat yang telah melekat padanya sejak kecil. Sebelum transmigrasi ini, keluarganya sangat terkenal dalam dunia seni dan perhiasan. Kakek dan kakak laki-lakinya menjalankan perusahaan perhiasan kelas dunia, sementara ibunya adalah pelukis terkenal yang set
Cempaka terdiam sejenak sebelum tersenyum penuh arti. "Aku tahu, pasti Galaxy memberi kamu beberapa saran semalam, kan?"Belum sempat Cahaya menjawab, ponselnya berdering, menampilkan nama Galaxy di layar.“Tsk,” Cempaka tersenyum jahil, melangkah ke kamar mandi untuk memberi mereka privasi.“Hallo,” Cahaya menjawab panggilan itu, sedikit bingung. Bukankah mereka baru saja bertemu hari ini?“Ada waktu yang nyaman besok malam?” tanya Galaxy langsung, suaranya terdengar tenang.Cahaya mengerutkan kening. Biasanya, dia pulang ke rumah setelah kelas Jumat sore untuk menghabiskan waktu bersama ayahnya, Karim. “Ada apa? Aku harus pulang besok untuk menemui ayahku.”“Aku akan mengantarmu pulang,” jawab Galaxy santai, “Tapi sebelum itu, aku ingin memperkenalkanmu kepada keluargaku.”Cahaya tertegun, “Tunggu... Apa yang kamu katakan? Bukankah ini terlalu cepat?&rdquo
Setelah kelas Jumat berakhir, Cahaya menerima pesan dari Galaxy. Dengan cepat, dia kembali ke asrama untuk berganti pakaian, lalu mengambil tasnya dan berjalan keluar menuju gerbang sekolah.Saat melangkah keluar, matanya tertuju pada sebuah mobil mewah yang terparkir di dekat kafe, tidak jauh dari gerbang. Mobil baru itu, yang sepertinya diatur oleh Rahadi, menarik perhatian banyak orang. Mereka tidak bisa menahan diri untuk melirik ke arah mobil tersebut saat mereka lewat.Dengan semangat, Cahaya melangkah cepat menuju mobil itu dan masuk dengan cekatan. Dia melemparkan tasnya ke kursi belakang dan berseru dengan antusias, “Mobil ini keren sekali, bahkan lebih keren dari foto-fotonya!”Galaxy, yang duduk di kursi pengemudi, melirik Cahaya dengan senyum santai. “Senang kamu suka,” katanya, suaranya tenang namun penuh arti. “Aku akan memberikannya padamu.”Mata Cahaya melebar karena terkejut mendengar kata-kata Galaxy.
Mobil berhenti dengan mulus di depan rumah besar keluarga Valden. Seorang pria paruh baya berpakaian rapi, yang jelas adalah seorang pelayan senior, langsung menghampiri Galaxy. Dengan sikap hormat namun kaku, dia menyapa, “Tuan Muda.”Galaxy, tanpa banyak basa-basi, melemparkan kunci mobil kepada pelayan itu sebelum beralih ke sisi lain mobil. Dia membuka pintu dengan anggun dan dengan lembut menggenggam tangan Cahaya, membantu gadis itu keluar. Cahaya merasa sedikit gugup, tapi sentuhan Galaxy yang tenang memberikan rasa aman.Pelayan tersebut berdiri di samping dengan ekspresi wajah dingin dan penuh rasa sinis, matanya menelusuri Cahaya dengan penilaian yang tidak terselubung.“Ini Nona Cahaya,” kata Galaxy dengan nada tenang namun penuh makna, menatap tajam ke arah pelayan yang terlihat gelisah di bawah tatapan itu.Pelayan tua tersebut sebenarnya merasa tidak nyaman dengan kehadiran Cahaya, seorang gadis dari latar belak
Di ruang makan yang diterangi cahaya lembut, meja dipenuhi berbagai hidangan lezat, menciptakan suasana hangat dan nyaman. Namun, ketegangan yang terasa di udara tidak dapat diabaikan."Apa yang terjadi tadi?" tanya Rahadi, matanya menyipit, mencoba memahami keributan yang terjadi di luar.Galaxy dengan tenang menarik kursi untuk Cahaya sebelum duduk di sampingnya. “Paman Li menunjukkan ketidakhormatan pada Cahaya, jadi aku memberinya sedikit pelajaran,” jawab Galaxy dengan nada datar.Darel, dengan alis terangkat, menjawab, "Aku belum pernah melihat Paman Li bersikap tidak hormat pada siapa pun."Paman Li, yang merupakan saudara dari pihak ibu Darel, adalah sosok yang dihormati di keluarga Valden. Mendengar ucapan Galaxy, Yuni ibu Darel, yang sedari tadi diam, tersenyum tipis. Dia kemudian menoleh ke arah Cahaya, bertanya dengan nada yang agak menantang, “Kamu Cahaya, ya?”Cahaya mengangguk patuh. “Ya, Tante,” j
'Paman?'Sebuah kesadaran tiba-tiba menyambar Cahaya, seolah kilat menghantam pikirannya. Galaxy memang memiliki seorang paman lagi selain Rahadi, namun dlam buku yang ia baca itu hanya menyebutkannya secara singkat—hanya dalam satu atau dua kalimat yang mudah terlewat. Kini, informasi itu kembali menghantui pikirannya dengan satu kata: "paman."Kegelapan yang menyelimuti hidup Galaxy sebenarnya dimulai ketika pamannya, Skylar Valden, dijebak dan jatuh dari kekuasaan. Kejadian itu terjadi pada musim panas, dengan semua orang di dalam buku mengenakan pakaian berlengan pendek.Apakah kejadian itu belum terjadi? Jka benar belum... Cahaya bisa memanfaatkan ini untuk memastikan bahwa itu tidak terjadi!"Ada apa?" tanya Galaxy ketika Cahaya tiba-tiba terdiam. Dia merapikan rambut Cahaya dengan lembut, seolah ingin menghapus kekhawatirannya. "Tidak enak? Mau aku ambilkan makanan lain?""Saya mau daging kecap," jawab Cahaya, matanya berbinar saat men