Charlene masih sibuk memikirkan ucapan Lee ketika mereka tiba di kantor. Ia bahkan tidak mendengar Rebecca yang menyapa Lee karena separuh nyawanya entah berada di mana."Selamat pagi, Tuan Montana." Lee mengangguk singkat. "Nona Frost sudah menunggu Anda di dalam," lanjut Rebecca."Terima kasih, Nona Roberts"Pria itu berlalu dari hadapan Rebecca dengan diekori oleh Charlene yang pikirannya entah melayang ke mana. Rebecca yang melihat Charlene, hanya menatap rekan kantornya itu dengan pandangan bingung. Namun, ia juga tidak berniat mengganggu Charlene.Sementara itu, Lee telah memasuki ruang kerjanya. Hal pertama yang pria itu lihat adalah sosok seorang wanita cantik. Tampak Winter langsung berdiri dari sofa yang didudukinya lengkap dengan senyum yang terulas di wajah wanita itu.Pada saat ini, Charlene masih belum menyadari kehadiran Winter. "Selamat pagi, Lee," sapa Winter dengan suaranya yang terdengar lembut. Lee melintasi ruangan sembari berkata," Selamat pagi, Winter." Pa
Charlene melirik ke arah Lee, kemudian kembali menatap Winter. "Kenapa kau terlihat kaget seperti itu?" tanya Winter. "Apa kau juga tidak percaya dengan apa yang aku katakan barusan?" Charlene menggeleng."Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja, kenapa aku harus tahu mengenai hal ini? Memangnya apa hubungannya denganku?" Winter kembali menyunggingkan senyum."Jelas ada hubungannya denganmu. Lee bilang kalau kalian akan menikah, tetapi kau tidak percaya padanya bahwa kami tidak berkencan," jelas Winter, to the point. Charlene kembali melirik Lee. Andaikan tidak ada Winter di sana, ia pasti akan kembali bertengkar dengan bosnya karena telah melibatkan Winter ke dalam masalah mereka."Bukan begitu. Aku bukan tidak percaya," kilah Charlene.Winter mengamati wajah Charlene. Ia merasa melihat keraguan di sana. Selain itu, ada satu hal lain yang juga ia lihat dan berhasil menarik perhatiannya. "Apa kau membuatnya menangis karena masalah ini?" selidik Winter yang ditujukan pada Lee. Charl
*Flashback on* Lee turun ke lantai bawah Universe Hotel and Apartments dan segera memasuki mobilnya setelah berpesan pada Charlene kalau gadis itu boleh keluar dari penthouse hanya atas seizin dirinya atau pada kondisi darurat saja. Tatapan Lee lantas tertuju pada sebuket bunga matahari yang tergeletak di samping kursi yang didudukinya. Well, Lee baru tahu kalau wanita yang akan berkencan dengannya malam ini, menyukai bunga matahari.Pria itu lantas tersenyum samar. Ia memang hanya melihat sekilas profil wanita itu. Winter Frost, seorang pebisnis wanita yang sukses.Sungguh menarik. Hal itulah yang membuat Lee tanpa berpikir panjang langsung menelepon Charlene dan meminta gadis itu untuk menyiapkan bunga kesukaan Winter. Lee tidak akan membiarkan kencan malam ini gagal.Ia harus bisa merebut hati Winter Frost dan jelas kesan pertama merupakan hal yang sangat penting. "Kita berangkat sekarang, Tuan?" tanya Marvin yang berada di balik kemudi. "Iya, kita berangkat sekarang." "Apa
Lee mengulas senyum tipis. "Ada satu hal yang perlu kau ketahui, kalau kencan ini diatur oleh asistenku," ujar Lee. Winter menatap Lee beberapa saat. Dari ucapan Lee, ia bisa menduga jika pria itu akan menolaknya. Tentunya Lee akan mengatakan hal itu secara halus. "Kenapa tidak kau katakan secara langsung saja, kalau kau tidak tertarik dengan wanita yang memiliki lima orang anak?" tembak Winter.Lee kembali tersenyum dengan ekspresi tenang. Wanita di hadapannya ini memang benar-benar tidak suka membuang waktu. "Biar aku selesaikan dulu perkataanku." Winter kali ini tidak menyela. Ia memberi kesempatan pada Lee, seperti yang pria itu minta. "Kau wanita yang menarik. Tetapi sebelum aku mengetahui bahwa kau memiliki lima orang anak, aku memang tidak berniat untuk menjalin hubungan asmara denganmu," aku Lee. Winter tertegun mendengar pengakuan Lee, tetapi detiknya berikutnya ia tampak tersenyum jenaka bercampur lega. Lee menatap wanita itu dengan perasaan bercampur heran. Ia pik
Charlene tertegun setelah mendengar cerita Winter."Jadi ... malam itu, kalian tidak tidur bersama?"Charlene masih sulit untuk mempercayai apa yang Winter katakan. Namun, Winter sama sekali tidak merasa tersinggung. Wanita itu menggeleng sembari melempar senyumannya ke arah Charlene. "Tidak.""Tetapi keesokan harinya Anda datang ke sini dan aku jelas mendengar pembicaraan Anda dengan Tuan Montana kalau kalian ingin melanjutkan apa yang terjadi pada malam sebelumnya."Tawa Winter meluncur dengan bebas dari bibirnya setelah mendengar apa yang Charlene katakan. Butuh beberapa saat bagi Winter untuk bisa meredam tawanya."Iya, tentu saja melanjutkan pembicaraan bisnis kami pada malam sebelumnya," jelas Winter. "Bisnis dalam arti sesungguhnya, bukan seperti apa yang kau pikirkan."Charlene menekuk bibirnya sembari termangu. Ia lantas melempar tatapan penuh pengamatan ke arah Winter. Jelas sekali ia masih belum 100% mempercayai apa yang Winter sampaikan.Charlene masih punya satu amunisi
"Me-menyukaiku?" Itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Bagaimana mungkin Lee menyukainya? Mereka bahkan seperti tokoh kartun tikus dan kucing. "Jadi kau benar-benar tidak tahu?" tanya Winter tidak percaya.Ia pikir Charlene hanya sedang berpura-pura tidak mengerti. Namun, Charlene menggeleng lagi. Gadis itu terlihat benar-benar tidak tahu. "Tidak. Itu tidak mungkin, Nona. Anda tahu, kami selalu bertengkar hampir setiap saat. Itu membuatku tidak tahan," aku Charlene."Mungkin Tuan Montana pun merasakan hal yang sama." Charlene mencoba melihat dari sisi Lee juga.Winter lantas mengangkat telunjuknya mengarah ke atas, kemudian menggerakkannya ke kiri dan ke kanan. "Kau salah besar lagi. Kalau Lee tidak menyukaimu, untuk apa dia akan menikahimu?" "Aku—."Charlene membuka mulutnya untuk menjawab, tetapi ia urung melakukannya kala teringat kalau tidak ada seorang pun yang boleh tahu jika dirinya dan Lee hanya akan menikah kontrak. "Kenapa?" Charlene menggeleng. "Tidak, tidak
Lee jelas tidak puas mendengar jawaban Charlene, padahal ia sudah melibatkan Winter untuk membantunya. Charlene memang memiliki alasan kenapa dirinya menjawab 'mungkin saja'. Namun, ia tidak akan mengatakan apa alasannya pada Lee.Setidaknya untuk saat ini. Tidak mungkin ia menanyakan pada bosnya itu mengenai malam di mana pertama kali Lee berkencan dengan Winter dan pulang dengan noda lipstik yang menempel pada kemeja pria itu, serta beberapa tanda merah di leher. Lee pasti akan menggodanya jika Charlene sampai menanyakan hal tersebut.Well, Charlene memang sangat penasaran. Semakin ia berusaha untuk mengabaikan hal itu, semakin besar pula rasa penasarannya. Winter memang sudah menyarankan padanya agar menanyakan hal itu secara langsung pada Lee."Bisa saja kau menyuruh Nona Frost untuk mengarang cerita," tuding Charlene."Memangnya keuntungan apa yang aku dapatkan dengan menyuruh Winter berbohong?""Agar aku bersedia menikah dengan Anda, sehingga Anda bisa menyelesaikan utang budi k
Lee baru saja keluar dari ruang kerjanya di penthouse. Pria itu bergegas naik ke lantai atas dan langsung menuju kamar Charlene untuk mengingatkan gadis itu agar segera memindahkan pakaiannya ke kamar Lee. Ia menekan bel pintu kamar Charlene selama beberapa kali, tetapi pintu tetap tidak dibuka. "Ke mana dia?" Lee lantas merogoh ponsel dari saku celananya untuk menelepon gadis itu. Samar-samar Lee mendengar nada dering telepon. Ia menajamkan indra pendengarannya. Lee kemudian berjalan menuju ke arah ruang santai. Suara itu terasa semakin dekat hingga akhirnya Lee menemukan telepon genggam Charlene—yang sedang berdering itu—tergeletak di salah satu sudut sofa yang menghadap ke pemandangan perkotaan itu. Lee menjauhkan ponsel miliknya dari telinga tanpa mengakhiri panggilan, lalu memungut ponsel yang berada di atas sofa tersebut. Jelas itu merupakan ponsel Charlene. Telepon genggam tersebut tetap melantunkan nada deringnya dan berada dalam keadaan menyala. Lee melihat nama yang tert