Beranda / Romansa / Istri Eksklusif sang CEO / Bab 86. Kencan Lee dan Winter (Flashback Part 1)

Share

Bab 86. Kencan Lee dan Winter (Flashback Part 1)

Penulis: Lucy Amadeus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
*Flashback on*

Lee turun ke lantai bawah Universe Hotel and Apartments dan segera memasuki mobilnya setelah berpesan pada Charlene kalau gadis itu boleh keluar dari penthouse hanya atas seizin dirinya atau pada kondisi darurat saja. Tatapan Lee lantas tertuju pada sebuket bunga matahari yang tergeletak di samping kursi yang didudukinya. Well, Lee baru tahu kalau wanita yang akan berkencan dengannya malam ini, menyukai bunga matahari.

Pria itu lantas tersenyum samar. Ia memang hanya melihat sekilas profil wanita itu. Winter Frost, seorang pebisnis wanita yang sukses.

Sungguh menarik. Hal itulah yang membuat Lee tanpa berpikir panjang langsung menelepon Charlene dan meminta gadis itu untuk menyiapkan bunga kesukaan Winter. Lee tidak akan membiarkan kencan malam ini gagal.

Ia harus bisa merebut hati Winter Frost dan jelas kesan pertama merupakan hal yang sangat penting.

"Kita berangkat sekarang, Tuan?" tanya Marvin yang berada di balik kemudi.

"Iya, kita berangkat sekarang."

"Apa
Lucy Amadeus

Halo Readers, sekadar info, untuk bab ini, merupakan bagian dari bab 61. Kita Lanjutkan di Kamar, saat Lee berkencan dengan Winter di Mermaid Bay.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 87. Kencan Lee dengan Winter (Flashback Part 2)

    Lee mengulas senyum tipis. "Ada satu hal yang perlu kau ketahui, kalau kencan ini diatur oleh asistenku," ujar Lee. Winter menatap Lee beberapa saat. Dari ucapan Lee, ia bisa menduga jika pria itu akan menolaknya. Tentunya Lee akan mengatakan hal itu secara halus. "Kenapa tidak kau katakan secara langsung saja, kalau kau tidak tertarik dengan wanita yang memiliki lima orang anak?" tembak Winter.Lee kembali tersenyum dengan ekspresi tenang. Wanita di hadapannya ini memang benar-benar tidak suka membuang waktu. "Biar aku selesaikan dulu perkataanku." Winter kali ini tidak menyela. Ia memberi kesempatan pada Lee, seperti yang pria itu minta. "Kau wanita yang menarik. Tetapi sebelum aku mengetahui bahwa kau memiliki lima orang anak, aku memang tidak berniat untuk menjalin hubungan asmara denganmu," aku Lee. Winter tertegun mendengar pengakuan Lee, tetapi detiknya berikutnya ia tampak tersenyum jenaka bercampur lega. Lee menatap wanita itu dengan perasaan bercampur heran. Ia pik

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 88. Bosmu Menyukaimu

    Charlene tertegun setelah mendengar cerita Winter."Jadi ... malam itu, kalian tidak tidur bersama?"Charlene masih sulit untuk mempercayai apa yang Winter katakan. Namun, Winter sama sekali tidak merasa tersinggung. Wanita itu menggeleng sembari melempar senyumannya ke arah Charlene. "Tidak.""Tetapi keesokan harinya Anda datang ke sini dan aku jelas mendengar pembicaraan Anda dengan Tuan Montana kalau kalian ingin melanjutkan apa yang terjadi pada malam sebelumnya."Tawa Winter meluncur dengan bebas dari bibirnya setelah mendengar apa yang Charlene katakan. Butuh beberapa saat bagi Winter untuk bisa meredam tawanya."Iya, tentu saja melanjutkan pembicaraan bisnis kami pada malam sebelumnya," jelas Winter. "Bisnis dalam arti sesungguhnya, bukan seperti apa yang kau pikirkan."Charlene menekuk bibirnya sembari termangu. Ia lantas melempar tatapan penuh pengamatan ke arah Winter. Jelas sekali ia masih belum 100% mempercayai apa yang Winter sampaikan.Charlene masih punya satu amunisi

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 89. Mungkin

    "Me-menyukaiku?" Itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Bagaimana mungkin Lee menyukainya? Mereka bahkan seperti tokoh kartun tikus dan kucing. "Jadi kau benar-benar tidak tahu?" tanya Winter tidak percaya.Ia pikir Charlene hanya sedang berpura-pura tidak mengerti. Namun, Charlene menggeleng lagi. Gadis itu terlihat benar-benar tidak tahu. "Tidak. Itu tidak mungkin, Nona. Anda tahu, kami selalu bertengkar hampir setiap saat. Itu membuatku tidak tahan," aku Charlene."Mungkin Tuan Montana pun merasakan hal yang sama." Charlene mencoba melihat dari sisi Lee juga.Winter lantas mengangkat telunjuknya mengarah ke atas, kemudian menggerakkannya ke kiri dan ke kanan. "Kau salah besar lagi. Kalau Lee tidak menyukaimu, untuk apa dia akan menikahimu?" "Aku—."Charlene membuka mulutnya untuk menjawab, tetapi ia urung melakukannya kala teringat kalau tidak ada seorang pun yang boleh tahu jika dirinya dan Lee hanya akan menikah kontrak. "Kenapa?" Charlene menggeleng. "Tidak, tidak

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 90. Pantas Saja Terasa Familiar

    Lee jelas tidak puas mendengar jawaban Charlene, padahal ia sudah melibatkan Winter untuk membantunya. Charlene memang memiliki alasan kenapa dirinya menjawab 'mungkin saja'. Namun, ia tidak akan mengatakan apa alasannya pada Lee.Setidaknya untuk saat ini. Tidak mungkin ia menanyakan pada bosnya itu mengenai malam di mana pertama kali Lee berkencan dengan Winter dan pulang dengan noda lipstik yang menempel pada kemeja pria itu, serta beberapa tanda merah di leher. Lee pasti akan menggodanya jika Charlene sampai menanyakan hal tersebut.Well, Charlene memang sangat penasaran. Semakin ia berusaha untuk mengabaikan hal itu, semakin besar pula rasa penasarannya. Winter memang sudah menyarankan padanya agar menanyakan hal itu secara langsung pada Lee."Bisa saja kau menyuruh Nona Frost untuk mengarang cerita," tuding Charlene."Memangnya keuntungan apa yang aku dapatkan dengan menyuruh Winter berbohong?""Agar aku bersedia menikah dengan Anda, sehingga Anda bisa menyelesaikan utang budi k

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 91. Mencairkan Es Batu

    Lee baru saja keluar dari ruang kerjanya di penthouse. Pria itu bergegas naik ke lantai atas dan langsung menuju kamar Charlene untuk mengingatkan gadis itu agar segera memindahkan pakaiannya ke kamar Lee. Ia menekan bel pintu kamar Charlene selama beberapa kali, tetapi pintu tetap tidak dibuka. "Ke mana dia?" Lee lantas merogoh ponsel dari saku celananya untuk menelepon gadis itu. Samar-samar Lee mendengar nada dering telepon. Ia menajamkan indra pendengarannya. Lee kemudian berjalan menuju ke arah ruang santai. Suara itu terasa semakin dekat hingga akhirnya Lee menemukan telepon genggam Charlene—yang sedang berdering itu—tergeletak di salah satu sudut sofa yang menghadap ke pemandangan perkotaan itu. Lee menjauhkan ponsel miliknya dari telinga tanpa mengakhiri panggilan, lalu memungut ponsel yang berada di atas sofa tersebut. Jelas itu merupakan ponsel Charlene. Telepon genggam tersebut tetap melantunkan nada deringnya dan berada dalam keadaan menyala. Lee melihat nama yang tert

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 92. Izin Lee

    "Iya. Kau saja yang melakukannya," ulang Lee.Charlene sontak menyuguhkan tawanya karena ia mengira Lee sedang bergurau. "Anda pasti bercanda." Ia memang tidak menganggap serius ucapan Lee. "Sudahlah, sini, kembalikan ponselku. Aku membutuhkannya." Charlene menadahkan tangannya ke hadapan Lee. Ia memang sangat membutuhkan benda tersebut, sebelum ia lupa berbicara pada Christine. Lee menurunkan pandangan ke arah tangan Charlene, lalu mengangkatnya kembali ke wajah gadis itu. "Untuk apa?" tanya Lee. Sama halnya seperti Charlene, terkadang ia juga dibayangi oleh rasa penasaran. "Astaga, Bosku!" Charlene merasa sangat gemas pada sikap bosnya yang membuat pertanyaan mubazir. "Jelas saja untuk menelepon atau mengirim pesan." "Menelepon dan mengirim pesan pada siapa?" buru Lee. Charlene menyipitkan pandangannya. Ia merasa pertanyaan Lee itu terlalu posesif. Namun, rasanya tidak masuk akal jika sikap posesif itu ditujukan untuknya. "Aku rasa itu adalah urusan pribadiku, Tuan Montana.

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 93. Beberapa Tahun yang Lalu

    Pintu lift terbuka dan Charlene menemukan sosok yang telah ia tunggu sejak tadi. Tampak sosok itu tersenyum ke arahnya dan Charlene pun melempar kembali senyuman itu ke arah tamunya. "Tempat ini luar biasa sekali," ujar Christine seraya melangkah menuju ke arah Charlene yang sedang menunggunya di ruangan lift. Christine mengedarkan pandangan ke ruangan tersebut. Meski hanya berisi sedikit perabotan dan pernak pernik seperti tanaman dan patung, tetapi ruangan itu menunjukkan atmosfer kemewahan. "Ayo, kita masuk," ajak Charlene. Christine mengangguk dan sepanjang perjalanan menuju ke ruang tamu, tidak henti-hentinya ia terpukau melihat penthouse Lee. "Silakan duduk. Akan kuambilkan minuman dan kudapan dulu," ucap Charlene. Christine sempat mengangguk sebelum Charlene meninggalkannya sendirian di sana. Ia lantas menyibukkan diri dengan menyapu seisi ruangan tersebut, sembari menunggu Charlene. Tidak berapa lama kemudian Charlene muncul kembali dengan mendorong troli berisi min

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 94. Mitos di Middle of Nowhere

    Ada sebuah mitos yang dipercaya oleh masyarakat di Middle of Nowhere. Konon katanya, jika seseorang mengucapkan sebuah permohonan dan setelah itu terdengar suara petir, maka permohonan tersebut akan terwujud. *Flashback on* Charlene melangkah dengan tergesa-gesa sembari mengeratkan mantel yang ia kenakan. Jika saja ia tidak sedang menggunakan masker wajah karena sedang terserang flu, maka bisa dipastikan kalau udara yang meluncur keluar dari bibirnya akan terlihat seperti asap yang mengepul. Cuaca hari itu memang jauh lebih dingin dari sebelumnya, bahkan salju mulai memenuhi jalanan. Seharusnya tadi ia tidak menolak tawaran Christine yang ingin menjemputnya menuju ke Black Horse Hotel, tempat di mana mereka akan mengikuti seminar kepenulisan hari ini. Namun, Charlene berpikir jika Christine menjemputnya, temannya itu akan menempuh perjalanan yang berlawanan arah. Maka Charlene pun memutuskan untuk ke sana dengan menaiki bus. Resikonya adalah dia harus berjalan di tengah cuaca deng

Bab terbaru

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 112. Memelukku Jauh Lebih Menghangatkan

    Lee membuka pintu kamarnya dan menemukan Charlene berdiri di hadapannya. Gadis itu sedang memeluk laptop dan memegang ponselnya. "Ada apa?" tanya Lee. "Nggg ... tidak. Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menanyakan apakah kau butuh sesuatu," kilah Charlene. Sejujurnya, bukan itu tujuannya menghampiri kamar Lee. Setelah pembicaraan mereka tadi pagi, malam ini ia berpikir untuk tetap tidur di kamar Lee—sesuai permintaan pria itu. Namun, begitu Lee telah berdiri di hadapannya saat ini, ia justru tidak sanggup mengatakan bahwa ia menerima tawaran pria itu dan mulai malam ini ia akan tidur seranjang dengan Lee."Tidak, aku tidak membutuhkan apa-apa," balas Lee.Charlene mengangguk. "Baiklah, kalau begitu, selamat malam." Charlene memutar tubuhnya 90 derajat, berniat kembali ke kamarnya.Namun, tangan Lee bergerak dengan cepat meraih lengan atas gadis itu. Langkah Charlene pun terhenti."Ada apa? Kau teringat jika membutuhkan sesuatu?" Giliran Charlene yang bertanya."Iya.""Kau lapar? in

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 111. Jatuh Cinta

    "A-aku ...." Charlene tidak tahu harus menjawab apa. Ini sangat aneh untuknya.Lee terkadang sangat berbeda. Tidak, bukan berbeda. Sikap pria itu memang agak berubah dan Charlene tidak tahu apa yang menyebabkan pria itu menjadi seperti saat ini. "Kenapa kau ingin aku tidur di sini? Jangan bilang kalau kau jatuh cinta padaku." Antara ingin mencari penjelasan sekaligus mencairkan situasi yang terasa begitu canggung baginya saat ini.Mengenai Lee yang jatuh cinta padanya, jelas tidak mungkin. Charlene tidak memiliki jawabannya. Hanya saja memang mustahil jika Lee jatuh cinta padanya. "Apakah berdosa jika aku jatuh cinta padamu?"Deg!Seketika, keyakinannya tadi goyah setelah mendengar apa yang Lee katakan selanjutnya. Tidak! Tidak!Lee mungkin hanya mengerjainya saja. Pria itu pasti sedang bercanda. Setelah itu, seperti biasanya, Lee pasti akan mengeluarkan kata-kata yang mencemooh atau apa pun itu."Tidak. Kau berdosa jika hanya berniat mengejekku," ucap Charlene."Siapa bilang aku se

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 110. Permintaan Lee

    Charlene ingin menarik dirinya mundur. Namun, Lee mencegahnya dengan mempererat pelukannya. Ya! Posisi mereka saat ini sedang berbaring sambil berpelukan. "Lepas, Lee." Charlene mendorong dada pria itu. "Tidak, sampai kau tenang dulu." Lee tetap menahannya. Charlene masih terus menggeliat. Tidak mengacuhkan apa yang Lee katakan. "Teruslah melawan, tetapi kau harus tahu kalau aku tidak ingin melukaimu." Ucapan Lee seketika itu sukses menghentikan serangan yang Charlene lakukan. Gadis itu berusaha mengumpulkan udara setelah tadi mengeluarkan cukup banyak tenaga agar bisa terlepas dari belenggu Lee. Charlene harus mendongak untuk bisa menatap netra pria itu. "Kau janji akan melepaskanku, bukan? Kenapa belum dilepaskan juga?" tuntut Charlene. "Akan kulepaskan asalkan kau tidak menyerangku lagi," tawar Lee. Charlene memejamkan matanya untuk mengatur emosinya. Ia lantas kembali membuka matanya untuk menatap mata Lee. "Aku janji tidak akan menyerangmu. Jadi tolong lepaskan ak

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 109. Genap 2000

    "Aturannya masih tetap sama. Jangan melewati batas yang telah aku buat," ujar Charlene. Ia lantas mengempaskan bokongnya ke atas tempat tidur Lee disusul dengan menghela napas. "Aku merasa belakangan ini ibumu terlalu sering menginap di sini." "Kenapa? Kau keberatan?" lontar Lee yang tengah bersandar pada kepala tempat tidur dengan tablet di tangan. Ia sedang sibuk mengerjakan sesuatu yang tidak Charlene ketahui. Namun, kini ia tengah mengalihkan tatapan dari tabletnya ke arah Charlene. "Tidak. Kenapa harus keberatan?" Charlene balik bertanya. "Ini rumahmu. Wajar jika ibumu datang dan menginap.""Kalau tidak keberatan, kenapa mengeluh?" tuding Lee."Aku tidak mengeluh," bantah Charlene.Ia bukan memang bukan mengeluh, tetapi hanya merasa ada sesuatu yang janggal dengan apa yang Hana lakukan."Apa yang kau pikirkan?" selidik Lee kala mendapati Charlene seperti sedang memikirkan sesuatu. "Tidak. Tidak ada." "Jangan berbohong. Kalau aku memaksamu untuk berkata jujur, nanti kau akan

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 108. Jawabanku adalah 'Iya'

    Charlene menggeleng. "Kalau begitu, ayo kita makan siang bersama." Lee menawarkan tangannya. Charlene hampir tidak berani bergerak, tetapi ia mengerling ke arah rekan kerjanya. Tidak perlu waktu yang lama baginya untuk memutuskan menyambut tangan Lee. Lebih cepat, lebih baik sebelum teman-temannya itu terkena masalah.Sebab, Charlene merasa Lee sedang marah. Hal itu membuatnya yakin jika Lee cukup banyak mendengar pembicaraan mereka. Lee pun menariknya pergi setelah tangan Charlene berada di dalam genggamannya.Charlene sempat menoleh ke arah rekan-rekan kerjanya hanya untuk melempar senyuman sembari memberi isyarat 'oke' dengan jari-jarinya, agar mereka tidak cemas. Lee lantas membawa Charlene menuju ke depan gedung kantor. Di sana sudah ada Marvin yang tampak stand by di samping mobil Lee. Mereka masuk ke dalam mobil dan Marvin pun melajukan mobilnya di tengah kepadatan lalu lintas di siang hari. Setelah beberapa saat berlalu, Charlene diam-diam melirik ke arah Lee yang duduk di

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 107. Pengecut

    "Kenapa dia terlihat lesu?" tanya Charlene kala bergabung dengan rekan sekantornya di salah satu kafe kantor."Dia sedang patah hati karena akhirnya kau menikah dengan bos," terang Beatrice."Padahal dari awal aku sudah katakan padanya kalau dia bukanlah saingan bos," timpal Victor.Wajah Charlene menunjukkan tanda tidak nyaman dan serba salah."Kalian ini, jangan sembarangan bicara. Ronald hanya mengganggapku sebagai teman."Sementara itu, Ronald yang sedari tadi menjadi topik pembicaraan mereka, sama sekali tidak memberikan komentar. Charlene pun menarik kursi yang ada di hadapan pria itu. "Kau tahu, kami cukup kesal karena kau tidak berkata jujur pada kami saat pertama kali bekerja di sini," tukas Rebecca yang duduk di sebelah Ronald. "Kenapa kau tidak terus terang mengatakan bahwa kau memang punya hubungan dengan bos?"Charlene menjadi semakin tidak enak. Teman-temannya menjadi salah paham dan ia sendiri tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada mereka bahwa dirinya memang tida

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 106. Ingin Punya Berapa Anak?

    Charlene menatap Lee dengan mata menipis. Ia memang telah dibohongi Lee. Ugh! Harus terlihat romantis di depan Hana? Justru mertuanya itu jadi merasa mengganggu mereka. Charlene lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke Hana. Ekspresinya yang gusar kini telah berganti dengan senyuman. "Tidak, sama sekali tidak mengganggu." Hana tersenyum balik. "Apa kau sudah selesai mengupas kentangnya? Aku sudah menyajikan steak-nya ke atas meja makan," jelas Hana. Senyum Charlene mendadak lenyap. Ia melirik tajam ke arah Lee yang berdiri di belakangnya. Lee menatap balik ke arahnya tanpa rasa bersalah. Satu lagi kebohongan pria itu. Well, dia akan membuat perhitungan dengan suaminya nanti. "Belum. Sebentar lagi. Aku akan meminta Lee untuk membantuku," ujar Charlene. "Baiklah, kalau begitu aku akan memanggil Pieter dulu." Hana kemudian meninggalkan Charlene dan Lee di dapur. "Kau menipuku." Itu bukan pertanyaan dan Charlene bahkan belum menoleh ke arah Lee karena tatapannya masih tertuju ke amb

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 105. Tertipu

    Charlene sedang menyiapkan makan malam di dapur bersama dengan Hana. Baru dua hari lalu, Charlene menikah dengan Lee, tetapi Hana sudah datanf untuk menginap. Bukannya Charlene merasa tidak nyaman dengan kehadiran Hana ataupun merasa keberatan. Ia justru sangat senang karena bisa mengobrol banyak hal dengan wanita paruh baya itu. Hanya saja, Charlene merasa sedikit aneh. Apakah Hana memang sengaja menginap di sana untuk memata-matai Charlene dan Lee? "Makan apa kita malam ini?" tanya Lee. Kemunculan Lee yang mendadak, sebenarnya tidak akan membuat Charlene terkejut seandainya pria itu tidak tiba-tiba memeluk tubuh Charlene dari belakang dan kemudian mengecup pelipis Charlene. Sontak saja sekujur tubuh Charlene terasa meremang. Ia melirik Lee dengan keberadaan wajah pria itu yang begitu dekat dengan wajahnya. Lee tersenyum menggoda. Menilai dari ekspresi pria itu, sepertinya Lee memang sengaja mengambil kesempatan itu agar dapat memeluk dan mencium Charlene. Charlene ingin marah, t

  • Istri Eksklusif sang CEO   Bab 104. Pasrah di Bawah Tubuh Lee

    Charlene tidak tahu sejak kapan Lee menanggalkan penutup dada yang ia kenakan karena terlalu sibuk memikirkan hal lain tadi. Namun, setelah menyadari apa yang tengah Lee lakukan padanya saat ini, membuat darah Charlene seakan bergejolak di dalam sana. Tubuhnya terasa panas dan tanpa ia inginkan, bagian bawah tubuhnya terasa sangat hangat.Lee mengisap bongkahan kenyal itu sambil memainkan puncak berwarna pink merona yang berada di dalam mulutnya, dengan menggunakan lingualnya. Sesekali Lee mengisapnya dengan sangat kuat, membuat tubuh Charlene menegang karena rasa nikmat. Kali lainnya, pria itu memindahkan bibirnya pada bagian bongkahan hanya untuk meninggalkan tanda kepemilikan di sana.Satu tangan Lee memilin puncak yang lainnya, mempermainkannya. Charlene merasa sangat basah. Hanya desahan dan lenguhan yang keluar dari bibirnya tanpa adanya penolakan."Lee ...," lirih Charlene. Tidak ada pria mana pun yang pernah menyentuhnya seintim ini, termasuk Axel. Namun, bukan berarti ia pol

DMCA.com Protection Status