Share

bab 6 : Pergi ke pasar bersama Cherry

Tak lama kemudian dia kembali dengan segelas air di tangannya. Dia pun memberikannya kepada Arga.

"Aku masih penasaran kenapa kau tiba-tiba menerima perjodohan ini. Padahal aku sudah bermakeup sangat tebal agar kau ilfeel kepadaku!"

"Aku hanya menuruti keinginan grandpa." Arga pun meminum air tersebut.

"Aku yakin bukan itu alasannya!" Cherry pergi setelah menghentakkan kakinya kesal.

Arga terdiam sendirian kini, dia tengah mengingat kejadian beberapa hari yang lalu dimana dia seharusnya mengintogerasi salah satu musuhnya yang masih selamat tapi saat pria itu berada di tahanan dia malah gantung diri tanpa sepengetahuan anak buah Arga.

Padahal Arga penasaran, siapa sebenarnya yang suka sekali menganggu dirinya dan Domeng.

Bukan sekali dua kali mereka berada dalam situasi yang bahaya tapi untungnya mereka pintar dan tidak lemah.

Arga tak sadar mencengkram kuat gelas yang dia pegang hingga tangannya kembali melunak dengan kedatangan Matteo.

"Arga, Cherry dimana? Kenapa sendiri?"

Arga menoleh. "Kakek." Dia berdiri setelah menyimpan gelasnya di meja. "Kakek darimana?"

"Ini baru beli jamu. Dimana Cherry?"

"Ah tadi masuk ke dalam."

Matteo mendengus kasar. "Anak itu, suami malah ditinggal sendirian."

"Aku sedang mencuci buah tadi, Kek." Cherry berjalan melewati kakeknya dengan piring berisi buah Cherry di tangannya. Dia pun menaruhnya di meja.

"Makan," titah Cherry dengan nada ketus dan mata yang tidak ramah menatap Arga.

"Cherry, yang lembut dong."

Cherry berdecak dan Arga menahan senyumnya.

"Ulangi," titah Arga menggoda Cherry.

Cherry mendengus kasar. "Silahkan dimakan paduka raja," ucap Cherry dengan nada sangat lembut.

Matteo menahan tawanya begitupula dengan Arga yang tersenyum. "Terimakasih pelayanku. Tapi aku tidak suka buah Cherry."

Cherry mengerutkan dahinya dan nada bicaranya kembali berubah menjadi kesal.

"Jadi kau mau apa? Di kulkasku lebih banyak Cherry dari pada buah yang lain."

"Ah banyak dirimu di kulkas," sahut Arga menarik ujung bibirnya tersenyum.

"Berhentilah tersenyum, aku tidak akan tersanjung dengan senyumanmu!"

"Cherry!" Matteo kembali memperingati Cherry agar bersikap baik kepada suaminya.

"Kek, buah Cherry kesukaanku, kalau dia tidak suka jangan banyak minta seharusnya."

"Aku bahkan belum berkata aku mau apa," sahut Arga.

"Lebih baik tidak usah mau apa-apa!"

"Tapi sekarang aku mau pisang."

"Aku dan kakek tidak suka pisang. Jadi tidak ada pisang di sini!"

"Belilah ke pasar."

Cherry berdecak menatap Kakeknya. "Kek!" Dia kesal jika Matteo membela Arga.

***

Mereka berdua berada di dalam mobil hendak membeli pisang yang Arga inginkan.

"Supermarket atau mall saja jangan pasar."

"Jauh, pasar saja yang dekat," sahut Cherry.

"Buah-buahan di pasar itu tidak sehat."

"Kata siapa hm?" Cherry menyilangkan kedua tangannya di dada. "Aku makan buah cherry yang ada di pasar selama dua puluh tahun lebih. Dan aku masih hidup sampai sekarang."

"Cih, bisa saja luarnya terlihat sehat tapi banyak parasit di dalam tubuhmu."

"Ck. Kau satu-satunya parasit yang ada di dekatku!"

"Parasit tampan," seru Arga dengan tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya kepada Cherry. Cherry bergidik jijik.

Sesampainya di pasar, keduanya membuka seatbealtnya.

"Kau saja yang keluar, aku tunggu di mobil."

"Kau yang mau pisang."

"Ya kau lah yang beli. Istri harus melayani suami."

"Tidak keluar, tidak beli pisang!" final Cherry.

Arga berdecak. "Turun."

"Tidak mau."

"Aku bilang turun."

"Tidak mau! Tidak akan! Beli sendiri!"

Arga mendengus kasar, akhirnya dia pun keluar dari mobil membuat Cherry tersenyum. Pria itu mengitari mobil dan membuka pintu tempat Cherry duduk lalu menarik gadis itu. "Keluar."

"Ish! Sabarlah." Cherry menghempaskan tangannya yang ditarik Arga.

"Sudah, pergi sana!" Arga mendorong tubuh Cherry sementara dirinya bersandar di pintu mobil.

"Ayo ikut." Cherry hendak menarik tangan Arga tapi Arga menepisnya.

"Pergi sendiri!"

"Kau mau ribut denganku sampai sore atau mau masuk ke dalam dan kita beli pisang lalu pulang. Pilih yang mana?"

Arga menghela nafas kasar, susah sekali menurunkan ego gadis ini, alhasil dia dan Cherry masuk ke pasar membuat senyum di wajah Cherry mengembang seketika.

Pria itu terus mengibas-ngibaskan tangannya saat bau yang tidak sedap menusuk indra penciumannya ditambah lagi lalat yang menganggu wajah tampannya itu. Lalat itu kebanyakan berasal dari penjual daging.

Beberapa pedagang perempuan yang tak lain ibu-ibu sesekali menggoda Arga. Bagaimana tidak, dia masuk ke pasar dengan stelan jas rapih.

"Cepatlah," seru Arga.

"Sebentar, kita ke penjual langgananku."

Arga berdecak dan Cherry diam-diam menahan tawanya. Dia sengaja mengerjai Arga dengan berkeliling di dalam pasar, biarkan saja hidungnya mati rasa sekalian mencium aroma yang tidak sedap di pasar ini.

Hingga mereka sampai di salah satu penjual buah-buahan. Cherry pun memilih pisang yang hendak dia beli sementara Arga hanya berdiri di sampingnya dengan wajah malas.

Cekrek.

Dari kejauhan seseorang memotret mereka berdua dan mengirimkan foto tersebut.

Federic mengembangkan senyum di wajahnya saat melihat foto yang dikirimkan salah satu anak buahnya. Foto dimana cucunya masuk ke pasar dan wajahnya terlihat tertekan.

Sungguh, hal itu menjadi hiburan untuk Federic di sela-sela meetingnya.

Diam-diam Domeng yang berdiri di belakang kursi Federic mengintip dan matanya langsung membulat sempurna. Bosnya ada di pasar? Astaga.

"Cepatlah!" hardik Arga.

"Sabar," sahut Cherry yang tengah melakukan transaksi tawar menawar bersama penjual buah tersebut.

"Bahkan aku bisa membeli semua buah-buahan ini. Untuk apa kau menawar, memalukan sekali! jasku sudah terlihat sangat mahal! masa beli buah buahan saja harus ditawar!" bisik Arga.

"Banyak bicara sekali!" sahut Cherry.

"Sudahlah beli saja semua!"

"Bu, saya beli semua buah-buahan ini, antar pakai mobil pick up ke komplek kencana Indah rumah nomor 124."

"Loh, beneran Tuan?"

"ARGA!!" teriak Cherry karena setelah membeli semua buah-buahan tersebut Arga langsung pergi meninggalkan Cherry.

Arga membersihkan sepatunya yang terkena lumpur. Dia menggerutu saat membersihkan sepatunya yang mahal dan harus kotor karena masuk pasar. Bukan hanya kotor, tapi bau.

Cherry pun datang dengan nafas terengah-engah sebab berlari karena takut Arga nyasar di pasar tapi ternyata pria itu tahu jalan keluar dari pasar.

"Lihat sepatuku!" Arga menunjukan sepatunya yang kotor.

Cherry mengusap keringat di wajahnya.

"Tinggal di cuci apa susahnya!"

"Tidak bisa dicuci sembarangan kau tau?"

"Ya aku tau, bawalah sepatu mahalmu itu ke tempat pencucian sepatu!"

Arga berdecak. "Seharusnya ke supermarket." Pria itu pun masuk ke mobilnya, Cherry memercak pinggang seraya menggelengkan kepala.

****

Matteo tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia benar-benar tak habis pikir dengan belanjaan Cherry dan Arga.

Buah-buahan baru saja diturunkan dari mobil pick up, kini meja dan lantai rumahnya dipenuhi berbagai macam buah-buahan. Dan lagi, di rumah hanya ada satu kulkas, dimana dia harus menyimpan semua buahnya?

Dia berbalik menatap Arga yang tengah minum dan Cherry yang tengah makan apel.

"Cherry ---"

"Bagikan saja ke tetangga, Kek." Cherry seakan tahu apa yang ada di pikiran Kakeknya.

Matteo pun beralih menatap Arga dan Arga menganggukan kepala tanda setuju dengan saran dari Cherry. Matteo pun hanya bisa menghela nafas sekarang.

#Bersambung

Follow i*******m : @La.bellarose17

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status