"Menikah! Heh, kau ini sudah gila ya? aku mau menerima tawaranmu bukan berarti kau bisa sesuka hati meminta apa pun padaku," Freya menolak dengan nada ketus.
Meskipun hanya mendapatkan respon buruk, tapi Damian mencoba untuk tetap tenang dan perlahan mulai menjelaskan niat baiknya."Nona Freya, saya tahu anda tidak mencintai saya. Tapi apa anda yakin tidak ingin melakukan langkah awal untuk memulihkan image baik pada diri nona lagi? dengan begitu aku yakin orang-orang itu tidak akan berani menghujat tentang kita." Jelas Damian berusaha meyakinkan wanita yang ada di depannya itu.Freya terdiam, ia mulai mencerna semua perkataan Damian memang ada benarnya. Menyandang status seorang istri, setidaknya Freya berpikir jika martabatnya sebagai seorang wanita, perlahan akan mulai pulih kembali di mata semua orang."B-baiklah, aku mau menikah denganmu. Semua ini aku lakukan demi memulihkan nama baikku. Tidak lebih dari itu, jadi kamu jangan pernah berpikir macam-macam." Freya terpaksa setuju, meskipun di dalam hati masih ragu.Damian tersenyum, karena merasa sangat senang ketika Freya mau menerima lamarannya."Kalau begitu sekarang nona ikut aku," Damian meraih tangan mungil Freya, lalu membawanya ke suatu tempat.Satu jam kemudian, setelah Damian dan Freya melangsungkan pernikahan secara sederhana di biro pencatatan sipil. Kini mereka keluar sembari menghela nafas lega."Akhirnya selesai juga, sungguh sangat menegangkan," Keluh Freya seraya menatap cincin yang melingkar di jari manis dan buku nikah yang ada di tangannya. Freya tidak menyangka, jika hari ini dirinya benar-benar telah resmi menikahi pria asing, yang belum pernah ia kenal sebelumnya.Berbeda halnya dengan Damian yang terlihat bahagia, setelah dia resmi memperistri seorang Freya, wanita cantik yang sungguh berbakat di bidang fashion."Sekarang kita sudah resmi menjadi suami istri. Bagaimana kalau nona Freya tinggal di apartemenku saja," ucap Damian mengusulkan."Apa!" Freya terkejut. Keduanya saling menatap satu sama lain. Dengan suasana hening dan canggung menyelimuti mereka berdua.Melihat keraguan di dalam diri Freya, membuat Damian tidak menyerah begitu saja."Kenapa? bukankah kita sudah menikah dan sah untuk tinggal bersama? Lagi pula semakin kita sering bersama, maka kita akan semakin mudah untuk menyusun sebuah rencana agar nama baik dan karier nona kembali lagi." Damian tidak bosan-bosan mengingatkan, karena ia tidak mau jika Freya sampai putus asa, apa lagi sampai mau mengakhiri hidupnya seperti tadi.Freya yang sudah tidak punya pilihan lain lagi, di saat masa terpuruknya. Kini ia pun kembali menuruti semua apa yang di katakan oleh Damian."Terserah, yang penting aku hanya ingin kau membuktikan semua janjimu padaku, saat di jembatan tadi." Peringat Freya seraya memutar kedua mata malas."Tentu saja Nona, aku tidak akan pernah mengingkarinya." Balas Damian tersenyum.****Sesampainya di sebuah apartment bergaya eropa yang berukuran minimalis, membuat Freya yang berjalan di belakang Damian terkejut."Ayo masuklah. Aku harap nona Freya suka tinggal di sini," Damian menyambut hangat saat Freya melangkah masuk ke dalam tempat tinggalnya.Melihat apartemen kecil yang rapih, membuat Freya tak habis pikir, jika seorang pria bisa menata ruangan dengan begitu epic."Jadi ini tempat tinggal mu? seleramu cukup bagus juga Damian. Walaupun kamu hanya seorang penyuplai kain." Freya dengan spontan mengutarakan pendapatnya. "Iya nona, maaf jika tempatnya tidak seluas rumah anda, sekarang duduklah. Apa sekarang nona mau saya bikinan minuman?" Tanya Damian menawarkan diri.Freya hanya mengangguk lalu ia duduk dan terdiam, sejenak mengingat apa yang telah menimpa dirinya saat ini. Rasanya seperti mimpi buruk yang tak pernah terbayangkan."Aku tidak mengerti, kenapa sekarang hidup ku harus seperti ini? kehilangan semuanya dalam sekejap mata." Lirih Freya dalam hati. Seraya mengambil remote televisi. Bayangan saat semua orang mengucilkan dirinya masih teringat jelas dalam ingatan.Damian yang baru selesai membuatkan segelas jus strawberry, kini pria itu menyajikannya di atas meja."Nona ini jus untuk anda, minumlah," ucap Damian dengan penuh kelembutan.Freya yang tengah larut dalam pemikirannya sendiri pun tersontak, lalu ia menatap ke arah Damian. "Terima kasih," ungkapnya dengan nada suara lembut, yang hampir tak terdengar.Melihat kesedihan yang masih tersirat jelas di wajah cantik Freya, membuat Damian merasa bersalah, lalu duduk dan memberanikan diri untuk bertanya."Apa yang sedang anda pikirkan nona Freya?" Damian bertanya lagi, karena sangat penasaran.Freya menghela nafas berat, lalu ia mulai menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya."Aku masih tidak mengerti, bagaimana bisa kita tidur dalam satu ranjang yang sama tadi malam? padahal Katharine bilang akan mengantarkan ku pulang," jawab Freya dengan nada lirih, yang masih berusaha keras mengingat.Damian meraih tangan Freya, lalu ia meminta maaf dan menyesali perbuatannya."Nona Freya, maaf. Semalam saya tidak bermaksud berbuat sampai sejauh itu, tapi yang aku ingat setelah menerima segelas wine dari tuan Hellian, tiba-tiba kepala saya terasa berat dan pusing. Dan sampai-sampai tubuh pun terasa sangat panas. Lalu setelah itu tuan meminta agar saya mengantarkan sample kain dan memberikan sebuah cardlock hotel, dan di saat itu aku sangat tergoda ketika melihat nona Freya sedang berbaring di atas ranjang, bahkan saya juga tidak kuasa menolak anda yang meminta di..." Damian rasanya tidak sanggup meneruskan perkataannya.Freya hanya terdiam sedih, lalu ia mulai berpikir setelah mendengar penjelasan dari Damian. Yang sama persis ia rasakan di malam itu."Aneh sekali, kamu juga merasakan hal yang sama denganku setelah minum wine itu, mana mungkin ini semua hanya sebuah kebetulan. Tunggu, jangan-jangan ini semua sudah rencanakan?" Gumam Freya sembari meraih segelas jus.Baru saja Freya menebak, tiba-tiba saja stasiun televisi menyiarkan sebuah berita penting tentang perusahaan multinasional Fashion yang bernama Company Grup, bahkan mereka mewawancarai Hellian dan juga Kathrine secara langsung."Tuan, sebagai pimpinan bagaimana perasaan anda setelah menduduki rating penjualan tertinggi tahun ini? aku dengar yang merancang desain dress luar biasa ini adalah nona Kathrine?" Tanya seorang wartawan."Tentu saja ini adalah sebuah pencapaian yang sangat luar biasa, dan ini semua berkat Khatrine yang begitu berbakat dan kami berharap penjualan selanjutnya akan mencapai go internasional." Jawab Hellian dengan nada santai, sembari menatap dan menggenggam tangan wanita yang ada di sampingnya dengan sangat erat. Tak tanggung-tanggung wartawan juga sengaja melontarkan sebuah pertanyaan yang cukup menarik, untuk semua orang."Tuan satu pertanyaan lagi, aku dengar anda dan nona Khatrine adalah pasangan kekasih apa itu benar?"Hellian dan Kathrine saling menatap, wajah mereka di layar kaca terlihat begitu senang dan bahagia, terutama Katherine yang terlihat tersipu malu dan memerah, lalu bersandar manja di bahu Hellian."Sungguh kalian pasangan yang sangat luar biasa, dan sangat serasi. Yang satu hebat dalam berbisnis dan yang satu lagi mempunyai bakat di bidang desain, kami sangat mengapresiasi kalian," ungkap beberapa wartawan yang tak henti-hentinya menyanjung mereka berdua.Seketika gelas yang ada di tangan Freya terjatuh, dan pecah berserakan ke bawah lantai.BRAAK!"Hm, pasangan licik. Ternyata ini tujuan mereka untuk menyingkirkan aku dari perusahaan? Bisa-bisanya Hellian mengatas namakan dress rancanganku dengan nama Katrine, ini sudah sangat keterlaluan!" Geram Freya tersenyum getir, seraya mengepalkan kedua tangan serta menatap wajah Hellian dan Kathrine dengan netra yang berkaca-kaca.Damian yang tak tega melihat Freya menahan kemarahan dan kekecewaan pada kedua orang itu, kini ia menghampiri lalu kembali menawarkan niat baiknya."Nona, tenanglah. Aku tahu anda tidak terima atas sikap ketidakadilan tuan Hellian. Tapi aku mempunyai beberapa Kline di perusahaan besar, bagaimana jika aku membantumu untuk membalaskan perbuatan mereka?" Damian bertanya dan menawarkan diri dengan penuh keyakinan.Freya menatap nyalang pada Damian, rasanya apa yang di tawarkan oleh pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu sungguh sangat mustahil."Membalaskan perbuatan mereka saat ini? Damian kamu jangan naif dengan cara apa kau akan membantuku? rasanya itu tidak mungkin pengaruh Hellian begitu kuat dan besar, tidak mudah untuk menjatuhkan dirinya, dan mengakui jika itu adalah desain dress rancanganku," Freya merasa pesimis."Apa anda lupa nona Freya? meskipun aku hanya seorang penyuplai kain. Tapi kenalan Kline ku banyak, dan dari salah satu dari mereka memiliki power yang lebih kuat dari pada Hellian, dan aku yakin mereka akan bersedia untuk membantumu," ucap Damian dengan penuh keyakinan, seraya memancarkan senyum kecil yang penuh arti.Damian menggelengkan kepala, ketika melihat Freya masih berdiri mematung. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "Apa nona Freya masih meragukan semua ucapan ku? Percayalah aku tidak akan pernah berbohong. Begini saja Jika nona mempunyai satu desain terbaru berikan saja pada ku," pinta Damian dengan mode wajah serius. Freya menyergitkan dahi, ketika Damian meminta hal yang sangat mengejutkan. "Satu desain untuk apa? saat ini aku belum ada, dan aku juga sedang tidak mood untuk menggambarnya. Tapi aku masih menyimpan satu desain dress yang belum pernah aku tunjukan pada perusahaan," Freya baru ingat bahwa ia masih memiliki duplikat sebuah desain dress, dengan cepatnya ia meraih tas selempang lalu mengambilnya. Melihat gambar desain yang ada di tangan Freya, membuat Damian begitu antusias. Dengan cepatnya lelaki itu meraih untuk melihatnya. "Dress ini cukup menarik, selain di ambil dari perpaduan fashion terkenal jaman wanita Yunani kuno, di padukan dengan mode kekinian. Sungguh terliha
Freya terharu, perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Antara senang dan sedih bahkan rasanya seperti mimpi indah yang sulit untuk di percaya. Namun seketika Freya teringat semua perkataan Damian beberapa hari yang lalu, untuk menunggu kabar baik darinya. "Tunggu, email ini asli apa enggak ya? Kenapa begitu mendadak? Oh iya semalam Damian membawa hasil karya desain ku, apa ini ada hubungan dengan dia?" Freya bertanya-tanya, untuk memastikan perkiraannya kini ia segera menelpon sang suami. Drrttt...drttt..Panggilan terhubung, Freya terlihat begitu antusias. Saat Damian menjawab panggilannya. "Ya, Halo?" Damian memulai topik pembicaraan terlebih dahulu. Freya yang masih merasa gugup, seolah-olah vita suaranya terasa tercekat di tenggorokan, dan bibirnya pun terasa terkunci. Tapi perempuan berparas cantik itu pun tetap berusaha, ia mencoba untuk tetap tenang lalu ia mulai memberanikan diri untuk bertanya secara langsung. "Aku Freya, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Tolong jaw
Ingin rasanya Freya menyumpal mulut kedua orang yang ada di depannya, akan tetapi ia berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di dalam hati, karena tidak mau jika sampai terpancing keusilan mereka, dan pada akhirnya dia sendiri yang akan rugi. "Sabar Freya!" Freya berusaha menghibur diri sendiri dalam hati. Ketika suasana di dalam ruangan itu sudah tidak nyaman, dan membuat Freya semakin tertekan. Tiba-tiba saja terlihat seorang wanita memasuki ruangan seraya membawa map hitam di tangannya. "Nona Freya Anastasya!" Panggilnya.Freya tersontak, begitu juga dengan Khatrine dan Hellian. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari depan pintu. "I-iya saya," sahut Freya, lalu beranjak dari tempat duduk seraya memeluk erat beberapa berkas. Hellian dan Kathrine menyergitkan dahi, bahkan mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Ketika wanita itu memanggil Freya. "Silahkan ikut dengan saya, CEO sudah menunggu anda di ruangannya," ucap wanita itu, yan
"Maaf tuan..." sesal Freya menundukkan wajah, lalu ia segera meninggalkan ruangan itu. Dengan perasaan yang kesal. Setelah Freya pergi, Dave menghela nafas lega. Karena hampir saja ponselnya di lihat. "Untung saja tidak ketahuan," gumam Dave mengusap kasar wajahnya, sembari menyandarkan punggung di kursi kebesarannya, dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh.Dave merasa bersalah, karena ia sudah membentak Freya. Tapi karena terlalu panik. Sampai ia tidak bisa berpikir jernih. "Lain kali, aku tidak boleh ceroboh." Gumam Dave, sembari memijat kening. Setelah keluar dari perusahaan Freya masih merasa kesal, karena tadi di bentak oleh atasan barunya. "Menyebalkan sekali, padahal aku tadi tak sengaja ingin melihat ponselnya, tapi dia malah marah-marah dasar orang aneh," Freya menggerutu. Akan tetapi mengingat sudah di terima di perusahaan itu, membuat rasa kesal Freya berkurang. "Sudahlah, mungkin tadi salahku juga karena ingin tahu privasi orang. Lebih baik aku telepon Damian
Wajah Damian terlihat pucat, ketika melihat Freya mencoba untuk meraih ke empat paperbag itu namun..."Tidak usah nona, biar aku saja. Nona pasti sangat lelah karena sudah memasak." Damian menolak dengan nada lembut. Freya mengerutkan kedua alis, ketika melihat sikap Damian yang sangat aneh. Seolah-olah barangnya tidak boleh di sentuh olehnya. "Ya sudahlah, terserah kamu," Freya tidak bisa memaksa. Ia kembali duduk. Setelah Damian berhasil membawa dompetnya lebih dulu. Kini lelaki tampan itu pun memberikan ke empat paperbag itu kepada Freya. "Jangan marah nona ini terimalah, aku harap nona suka dengan beberapa baju yang aku belikan," Bujuk Damian, lalu memberikan.Freya tertegun, saat mendengar apa yang di katakan oleh sang suami. "Apa! baju untukku?" Tanya Freya untuk memastikan dengan penuh selidik. Damian mengangguk, dan membenarkan semua pertanyaan Freya. "Iya, ambil dan cobalah. Bukankah sekarang nona sudah bekerja? Jadi semoga ini bermanfaat."Freya terdiam, melihat Dami
Sesampainya di mansion, Kahtrine menepis tangan Hellian dengan sangat kasar. Ketika mengingat Freya mendapatkan kesempatan bagus untuk mempromosikan desainnya. lagi. "Lepaskan tanganku!" Hellian tertegun, ketika melihat sang kekasih yang tampak marah besar. Tapi pria itu berusaha membujuk dan menenangkan hati Khatrine. "Sayang, plis. Jangan marah aku akan berusaha untuk membuat desainmu masuk ke perusahaan Alexander, agar kamu bisa mengikuti ajang festival yang kamu inginkan," ucap Hellian sembari memeluk Kathrine dari belakang. "Selalu saja begitu, aku ingin bukti. Kamu lihatkan kenapa Freya bisa mendapatkan peluang yang aku inginkan? Kenapa semua ucapanmu hanya omong kosong saja." Cibir Kahtrine memutar kedua bola mata malasnya. Hellian berusaha untuk tetap sabar menghadapi Kathrine, meskipun ucapan wanita itu sedikit menusuk hati."Sayang, ayo lah jangan marah lagi aku yakin nanti juga desain kita akan di terima oleh mereka. Lagian sudah lama kita tidak bermain. Bagaimana jik
"Hey, sampai kapan kamu mau menyuruhku untuk tetap berdiri di bawah air hujan? Apa kamu ingin aku masuk angin dan kedinginan?" tanya Freya menyergitkan dahi, saat melihat Damian yang malah bengong. Damian terbuyar dalam lamunan, lalu segera meminta maaf karena membuat istrinya menunggu. "Nona maaf, saya tadi.." Belum tuntas lelaki tampan itu berkata. Freya lebih dulu meminta untuk segera masuk, karena sudah tak tahan derasnya air hujan. "Ck, ayo cepat, niat payungin aku gak sih? " Freya berdecak kesal. "I-iya nona, mari masuk." Sahut Damian, segera menggandeng sang istri dan memayungi menuju ke dalam. Sesampainya di dalam apartemen, Freya segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Sementara Damian, berinisiatif membuatkan minuman hangat jahe merah untuk Freya. Mengingat sifat sang istri yang begitu dingin padanya membuat ia menggeleng. "Sungguh sikapnya begitu cuek dan dingin, jika bukan karena insiden malam itu, Fr
Pagi hari yang cerah, Freya yang sudah berpenampilan cantik dan rapi, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali. Karena hari ini ada beberapa skema desain yang belum ia sempurnakan. Tapi sebagai seorang istri, ia tak lupa melakukan kewajibannya lebih dulu. Dengan menyiapkan beberapa menu makanan untuk sarapan pagi. "Akhirnya selesai juga," gumam Freya, menata rapi dua gelas susu murni dan dua porsi roti bakar, yang baru saja ia panggang tadi. Baru saja Freya menoleh ke arah belakang, dan ingin memanggil suaminya. Tiba-tiba Damian sudah lebih dulu keluar dari kamar mandi. Dengan penampilan bertelanjang dada, yang hanya mengenakan handuk putih di bawah pinggangnya. Melihat sang istri yang sudah berdiri di dekat meja makan, membuat Damian menyapanya terlebih dahulu. "Selamat pagi nona..." Sapa Damian tersenyum, seraya mengibaskan rambutnya yang masih setengah basah. "Aaakkkhh...ka-kamu sudah mandi? Kenapa tidak langsung memakai baju. Kenapa berdiri di depanku dengan penampilan seperti itu
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan