Beranda / CEO / Istri Dadakan CEO Rupawan / Bab 4 Sebuah Kabar Baik

Share

Bab 4 Sebuah Kabar Baik

Penulis: Zia Ivy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Damian menggelengkan kepala, ketika melihat Freya masih berdiri mematung. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Apa nona Freya masih meragukan semua ucapan ku? Percayalah aku tidak akan pernah berbohong. Begini saja Jika nona mempunyai satu desain terbaru berikan saja pada ku," pinta Damian dengan mode wajah serius.

Freya menyergitkan dahi, ketika Damian meminta hal yang sangat mengejutkan.

"Satu desain untuk apa? saat ini aku belum ada, dan aku juga sedang tidak mood untuk menggambarnya. Tapi aku masih menyimpan satu desain dress yang belum pernah aku tunjukan pada perusahaan," Freya baru ingat bahwa ia masih memiliki duplikat sebuah desain dress, dengan cepatnya ia meraih tas selempang lalu mengambilnya.

Melihat gambar desain yang ada di tangan Freya, membuat Damian begitu antusias. Dengan cepatnya lelaki itu meraih untuk melihatnya.

"Dress ini cukup menarik, selain di ambil dari perpaduan fashion terkenal jaman wanita Yunani kuno, di padukan dengan mode kekinian. Sungguh terlihat sangat elegan dan berkelas, dan yang pastinya dress ini mempunyai sebuah arti makna yang tersirat dari perancang untuk penggunanya." Sanjung Damian menatap kagum, karya sang istri.

Freya tertegun, lagi-lagi ia di buat kaget oleh hasil review Damian. Yang begitu paham tentang desain karyanya. Padahal hanya orang-orang tertentu yang hanya bisa memahami seni desain.

"K-kamu, bagaimana bisa tahu dan begitu detail memahami karyaku? Padahal pekerjaanmu hanya sebatas memasukkan beberapa produk kain ke beberapa perusahaan tapi ini sangat aneh sekali?" Tanya Freya dengan penuh selidik.

Damian terdiam sejenak, karena ia terlalu senang sampai-sampai keceplosan dan lupa diri.

"Ya ampun nona, apa kamu lupa. Walaupun pekerjaanku hanya menjual kain, tapi aku banyak Klien dan banyak mengenal para desainer di perusahaan Fashion lain, jadi sedikitnya aku sedikit paham tentang arti seni," Ucap Damian berdalih.

"Begitu ya," Freya akhirnya percaya, setelah mendengar penjelasan dari sang suami. Dan akhirnya Damian pun bernafas lega.

"Nona Freya percaya saja padaku, setelah membawa desain ini aku yakin akan ada kabar baik untukmu. Oh iya sekarang sudah malam mau makan dulu? atau nona mau beristirahat." Damian sengaja mengalihkan topik pembicaraan, karena ia tidak ingin sampai terpancing lagi dengan pertanyaan Freya.

Melihat ketulusan dan perhatian Damian, perlahan hati Freya mulai luluh dan ia berusaha untuk menerima lelaki itu sebagai suaminya.

"Aku belum lapar, rasanya sangat gerah. Sepertinya aku ingin mandi dulu tapi sayang aku gak bawa baju ganti," Wajah Freya memerah, ia merasa malu saat mengungkapkan keinginannya itu.

Jantung Damian berdegup sangat kencang, saat mendengar permintaan Freya yang seketika membuat pikirannya sebagai seorang lelaki normal mulai berfantasi liar, apa lagi mengingat insiden malam kemarin yang masih teringat jelas di dalam ingatannya.

"Ck, kamu dengar gak sih, aku bilang apa? Apa di sekitar sini masih ada butik yang buka? sepertinya aku ingin membeli baju ganti." Freya berdecak kesal, ketika melihat Damian yang malah mematung, seolah-olah tidak mendengar yang ia katakan.

Damian pun terbuyar dari lamunan, lalu ia menjawab pertanyaan Freya dengan nada terbata-bata dan terlihat salah tingkah.

"T-tentu saja pertokoan di sekitar sini sudah tutup nona, jadi bagaimana jika malam ini nona memakai baju ku dulu, besok aku berjanji akan membelikan beberapa baju untukmu."

"Apa! Baju mu?"

Damian mengangguk sembari menatap dalam wajah cantik sang istri, karena tidak punya pilihan akhirnya Freya terpaksa menerima tawaran Damian. Lalu pergi ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa jam kemudian, Damian yang masih fokus mengerjakan beberapa contoh sample gambar kain di layar laptopnya, tiba-tiba saja ia terkejut saat Freya keluar dari kamar mandi, yang hanya mengenakan kemeja lengan panjang di atas lutut, yang sampai membuatnya terpukau.

"Aku rasa bajumu cukup muat di badanku, meskipun sedikit agak longgar pinggangnya. Tapi lumayan juga buat tidur," Freya berdiri mematung seraya meremas kedua tangannya, ia merasa tidak pede memakai baju suaminya.

Kedua bola mata Damian melebar, sungguh ia begitu tak menduga saat melihat pemandangan yang cukup menggoda iman, apa lagi ketika melihat setiap lekuk tubuh Freya yang terlihat begitu sexy saat memakai kemeja putih itu.

Bahkan Damian yang begitu kagum, sampai ia tak sadar beberapa kali menelan saliva, saat melihat wanita yang sudah menjadi istrinya itu terlihat lebih cantik dan mempesona, bahkan jantungnya sampai berdegup kencang tak menentu.

Melihat Damian yang malah bengong, membuat Freya heran. Lalu dengan cepatnya ia menyilangkan kedua tangan tepat di dadanya.

"Hey, berhenti menatapku dengan tatapan mesum mu. Sekarang aku ingin beristirahat. Sebagai seorang pria kau harus mengalah tidur di sofa dan biarkan tempat tidur ini aku yang pakai," Freya segera naik ke atas ranjang, lalu ia menarik selimut dan membaringkan diri, karena baginya hari ini sungguh sangat melelahkan.

"Iya nona," Damian setuju, lalu ia menggelengkan kepala. Serta memancarkan senyum kecil, ketika melihat sikap Freya yang terkadang terlihat sangat lucu.

Malam semakin larut, Freya yang sudah terlihat tertidur pulas. Membuat Damian berjalan lalu menghampirinya.

"Maaf Freya, karena aku kamu harus mengalami hal berat seperti ini, tapi aku berjanji, aku akan membantu untuk mendapatkan lagi semua yang kamu miliki nama baik dan karier yang bagus, bahkan aku ingin kau mendapatkan lebih dari itu," Ucap Damian dalam hati, sembari mencoba untuk membelai wajah Freya, akan tetapi dia kembali menarik tangannya, karena tidak mau jika istrinya memandang negatif tentang dirinya.

***

Keesokan harinya, suara burung berkicau serta cahaya matahari yang sudah bersinar. Perlahan membuat Freya yang masih berbaring, kini terbangun dan membuka kedua pelupuk matanya.

"Emm, ternyata sudah pagi," Freya menggeser, lalu ia menyandarkan tubuh tepat di sandaran tempat tidur. Suasana yang hening dan kosong membuat ia bertanya-tanya dalam hati, di mana keberadaan Damian.

Baru saja Freya beranjak turun, tiba-tiba saja ia kejutkan oleh sebuah nampan di atas meja, yang berisi satu gelas susu dan seporsi roti bakar. Bahkan terselip sebuah memo kecil yang berisi sebuah pesan.

"Aku harap nona Freya, suka dengan sarapan paginya. Aku pergi kerja lebih awal. Jika membutuhkan sesuatu telpon saja aku," Ucap Damian dalam pesan, bahkan ia juga meninggalkan nomor ponselnya.

Freya merasa tersentuh dan terharu, rasanya ia tidak menyangka bahwa Damian sosok pria yang begitu perhatian dan lembut.

"Dia, meskipun aku terkadang bersikap kasar padanya. Tapi dia tetap lembut padaku," Freya sedikit merasa bersalah.

Ketika Freya masih menatap selembar memo di tangan, tiba-tiba saja terdengar suara nada pesan masuk ke dalam ponsel miliknya.

"Siapa pagi-pagi seperti ini mengirimkan pesan?" Freya yang penasaran, perlahan jemari lentiknya mulai meraih benda pipih yang berada di atas nakas dan...

Kedua bola mata Freya terbelalak, setelah ia membuka sebuah Imel masuk, yang mengatasnamakan sebuah perusahaan Fashion ternama dan terbesar seluruh kota, bahkan terkenal di mancanegara.

"Ini sebuah undangan untuk hadir? Dan desain ku masuk terpilih untuk interview?" Freya bertanya-tanya, rasanya ia masih belum percaya.

Bab terkait

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 5 Dipermalukan Saingan

    Freya terharu, perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Antara senang dan sedih bahkan rasanya seperti mimpi indah yang sulit untuk di percaya. Namun seketika Freya teringat semua perkataan Damian beberapa hari yang lalu, untuk menunggu kabar baik darinya. "Tunggu, email ini asli apa enggak ya? Kenapa begitu mendadak? Oh iya semalam Damian membawa hasil karya desain ku, apa ini ada hubungan dengan dia?" Freya bertanya-tanya, untuk memastikan perkiraannya kini ia segera menelpon sang suami. Drrttt...drttt..Panggilan terhubung, Freya terlihat begitu antusias. Saat Damian menjawab panggilannya. "Ya, Halo?" Damian memulai topik pembicaraan terlebih dahulu. Freya yang masih merasa gugup, seolah-olah vita suaranya terasa tercekat di tenggorokan, dan bibirnya pun terasa terkunci. Tapi perempuan berparas cantik itu pun tetap berusaha, ia mencoba untuk tetap tenang lalu ia mulai memberanikan diri untuk bertanya secara langsung. "Aku Freya, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Tolong jaw

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 6 CEO atau Pangeran Arab?

    Ingin rasanya Freya menyumpal mulut kedua orang yang ada di depannya, akan tetapi ia berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di dalam hati, karena tidak mau jika sampai terpancing keusilan mereka, dan pada akhirnya dia sendiri yang akan rugi. "Sabar Freya!" Freya berusaha menghibur diri sendiri dalam hati. Ketika suasana di dalam ruangan itu sudah tidak nyaman, dan membuat Freya semakin tertekan. Tiba-tiba saja terlihat seorang wanita memasuki ruangan seraya membawa map hitam di tangannya. "Nona Freya Anastasya!" Panggilnya.Freya tersontak, begitu juga dengan Khatrine dan Hellian. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari depan pintu. "I-iya saya," sahut Freya, lalu beranjak dari tempat duduk seraya memeluk erat beberapa berkas. Hellian dan Kathrine menyergitkan dahi, bahkan mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Ketika wanita itu memanggil Freya. "Silahkan ikut dengan saya, CEO sudah menunggu anda di ruangannya," ucap wanita itu, yan

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 7 Pria Aneh

    "Maaf tuan..." sesal Freya menundukkan wajah, lalu ia segera meninggalkan ruangan itu. Dengan perasaan yang kesal. Setelah Freya pergi, Dave menghela nafas lega. Karena hampir saja ponselnya di lihat. "Untung saja tidak ketahuan," gumam Dave mengusap kasar wajahnya, sembari menyandarkan punggung di kursi kebesarannya, dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh.Dave merasa bersalah, karena ia sudah membentak Freya. Tapi karena terlalu panik. Sampai ia tidak bisa berpikir jernih. "Lain kali, aku tidak boleh ceroboh." Gumam Dave, sembari memijat kening. Setelah keluar dari perusahaan Freya masih merasa kesal, karena tadi di bentak oleh atasan barunya. "Menyebalkan sekali, padahal aku tadi tak sengaja ingin melihat ponselnya, tapi dia malah marah-marah dasar orang aneh," Freya menggerutu. Akan tetapi mengingat sudah di terima di perusahaan itu, membuat rasa kesal Freya berkurang. "Sudahlah, mungkin tadi salahku juga karena ingin tahu privasi orang. Lebih baik aku telepon Damian

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 8 Kenapa Harus Dia?

    Wajah Damian terlihat pucat, ketika melihat Freya mencoba untuk meraih ke empat paperbag itu namun..."Tidak usah nona, biar aku saja. Nona pasti sangat lelah karena sudah memasak." Damian menolak dengan nada lembut. Freya mengerutkan kedua alis, ketika melihat sikap Damian yang sangat aneh. Seolah-olah barangnya tidak boleh di sentuh olehnya. "Ya sudahlah, terserah kamu," Freya tidak bisa memaksa. Ia kembali duduk. Setelah Damian berhasil membawa dompetnya lebih dulu. Kini lelaki tampan itu pun memberikan ke empat paperbag itu kepada Freya. "Jangan marah nona ini terimalah, aku harap nona suka dengan beberapa baju yang aku belikan," Bujuk Damian, lalu memberikan.Freya tertegun, saat mendengar apa yang di katakan oleh sang suami. "Apa! baju untukku?" Tanya Freya untuk memastikan dengan penuh selidik. Damian mengangguk, dan membenarkan semua pertanyaan Freya. "Iya, ambil dan cobalah. Bukankah sekarang nona sudah bekerja? Jadi semoga ini bermanfaat."Freya terdiam, melihat Dami

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 9 Wanita Yang Berbeda

    Sesampainya di mansion, Kahtrine menepis tangan Hellian dengan sangat kasar. Ketika mengingat Freya mendapatkan kesempatan bagus untuk mempromosikan desainnya. lagi. "Lepaskan tanganku!" Hellian tertegun, ketika melihat sang kekasih yang tampak marah besar. Tapi pria itu berusaha membujuk dan menenangkan hati Khatrine. "Sayang, plis. Jangan marah aku akan berusaha untuk membuat desainmu masuk ke perusahaan Alexander, agar kamu bisa mengikuti ajang festival yang kamu inginkan," ucap Hellian sembari memeluk Kathrine dari belakang. "Selalu saja begitu, aku ingin bukti. Kamu lihatkan kenapa Freya bisa mendapatkan peluang yang aku inginkan? Kenapa semua ucapanmu hanya omong kosong saja." Cibir Kahtrine memutar kedua bola mata malasnya. Hellian berusaha untuk tetap sabar menghadapi Kathrine, meskipun ucapan wanita itu sedikit menusuk hati."Sayang, ayo lah jangan marah lagi aku yakin nanti juga desain kita akan di terima oleh mereka. Lagian sudah lama kita tidak bermain. Bagaimana jik

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 10 Sebuah Email Misterius

    "Hey, sampai kapan kamu mau menyuruhku untuk tetap berdiri di bawah air hujan? Apa kamu ingin aku masuk angin dan kedinginan?" tanya Freya menyergitkan dahi, saat melihat Damian yang malah bengong. Damian terbuyar dalam lamunan, lalu segera meminta maaf karena membuat istrinya menunggu. "Nona maaf, saya tadi.." Belum tuntas lelaki tampan itu berkata. Freya lebih dulu meminta untuk segera masuk, karena sudah tak tahan derasnya air hujan. "Ck, ayo cepat, niat payungin aku gak sih? " Freya berdecak kesal. "I-iya nona, mari masuk." Sahut Damian, segera menggandeng sang istri dan memayungi menuju ke dalam. Sesampainya di dalam apartemen, Freya segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Sementara Damian, berinisiatif membuatkan minuman hangat jahe merah untuk Freya. Mengingat sifat sang istri yang begitu dingin padanya membuat ia menggeleng. "Sungguh sikapnya begitu cuek dan dingin, jika bukan karena insiden malam itu, Fr

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 11 Godaan Manis Di Pagi Hari

    Pagi hari yang cerah, Freya yang sudah berpenampilan cantik dan rapi, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali. Karena hari ini ada beberapa skema desain yang belum ia sempurnakan. Tapi sebagai seorang istri, ia tak lupa melakukan kewajibannya lebih dulu. Dengan menyiapkan beberapa menu makanan untuk sarapan pagi. "Akhirnya selesai juga," gumam Freya, menata rapi dua gelas susu murni dan dua porsi roti bakar, yang baru saja ia panggang tadi. Baru saja Freya menoleh ke arah belakang, dan ingin memanggil suaminya. Tiba-tiba Damian sudah lebih dulu keluar dari kamar mandi. Dengan penampilan bertelanjang dada, yang hanya mengenakan handuk putih di bawah pinggangnya. Melihat sang istri yang sudah berdiri di dekat meja makan, membuat Damian menyapanya terlebih dahulu. "Selamat pagi nona..." Sapa Damian tersenyum, seraya mengibaskan rambutnya yang masih setengah basah. "Aaakkkhh...ka-kamu sudah mandi? Kenapa tidak langsung memakai baju. Kenapa berdiri di depanku dengan penampilan seperti itu

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 12 Sebuah Obsesi

    Baru saja Freya berdiri untuk menunggu taksi, tiba-tiba saja ia baru ingat jika ada satu map lagi yang tertinggal di kamar, dan itu adalah map yang sangat penting di mana hasil gambar desainnya yang sudah 100 persen selesai. "Ya ampun, ternyata gambar desainku yang satu lagi tidak ada. Pasti aku lupa memasukannya," Freya terkejut, setelah memeriksa beberapa file yang ia pegang. Sebelum ada taksi yang lewat, kini Freya kembali ke apartemen suaminya dengan langkah yang terburu-buru. Hingga akhirnya sampai di depan gerbang. Namun seketika wanita cantik itu terkejut, saat tak sengaja melihat sang suami yang baru keluar dari apartemen, lalu terlihat seorang pria berpakaian serba hitam yang membukakan pintu mobil untuknya. "Damian! kenapa dia masuk ke mobil mewah? sebenarnya siapa juga pria yang di depannya?" Freya menatap dari kejauhan dengan penuh selidik. Melihat jarum jam yang melingkar di tangan hampir menunjukan jam 6:30. Membuat dirinya tak mempunyai banyak waktu lagi. "Sudahla

Bab terbaru

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 189 Akhir Yang Bahagia

    Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 188 Pesta Pernikahan

    Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 187 Fitting Gaun Pengantin

    Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 186 Menagih Janji

    "Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 185 Masih Saling Cinta

    Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 184 Kebahagiaan Ansel

    Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 183 Seperti Yang Dulu

    Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 182 Pria Perkasa

    Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar

  • Istri Dadakan CEO Rupawan    Bab 181 Kartu Undangan

    Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan

DMCA.com Protection Status