Ingin rasanya Freya menyumpal mulut kedua orang yang ada di depannya, akan tetapi ia berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di dalam hati, karena tidak mau jika sampai terpancing keusilan mereka, dan pada akhirnya dia sendiri yang akan rugi.
"Sabar Freya!" Freya berusaha menghibur diri sendiri dalam hati.Ketika suasana di dalam ruangan itu sudah tidak nyaman, dan membuat Freya semakin tertekan. Tiba-tiba saja terlihat seorang wanita memasuki ruangan seraya membawa map hitam di tangannya."Nona Freya Anastasya!" Panggilnya.Freya tersontak, begitu juga dengan Khatrine dan Hellian. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari depan pintu."I-iya saya," sahut Freya, lalu beranjak dari tempat duduk seraya memeluk erat beberapa berkas.Hellian dan Kathrine menyergitkan dahi, bahkan mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Ketika wanita itu memanggil Freya."Silahkan ikut dengan saya, CEO sudah menunggu anda di ruangannya," ucap wanita itu, yang bernama Mandy, tak lain adalah asisten kepercayaan sang pemilik perusahaan.Seketika netra Freya yang berkaca-kaca berubah menjadi berbinar, di saat namanya terpanggil lebih dulu.Tentu saja hal itu membuat Katherine dan Hellian tak terima, bagaimana bisa mereka dari perusahaan ternama malah di dahului oleh seorang Freya."Tunggu, apa kau tidak salah panggil? Kami ini dari Company Grup. Seharusnya aku perwakilannya di panggil lebih dulu dari pada dia," protes Katherine melayangkan jari telunjuk tepat ke arah Freya, seraya menatap tidak suka."Kathrine benar, apa kau tidak bilang bahwa aku ini pimpinan dari Company Grup. Seharusnya kami yang lebih di utamakan," sambung Hellian.Freya menghela nafas panjang, sungguh rasanya ia begitu kesal dan lelah. Ketika kedua orang itu selalu membuat kegaduhan."Maaf tuan, nona. Saya hanya menjalankan perintah dari tuan CEO saja, beliau menilai desain dari hasil objektif saja. Jadi saya harap, kalian berdua sabar saja dulu untuk menunggu, mari nona Freya ikuti saya," tegas wanita itu, lalu mengajak Freya untuk mengikutinya.Freya mengangguk dan hanya memancarkan seulas senyuman tipis di wajah cantiknya, lalu menoleh ke arah mantan bos dan mantan rekan seprofesinya itu."Tuan, Nona Khatrine. Saya duluan ya," pamit Freya dengan nada menyindir dan memancarkan senyum penuh kemenangan.Darah Kathrine mendidih, ia tidak terima ketika melihat Freya lebih dulu melakukan interview."Sayang! Kamu liat kan, kenapa bisa wanita jalang itu lebih dulu di panggil dari pada aku? Katanya kamu banyak mengenal relasi perusahan ini, tapi kenapa sekarang malah begini," Kathrine mengerucutkan bibir. Ia marah dan melampiaskannya pada sang kekasih."Khatrine, sabarlah. Paling-paling dia nanti akan di usir karena skandalnya itu." Hellian berusaha menenangkan Kathrine.Katherine pun hanya terdiam, dan memutar kedua mata malasnya karena kesal.***Freya menghela nafas lega, setelah berhasil menghindari keusilan kedua orang menyebalkan tadi, ia berjalan mengikuti Mandy menyusuri lobi, mengarah ke ruangan CEO yang berada di lantai dua.Wanita cantik itu juga tidak lupa untuk berterima kasih, akan tetapi Mandy hanya mengatakan jika dirinya hanya menjalankan tugas saja.Setelah sampai di ruangan CEO, Mandy mengetuk pintu. Lalu terdengar suara bariton pria yang menyuruhnya untuk segera masuk.Setelah mendapatkan ijin dari sang bos, Mandy membuka pintu dan mempersilahkan Freya juga untuk ikut."CEO, maaf menggangu waktu anda, sesuai perintah. Sekarang nona Freya sudah datang," ucap sang asisten memberitahukan, dengan penuh rasa hormat.Freya terlihat begitu tegang dan gugup, rasanya ia begitu nervous entah orang seperti apa pemilik perusahaan besar ini, pikirannya."Hm, kau boleh pergi Mandy.""Baik tuan."Mandy undur diri, sementara di ruangan besar dan mewah itu hanya ada Freya dan sang pemilik perusahaan. Suasana di dalam masih terasa hening dan canggung, Freya yang penasaran pun mengerutkan kedua alisnya, entah sosok orang seperti apa yang masih membelakanginya itu."Nona Freya Anastasya, usia 20 tahun Lulusan universitas designer Berlin. Merintis karier pertama di Company Grup selama tiga tahun." Ucap Pria itu membacakan biodata Freya, dengan sangat detail, sembari memutar kursi kebesarannya dan membidik ke arah Freya yang masih berdiri di hadapannya.Freya terkejut, saat melihat sosok pria yang ada di depan. Seorang pria yang berpenampilan rapih dengan tuxedo hitam, seraya memakai masker, kacamata hitam dan bandana di kepala."Ya ampun, apa dia benar-benar CEO di perusahaan besar ini? Atau pangeran Arab ya? Bagaimana bisa di ruang ber-AC seperti ini memakai masker, kacamata hitam? Seperti di pantai saja, belum lagi asesoris yang ada di kepalanya itu," Freya meracau dalam hati dan tak habis pikir.Rasanya ia merasa aneh, ketika pertama bertemu dan melihat pemilik perusahaan terbesar, yang konon katanya terkenal sangat hebat dan tak tertandingi dalam dunia bisnis Fashion."Belum lagi suaranya itu kenapa ya?" Freya bertanya lagi dalam hati, untuk yang kedua kalinya.Melihat Freya yang malah bengong, membuat Dave Alexander yang tak lain adalah seorang Damian. Menggeleng-gelengkan kepala dan.."Nona Freya! Apa kau mendengar perkataanku tadi?" Tanya Dave, dengan nada suara berat yang sedikit membentak.Freya terhenyak kaget, kini ia mengesampingkan semua pertanyaan yang ada di dalam benaknya."Ah iya tu-tuan, semua yang anda katakan benar. Tidak ada yang keliru," sahut Freya dengan nada terbata-bata."Hm, kalau begitu silahkan duduk. Dan jelaskan semua arti desain dress-mu ini, berikan alasan kenapa perusahaan harus menerima hasil gambar desain kamu?!" Dave sengaja mencecar beberapa pertanyaan, karena ia begitu ingin tahu sejauh mana kemampuan Freya, untuk meyakinkan jika hasil desainnya layak untuk di terima.Freya hanya mengangguk patuh, lalu ia duduk berhadapan dengan Dave. Baginya melakukan interview bukanlah pertama kali. Dengan tutur kata yang lembut, ia mulai menjelaskan apa makna dari gambar dress yang ia buat dengan begitu santai.Melihat kepiawaian Freya, membuat Dave terkejut dan meninggalkan rasa kagum dari dalam hati. Setelah Freya selesai memperkenalkan diri, dan mengartikan dress hasil desainnya.Namun satu hal lagi yang ingin di tanyakan oleh Dave."Nona Freya, aku suka dengan karakter yang berhasil kamu bangun di dalam desainmu ini, tapi bisakah kamu jelaskan, kenapa kamu lebih memilih untuk punggung dress ini lebih terbuka, di bandingkan bagian depannya?" Tanya Dave penasaran.Freya tersenyum, lalu ia mulai menjelaskan bahwa seorang wanita bisa terlihat cantik dan sexy tanpa harus menonjolkan setiap bentuk lekuk tubuhnya, terutama perempuan yang sudah mempunyai pasangan. Memperlihatkan punggung yang indah akan lebih elegan dan terkesan glamor.Lagi-lagi Dave di buat kagum, cara berpikir Freya. Tanpa membuang waktu lagi kini lelaki itu mengulurkan tangannya dan..."Nona Freya, anda wanita yang sangat cerdas dan unik. Selamat bergabung di perusahaan ini!"Freya tertegun, rasanya ia tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar."Ma-maksud tuan, saya di terima kerja di perusahaan anda?" Tanya Freya untuk memastikan. Seraya menatap lawan bicaranya dengan netra yang berkaca-kaca."Hm, iya. Mulai besok kau boleh langsung bekerja dan datang tepat waktu, untuk hari ini cukup sampai di sini saja," Dave mempersilahkan Freya untuk meninggalkan ruangan.Freya pun beranjak dari tempat duduknya, dengan senyuman sumringah yang terpancar di wajahnya. Tak lupa ia juga membalas jabatan tangan Dave, bahkan ia juga sangat berterima kasih. Karena sudah menerimanya bekerja sebagai designer lagi.Setelah semua selesai, akhirnya Freya undur diri. Saking senangnya perempuan cantik itu yang masih berada di dalam ruangan, dengan cepatnya ia menelpon suaminya, untuk memberi kabar gembira dan tak lupa mengucapkan terima kasih.Drrrtt...drrttt..Panggilan pun terhubung, dan di waktu yang sama tiba-tiba suara nada dering ponsel berbunyi di arah meja kebesaran sang CEO.Langkah Freya terhenti, lalu ia memutar badan. Begitu juga dengan Dave Alexander yang tak kalah kagetnya. Keduanya saling menatap walaupun kedua pelupuk mata lelaki itu terhalang oleh kacamata hitamnya. Suasana di antara mereka begitu canggung."Itu!" Freya begitu penasaran, ia mencoba untuk melirik ke arah benda pipih yang ada di atas meja yang masih terus bergetar. Karena bagaimana bisa begitu kebetulan, di saat ia menelpon malah bersamaan dengan bunyinya ponsel atasan barunya."Nona Freya! untuk apa kau masih di sini? Bukankah urusan kita sudah selesai, sekarang cepatlah pergi. Jangan membuang waktuku lagi," usir Dave dengan nada tinggi, bahkan ia mengarahkan jari telunjuknya ke arah pintu, dengan rasa panik yang menyelimuti dirinya."Maaf tuan..." sesal Freya menundukkan wajah, lalu ia segera meninggalkan ruangan itu. Dengan perasaan yang kesal. Setelah Freya pergi, Dave menghela nafas lega. Karena hampir saja ponselnya di lihat. "Untung saja tidak ketahuan," gumam Dave mengusap kasar wajahnya, sembari menyandarkan punggung di kursi kebesarannya, dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh.Dave merasa bersalah, karena ia sudah membentak Freya. Tapi karena terlalu panik. Sampai ia tidak bisa berpikir jernih. "Lain kali, aku tidak boleh ceroboh." Gumam Dave, sembari memijat kening. Setelah keluar dari perusahaan Freya masih merasa kesal, karena tadi di bentak oleh atasan barunya. "Menyebalkan sekali, padahal aku tadi tak sengaja ingin melihat ponselnya, tapi dia malah marah-marah dasar orang aneh," Freya menggerutu. Akan tetapi mengingat sudah di terima di perusahaan itu, membuat rasa kesal Freya berkurang. "Sudahlah, mungkin tadi salahku juga karena ingin tahu privasi orang. Lebih baik aku telepon Damian
Wajah Damian terlihat pucat, ketika melihat Freya mencoba untuk meraih ke empat paperbag itu namun..."Tidak usah nona, biar aku saja. Nona pasti sangat lelah karena sudah memasak." Damian menolak dengan nada lembut. Freya mengerutkan kedua alis, ketika melihat sikap Damian yang sangat aneh. Seolah-olah barangnya tidak boleh di sentuh olehnya. "Ya sudahlah, terserah kamu," Freya tidak bisa memaksa. Ia kembali duduk. Setelah Damian berhasil membawa dompetnya lebih dulu. Kini lelaki tampan itu pun memberikan ke empat paperbag itu kepada Freya. "Jangan marah nona ini terimalah, aku harap nona suka dengan beberapa baju yang aku belikan," Bujuk Damian, lalu memberikan.Freya tertegun, saat mendengar apa yang di katakan oleh sang suami. "Apa! baju untukku?" Tanya Freya untuk memastikan dengan penuh selidik. Damian mengangguk, dan membenarkan semua pertanyaan Freya. "Iya, ambil dan cobalah. Bukankah sekarang nona sudah bekerja? Jadi semoga ini bermanfaat."Freya terdiam, melihat Dami
Sesampainya di mansion, Kahtrine menepis tangan Hellian dengan sangat kasar. Ketika mengingat Freya mendapatkan kesempatan bagus untuk mempromosikan desainnya. lagi. "Lepaskan tanganku!" Hellian tertegun, ketika melihat sang kekasih yang tampak marah besar. Tapi pria itu berusaha membujuk dan menenangkan hati Khatrine. "Sayang, plis. Jangan marah aku akan berusaha untuk membuat desainmu masuk ke perusahaan Alexander, agar kamu bisa mengikuti ajang festival yang kamu inginkan," ucap Hellian sembari memeluk Kathrine dari belakang. "Selalu saja begitu, aku ingin bukti. Kamu lihatkan kenapa Freya bisa mendapatkan peluang yang aku inginkan? Kenapa semua ucapanmu hanya omong kosong saja." Cibir Kahtrine memutar kedua bola mata malasnya. Hellian berusaha untuk tetap sabar menghadapi Kathrine, meskipun ucapan wanita itu sedikit menusuk hati."Sayang, ayo lah jangan marah lagi aku yakin nanti juga desain kita akan di terima oleh mereka. Lagian sudah lama kita tidak bermain. Bagaimana jik
"Hey, sampai kapan kamu mau menyuruhku untuk tetap berdiri di bawah air hujan? Apa kamu ingin aku masuk angin dan kedinginan?" tanya Freya menyergitkan dahi, saat melihat Damian yang malah bengong. Damian terbuyar dalam lamunan, lalu segera meminta maaf karena membuat istrinya menunggu. "Nona maaf, saya tadi.." Belum tuntas lelaki tampan itu berkata. Freya lebih dulu meminta untuk segera masuk, karena sudah tak tahan derasnya air hujan. "Ck, ayo cepat, niat payungin aku gak sih? " Freya berdecak kesal. "I-iya nona, mari masuk." Sahut Damian, segera menggandeng sang istri dan memayungi menuju ke dalam. Sesampainya di dalam apartemen, Freya segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Sementara Damian, berinisiatif membuatkan minuman hangat jahe merah untuk Freya. Mengingat sifat sang istri yang begitu dingin padanya membuat ia menggeleng. "Sungguh sikapnya begitu cuek dan dingin, jika bukan karena insiden malam itu, Fr
Pagi hari yang cerah, Freya yang sudah berpenampilan cantik dan rapi, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali. Karena hari ini ada beberapa skema desain yang belum ia sempurnakan. Tapi sebagai seorang istri, ia tak lupa melakukan kewajibannya lebih dulu. Dengan menyiapkan beberapa menu makanan untuk sarapan pagi. "Akhirnya selesai juga," gumam Freya, menata rapi dua gelas susu murni dan dua porsi roti bakar, yang baru saja ia panggang tadi. Baru saja Freya menoleh ke arah belakang, dan ingin memanggil suaminya. Tiba-tiba Damian sudah lebih dulu keluar dari kamar mandi. Dengan penampilan bertelanjang dada, yang hanya mengenakan handuk putih di bawah pinggangnya. Melihat sang istri yang sudah berdiri di dekat meja makan, membuat Damian menyapanya terlebih dahulu. "Selamat pagi nona..." Sapa Damian tersenyum, seraya mengibaskan rambutnya yang masih setengah basah. "Aaakkkhh...ka-kamu sudah mandi? Kenapa tidak langsung memakai baju. Kenapa berdiri di depanku dengan penampilan seperti itu
Baru saja Freya berdiri untuk menunggu taksi, tiba-tiba saja ia baru ingat jika ada satu map lagi yang tertinggal di kamar, dan itu adalah map yang sangat penting di mana hasil gambar desainnya yang sudah 100 persen selesai. "Ya ampun, ternyata gambar desainku yang satu lagi tidak ada. Pasti aku lupa memasukannya," Freya terkejut, setelah memeriksa beberapa file yang ia pegang. Sebelum ada taksi yang lewat, kini Freya kembali ke apartemen suaminya dengan langkah yang terburu-buru. Hingga akhirnya sampai di depan gerbang. Namun seketika wanita cantik itu terkejut, saat tak sengaja melihat sang suami yang baru keluar dari apartemen, lalu terlihat seorang pria berpakaian serba hitam yang membukakan pintu mobil untuknya. "Damian! kenapa dia masuk ke mobil mewah? sebenarnya siapa juga pria yang di depannya?" Freya menatap dari kejauhan dengan penuh selidik. Melihat jarum jam yang melingkar di tangan hampir menunjukan jam 6:30. Membuat dirinya tak mempunyai banyak waktu lagi. "Sudahla
Tepat jam 12 siang, Freya yang masih fokus dengan pekerjaannya. Tiba-tiba Mandy datang menghampiri dan memberitahukan sebuah pesan yang telah di sampaikan oleh sang bos. "Nona Freya." Panggil Mandy. Freya pun segera menjeda aktivitasnya sejenak, lalu melirik ke arah sumber suara. "Asisten Mandy ada apa?" Tanya Freya. Lalu menyuruh wanita itu untuk duduk. Dan Mandy yang sudah tidak sungkan lagi, kini ia duduk lalu menyampaikan sesuai perintah."Nona Freya, tuan menunggu anda di mobil. Beliau berharap nona tidak membuatnya menunggu lama." Ucap Mandy. "Apa menungguku? Kenapa tuan Dave menungguku di mobil? bukankah kemarin beliau bilang ingin memperbarui kontrak saja," Freya masih belum mengerti kenapa bosnya tiba-tiba saja menyuruh untuk naik mobil bersama. Sebagai asisten kepercayaan, Mandy pun mencoba untuk menjelaskan pada Freya. Jika ia hanya perlu mematuhi semua perintah bosnya. "Nona Freya, tuan adalah orang yang sangat menghargai waktu. Jadi tenanglah menurut saya nona tida
Hellian dan Kahtrine pun saling menatap satu sama lain, ketika Dave Alexander melontarkan pertanyaan pada mereka. "Kebetulan Kahtrine adalah designer yang berbakat dan mempunyai image yang baik, jika tuan berkenan bagaimana jika kita berdua bekerja sama, aku bisa membuat dia bekerja di perusahan anda, dan menurut tuan bagaimana hasil desainnya yang sudah kami kirimkan kemarin pada asisten anda?" Tanya Hellian sembari mempromosikan Kahtrine. Dave hanya memancarkan senyum smrik di balik kacamata dan maskernya itu, saat mendengar semua perkataan Hellian membuatnya sangat konyol. "Heh, image yang baik menurutmu? Apakah menjelek-jelekkan orang di depan atasannya itu bagus dan beretitut?" Tanya Dave yang lagi-lagi menyindir ke dua orang yang mencoba untuk menjilatinya. Hellian dan Kathrine tersontak, saat mendengar perkataan Dave yang terdengar begitu menusuk hati. Begitu juga dengan Freya yang masih berdiri tepat di samping bos barunya. "Apa aku saja ya, yang merasa jika tuan Dave sepe
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan