Freya terharu, perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Antara senang dan sedih bahkan rasanya seperti mimpi indah yang sulit untuk di percaya. Namun seketika Freya teringat semua perkataan Damian beberapa hari yang lalu, untuk menunggu kabar baik darinya.
"Tunggu, email ini asli apa enggak ya? Kenapa begitu mendadak? Oh iya semalam Damian membawa hasil karya desain ku, apa ini ada hubungan dengan dia?" Freya bertanya-tanya, untuk memastikan perkiraannya kini ia segera menelpon sang suami.Drrttt...drttt..Panggilan terhubung, Freya terlihat begitu antusias. Saat Damian menjawab panggilannya."Ya, Halo?" Damian memulai topik pembicaraan terlebih dahulu. Freya yang masih merasa gugup, seolah-olah vita suaranya terasa tercekat di tenggorokan, dan bibirnya pun terasa terkunci.Tapi perempuan berparas cantik itu pun tetap berusaha, ia mencoba untuk tetap tenang lalu ia mulai memberanikan diri untuk bertanya secara langsung."Aku Freya, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Tolong jawab dengan jujur," Pinta Freya secara to the point.Damian merasa senang, karena akhirnya Freya sudah mulai mau menghubungi dia."Iya, katakan saja. Apa yang ingin nona tanyakan tidak usah sungkan," Balas Damian yang masih setia menunggu.Freya menarik nafas dalam-dalam, Lalu ia menceritakan tentang dirinya yang tiba-tiba saja mendapatkan sebuah email dari sebuah perusahaan besar multinasional bernama Alexander Grup, yang mengundangnya secara resmi untuk hadir ke perusahaan itu.Damian hanya tersenyum kecil, ketika mendengar semua yang di ceritakan oleh sang istri."Katakan padaku Damian, apa kamu yang memberikan desain ku kemarin pada perusahaan besar itu?" Tanya Freya dengan penuh selidik."Tentu saja tidak nona, aku hanya mencoba untuk merekomendasikan pada Klien ku saja, mungkin karya mu terlihat bagus dan menarik sehingga membuat mereka tertarik, dan ingin menjadikan anda untuk menjadi bagian dari perusahaan mereka," Jawab Damian dengan santai.Hati Freya berbunga-bunga, saat Damian tak henti-henti menyanjung dan selalu mensupport dirinya."Terima kasih, karena kamu selalu menyemangati ku. Kalau begitu aku tidak mau mengganggu pekerjaan mu sampai ketemu di rumah nanti," Freya segera menutup panggilan.Entah kenapa ia merasa sangat gugup tadi, begitu juga dengan Damian. Rasanya lelaki tampan itu sangat bahagia, setelah menerima telpon dari istrinya. "Hm, Freya...Freya..." Gumam Damian mengelengkan kepala sembari tersenyum kecil.***Freya masih ingin memastikan keakuratan email yang ke dalam ponselnya, kini ia pun mengambil inisiatif untuk membalas email perusahaan tersebut, lalu menceritakan semua tentang skandal yang baru saja ia alami."Aku tidak yakin, jika mereka tahu tentang masalah ku kemarin. Apa masih berlaku undangan ini?" Freya bertanya-tanya sendiri karena merasa ragu, setelah ia menceritakan tentang rumor negatif tentangnya dan Damian.Belum sepuluh menit, Freya membalas email. Namun tiba-tiba balasan email dari perusahaan itu kembali masuk lagi, yang mengatas nama kan tuan Dave Alexander (CEO Alexander Grup).Kedua bola mata Freya membulat sempurna, saat membaca kan balasan email. Yang mengatakan bahwa perusahaan hanya menilai berdasarkan objektif saja.Hal itu pun membuat Freya, terhenyak kaget bercampur haru. Karena mendapatkan peluang besar untuk kembali dan meraih nama baiknya di dunia fashion lagi. "Ya tuhan, aku senang sekali. Jika ini benar dan resmi. Itu artinya aku tidak boleh melewatkan kesempatan emas ini. Lebih baik aku segera ke sana," seketika Freya meneteskan tangis bahagianya, bahkan ia terlihat begitu bersemangat, dan memutuskan untuk mendatangi undangan perusahaan tersebut.Akan tetapi baru saja ia mengambil kimono handuknya untuk mandi, tiba-tiba saja Freya baru ingat jika pakaiannya masih berada di rumah lama."Heh, aku lupa bagaimana bisa aku pergi ke sana dengan penampilan berantakan seperti ini?" Freya bingung.Ketika Freya tengah larut dalam kebingungan, tiba-tiba saja ia tak sengaja melihat sebuah paperbag berwarna hitam yang berada di atas meja."Apa ini?" Freya penasaran, lalu membuka apa yang ada di dalamnya, hal itu pun membuat ia terkejut saat melihat satu stel kemeja putih, rok span hitam beserta sebuah blazer putih baru yang sengaja di siapkan oleh suaminya.Freya merasa tersentuh, saat Damian begitu memperhatikan dirinya. Walaupun ia tidak suka memakai baju produk milik orang lagi, tapi Freya yang sudah tidak punya banyak waktu lagi, akhirnya ia memakai baju itu.****Beberapa jam kemudian, setelah berpakaian rapih dan modis. Freya akhirnya pergi ke perusahaan Multinasional Fashion Grup itu seorang diri, karena ia tidak mau mengganggu dan merepotkan suaminya yang sedang bekerja di toko, perusahaan itu juga di kenal perusahaan yang sangat besar bahkan terdengar memiliki beberapa anak perusahaan lainnya di seluruh kota.Freya merasa sedikit gugup, ketika berjalan memasuki perusahaan yang berlantaikan dua puluh itu, setelah kejadian beberapa hari yang lalu, sebenarnya ia juga masih takut dan malu mengingat skandal yang ia alami.Namun sesampainya di dalam, karyawan di bagian resepsionis pun menyambutnya dengan senyuman ramah."Selamat siang nona, apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya kedua wanita berseragam hitam putih yang senada."S-saya ingin bertemu dengan pemilik perusahaan ini, dan kebetulan saya mempunyai email undangan dari beliau," Jelas Freya seraya memperlihatkan bukti emailnya.Melihat dan memastikan bahwa email itu resmi dari perusahaan mereka, kini kedua resepsionis itu pun mempersilahkan Freya untuk menunggu terlebih dahulu."Nona, silahkan duduk di ruang tunggu. Nanti kami akan segera menginformasikan lagi pada CEO.""Baik terima kasih."Freya akhirnya pergi ke ruangan tunggu, sesuai perintah yang di arahkan tangannya terasa dingin. Bahkan tubuhnya sangat gemetar membayangkan sosok seperti apa pemilik perusahaan besar ini."Aku harap, desainku ini bisa di terima dengan baik," ucap Freya dalam hati, sembari memeluk beberapa file di tangannya.Belum lama Freya duduk di sana, tiba-tiba saja dua orang menyusul masuk."Ck, sayangku. Lihatlah bukankah itu Freya? Sedang apa dia di sini?" Kathrine sengaja bertanya pada Hellian, dan mengarahkan jari telunjuknya tepat ke arah Freya.Freya tersontak, ketika melihat dua orang yang ada di depannya itu ternyata mantan bos dan teman yang sudah mengkhianatinya."Hm, Freya ternyata kau. Kami kira siapa tadi. Oh iya, untuk apa kamu di sini? Ingin melamar pekerjaan ya? Apa urat malu mu sudah putus? sebaiknya kamu jangan bermimpi bisa di terima di perusahaan ini, apa lagi dengan reputasi jelek mu yang sudah tidur dengan si tukang kain itu. Sungguh sangat memalukan hanya akan merusak reputasi perusahaan saja," Ledek Hellian sembari menatap remeh."Kau benar sayang, perusahaan mana yang akan mau menampungnya. Lebih baik kamu pergi Freya sebelum di seret oleh para security." Timpal Kathrine bernada manja, sembari mendaratkan kepala di bahu Hellian.Kedua bola mata Freya berkaca-kaca, saat mereka merundung dan menghina dirinya habis-habisan. Sungguh Ia merasa malu dan kesal ketika dua orang itu terus mencibir tentang skandalnya bersama Damian."Mereka berdua sungguh sangat menyebalkan." geram Freya dalam hati, seraya mengepalkan kedua tangan dan menatap tajam ke arah mereka.Ingin rasanya Freya menyumpal mulut kedua orang yang ada di depannya, akan tetapi ia berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di dalam hati, karena tidak mau jika sampai terpancing keusilan mereka, dan pada akhirnya dia sendiri yang akan rugi. "Sabar Freya!" Freya berusaha menghibur diri sendiri dalam hati. Ketika suasana di dalam ruangan itu sudah tidak nyaman, dan membuat Freya semakin tertekan. Tiba-tiba saja terlihat seorang wanita memasuki ruangan seraya membawa map hitam di tangannya. "Nona Freya Anastasya!" Panggilnya.Freya tersontak, begitu juga dengan Khatrine dan Hellian. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari depan pintu. "I-iya saya," sahut Freya, lalu beranjak dari tempat duduk seraya memeluk erat beberapa berkas. Hellian dan Kathrine menyergitkan dahi, bahkan mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Ketika wanita itu memanggil Freya. "Silahkan ikut dengan saya, CEO sudah menunggu anda di ruangannya," ucap wanita itu, yan
"Maaf tuan..." sesal Freya menundukkan wajah, lalu ia segera meninggalkan ruangan itu. Dengan perasaan yang kesal. Setelah Freya pergi, Dave menghela nafas lega. Karena hampir saja ponselnya di lihat. "Untung saja tidak ketahuan," gumam Dave mengusap kasar wajahnya, sembari menyandarkan punggung di kursi kebesarannya, dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh.Dave merasa bersalah, karena ia sudah membentak Freya. Tapi karena terlalu panik. Sampai ia tidak bisa berpikir jernih. "Lain kali, aku tidak boleh ceroboh." Gumam Dave, sembari memijat kening. Setelah keluar dari perusahaan Freya masih merasa kesal, karena tadi di bentak oleh atasan barunya. "Menyebalkan sekali, padahal aku tadi tak sengaja ingin melihat ponselnya, tapi dia malah marah-marah dasar orang aneh," Freya menggerutu. Akan tetapi mengingat sudah di terima di perusahaan itu, membuat rasa kesal Freya berkurang. "Sudahlah, mungkin tadi salahku juga karena ingin tahu privasi orang. Lebih baik aku telepon Damian
Wajah Damian terlihat pucat, ketika melihat Freya mencoba untuk meraih ke empat paperbag itu namun..."Tidak usah nona, biar aku saja. Nona pasti sangat lelah karena sudah memasak." Damian menolak dengan nada lembut. Freya mengerutkan kedua alis, ketika melihat sikap Damian yang sangat aneh. Seolah-olah barangnya tidak boleh di sentuh olehnya. "Ya sudahlah, terserah kamu," Freya tidak bisa memaksa. Ia kembali duduk. Setelah Damian berhasil membawa dompetnya lebih dulu. Kini lelaki tampan itu pun memberikan ke empat paperbag itu kepada Freya. "Jangan marah nona ini terimalah, aku harap nona suka dengan beberapa baju yang aku belikan," Bujuk Damian, lalu memberikan.Freya tertegun, saat mendengar apa yang di katakan oleh sang suami. "Apa! baju untukku?" Tanya Freya untuk memastikan dengan penuh selidik. Damian mengangguk, dan membenarkan semua pertanyaan Freya. "Iya, ambil dan cobalah. Bukankah sekarang nona sudah bekerja? Jadi semoga ini bermanfaat."Freya terdiam, melihat Dami
Sesampainya di mansion, Kahtrine menepis tangan Hellian dengan sangat kasar. Ketika mengingat Freya mendapatkan kesempatan bagus untuk mempromosikan desainnya. lagi. "Lepaskan tanganku!" Hellian tertegun, ketika melihat sang kekasih yang tampak marah besar. Tapi pria itu berusaha membujuk dan menenangkan hati Khatrine. "Sayang, plis. Jangan marah aku akan berusaha untuk membuat desainmu masuk ke perusahaan Alexander, agar kamu bisa mengikuti ajang festival yang kamu inginkan," ucap Hellian sembari memeluk Kathrine dari belakang. "Selalu saja begitu, aku ingin bukti. Kamu lihatkan kenapa Freya bisa mendapatkan peluang yang aku inginkan? Kenapa semua ucapanmu hanya omong kosong saja." Cibir Kahtrine memutar kedua bola mata malasnya. Hellian berusaha untuk tetap sabar menghadapi Kathrine, meskipun ucapan wanita itu sedikit menusuk hati."Sayang, ayo lah jangan marah lagi aku yakin nanti juga desain kita akan di terima oleh mereka. Lagian sudah lama kita tidak bermain. Bagaimana jik
"Hey, sampai kapan kamu mau menyuruhku untuk tetap berdiri di bawah air hujan? Apa kamu ingin aku masuk angin dan kedinginan?" tanya Freya menyergitkan dahi, saat melihat Damian yang malah bengong. Damian terbuyar dalam lamunan, lalu segera meminta maaf karena membuat istrinya menunggu. "Nona maaf, saya tadi.." Belum tuntas lelaki tampan itu berkata. Freya lebih dulu meminta untuk segera masuk, karena sudah tak tahan derasnya air hujan. "Ck, ayo cepat, niat payungin aku gak sih? " Freya berdecak kesal. "I-iya nona, mari masuk." Sahut Damian, segera menggandeng sang istri dan memayungi menuju ke dalam. Sesampainya di dalam apartemen, Freya segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Sementara Damian, berinisiatif membuatkan minuman hangat jahe merah untuk Freya. Mengingat sifat sang istri yang begitu dingin padanya membuat ia menggeleng. "Sungguh sikapnya begitu cuek dan dingin, jika bukan karena insiden malam itu, Fr
Pagi hari yang cerah, Freya yang sudah berpenampilan cantik dan rapi, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali. Karena hari ini ada beberapa skema desain yang belum ia sempurnakan. Tapi sebagai seorang istri, ia tak lupa melakukan kewajibannya lebih dulu. Dengan menyiapkan beberapa menu makanan untuk sarapan pagi. "Akhirnya selesai juga," gumam Freya, menata rapi dua gelas susu murni dan dua porsi roti bakar, yang baru saja ia panggang tadi. Baru saja Freya menoleh ke arah belakang, dan ingin memanggil suaminya. Tiba-tiba Damian sudah lebih dulu keluar dari kamar mandi. Dengan penampilan bertelanjang dada, yang hanya mengenakan handuk putih di bawah pinggangnya. Melihat sang istri yang sudah berdiri di dekat meja makan, membuat Damian menyapanya terlebih dahulu. "Selamat pagi nona..." Sapa Damian tersenyum, seraya mengibaskan rambutnya yang masih setengah basah. "Aaakkkhh...ka-kamu sudah mandi? Kenapa tidak langsung memakai baju. Kenapa berdiri di depanku dengan penampilan seperti itu
Baru saja Freya berdiri untuk menunggu taksi, tiba-tiba saja ia baru ingat jika ada satu map lagi yang tertinggal di kamar, dan itu adalah map yang sangat penting di mana hasil gambar desainnya yang sudah 100 persen selesai. "Ya ampun, ternyata gambar desainku yang satu lagi tidak ada. Pasti aku lupa memasukannya," Freya terkejut, setelah memeriksa beberapa file yang ia pegang. Sebelum ada taksi yang lewat, kini Freya kembali ke apartemen suaminya dengan langkah yang terburu-buru. Hingga akhirnya sampai di depan gerbang. Namun seketika wanita cantik itu terkejut, saat tak sengaja melihat sang suami yang baru keluar dari apartemen, lalu terlihat seorang pria berpakaian serba hitam yang membukakan pintu mobil untuknya. "Damian! kenapa dia masuk ke mobil mewah? sebenarnya siapa juga pria yang di depannya?" Freya menatap dari kejauhan dengan penuh selidik. Melihat jarum jam yang melingkar di tangan hampir menunjukan jam 6:30. Membuat dirinya tak mempunyai banyak waktu lagi. "Sudahla
Tepat jam 12 siang, Freya yang masih fokus dengan pekerjaannya. Tiba-tiba Mandy datang menghampiri dan memberitahukan sebuah pesan yang telah di sampaikan oleh sang bos. "Nona Freya." Panggil Mandy. Freya pun segera menjeda aktivitasnya sejenak, lalu melirik ke arah sumber suara. "Asisten Mandy ada apa?" Tanya Freya. Lalu menyuruh wanita itu untuk duduk. Dan Mandy yang sudah tidak sungkan lagi, kini ia duduk lalu menyampaikan sesuai perintah."Nona Freya, tuan menunggu anda di mobil. Beliau berharap nona tidak membuatnya menunggu lama." Ucap Mandy. "Apa menungguku? Kenapa tuan Dave menungguku di mobil? bukankah kemarin beliau bilang ingin memperbarui kontrak saja," Freya masih belum mengerti kenapa bosnya tiba-tiba saja menyuruh untuk naik mobil bersama. Sebagai asisten kepercayaan, Mandy pun mencoba untuk menjelaskan pada Freya. Jika ia hanya perlu mematuhi semua perintah bosnya. "Nona Freya, tuan adalah orang yang sangat menghargai waktu. Jadi tenanglah menurut saya nona tida
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan