Bab 15 - ICTKDika lalu membayar tas rajut yang diinginkan Laila."Buat pacar kamu, ya?" tanya Mbak Yaya."Hehehe, nggak Mbak. Saya suka aja soalnya lucu gemes. Sudah bungkus saja, Mbak!" pinta Dika.“Kamu juga nggak kalah gemesnya.” Yaya mengerling genit membuat Laila menatapnya tajam seraya berkacak pinggang.Setelah membayar dan menunggu kembalian, akhirnya Mbak Yaya menyerahkan beberapa lembar uang kertas pada Dika. Wanita itu menyentuh tangan Dika sangat lama seraya berdalih basa-basi."Hari mulai malam, loh. Nanti jika kamu butuh penginapan, rumah saya terbuka buat kamu," ucap Mbak Yaya sambil menatap genit ke arah Dika. "Hehehe... boleh Mbak, Adawww!" Laila langsung menjewer daun telinga Dika."Kamu kenapa?" tanya Mbak Yaya keheranan."Kuping saya suka sakit gak jelas gini, Mbak. Hehehe maaf ya Mbak, saya permisi dulu kalau begitu. Tapi, makasih banget tawarannya." Dika tak ingin membuat Laila lebih marah lagi, oleh karena itu ia langsung pergi dan mengikuti Laila. Padahal w
Bab 16 ICTK"Kamu siapa?" tanya pemuda itu menyeka air matanya."Aku Laila," jawab Laila, “kamu siapa?” "Namaku Aldi, aku baru ini lihat hantu perempuan, biasanya selalu aja hantu laki-laki yang aku lihat," kata Aldi."Kamu tadi bilang mau pulang? Mau pulang ke mana?" tanya Laila."Aku mau pulang ke Kota Raya. Tadinya aku ikut study tour di sini, tapi aku tertinggal," ucap aldi. "Kok, bisa?" Laila mengernyit."Semua salahku juga, karena aku gampang tergoda sama perempuan itu," jawab Aldi."Perempuan itu? Perempuan yang mana?" tanya Laila."Mbak Yaya, yang cakep itu yang badannya seksi, bohay, semok yang penjual tas rajut di pasar," ucap Aldi menjelaskan. Wajah pucat Aldi lantas berubah menjadi warna merah muda di pipinya."Idih, kok mukanya mateng gitu?" tanya Laila."Habisnya aku malu kalau ingat kejadian itu.”“Kejadian apa?” “Ummm, apa kamu mau denger?" tanya Aldi.“Udah cerita aja jangan bikin aku penasaran!” pinta Laila.Gadis itu lau duduk di samping Aldi untuk mendengarkan
Bab 17Laila menatap ke arah Aldi yang masih menyesali perbuatannya. Harusnya malam itu ia menahan diri agar tak tergoda dengan Mbak Yaya. "Nasi udah jadi bubur, Di," Laila menepuk bahu Aldi."Iya udah lembek apalagi kalau udah basi, jadi kaya muntahan bayi, iya kan?" sahut Aldi."Kok jadi ngomongin muntahan bayi, sih?" Laila merasa jijik."Iya juga. Habisnya lagian kamu ngomongin bubur." Aldi menoleh ke arah Laila."Tunggu, kata kamu tadi si Mbak Yaya bakal mengincar perjaka? Lah, terus si Dika kan masih perjaka. Mana aku tinggal di gubuk sana," ucap Laila cemas. "Yang bener? buruan kalau begitu, kamu harus cepat menolong kawan kamu sebelum Mbak Yaya menangkapnya." “Duh, bisa gawat nih!”Laila segera bergegas menemui Dika di gubuk tadi.***Di gubuk tempat Dika berada, sosok Yaya telah menyerupai Laila. Ia membangunkan Dika kala itu."Dika! Ayo, bangun yuk!" sosok Laila itu menepuk paha Dika yang tertidur di gubuk. "Eh kamu, Lai. Aku lapar nih mau cari makan, tapi nungguin kamu d
Bab 18Kemudian wanita yang bernama Yaya itu berdiri menunjukkan lekuk tubuhnya yang sensual. Ia tanggalkan satu persatu pakaian penutup tubuhnya di hadapan Dika. Wanita itu berharap Dika akan tergoda oleh kemolekan tubuhnya.Dika sempat terbelalak melihat tubuh milik Mbak Yaya, tetapi pikiran jernihnya membantunya untuk bertahan dan mencari pintu keluar dari rumah itu.Yaya makin mendekat ke arah Dika."Apa kau tak tergoda dengan bentuk tubuhku?" tanyanya.Dika hanya bisa memejamkan kedua matanya, ia tak mau menatap wanita di hadapannya itu."Kalau aku yang seperti ini, apa kau tidak tertarik juga?" tanya Mbak Yaya yang sudah mengubah tubuhnya dan wajahnya seperti milik Laila."Gak, gak mungkin Laila kayak gitu," ucap Dika masih mencoba bertahan.Tiba-tiba, terdengar suara Laila memanggil namanya dari luar rumah. “Dika, di mana kamu?” Laila terus saja memanggil Dika."Laila, Laila aku di sini!" teriak Dika sekuat tenaganya.Laila yang mendengar jeritan Dika, langsung saja masuk ke
Bab 19Wajah kesal tampak menghiasi Laila."Nanti aku jelasin kenapa aku bisa nikah, tapi masih perjaka sampai sekarang," sahut Dika."Enggak! Jelasin sekarang!" pinta Laila dengan nada cemburu."Ya nanti aja, kamu gak lihat apa tuh si Mbak Kutu Kupret itu udah ngincer aku," ucap Dika."Bodo amat! Pokoknya aku minta dijelasin sekarang, atau aku gak mau nolong kamu lagi," ucap Laila mengancam Dika."Hoaaammm ngantuk ya saya. Eh, capek lho nungguin kalian berdebat," sahut Yaya."Tunggu dulu Mbak, kalau saya gak suka sama jawaban dia, saya rela kalau Mbak mau hisap dia sampai kempes, sampai peyot banget juga saya rela," sahut Laila menunjukkan telapak tangannya menahan Mbak Yaya agar tidak melangkah maju lagi ke arahnya."Hmmm... baiklah saya tunggu di sini," ucap Yaya. "Mbak, tutup dulu itu badannya, jijik saya melihatnya," pinta Laila memberikan taplak meja yang ia ambil dan memberikannya pada Jin jahat tersebut."Kamu itu ya–" Yaya melotot tajam ke arah Laila. "Tunggu di sini ya, M
Bab 20 - Kuntilanak Wanita bernama Yaya yang berwujud siluman kerbau itu terbakar seraya berteriak kepanasan dan kesakitan. "Bagus, ternyata ini cara untuk memusnahkanmu. Rasakan itu!" seru Laila sambil menertawakan Yaya. Gadis itu bahkan sampai tersedak asap yang muncul dari pembakaran jin tersebut. "Uhuk... uhuk... aduh tolongin, Dika!" Dika langsung menghampiri Laila dan menariknya menjauh, karena rumah yang ada di belakang Laila juga ikut terbakar. Dika menepuk-nepuk punggung Laila. "Ada gitu hantu kuntilanak keselek asap," ejek Dika. "Ya namanya juga hantu baru. Kalau waktunya keselek juga ya keselek aja," sahut Laila asal, seraya menatap ke arah Dika tajam. "Makasih ya, kamu sudah menyelamatkan aku," ucap Dika sambil menggenggam kedua tangan Laila dan menaruhnya di dada pria tersebut. "Jan
Bab 21"Kalau mau bantuin tuh di bopong gitu, jangan ikut nyeret kayak gini, dong," protes Laila."Berat say, malas ah mending gini. Eh lama-lama cakep juga nih cowok," ucap si Pocong Eyke."Hei awas ya, Anda gak boleh macam-macam sama dia. Dia tuh cuma milik saya," ucap Laila menatap Eyke dengan tajam."Hmmm... maaf deh, baru ini Eyke tau ada kuntilanak bucin banget sama manusia," celetuk Eyke."Biarin aja, wleeekk!" cibir Laila."Eh, nama kamu siapa?" tanya Eyke."Nama aku Laila, dia namanya Dika." "Kok bisa barengan sama manusia?" tanyanya."Aku juga gak tau pokoknya aku terhubung sama dia dan gak bisa jauh dari dia," jawab Laila."Cieee... jangan-jangan jodoh," seru Eyke menggoda Laila."Jodoh dari mana? Kan, aku udah mati sedangkan dia manusia, mana bisa bersatu dan berjodoh?" ucap Laila ada raut sedih yang terpancar di wajahnya."Kata siapa gak bisa jodoh? Kamu belum de
Bab 22 "Sakit tau! kenapa sih dari tadi kepala aku jadi korban terus, nanti aku bisa gegar otak lho," ucap Dika bersungut kesal."Habisnya kamu bener-bener nyebelin deh, masa kamu gak paham sama yang dia maksud?" keluh Laila."Oke, oke aku ngerti, jadi kamu mau aku minta paku buat pakuin hantu kuntilanak ke seorang dukun, gitu? manfaatnya buat aku apa?" tanya Dika."Hadeh, manfaatnya buat kamu ya kamu jadi bisa punya istri kuntilanak, gitu!" seru Eyke."Hidih, wanita yang manusia normal aja banyak, ngapain aku bela-belain nikah sama kuntilanak? Hdih ogah, serem!" jawab Dika."Oh... gitu ya, Ka. Makasih deh kalau ternyata pemikiran kamu seperti itu," lirih Laila menunduk sedih.Gadis itu lalu pergi meninggalkan Dika. Ia berlari seraya menyeka buliran bening yang menetes di pipinya. Hatinya tersinggung."Laila... Laila...!" seru Dika memanggil Laila.Plak!Gantian Pocong Eyke yang memukul kepala