Sulit untuk sinar matahari memasuki ruangan yang menghadap ke arah utara.Setelah menutup pintu, Clara tampak sedikit malu. Dia menarik kursi di depan meja dan mempersilakan Leo duduk.“Kamu tinggal di sini?” ujar Leo sambil meliriknya dengan tatapan sedikit aneh.Clara mengangguk.Leo mengerutkan keningnya.Alih-alih kamar tidur perempuan, ini lebih seperti ruang belajar yang kumuh. Dinding yang penuh dengan rak buku, meja tua, dan tempat tidur lipat di sudut memenuhi seluruh ruangan.Keluarga Tan juga keluarga kaya dan berkuasa. Siapa sangka Andre bisa membiarkan putrinya tinggal di tempat seperti itu?Akan tetapi, jika melihat Andre membiarkan Clara menikah dengan Keluarga Xander, membuktikan bahwa anak haram yang bisu ini benar-benar tidak terlalu berarti baginya. Hanya dipergunakan sebagai alat.Clara menatap Leo dengan cemas, tidak tahu apa yang akan Leo lakukan.Namun, Leo hanya berdiri di depan rak buku, mengambil sebuah buku secara acak, dan bertanya dengan santai, “Apa yang
Di kamar tidur, mendengar pertanyaan Leo, Gita tiba-tiba merasa bersalah dan berkata, “Tentu saja … aku pernah melihatnya. Itu adalah sesuatu yang diwariskan dalam keluarga kita.”Leo sudah bertemu bermacam-macam orang dan ketika dia melihat Gita ragu-ragu, dia bisa tahu kalau Gita tidak tahu akan niatnya.Andre Tan, si Serigala Tua ini, bahkan khawatir terhadap putrinya sendiri.Namun, karena Andre mengirim Gita untuk belajar kedokteran, tujuannya pasti untuk mempersiapkannya sebagai seorang pewaris Perusahaan Farmasi Tan.Jadi, Leo mencoba untuk tidak ceroboh.Gita buru-buru mengalihkan topik pembicaraan dan berkata, “Kak Leo, sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan bisnis keluargaku. Aku belajar kedokteran, jadi aku masih ingin bekerja sesuai keinginanku di masa depan. Bisakah kamu membantuku?”Leo memalingkan tatapannya dari buku dan bertanya, “Apa yang bisa kubantu?”“Aku ingin bekerja di rumah sakit,” jawab Gita.“Rumah sakit yang mana?” tanya Leo“Rumah Sakit Rahita.” Gita
Banyak yang dipikirkan Clara, tetapi dia tidak mengatakan apa pun.Makanannya sangat tidak enak dan dia susah payah menghabiskannya.Leo harus pergi ke kantor untuk rapat sore ini, jadi dia tidak akan berlama-lama dan mengajak Clara untuk pergi.Ayah dan anak perempuan Keluarga Tan keluar untuk mengantar tamunya.“Kak Leo, sering-seringlah berkunjung ke rumahku nanti,” ujar Gita sambil menarik Leo dengan bersikap genit. Nada suaranya begitu manis hingga seluruh tubuh Clara merinding.“Ini hampir telat, kita harus pergi, Tuan. Anda masih harus pulang dan berganti pakaian dulu,” kata asisten di samping mereka sambil batuk pelan dan berbisik untuk mengingatkan mereka berdua agar ingat waktu.“Ya,” ujar Leo sambil mengangguk sedikit dan melirik Clara yang berdiri di sampingnya. “Masuklah ke mobil” Clara akhirnya sadar dan mengangguk.Leo mengerutkan kening dengan tidak sabar. Di matanya, Clara seperti manusia kayu dengan sorot mata kusam dan tatapan lesu sepanjang hari. Sekarang, Clara me
Clara dicubit begitu keras hingga terasa sakit, tetapi dia hanya bisa mengeluarkan suara merintih yang serak dan tidak mengenakkan. Bahkan sopirnya tidak dapat menahan diri untuk tidak melihat kejadian itu melalui kaca spion dan merasa kasihan padanya.“Di mana barang yang diberikan Andre kepadamu?” tanya Leo.Suara dingin bergema di dalam mobil. Leo jelas-jelas melihat Andre memberikan sesuatu kepada Clara, tetapi dia waktu itu sambil diganggu oleh Gita.Mata Clara dipenuhi air mata dan dia menggelengkan kepalanya berulang kali.Leo melihat ekspresinya yang lemah dan penurut, tanpa sadar, dia melemahkan cubitannya.Hal ini berlangsung lumayan lama. Jika Andre benar-benar memberi Clara sesuatu, Clara pasti sudah menyembunyikannya. Mengapa Clara harus menunggu untuk memberikannya kepada Leo?“Sebaiknya kamu ingat bahwa selama ini kamu tinggal di Keluarga Xander. Kamu adalah anggota Keluarga Xander. Lebih baik tidak melakukan hal-hal yang bisa memicu masalah. Kalau tidak, jangan salahkan
Di sisi lain, Clara pulang ke rumah Keluarga Xander.Bibi Diana adalah satu-satunya orang yang ada di ruang tamu dan sedang membersihkan meja. Ketika dia melihat Clara kembali, dia mengabaikannya dan bahkan tidak menyapanya.Clara juga tidak marah dan bertanya, “Di mana Tante Amina?”Jika tidak ada di rumah, Tante Amina biasanya bersantai dan naik ke lantai atas untuk istirahat sejenak.Bibi Diana mengerutkan kening sambil berkata, “Nyonya, apa yang Anda isyaratkan? Saya tidak mengerti.”Clara tertegun sejenak. Dua gestur yang baru dilakukannya itu tidak sepenuhnya dalam bahasa isyarat. Orang awam mungkin dapat dengan mudah memahami apa artinya jika ditambah dengan melihat ekspresinya.Tepat saat Clara ingin mengeluarkan buku catatannya untuk menulis, tiba-tiba terdengar suara yang tak asing dari belakangnya yang berkata, “Ibuku sedang pergi ke suatu acara sosial. Apa yang ingin kamu bicarakan dengannya?”Ketika Clara berbalik, dia melihat David yang sedang menatapnya sambil tersenyum
Keesokan harinya, cuaca bagus dan cerah.Tante Amina bangun pagi untuk sarapan dengan putranya.David duduk di meja dan tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik lantai dua dan bertanya, “Di mana Clara?”Secara logika, David seharusnya memanggil Clara dengan sebutan ipar. Namun, mengingat sikap Leo terhadap Clara, entah mengapa, dia tidak mau memanggilnya dengan sebutan itu. “Mengapa kamu menyebut namanya pagi-pagi begini? Sangat tidak asyik.” Tante Amina meletakkan telur yang sudah dikupas di piring David. “Nak, makanlah telurnya.”David mengerutkan kening dan berkata, “Ibu, tolong berusahalah untuk bersikap baik pada Clara. Semua ini juga juga tidak mudah untuk Clara.”Mendengar hal itu, Tante Amina menunjukkan ekspresi tidak senang dan berkata, “Kamu baru saja kembali dari luar negeri, kamu tidak tahu situasi di rumah. Sepupumu awalnya ingin menikahi Gita, putri kedua dari Keluarga Tan. Clara-lah yang menipu Gita agar dia bisa menikah. Kamu masih ingin aku memperlakukan dia denga
Clara menatap pria di depannya. Wajahnya tampan dan nada bicaranya lembut. Dia benar-benar berbeda dari Tante Amina yang sarkastis. Sulit dipercaya kalau dia adalah anak Tante Amina.“Ngomong-ngomong, kudengar kalau adikmu yang awalnya akan menikah dengan sepupuku?” tanya David.Clara sedikit terkejut dan mengangguk pelan.“Lalu mengapa malah kamu yang menikah?” tambahnya.Clara pun terdiam.Alasannya sangat rumit dan tidak bisa dijelaskan dengan singkat. Clara juga tidak tahu bagaimana cara memberi tahu David.Dia tidak bisa mengatakan kepada David bahwa Gita tidak menyukai ketidaktampanan wajah Leo dan meminta dirinya untuk menggantikannya. Clara bukanlah tipe orang yang menjelek-jelekkan orang lain di belakang.Melihat Clara terdiam, David merasa sedikit tidak enak. “Maaf, seharusnya aku tidak menanyakan ini.”“Tidak apa-apa.” Clara menggelengkan kepalanya. “Aku akan memberitahumu sedikit demi sedikit saat ada kesempatan.”“Baiklah,” ujar David tersenyum. “Jika di kemudian hari kamu
Mendengar suara wanita yang tidak asing ini, punggung Clara langsung menegang. Dia berbalik dan melihat Gita berdiri di dekat pintu dengan jas putih, menatapnya dengan sikap sombong.“Kenapa kamu di sini?” tanya Clara terkejut.Nenek juga mengerutkan kening, tanpa sadar memegang tangan Clara dengan erat dan menahan kata-kata yang hendak diucapkannya.“Tentu saja aku di sini untuk magang. Tidak seperti kamu yang bahkan belum punya pekerjaan dan hanya bergantung pada orang tua,” ejek Gita tanpa ragu.Untuk magang?Clara menatapnya heran.Gita memang memakai jas putih dari Rumah Sakit Rahita. Dia datang sambil membawa buku catatan medis untuk kunjungan pasien dan langsung menghampiri Clara dan neneknya. “Kebetulan sekali, di hari pertamaku bekerja, akulah yang bertugas memeriksa nenekmu,” ujar Gita.Clara tanpa sadar, dengan spontan, melindungi neneknya dengan ekspresi serius.“Clara.” Nenek menepuk bahu Gita, menatapnya, dan berkata dengan ekspresi datar, “Aku tidak menyangka bahwa putri