Mendengar suara wanita yang tidak asing ini, punggung Clara langsung menegang. Dia berbalik dan melihat Gita berdiri di dekat pintu dengan jas putih, menatapnya dengan sikap sombong.“Kenapa kamu di sini?” tanya Clara terkejut.Nenek juga mengerutkan kening, tanpa sadar memegang tangan Clara dengan erat dan menahan kata-kata yang hendak diucapkannya.“Tentu saja aku di sini untuk magang. Tidak seperti kamu yang bahkan belum punya pekerjaan dan hanya bergantung pada orang tua,” ejek Gita tanpa ragu.Untuk magang?Clara menatapnya heran.Gita memang memakai jas putih dari Rumah Sakit Rahita. Dia datang sambil membawa buku catatan medis untuk kunjungan pasien dan langsung menghampiri Clara dan neneknya. “Kebetulan sekali, di hari pertamaku bekerja, akulah yang bertugas memeriksa nenekmu,” ujar Gita.Clara tanpa sadar, dengan spontan, melindungi neneknya dengan ekspresi serius.“Clara.” Nenek menepuk bahu Gita, menatapnya, dan berkata dengan ekspresi datar, “Aku tidak menyangka bahwa putri
Melihat hal itu, Gita berkata tidak puas, “Kak David, aku …”“Diam!” David memegang stetoskop di satu tangan, berbalik, dan menatap Gita dengan tajam. “Siapa yang menyuruhmu datang ke sini? Keluar!”Gita adalah seorang dokter magang di hari pertama kerja. Tanpa pelatihan atau izin dari dokter yang bertugas, dia datang ke bangsal tanpa izin dan berbicara kasar pada pasien. Setelah selesai memeriksa, David berencana menemui kepala rumah sakit untuk mencari tahu siapa yang menyuruh Gita untuk magang di situ.Entah sudah berapa lama, emosi nenek mulai mereda dan detak jantungnya berangsur-angsur kembali normal. Nenek bersandar di ranjang rumah sakit untuk beristirahat. Clara duduk di sampingnya, memegang erat tangan nenek.“Nenek baik-baik saja, jangan terlalu khawatir.” David menghibur Clara.Clara mengangguk“Apakah Gita datang untuk bekerja di sini? Bisakah kamu tidak membiarkan dia yang mengurus nenek?” lirih Clara.Ekspresi David sedikit muram. “Aku akan urus masalah ini, kamu tidak p
Di kantor perusahaan Grup Xander, Leo sedang melihat rencana proyek di komputernya.“Tuan Leo, pesaing terbesar kami untuk Proyek Sinar, Grup Surya, pada dasarnya sudah menegosiasikan tawaran untuk sebidang tanah itu. Akan sulit untuk membalikkan keadaan,” ujar Pak Broto.Suara Pak Broto terdengar dari balik komputer dengan penuh kekhawatiran.Leo berkata, “Tidak ada yang mudah dalam dunia bisnis.”Pak Broto terlihat seperti memikirkan sesuatu.Grup Xander telah berkembang begitu besar sehingga lawan yang melakukan penawaran dengan mereka itu tidak pernah orang biasa, belum lagi, tidak mungkin bagi lawan kecil untuk berani menandingi Leo.Saat Pak Broto sedang berbicara, ekspresi mata Leo tiba-tiba berubah saat dia melihat komputer.“Tuan Leo, ada apa?” ujar Pak Broto dengan khawatir. “Apakah ada yang salah dengan perencanaannya?”Baru setelah Pak Broto melihat layar computer dan Leo berbalik, dia tiba-tiba tersadar.Leo membaca email baru di layar komputernya. Setengah menit yang lalu
“Apakah Clara mengatakan sesuatu padamu?” ujar Tante Amina sambil mengerutkan kening. “Si Bisu ini tidak bisa bicara, hanya bisa bergosip. Dia tidak tahan melihat adiknya lebih baik darinya.”“Bu, bisakah Ibu berhenti menilai orang dari penampilannya?” ujar David dengan nada serius.Tante Amina punya sifat yang kurang baik dan David tahu betul tentang itu. Ditambah dengan sikap Leo, orang bisa membayangkan bagaimana situasi Clara di Keluarga Xander. David tidah tahan dengan hal itu.“Aku tidak menilai orang dari penampilannya. Aku sudah mencari tahu,” ujar Tante Amina menjelaskan kepada David dengan sabar. “Si Bisu itu, ibunya adalah seorang simpanan dan telah membunuh ibunya Gita. Betapa ngerinya hal itu?”David mengernyit berkata, “Dari siapa Ibu bisa tahu?”“Tentu saja dari Gita. Dia memberitahuku secara langsung,” ujar Tante Amina sambil menghela napas. “Siang tadi, anak itu datang menemuiku sambil menangis, mengatakan bahwa dia mengalami sesuatu yang tidak mengenakkan di rumah saa
Tante Amina memiliki ekspresi angkuh di wajahnya dan cara dia memandang orang lain dengan dagu terangkat itu tampak sangat arogan dan meremehkan.“Kamu sudah merasakannya sendiri tentang bagaimana Leo memperlakukanmu. Aku tidak peduli cara apa yang kamu gunakan untuk menggantikan adikmu agar kamu bisa menikah. Orang cacat sepertimu itu apakah layak menjadi istri dari Keluarga Xander? Kamu bahkan mencoba mendekati David-ku. Dengarkan aku, itu hanya angan-anganmu!” seru Tante Amina.“Aku tidak pernah berpikir untuk dekat dengan David. Dia hanya seorang dokter yang merawat nenekku,” tulis Clara.Clara buru-buru menulis satu paragraf untuk dibaca Tante Amina.“Apa-apaan ini!” Tante Amina menjatuhkan buku catatan Clara dengan marah.Dengan suara “bang”, buku catatan itu jatuh ke lantai dan Clara bergegas memungutnya.“Bibi Diana, panggil taksi dan kirim dia kembali ke Keluarga Tan sekarang juga. Katakan pada mereka untuk tidak membiarkan dia menginjakkan kaki di keluarga ini lagi. Kalau tid
Keluarga Xander dan Keluarga Tan menjadi satu keluarga adalah hal yang sangat tiba-tiba. Walaupun tidak bisa kabur, tapi jika Leo bersikeras tidak mau menikah dengannya, maka Andre juga tidak bisa berbuat apa-apa, dan Clara juga tidak perlu lagi melewati hari di Keluarga Xander dengan penuh kekhawatiran.Cahaya pada tatapan mata Clara jatuh tepat pada mata Leo. Saat itu juga, bahkan Leo sendiri pun tidak menyadari bahwa ekspresi wajahnya tiba-tiba kelihatan begitu berat.Apa dia sekarang sedang menanti untuk bisa meninggalkan Keluarga Xander?Mimpi saja!Suara Leo pun terdengar dari halaman, menggetarkan seluruh embun beku di tanah. “Jika yang kamu maksud adalah hal ini, maka Tante, kamu tidak perlu khawatir. Besok jam dua sore, kami akan mendapatkan akte nikah kami.” “Apa?”Ekspresi wajah semua orang pun berubah termasuk David yang baru saja keluar dari ruangan karena mendengar keributan.Saat melihat David keluar, tatapan mata Leo pun menjadi lebih dalam. Tiba-tiba, dia menarik Clar
Dingin yang dirasakan oleh pipi yang dicubit itu tidak sebanding dengan dinginnya suara yang didengar oleh telinga Clara.Clara hanya merasa kepalanya kosong dan dia menatap Leo panik.Leo perlahan melepaskan tangannya dan kembali duduk di kursi. Dia mengangkat dagunya sedikit dan ekspresinya sangat angkuh dan dingin. “Sebelumnya kukira kamu berbohong, tetapi sepertinya demi nenekmu, kamu rela melakukan apapun.”Setelah cukup lama, Clara baru teringat untuk bernapas, tetapi karena dia menarik napas terlalu cepat, dia pun tersedak dan bersandar di tembok sambil terbatuk-batuk dengan meletakkan tangannya di bagian leher,“Uhuk … uhuk … uhuk …”Clara sampai mengeluarkan air mata dan tangan kanannya pun bergetar menuliskan, “Apa maksudmu?”Leo perlahan-lahan menarik napas dan mengeluarkannya kembali. Tangannya yang panjang diletakkannya di antara lutut, lalu dia membungkukkan badannya menatap Clara, “Aku ingin melakukan transaksi denganmu.”“…”“Aku menginginkan formula obat Keluarga Tan,”
Begitu kebetulan?Clara hari ini sudah sengaja mengulur waktu untuk keluar lebih siang demi menghindari dua orang ini.“Clara, pagi!” Suara David seakan melompat melewati Leo dan jatuh ke telinga Clara.Clara pun mengangkat kepalanya dan tersenyum dari jauh, tetapi saat menatap Leo, senyumannya pun ditarik kembali. Dia hanya bisa menganggukkan kepala dengan hati-hati dan mematung berdiri di samping pintu.“Ayo, aku antar kamu ke rumah sakit,” ajak David.Suara David terdengar masih sama, begitu hangat dan merdu, seperti mentari di pagi hari ini.“Tidak perlu, aku akan pergi ke kantor, searah untuk mengantarnya pergi.” Suara Leo menggema di halaman dan membuat mentari pagi ini jadi ternoda oleh hawa dingin.Clara pun tegang.“Clara …” David menatap Clara erat.Clara tidak berani menatap mata David. Dia menggenggam kuat tali tas kainnya sambil melihat tatapan mata Leo yang memaksa, lalu dia berjalan ke arah Leo dengan perlahan dan naik ke mobilnya.Sepanjang itu, Leo tidak mengatakan sep