Sambil membantu sang suami menyiapkan baju dan jas yang akan dipakainya, Alea memikirkan bagaimana dia bisa ikut ke kantor karena hari ini ada pembukaan kelas masak Chef Nugros. Devano sudah memberitahunya kemarin sekaligus mengundangnya. Alea jadi begitu ingin datang dan bertemu beberapa teman angkatan kelas baking yang kebetulan ikut program musim ini.
“Hari ini mau ke mana?” tanya Ardhan melihat istrinya yang seolah ingin mengatakan sesuatu tapi masih segan.
“Jangan tanya, Kakak pasti gak ngebolehin!” ujar Alea terlihat sedih. Ardhan selalu tidak suka kalau itu menyangkut Devano.
“Jam berapa pembukaan kelas masaknya?” tanya Ardhan yang tiba-tiba membuat manik mata Alea membulat.
“Kakak tahu kalau hari ini ada pembukaan kelas masak?!”
Alea berpikir dari mana Ardhan tahu hal itu? Ah, Nugros Cooking Class kan ada di gedung yang sama dengan kantornya, pasti tidak sulit mengetahui hal itu.
Devano marah pada pegawai yang mengurusi pendaftaran kelas masaknya saat mengetahui bahwa Ardhan mendaftarkan Alea dan membayar biaya pendaftaran beserta akomodasi selama kelas berlangsung. Inginnya, Devano yang membiayai pendaftaran kelas masak Alea bukan pria itu.“Sudah ada nama Alea di sini, kenapa kau masih menerima pendafataran atas nama Alea lagi?!” tukas Devano memarahi pegawainya.“Maaf, Pak Devan. Saya pikir beda orang. Kebetulan ada peserta yang daftar online dan sampai tenggang waktu yang ditentukan belum mengunggah bukti transfer pembayaran. Tidak ada laporan dana masuk juga atas nama peserta tersebut. Tiba-tiba ada pria mendaftarkan atas nama Alea Ikrima secara langsung dan melengkapi semua yang dibutuhkan. Dari itu kami langsung tindak lanjuti,” ujar pegawai dengan name tag Riko itu.“Aku gak mau tahu, ya. Balikin uang itu!” tukas Devano kesal.“Te-tapi…?”“Tapi apa lagi?&r
Wanita itu terlihat santai sambil tertawa kecil tatkala Ardhan memperingatkannya agar tidak menganggu Alea. Naysila justru merasa provokasinya berhasil. Jadi pengen mengerjai anak itu lagi.“Astaga, aku hanya ingin tertawa mendengarnya! Ternyata yang kau nikahi adalah anak-anak yang mudah merajuk. Masa dia begitu saja mengadu padamu tentang ucapanku?” ucap Naysila tak berhenti terkekeh.Mengetahui Ardhan menatapnya tanpa ekspresi, Naysila baru berdehem dan kembali serius.“Hmm, begini ceritanya; Aku datang dan melihat istrimu sungguh tak suka padaku. Jadinya aku juga terpancing sebal. Kau tahu sendiri kan aku ke rumahmu karena kau bilang tidak akan ke kantor, sementara dokumen-dokumen itu harus segera di upload. Lalu dengan spontan saja aku kasih tahu anak kecilmu itu agar dia jangan bersikap menyebalkan dan curigaan,” tukas Naysila menyakinkan Ardhan.‘Sialan, bisa-bisanya gadis itu ngadu. Diladenin lagi sama Ardhan!’ batin Naysila mencoba terlihat sewajar mungkin apalagi Ardhan tak
Alea sudah selesai mengikuti pembukaan kelas masak dan membuat kesepakatan kelas bersama peserta yang lain terkait kegiatan yang akan mereka jalani selama kurang lebih 2 bulanan itu. Dia hendak mengirim pesan pada Ardhan namun ingat bahwa tadi Ardhan mengatakan ada pertemuan penting. Jadinya Alea urung dan menunggunya saja. Tidak masalah baginya menunggu, apalagi ada beberapa teman yang bisa diajak mengobrol.“Al, kamu lihat wanita di sudut sana?” ucap Fredy pada Alea. Dia juga ikut kelas masak sebelumnya bareng Alea. Karenanya mereka sudah akrab.“Oh, kenapa?” tanya Alea melirik wanita yang dimaksud Fredy.“Itu dulu kekasihku, tapi karena ada salah paham kita putus,” tukas Fredy.“Begitu ya?” Alea masih mendengarkan Fredy.“Tidak sengaja bertemu di sini, malah dia sok-sokan pamer teman prianya. Seperti sengaja begitu!” Fredy terlihat sebal menceritakan wanita itu. “Aku bisa minta tolong?”“Minta tolong? Minta tolong apa?” Alea jadi heran.“Kita pura-pura dekat dan akrab, dan tolong
Mobil range rover sport dengan warna varesin blue tampak tertahan di depan pagar. Toni yang mengetahui mobil tuannya datang segera berlari membukakan pintu. Saat kembali menutup pagar itu, Toni bisa melihat sang nyonya lebih dulu keluar dan sang tuan terburu-buru mengikutinya.Ada apa lagi sih dengah tuan dan nyonyanya itu? Sebentar mesra sebentar bertengkar.Lalu Toni kembali masuk ke dalam untuk menyelesaikan makan siangnya. Lebih tepatnya sudah menjelang sore hari.“Sebenarnya yang diributkan suami istri itu apa saja sih, Mbak Sika?” tanya Toni iseng pada Sika yang membereskan dapur. Sebagai seorang lajang yang bahkan tidak pernah berpacaran, Toni penasaran akan hal tersebut.“Banyaklah; ekonomi sangat bisa, beda pandangan hidup juga bisa, tapi cemburu itu yang paling sering jadi pemicunya,“ jawab Sika melirik Toni yang tumben-tumbenan menanyakan hal itu.“Tuan dan Nyonya kita kelihatannya kalau bertengkar tentang apa?” Toni bertanya mungkin Sika lebih tahu hal itu.“Huss, kayak t
Jamuan makan malam itu diawali dengan basa-basi dan sekedar mengobrol santai untuk bisa saling lebih akrab satu sama lain. Mengingat kontrak kerjasama kedua perusahaan itu akan berlangsung kurang lebih dua tahun. Dan itu bukanlah waktu yang sebentar apalagi jika kedua perusahaan memutuskan untuk memperpanjang kontrak kerja sama.Naysila yang mengatur tempat dan segala sesuatunya. Dia tahu Danil dan Lindsey suka karaoke, jadinya meminta pihak kafe menyediakan hal tersebut. Lindsey begitu antusias mendengar Naysila mempersilahkan untuk berkaraoke. Dia mengapit suaminya dan meminta Ardhan yang selama makan malam lebih bersikap sopan dan terkesan menjaga diri itu, untuk ikut bersama-sama meramaikan malam ini dengan bernyanyi bersama.Leon, dan lainnya pun ikut bergabung, sehingga tidak ada alasan bagi Ardhan memisah dari mereka. meski dengan sedikit enggan, Ardhan pun ikut juga bergabung.Naysila menyerahkan microphone dan menodongnya untuk bernyanyi. “A
“Kakak dari mana saja baru pulang? Apa ada masalah sampai pulang menjelang pagi?” tanya Alea menatap Ardhan dengan begitu cemas.Ardhan balik menatap Alea dan mengetahui bahwa istrinya itu sangat mencemaskannya. Dia hanya merengkuhnya kembali dan mendekapnya erat.“Apa kau tidur di depan semalaman?” tanyanya mengelus kepala Alea.“Tidak, aku terjaga di tengah malam dan mencemaskan Kakak yang belum pulang. Karenanya aku menunggu sambil menonton televisi.”Sedih hatinya mendengar sang istri yang mencemaskannya itu sementara dia justru tidak memikirkannya semalaman. Ardhan bahkan tidak melihat Alea menunjukan rasa curiga seperti sebelumnya, padahal Alea mengetahui dirinya ada dalam satu acara dengan Naysila semalaman.“Maafin Kakak ya, Al.” Ardhan mencium kening Alea lagi. Lama kemudian dia baru teringat untuk mengajaknya sholat subuh.Alea tidak menolak. Dia pun berjingkat ke kamar mandi un
Kelas masak hari ini sudah selesai. Alea mengambil ponsel dan hendak mengirim pesan pada Toni untuk menjemputnya. Dia melihat pesan dari Ardhan, beberapa jam yang lalu. [Sayang, aku ke kantor Papa. Ada meeting penting] Alea mencebik karena sebal. Bukankah dia bilang kepalanya pusing dan butuh istirahat? Masih juga dipaksa ke kantor. [Ya sudah kalau begitu, selesai meeting langsung balik, gak boleh begadang dulu] Alea membalas pesan Ardhan. Begitu pesannya terkirim dan dibaca Ardhan, ponsel Alea langsung berdering. Ardhan sudah dalam panggilan. Alea mencari tempat untuk duduk sejenak lalu menekan tombol terima. “Halo, Kak?” Alea menyapa terlebih dahulu. “Belum selesai kelasnya?” tanya Ardhan. “Ini sudah mau pulang.” “Ya sudah langsung pulang saja! Sudah makan siang belum?” tanya Ardhan lagi penuh perhatian. “Sudah, saat break tadi.” jawab Alea yang dilanjutkan bertanya,”Kepala Kakak masih pusing kan? Kenapa malah ke kantor Papa?” “Udah selesai pusingnya dipakai tidur tadi.” j
“Supnya hampir dingin lagi lho, Kak!” ujar Alea yang melihat Ardhan keluar kamar. Apa saja yang dilakukan Ardhan di kamar hingga baru keluar. Ardhan tidak berkomentar lalu duduk saja di meja makan dan meneguk air putih yang sudah disediakan di depannya. Melihat Alea mengambilkan makanan dan menyodorkan di hadapannya, Ardhan terdiam. Bagaimana kalau Alea sampai mengetahui perbuatannya itu? “Kenapa, Kak?” tanya Alea melihat suaminya menatapnya aneh. “Suapi aku ya, Al!” pintanya ingin bermanja dengan Alea. “Oh, baik Kak!” Alea menyeret kursinya agar bisa lebih dekat dengan Ardhan dan mengambil piring yang sudah berisi makanan itu. Perlahan dia menyuapkan makanan ke mulut Ardhan. Mungkin suaminya masih Lelah hingga terlihat manja dan butuh disuapi. “Bagaimana kelas masakmu?” tanya Ardhan disela-sela makan. “Seru Kak! Ada banyak temanku dari program kelas masak sebelumnya yang ikut lagi program kelas masak sesion ini.” Alea menceritakan dengan senang tentang kegiatan kelas masaknya