Happy Reading!
Setelah membersihkan dirinya, Alea merasa lebih segar. Pikirannya juga sedikit longgar. Dia tidak boleh terjebak dengan dilema perasaannya sendiri. Sudah bagus kemarin dia mempertegas hubungannya dengan Devano. Jadi tidak perlu plin-plan lagi dalam bersikap. Dia juga tidak punya hak untuk mengatur bagaimana Devano harus bersikap. Tidak sepantasnya dia jadi sedih jika Devano menjadi dingin padanya.Alea mengambil food storage dan membuka kotak kuenya untuk memindahkan kue ke dalamnya. Saat itu suara deru mobil Ardhan terdengar. Alea segera bangkit dan berlari ke pintu samping yang dekat dengan garasi mobil. Melihat Ardhan berjalan masuk dengan tidak ada sesuatu yang menampakan ada masalah serius, membuatnya lega.Sepiring kue dan teh hijau menemani sore mereka di halaman samping sambil menikmati aliran air mancur buatan di kolam koi. Alea menanyakan hasil pemeriksaan tangan Ardhan tadi dan Ardhan hanya menjawab santai. Bahwa semuanya baik-baik saja tanpa memberinya penjelasan jelas.“
Ardhan menggapai sling armnya dan menggenakannya agar bisa lebih mengkondisikan gerakan tanpa harus membuat tangan yang cidera bermasalah. Ardhan tahu seharusnya dia tidak melakukan hal ini dulu saat tangannya masih belum seutuhnya membaik, namun rongrongan hasyrat sebagai seorang laki-laki tak dapat ditahannya. Apalagi sudah sejak lama Alea terus membuatnya menginginkannya. “Kita pacaran saja ya, Kak. Alea takut tangan Kakak…” Alea masih mencoba mengingatkan Ardhan di tengah kegiatan yang bertambah panas itu, namun Ardhan mengabaikannya. “Enghhh….” Alea merasa ada yang mendesak memasukinya. Perlahan namun pasti. Matanya terpejam rapat seolah merasa kesakitan namun tidak berusaha protes. “Sakit Al?” tanya Ardhan mencoba mempertimbangkan apakah dia akan menyakiti Alea jika diteruskan. “Ehmm... “ Alea mencoba beradaptasi dengan benda yang terjejal sesak di dalam kewanitaannya itu. sambil mengatur nafasnya dia melihat Ardhan cemas lalu berujar,”Lanjutin, Kak!” “Sebelum lebih jauh,
Ardhan membaca kabar berita dari ponselnya dan sedikit terganggu melihat Alea yang berjalan dengan langkah berbeda. Keningnya berkerut mencemaskannya.“Kenapa begitu jalannya?” tanyanya.“Ugh, gimana dong?” Alea malah bertanya balik dengan sebal meski sedikit terlihat malu karena kegiatan mereka yang membara semalam.Ardhan baru sadar bahwa Alea seperti itu karena kelakuannya semalam. Dia pun bangkit dan mendudukan Alea.“Mau apa, Kak?” Alea heran.“Yang mana yang sakit? Aku periksa ya?” Ardhan terlihat serius dan membuka kedua paha Alea.“Jangan ah, Kak!” Alea menolak dan merapatkan kembali kedua kakinya.“Jangan begitu, kalau memang sakit kita periksa saja ke dokter”Alea tentu tidak ingin pergi ke dokter karena hal ini. Mau di taruh mana mukanya kalau harus diperiksa di bagian sana. Apalagi itu karena kelakuan suaminya sendiri. Tadi dia sudah tanya-tanya di web tanyadokter online, dan jawabanya itu normal. Akan membaik dengan sendirinya. Hanya perlu pelemasan otot-otot saja.“Yakin
Riak terbentuk ketika Devan mendayung sampan di sungai yang tidak terlalu dalam itu. Valen duduk menatap bunga-bunga yang mulai bermekaran di tepinya. Di ujung sana sepasang kekasih duduk di kursi dan saling mengobrol dengan menatap romantis. Anak-anak berlarian mengejar kupu-kupu. Suasana yang damai sekali.Kenapa baru sekarang dia menemukan tempat ini untuk sekedar bersantai.“Woy, enak banget dirimu!” Devan mencipratkan air pada Valen yang tampak santai menikmati suasana sementara dirinya mendayung sampan.“Astaga, gak ikhlas banget kalau kamu lihat aku santai”“Pegal ini tangan!” Devan menyodorkan dayung pada Valen. “Lagian, ngapain juga ngajak ke tempat ini. Minta naik perahu lagi, sok keromantisan jadi orang!”“Ya udah, biar aku yang dayung. Dasar malas! Udah diboncengin sekarang giliran dayung sebentar saja, ngeluh!” Valen merebut dayung itu dari Devan sambil menggerutu.Tida
Baju Alea sudah terlepas dan dia baru menyadari bahwa tidak ada sehelai benangpun yang tertanggal di kulitnya sementara baju Ardhan masih sangat rapi. Sedikit tidak terima Alea pun melepas kancing kemeja Ardhan. Dia juga ingin melihat dan menyentuh tubuh suaminya yang terpahat indah. Setiap pagi Alea sering melihatnya berolahraga dan menampakan tubuh atletisnya. Dada bidang dan otot perut yang seperti roti sobek. Siapa sangka, sekarang Alea bisa menyentuh dan membelainya.Mengetahui Alea melepas kemejanya, Ardhan menjadi lebih bersemangat. Dia membantu melepas celananya lalu menarik tangan Alea untuk menelusupkan di dalam sana. Ada benda yang sungguh ingin dibelai dan di elus-elus oleh tangan lembut itu.“Geli, ah, Kak!” Alea menarik tangannya dari dalam sana, namun Ardhan tidak mengijinkannya. Dibenamkan kembali tangan itu di sana kembali. Melihat tatapan Ardhan yang sayu dan seperti hendak menelannya bulat-bulat, Alea jadi takut. Kalau sudah begini, tatap
Hera tertawa terpingkal-pingkal kala Kamila menceritakan apa yang dilihat Laila saat berkunjung ke rumah Ardhan waktu itu.Tadinya dia kasihan pada Alea yang nampak setengah mati menahan malu, karnanya Kamila tidak ingin menceritakannya. Namun, ketika ada kesempatan mengunjungi Hera, Kamila keceplosan juga menceritakannya.“Sudah lama itu?” Hera masih menahan tawanya. Dia justru terlihat sangat bahagia mendengarnya.“Sebulanan lah”“Alhamdulillah, Kamila. Akhirnya…” Hera merasa bersyukur akhirnya putra semata wayangnya itu bisa juga menerima dan memperlakukan Alea selayaknya seorang istri. Dia jadi penasaran apakah Ardhan sudah memutuskan kekasihnya itu?Hera memang sering menelpon Alea sekedar menanyakan apa semua baik-baik saja. Dan Alea tentu menjawab, semuanya baik. Hera sebenarnya kurang yakin atas jawaban menantunya itu mengingat karakternya yang penurut. Jangan-jangan Ardhan mengancamnya untuk selal
Naysila ada janji ketemuan dengan seseorang di tempat yang sama. Dia ingin membicarakan tentang lamaran pekerjaan mengingat dia di-skorsing oleh pihak universitas terkait tersebarnya video asusilanya yang menjadikan masalah internal rektorat. Tidak dinyana bertemu dengan Ardhan bersama seorang wanita.Naysila tahu, mereka sudah berpisah dan Ardhan punya hak untuk bersama wanita lain. Tapi rasa penasaran Naysila terbit, tentang siapa yang begitu cepat menggantikan posisinya. Jadilah dia dengan cuek menghampiri mereka. Sekedar ingin tahu, apakah wanita yang bersama Ardhan lebih baik darinya?Namun setelah melihat wanita yang bersama Ardhan adalah wanita yang sama dengan yang ditemuinya di rumah Ardhan waktu itu, Naysila terkejut. Bukankah wanita itu pembantu Ardhan?Memang dia terlihat anggun saat ini, namun kesan pertama saat Naysila melihatnya waktu itu membuatnya jadi tidak bisa menghapusnya bahwa wanita itu hanyalah seorang pembantu. Timbullah keinginan Naysil
Devano juga ada janji di tempat yang sama. Melihat Ardhan keluar bersama Alea tadi, sebenarnya niatnya menghindar. Devano masih belum bisa menguasai dirinya jika harus bertemu dengan Ardhan. Rasa kesalnya masih ketara terlebih teringat perkelahian waktu itu.Ketika Ardhan meninggalkan Alea untuk balik lagi, Devano melihat gadis yang dicintainya itu berdiri seorang diri. Dia ingin menggunakan kesempatan itu untuk meminta maaf.“Kau hanya sendiri?” tanya Devano, sekedar basa-basi.“Oh, tidak. Kak Ardhan barusan balik untuk ambil ponselnya,” tukas Alea.Keduanya terdiam sesaat lalu Devano mengutarakan maksudnya.“Maaf, Al. Aku bersikap buruk padamu akhir-akhir ini.”Alea menatap Devano. Pria ini teman baiknya. Selalu ada untuk menolongnya. Tentu saja dia akan memaafkannya. Alea tahu, Devano juga merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.“Aku tidak masalah, kok. Aku hanya sedih jika kita malah diem-