Beranda / Fantasi / Istri Cacat sang Raja Arogan / Chapter 1 : Matchmaking?

Share

Chapter 1 : Matchmaking?

Penulis: Naynis
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-21 19:41:56

"Nona Earwen, anggota kerajaan sudah menunggu anda di ruang makan," ucap Rose pelayan pribadi Princess Earwen.

Pintu kamar sang Princess terbuka memperlihatkan sosok wanita cantik nan anggun itu keluar dari kamarnya. Princess Earwen tersenyum kecil kearah pelayan pribadinya.

Sesampainya di ruang makan kerajaan, ia mendudukkan tubuhnya di kursi. Ia tersenyum kearah King dan Queen. "Maafkan hamba yang mulia ayahanda karena datang terlambat," ujar Princess Earwen.

King Valiant tersenyum kecil dan mendentingkan sendoknya. Semua orang memakan hidangan yang tersedia dengan anggun dan tidak ada suara. Selesai makan biasanya akan ada jamuan kecil seperti mengobrol dengan meminum teh mint.

"Ehem!" dehem King Valiant.

Semua orang di meja makan mendadak diam dan memasang telinganya karena sang Raja akan berbicara.

"Princess Earwen, ayahanda akan menjodohkanmu dengan King Edmund," ucapnya dengan santai.

Mendadak semua orang berpaling ke arah Princess Earwen.

"Eem ayahanda, kenapa menjodohkannya dengan King Edmund?" tanya Princess Shireen–Princess kedua dari King dan Queen.

"Bukankah King Edmund memiliki sihir yang kuat, kenapa harus dia yang dipilihnya?" sambung Prince Philip.

Mulai terdengar bisik-bisik sengit antara anggota kerajaan, semuanya memojokkan Princess Earwen. King Valiant kembali berdehem. "Begini, King Edmund meminta gadis dari kerajaan kita. Kalian tahu bukan penduduk kerajaan Hillary beberapa ada yang tidak memiliki sihir seperti kerajaan Loyren yang semua penduduk nya memiliki sihir," terang King Valiant.

"Tapi ayahanda tahu bukan aku memutuskan untuk tidak menikah. Kenapa ayahanda menyetujui permintaan King Edmund?" tanya Princess Earwen.

"Tinggalkan saja profesimu yang tidak akan menikah. Sekarang usiamu sudah 22 tahun sudah cukup untuk menikah."

Princess Earwen hanya terdiam mendengar penuturan sang ayah. Dirinya sudah tahu keputusan mutlak dari sang ayah yang tidak bisa diganggu gugat. Berkutik pun tidak bisa.

King Valiant meninggalkan ruang makan di ikuti sang Queen dan lainnya, hanya tertinggal Princess Earwen dan Princess Shireen.

"Selamat untuk adikku yang akan segera tinggal di kerajaan neraka King Edmund. Ingat ayahanda itu terlibat dengan perjanjian konyol dengan King iblis itu yang membuat dirimu menjadi tumbalnya," ucap Shireen.

Earwen membulatkan matanya dan menoleh kearah Shireen meminta penjelasan. "Aku tidak sengaja mendengar perkataan Ayahanda dengan King iblis itu," lanjutnya dan pergi meninggalkan Earwen yang tengah merenung.

"Nona apakah anda baik-baik saja?" tanya Rose membuyarkan lamunan Earwen.

"Ah ya, Rose tolong buatkan coklat panas dan antar ke kamar."

***

Pernikahan King Edmund dan Princess Earwen menjadi topik hangat yang sedang digosipkan para kerajaan lain. Bukan rahasia lagi tentang Princess Earwen yang tidak memiliki sihir, di bangsa Esterlens ini King Edmund termasuk King yang sangat disegani. Namun, yang menjadi pertanyaan para kerajaan lain adalah kenapa harus Princess Earwen yang tidak bisa apa-apa itu menjadi Premaisurinya itu.

"Earwen. Segeralah berkemas karena King Edmund telah menunggumu di paviliun," ucap King Valiant.

Setelah kepergian King Valiant. Rose sang pelayan pribadinya membantunya mengemas barang-barang milik Earwen.

"Nona benar akan menikah dengan King Edmund? Apakah sudah dipikirkan dengan matang," tanya Rose dengan penuh kekhawatiran.

"Entahlah Rose, aku tidak bisa membatalkan ini semua ini. Ayahanda tidak mungkin mendengarkan penolakan dariku, menderitanya aku atau tidak biar nanti menjadi urasan ku." Rose menghela nafas berat. Ia tau betul karakter Princess Earwen yang begitu sulit untuk berkata 'tidak' walaupun itu akan membuat dirinya tersakiti.

"Semoga Nona selalu dilindungi."

Earwen tersenyum manis kearah rose, ia memeluk tubuh pelayan pribadinya yang setia berada disampingnya sejak kecil.

Tok...tok..tok

Earwen membuka pintu kamarnya dan menunjukkan barang bawaannya kearah pengawal. Ia merapikan dandanannya dan berjalan ke aula istanah. Anggota keluarganya sudah berkumpul di sana, dilihatnya sang ayah tengah berbincang dengan laki-laki berperawakan tinggi.

"Ehem!"

Deheman kecil Earwen sontak membuat ayahnya menoleh kearahnya. "Ah putriku Earwen kau sudah siap. Kemarilah," ucap sang ayah. Earwen berjalan kearah ayahnya. Tatapan mata King Edmund tak pernah lepas memandangi Princess Earwen.

Perpisahan singkat antara Earwen dan keluarganya. Namun tak ada yang terlihat kehilangan kecuali Pelayan pribadinya. Entah apa yang di janjikan sang ayah sehingga membuat Ibunya dan kedua saudara nya tampak biasa saja.

Sepanjang jalan menuju Hillary Earwen nampak diam dengan pikirannya sendiri. Ketika melawti perbatasan nampak beberapa tanaman tulip perak yang merambat disekitar jalanan. Keningnya berkerut, tanaman tulip perak adalah tanaman dongeng yang ditulis oleh salah satu leluhur Esterlens. Namun, sekarang tanaman ini sudah merambat di disekeliling kerajaan Hillary.

"Kau pasti bingung dengan tulip perak yang ada di kerajaan Hillary, tulip perak ini adalah tanaman kutukan dari Galadriel," ucap King Edmund dengan pandangan lurus ke depan.

Galadriel adalah pemimpin penyihir hitam, seluruh bangsa Esterlens tahu akan pemimpin penyihir hitam itu. Namun kehadirannya masih menjadi desas-desus.

Dulunya paranormal kerajaan Hillary meramalkan akan adanya pertarungan antara King Hillary dengan Galadriel. Namun, sang King tidak akan sendiri ia akan ditemani sang legenda. Ramalan tersebut sempat menjadi buah bibir semua penduduk Esterlens.

***

Tiba di gerbang istana Hillary. Earwen disambut oleh beberapa pelayan. Salah satu dari mereka membawa Earwen ke sebuah ruangan. Dilihatnya seorang wanita yang mungkin lebih muda darinya sedang duduk menyambutnya.

"Duduklah!" ucap perempuan tersebut, Earwen menurut dan duduk di kursi yang disediakan.

"Namaku Princess Daisy, aku adik King Edmund," ucapnya sambil menatap penampilan Earwen dari atas hingga bawah.

"Aku tidak menyangka Princess kerajaan Loyren tidak memiliki sihir." Earwen tersenyum kecil mendengar pernyataan adik King Edmund.

"Daisy!" Geram King Edmund, Earwen menoleh kebelakang melihat Edmund melangkah ke arahnya.

"Sebaiknya kau pergi istirahat, besok akan ada upacara pernikahan," ucapnya. Earwen mengangguk singkat dan pergi dengan diikuti satu pelayanan pribadi.

***

"Siapa namamu?" tanya Earwen kepada pelayan pribadinya yang sedang menata barang-barang nya.

"Briana Nona."

"Briana, kau tahu tentang Galadriel? Tadi sebelum kesini saya melihat tanaman tulip perak disekitar desa," tanya Earwen.

Briana mendadak pucat mendengar pertanyaan nonanya. Earwen menyadari perubahan wajah Briana. "Kalau kau tidak mau bercerita tidak apa-apa, mungkin lain kali," ujar Earwen sambil tersenyum kecil.

"Emm saya akan bercerita nona karena anda akan menjadi bagian dari kerajaan ini. Jadi anda berhak tau bukan begitu." Earwen tersenyum manis.

"Dahulunya King Frederick. Kakek King Edmund memiliki seorang Adik yaitu Francisco. Ayah mereka memutuskan untuk mengangkat Frederick menjadi seorang King selanjutnya. Francisco tidak terima akan keputusan ayahnya, sifatnya memang begitu iri, tamak dan haus kekuasaan seperti ibunya, Selir Jalina. Francisco berjanji akan berbuat cara apapun agar kerajaan Hillary menjadi miliknya, dia rela bergabung dengan aliran sesat yang membuat dirinya menjadi mempelajari sihir hitam. Setelah beberapa bulan Fransisco menghilang ia kembali dengan membawa amarah dan menyerang King Frederick. Pertarungan sengit itu dimenangkan oleh King Frederick. Namun, Francisco akan kembali menyerang Kerajaan ini. Hingga saat ini, Fransisco berubah menjadi Galadriel. Karena jiwa Fransisco yang berdarah Hillary itu sudah mati dan berganti menjadi jiwa Galadriel yang beraura hitam. Tulip perak adalah salah satu kutukan dari Galadriel untuk Hillary," jelas Briana.

"Memangnya tulip perak itu racun seperti apa," tanya Earwen.

"Jika seseorang menyentuh tanaman itu maka dirinya akan kehilangan kesadaran dan membuat penderita melakukan pembrontakan sampai saat ini tabib-tabib kerajaan masih mencari penangkalnya. 15% penduduk disini terkena tulip perak tersebut."

Earwen mengangguk mengerti. Kemudian ia menyuruh Briana meninggalkannya. Earwen memutuskan beristirahat sejenak banyak kejadian yang dilewatkan nya membuat kepalanya berdenyut.

Bab terkait

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 2 : Wedding

    Suara alunan biola yang indah terdengar di aula kerajaan Hillary ditambah dengan keindahan bunga Anyelir pink disetiap sudut ruangan menambah kesan cantik. Tamu dari kerajaan lain sudah duduk ditempatnya masing-masing dan beberapa rakyat Hillary yang datang untuk menyaksikan Raja mereka yang akan mengucapkan ikrar suci pernikahan dihadapan Tuhan. Semua tamu serentak menggunakan pakaian dengan dress code berwarna putih yang melambangkan kesucian.King Hillary sudah gagah dengan baju rajanya. Dengan tatapan mata yang tajam ia terus menatap lurus pintu putih yang nantinya akan dibuka. Ceklek..Pintu tersebut terbuka dan menampakkan sosok wanita yang menggunakan gaun pernikahan berwarna putih dan penutup kepala yang senada. "Nona Earwen anda sudah siap?" tanya Briana pelayan pribadi princess Earwen.Earwen mengangguk ia menatap lurus ke depan yang sudah ada King Edmund yang akan menggandengnya untuk menghadap pendeta, sekaligus orang yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.Princess E

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 3 : Sampanye

    Earwen sudah anggun dengan setelan dress selutut dan sepatu yang senada, dengan tatanan rambut heart bun menambah kesan elegan tapi sederhana, sangat cocok dirambut Earwen yang berwarna coklat keemasan. Briana menatap kagum kearah ratunya. "Lady anda sangat cantik," ucap Briana dengan kagum melihat penampilan Earwen.Earwen tersenyum malu. "Terimakasih Briana." Earwen berjalan dan diikuti Briana dari belakang, salah satu prajurit membukakan pintu taman kerajaan Hillary karena agenda hari ini adalah minum teh bersama. Sejak kemarin Earwen tidak melihat sosok orang tua King Edmund, yang ia tahu ibu king Edmund sudah tiada tapi kemana perginya Raja Hillary terdahulu itu? Earwen tidak berani bertanya, biarkan nanti ia mendengar kabar gosip dari beberapa pelayan. "Oh astaga kamu menantu cucuku?" tanya wanita tua yang masih kelihatan cantik.Earwen tersenyum dan mencium tangan wanita tua tersebut. "Ya ampun kamu pasti tidak mengenaliku, aku Queen Belinda ibunda King Arthur, ayah Edmund,

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 4: Agreement

    "Dengan apa tuan?" tanya Earwen dengan polosEdmund memiringkan kepalanya, matanya menatap Earwen yang sama sekali tidak ada pergerakan, ia tersenyum smirk dan memajukan kepalanya hingga desiran nafas Earwen mengenai kulit mukanya, ia mulai memajukan sedikit demi sedikit hingga bibir mereka saling bersentuhan. Edmund membelalakkan matanya dan melepaskan bibirnya ia langsung berlalu pergi meninggalkan Earwen. Ada apa dengan dirinya, bagaimana bisa ia kebablasan? ini semua salah sampanye itu. Edmund mengguyurkan seluruh badannya dengan air dingin untuk merendamkan pengaruh alkohol tadi. selesai dengan mandinya Edmund berjalan kearah tempat tidurnya. Netranya menatap Earwen yang sudah terlelap tapi masih menggunakan sepatunya. Edmund berjalan dan melepaskan sepatu tersebut dari kaki Earwen, ia kemudian membenarkan posisi tidur Earwen dan menarik selimut hingga menutupi setengah tubuh Earwen. Edmund merebahkan tubuhnya di samping Earwen, dirinya tidak akan tidur di sofa ataupun kamar l

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 5: Archery and Magic

    Tok..tok..tok"Lady anda dipanggil yang mulia ibu suri," ucap Briana.Earwen menatap pantulan dirinya di cermin, sejak tadi ia hanya berdiam diri tidak tau ingin melakukan apa. Hillary sangat asing baginya, suasana baru membuat Earwen harus beradaptasi lagi."Dipanggil untuk apa Briana?" tanyanya.Briana menggeleng. "Saya tidak tahu lady." "Yasudah, antarkan saya." Briana mengangguk dan mengikuti langkah Earwen di belakang dengan pandangan menunduk, sesekali Briana menatap sekelilingnya. "Disitu lady tempatnya." Earwen menatap tempat yang ditunjukkan Briana, pusat pelatihan alat panah. Earwen bergegas masuk kedalam. Netranya melihat Belinda yang tengah menikmati teh mint, kemudian Earwen menghampirinya dan memberi penghormatan nya. "Grandma memanggil saya?" tanya Earwen."Iya, kamu pasti bosan bukan Earwen?" Earwen tersenyum kecil dan mendudukkan tubuhnya, "Saya tidak tahu harus melakukan apa." "Edmund belum memberikan tugas Queen kepadamu Earwen?" "Belum grandma." Belinda me

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 6: Weird Drink

    Suara burung hantu dan semilir angin malam menemani Earwen yang tengah duduk termenung disamping balkon. Earwen menekuk kedua kakinya, mata hazelnya menatap gemerlap bintang di langit. Pikiran Earwen meleset jauh, ia bertanya-tanya kemana perginya Edmund. Sejak kejadian tadi siang ia tidak melihat Edmund hingga sekarang Edmund bahkan tidak kembali ke kamarnya. Ah Earwen tahu ia tidak boleh mencampuri urusan pribadi Edmund seperti yang tertulis di perjanjiannya dengan Edmund tapi, bolehkah ia mengkhawatirkannya? setidaknya sebagai seorang istri Edmund, walaupun gelar istri itu sementara tapi Earwen ingin menghargai Edmund sebagai suaminya pertama dan terakhir. Earwen tidak berniat menikah lagi jika suatu saat Edmund menendangnya dari Hillary. Ceklek.. Suara decitan pintu mengalihkan pandangan Earwen dan sosok yang ia cari sedari tadi kini tengah berdiri memunggunginya. Earwen beranjak dari posisinya. "Yang mulia, apa anda sudah makan malam?" ucap Earwen. Karena tadi ia tidak melihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 7: Untitled Book

    Suara kicauan burung membangunkan Earwen yang tengah terlelap, ia kemudian melirik ke arah ranjang dan melihat Edmund yang masih tertidur. Earwen kemudian bangkit dari posisinya dan berjalan masuk ke kamar mandi. Sekitar 20 menit ia menyelesaikan ritual mandinya tanpa bantuan Briana, Earwen sudah cantik dengan gaun berwarna hitam dan dipadukan dengan sepatu flat.Matanya menatap ke arah Edmund yang masih juga tertidur, ia hendak menyiapkan pakaian Edmund namun Earwen kembali mengurungkan niatnya, pernikahan ini hanya sementara dan dirinya tidak perlu membangun citra yang indah di depan Edmund karena dimata Edmund, Earwen hanya wanita cacat. Earwen tersenyum kecut mengingat perkataan Edmund tadi malam.Earwen tidak tahu kenapa ia harus dipandang sebelah mata karena tidak memiliki sihir, sedangkan ada beberapa orang di Hillary juga yang sama sepertinya, mungkinkan karena ia berdarah bangsawan dianggap tidak sempurna jika tidak memiliki sihir?Earwen kemudian melenggang pergi, di depan p

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 8: Horse Riding

    "Grandma ingin menyerahkan ini kepada kalian, sebagai hadiah untuk pernikahan kalian," ucap Belinda seraya menyerahkan sepasang cincin kepada Edmund dan Earwen."Cincin ini merupakan cincin turun temurun dari leluhur kita yang dulu, grandma ingin kalian memasang cincin ini dijari kalian masing-masing," sambungnya.Edmund menatap dua cincin tersebut, ia kemudian mengambil satu cincin tersebut dan menyematkan di jempolnya karena, jari manisnya sudah terisi kan cincin pernikahannya.Earwen mengambil cincinnya dan menyematkannya di telunjuknya. "Terimakasih Grandma," ucap Earwen."Oh ada satu lagi, ini untukmu Earwen. Spesial!" ucap Belinda dan menepuk tangannya.Pengawal datang dengan seekor kuda poni dewasa berwarna putih. Mata hazel milik Earwen berbinar melihat kuda poni tersebut."Kuda poni untukmu Earwen," ucap Belinda.Earwen bangkit dari duduknya dan mendekati kuda tersebut, ia kemudian mengelus pelan surai putih milik kuda tersebut. "Dia sangat cantik, terimakasih Grandma," ucap

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 9: About Edmund

    Earwen terbangun dari tidurnya ketika seseorang membelai pipinya, netranya membelak kaget ia lantas mundur kebelakang."Tidak kusangka keturunan darah biru tidak mempunyai sihir," kekehnya pelan.Nafas Earwen naik turun melihat sosok yang didepannya–Galadriel. Penyihir hitam yang lumayan ditakutkan oleh sebagian penduduk Esterlens."Kau tau siapa aku?" tanyanya."Apa yang kau lakukan disini?" tanya balik Earwen tanpa membalas pertanyaan Galadriel.Galadriel tersenyum misterius, matanya menatap ke arah ranjang yang berisikan Edmund yang masih terlelap. "Oh aku hanya menyapamu, apa itu tidak boleh? Saya juga masih bagian keluarga Hillary," ucapnya dan hendak menyentuh rambut coklat milik Earwen."Cih! Sejak kapan kau bagian dari Hillary? Kau hanya seorang penghianat."Galadriel menoleh dan tertawa melihat Edmund menarik Earwen dibelakangnya. "Oh ya ampun cucuku, kau sudah besar." Mata itu, mata yang dilihat Earwen saat penyerangan tiba-tiba Galadriel saat ia memanah bersama Belinda. Ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23

Bab terbaru

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 61: Hesitant

    Setelah menempuh perjalanan yang lumayan memakan waktu, Earwen dan Carlo akhirnya sampai di pusat kota Hillary. Salju sudah mulai turun di Hillary, orang-orang berseliweran menggunakan pakaian musim dingin. Earwen menengadahkan tangannya menangkap salju yang turun. Netranya menelisik salju yang tengah berada di telapak tangannya. "Hei, ayo lanjutkan perjalanan ke tempat Gert."Ucapan Carlo membuyarkan Earwen. Ia menolehkan kepalanya ke samping. "Kau duluan saja, aku akan kembali lagi setelah senja." Carlo mendelik tidak suka. "Kau gila?! Kau bahkan belum tahu di mana letak tempat itu." "Kalau begitu aku akan menunggumu di sini nantinya, bye Mr. Pirang." Earwen memacu kudanya ke arah kanan, meninggalkan Carlo yang setengah mendidih. Tujuannya adalah pergi ke taman Yolain. Berharap menemukan Briana di sana. Setibanya di taman Yolain, Earwen membuka tudung kepalanya membebaskan rambutnya yang terkuncir layaknya ekor kuda itu. Earwen tidak yakin orang-orang akan mengenalinya yang dulu

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 60: Hidden Traitor

    Bunyi Sepatu yang beradu dengan dinginnya lantai terdengar nyaring. "Kau datang, eh." Suara bariton milik pria yang sudah berumur itu menggelegar di setiap sudut. "Datang untuk menyerahkan ini," sahutnya dan melemparkannya ke arah pria tua itu. "Crystal Balls, dari mana kau mendapatkannya Sean Osbert?" "Anda tak perlu tahu, ayahanda. Kudengar benda itu terbuat dengan darah unicorn," tanya Sean dan mendudukkan tubuhnya pada sofa. "Benar sekali, son. Crystal Balls akan membantu menyempurnakan ramuanku." Galadriel menyeringai lebar melihat Crystal Balls yang berada di genggamannya, ah ia sudah tidak sabar untuk mengolahnya menjadi hal 'hebat'."Kau sudah banyak membantuku, son." Galadriel membuka lemari yang tak jauh dari dirinya berdiri. Ia mengambil sebuah pedang dan menyerahkannya kepada sang anak. "Untukmu," sambung Galadriel. Sean menerima pedang tersebut. "Téggewira? Anda serius menghadiahkan pedang Téggewira?" tanyanya memastikan. Pasalnya Téggewira bukanlah pedang biasa. Pe

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 59: Deville Morte

    Earwen mengeliat dalam tidurnya, ia benar-benar tidur nyenyak dan melupakan segala beban pikirannya, setelah tadi malam ia berpesta dengan para Gert. Pria-pria bertubuh kekar itu mulai menerima kenyataan bahwa sosok legenda seorang 'wanita'. Pintu di ketuk dari luar, dan tak lama kemudian pintu tersebut terbuka dan menampakkan sosok Steve. "Kau sudah bangun? Aku membawakan beberapa potong gaun untukmu, mandilah dan keluar dari kamarmu Earwen," ucap Steve dan meninggalkan beberapa potong pakaian untuk Earwen di atar ranjang wanita itu. "Baiklah, kau bisa keluar." Earwen turun dari ranjang dan berjalan ke arah Steve yang juga berjalan keluar dari kamar Earwen. Setelah kepergian Steve, Earwen mengunci pintu kamarnya dari dalam. Ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Earwen menanggalkan pakaiannya dan menenggelamkannya ke dalam bathtub yang sudah terisi air, entah siapa yang mengisinya. Aroma wewangian menguar menciptakan sensasi tentram pada otak Earwen.Dirasa sudah cukup, Earwen m

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 58: Leaving Heartache

    "Apakah anda sang legenda itu?" tanya laki-laki yang menyerukan kata 'Capo' tadi. Earwen mengigit bibirnya was-was, bagaimana dia mengetahui tentang identitas aslinya? Ia kemudian melirik ke arah Steve yang masih saja bercengkerama dengan singa putih itu. Sialan! Bagaimana ia menjawab pertanyaan lelaki di depannya ini. "Carlo ini Earwen, dan Earwen ini Carlo," ucap Steve dan berjalan mendekati keduanya. "Earwen ikut aku," sambung Steve. Earwen mengikuti langkah Steve kedalam ruangan yang tak jauh dari ia berdiri tadi. Setelah keduanya masuk ke dalam satu ruangan, Steve menutup pintu tersebut. Ia kemudian duduk di atas kursinya. Earwen juga ikut duduk di kursi yang ada di depan meja yang ia pastikan bahwa ruangan ini adalah tempat kerja. "Sebenarnya tempat apa ini?" tanya Earwen to the point. Jujur saja, siapa yang tidak bingung kala di tempatkan di sebuah tempat asing tetapi di dalamnya orang-orangnya mengetahui tentang dirinya."Ini adalah markas, Earwen, markas Deville Morte. D

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 57: Leave

    Earwen memungut kemeja putih milik Edmund yang sengaja dia tinggalkan untuknya setelah melewati pergulatan mereka. Kaki Earwen bergetar hebat menahan berat tubuhnya. Rasanya ia seperti di perkosa saja, karena Edmund benar-benar memperlakukannya layaknya seorang kupu-kupu malam. Earwen menyibak kasar air matanya, ia kemudian menatap kertas berisikan gugatan cerai untuknya yang tergeletak di lantai. Earwen mengambil kertas tersebut dan tanpa berpikir panjang lagi, ia mencantumkan tanda tangannya. Matanya menyorot ke arah cincin pernikahan dan juga cincin yang dijadikan hadiah oleh Belinda. Earwen melepaskan keduanya, ia melepaskan semua hal-hal yang berbau Edmund pada tubuhnya. Mulai dari cincin, kalung yang di buat Edmund saat di laut Saterin dan hanya menyisakan kalung milik mendiang ibunya. Earwen menaruh seluruhnya pada meja kerja Edmund, ia kemudian berbalik badan tanpa memperdulikan ruangan Edmund yang berantakan Earwen berjalan keluar. Dengan kaki yang tak beralaskan apapun, Ear

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 56: Divorce Lawsuit

    Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian kepergoknya Earwen. Sejak saat itu Earwen benar-benar tidak pernah menjumpai Edmund lagi. Bahkan di ruang makan pun ia hanya berdua dengan Daisy. Sedangkan Edmund? Ia tidak tahu kemana perginya pria itu. Apakah Edmund semarah itu dengannya? "Apa itu tidak enak Yang Mulia? Anda ingin menu makan malam yang lain?" Pertanyaan pramusaji itu membuyarkan lamunan Earwen. Ia menatap piringnya yang berisikan carbonara itu. Earwen menggeleng menolak ucapan sang pramusaji. Ia kemudian mulai menyuapkan sesendok demi sesendok ke dalam mulutnya. Sesekali matanya melirik ke arah Daisy yang tengah berkutat dengan bukunya. Omong-omong, hubungan iparnya dengan Daisy benar-benar tidak ada progres kemajuan sama sekali semenjak Earwen menginjakkan kakinya di Hillary. Di tambah kematian Belinda yang terjadi karena menyelematkannya itu membuat Daisy semakin tidak menyukainya. Earwen menghela nafas berat, Daisy tidak menyukainya sebagai kakak ipar dan sekarang Edm

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 55: Secret Room

    "Maaf Yang Mulia, King Edmund sedang tidak bisa untuk dijumpai sekarang." Ucapan sang pengawal yang berjaga di depan ruang kerja Edmund beberapa jam lalu.Earwen menatap dari kejauhan ruang kerja Edmund yang masih juga tertutup. Entah sudah berapa lama dirinya menghabiskan waktu untuk ini, duduk dengan mata menyorot ke depan sana. Sikap Edmund yang seperti itu justru mengundang rasa khawatir Earwen, ia takut terjadi sesuatu dengan pria itu. "Apa yang kau lakukan disini?" Earwen menoleh ke samping kala mendengar suara yang mengacaukan pikirannya. "Daisy? Bagaimana kabarmu?" tanya Earwen tanpa membalas pertanyaan Daisy tadi. Daisy menatap tajam ke arah Earwen kemudian beralih pandang melihat lurus ke depan, ia penasaran apa yang sedari tadi dilihat oleh Earwen. "Tidak usah berbasa-basi seperti itu!" Sinis Daisy. "Saya hanya ingin tahu bagaimana kabarmu, apakah itu sal–" "Lawyer Glenn?" Ucapan Daisy membuat Earwen ikut memandang ke depan. Benar saja seorang lelaki masuk ke dalam ru

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 54: The First Meet

    Rombongan Earwen sudah sampai di Hillary. Earwen langsung turun dari kudanya meninggalkan Briana dan Steve. Ia berjalan di lorong-lorong Paviliun utama, Earwen hendak kembali ke kamar dan melakukan ritual mandinya sebelum ia kembali bergulat dengan rencana-rencananya. Baru memegang kenop pintu suara pengawal terdengar. "Yang Mulia, maaf sebelumnya. Anda sudah dilarang untuk memasuki kamar Yang Mulia King Edmund lagi. Kamar anda sekarang berada di Paviliun timur," ucap pengawal tersebut sembari menundukkan pandangannya. Matanya mengerjap berulang kali, berusaha menyerap ucapan pengawal tersebut. Apa maksudnya? Dirinya sudah tidak tinggal di Paviliun utama lagi? Apa ada sesuatu hal yang membuat Edmund mengusirnya dari kamarnya?Earwen membuyarkan seluruh pertanyaan di kepalanya. Ia akan tanyakan itu nanti kepada Edmund, yang jelas sekarang mencari keberadaan Zane Salazar dan King Valiant. Earwen buru-buru melangkah kakinya ke paviliun timur, ia tidak akan menyangka akan kembali ke kam

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 53: Changed

    "Jadi Zane Salazar di tuduh sebagai penyebab kematian Faleia Jacqueline?" tanya Steve setelah Earwen menceritakan berkas yang dia temukan di ruang kerja Edmund tadi malam. Bola mata Earwen melesat jauh menatap langit yang membiru terang. Ia memikirkan kemana Ayahnya pergi. Earwen masih menyangkal bahwa Zane Salazar telah mati, karena hatinya mengatakan tidak. "Kau menemukan sesuatu Steve?" "Tidak, tapi kurasa kau ikuti saja Edmund. Mungkin di dalang di balik menghilangnya Zane Salazar." Earwen mengangguk kecil, Edmund sudah pasti sosok dibalik semua ini. Ia harus mengorek lebih dalam lagi mengenai Edmund. Earwen hanya menginginkan dirinya dapat di pertemukan dengan Zane Salazar, walau dalam keadaan tulang belulangnya saja. Tangannya terulur mengusap liontin milik mendiang ibunya. "Tolong bantu Earwen menemukannya," batinnya berbisik lirih. "Lady!" Pekikan Briana membuat Earwen dan Steve menoleh menatap Briana yang berlari ke arah mereka yang sedang duduk. "Ada apa?" tanya Earwen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status