“Lila?” tanya suara pria di seberang sana. “Jangan membohongiku. Kau tidak mungkin Lila yang aku maksud.” “Aku Lila Luciana. Aku perempuan yang pernah kau culik.” Terdiam beberapa detik. “Halo,” ucap Lila lagi. ia tidak mendengar suara Derick. Takutnya pria itu mematikan sambungan telepon penting ini. “Aku di sini. Kau membutuhkan bantuanku?” tanya Derick. Lila mengangguk. “Aku ingin pergi dari Lucas. Apa kau bisa membantuku?” tanyanya. “Tentu saja bisa. aku sudah menantikan hal ini sangat lama.” Terdengar suara pria itu sangat ceria. Berbeda dari awal menerima panggilan darinya. “Aku akan membantumu pergi dari Lucas.” Lila mengangguk. Inilah rencananya. Kabur dari Lucas dengan bantuan mafia lainnya. Meski keselamatannya juga terancam dengan berpindah ke mafia yang lain. Tapi ia yakin, setelah keluar dari jeratan dari Lucas. hidupnya akan lebih tenang. Sampai kapanpun ia tidak akan memberitahu tentang Leonard pada Lucas. Lucas bukanlah ayah yang baik. Lila yakin, Leonard a
“Tebak berapa isi di dalam kartu ini.” Omar memainkan kartu yang berada di tangannya. Kartu hitam dengan desain mewah. Dengan tulisan yang berwarna silver itu menambah kesan yang ekslusif. “1 juta?” tanya Gate. 1 juta dollar= 16 milyar rupiah. Omar menggeleng. “Pasti lebih. Mungkin ada 10 dollar. aku dengar tuan Lucas tidak sangat royal pada kekasihnya.” Omar memandang kartu itu dengan berbinar. “Aku jadi ingin mengambil uang di dalam sini.” “Hentikan!” Gate melotot. “Itu bukan uangmu. Memangnya kau tahu sandi di kartu itu?” Omar tersenyum memamerkan giginya. “Aku diberitahu sandinya saat menggunakannya tadi.” “Jangan main-main.” Peringat Gate. “Kenapa nona sangat percaya ya pada kita.” Omar memandang mobil dan motor yang berdatangan. Manusia-manusia yang berada di dalamnya akhirnya keluar dan memenuhi kafe. “Aku yakin nona sudah menganggapku sebagai sahabatnya.” Omar menepuk dadanya dengan dramatis. “Pasti dia mengganggap kita sebagai teman saat dia menyelamatkan kit
Omar menatap cctv rekaman itu dengan kecewa. Ia mengusap wajahnya kasar dan memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Ia berkacak pinggang. “Dia memberikan kartunya karena dia tahu apa yang akan menimpaku setelah dia pergi.” Omar memejamkan mata dan mengepalkan kedua tangannya. “Bagaimana? apa sudah menemukan petunjuknya?” tanya bodyguard yang lain. Omar mengangguk. “Tidak ada gunanya tetap di sini.” Omar mengambil ponselnya dari saku. Menghubungi Gate yang saat ini sedang mencari Lila. “Kau di mana?” tanya Omar. “Aku baru saja keluar. parkirannya penuh, sangat sulit keluar. aku baru saja keluar dan akan menghalang jalang utama.” “Terlambat.” Omar berkacak pinggang. “Nona Lila tidak diculik tapi kabur. Pelariannya ini sudah direncanakan.” Gate yang awalnya menggebu-gebu mengendarai mobil. Kini menepikan mobilnya secara mendadak. ~~ Lucas menatap rekaman cctv. Mereka sengaja menyisakan satu cctv. Terlihat saat Lila keluar dari toilet—ada satu pria yang menjem
Dua orang pria itu duduk termenung di sebuah penjara. Lantai yang dingin hanya ada satu selimut. Wajah mereka masih babak belur. Dengan perut mereka yang terasa keram. Tapi mereka hanya berdiam diri dengan bersandar pada tembok. Omar mengeluarkan kartu yang ada di dalam sakunya. “Kenapa kau tidak memberitahu tuan Lucas tentang kartu itu?” tanya Gate. “Aku yakin nona sengaja meninggalkan kartu itu..” Omar tersenyum. “Justru itu, uang di dalam sini itu untuk kita. Jadi aku tidak memberitahu tuan Lucas.” Gate berbaring. Dengan tangan yang memegang perut. “Harusnya kita memilih berhenti dan mengambil uang itu saja.” “Bodoh!” Omar tertawa. “Aku sempat memikirkan hal itu.” “Setelah kita keluar lalu mengambil uang di atm milik tuan Lucas, kau pikir kita tidak akan diburu? Kita bisa saja langsung dihabisi anak buah tuan Lucas yang lainnya.” Omar memasukkan kartu itu ke dalam sakunya. Gate menatap langit-langit. Tidak menyangka kalau dirinya berada di dalam penjara bawah
“Lupakan tentang anakku.” Lila menggeleng. “Apa kau yakin mereka tidak akan mengejar kita?” Derick menoleh ke belakang. Tidak ada mobil yang mengejar mereka. Di belakang mobilnya hanya ada mobil anak buahnya. “Tidak untuk sekarang. tapi pasti Lucas akan mengejarku.” Tangan Derick terulur mengusap puncak kepala Lila. “Senangnya melihatmu di sini bersamaku.” Lila terdiam. Jangan melupakan fakta jika Derick sama berbahayanya dengan Lucas. Atau mungkin lebih kejam pria itu daripada Lucas. Entahlah, tapi Lila harus benar-benar waspada pada apapun. “Derick,” panggil Lila. “Aku peringatkan padamu. Jangan macam-macam padaku,” ucap Lila. Derick tersenyum miring. Kemudian mendekat. menatap wania itu dari samping. “Benarkah?” tanyanya. “Tapi aku sudah memberitahumu dari awal. aku memang menyukaimu.” Lila berdecak. “Kau terus saja membual tentang hal itu. Jika kau menyukaiku seharusnya kau menikahiku lebih awal.” Derick tertawa. Lucu sekali melihat Lila marah-marah. “Ha
“Bersamamu?” ulang Lila. “Bersamaku.” Derick tersenyum. Derick mengambil tangan Lila. “Hati-hati.” Menarik Lila berjalan bersamanya. Mereka masuk ke dalam rumah. “Aku akan menunjukkan kamarmu.” Masih menggandeng tangan Lila hingga masuk ke sebuah kamar. Kamar yang didominasi dengan warna pink. Jika Lila tahu, pasti akan menggerutu. Wanita itu sudah lelah, enggan menggunakan kekuatannya. “Aku sedikit mendesain kamar ini.” Derick menatap kamar tidak yakin. apa terlalu berlebihan ya? “Baiklah, terima kasih. Berikan Leonard padaku.” Lila menggendong anaknya kembali. Leonard yang sedari tadi menguap. “Aku akan meninggalkanmu sendiri. Kau istirahatlah dengan tenang.” Derick mendekat dan mengusap pelan puncak kepala Lila. Lalu menjauh. Menutup pintu dengan rapat sebelum benar-benar pergi. ~~ Seorang pria berjalan dengan cepat memasuki sebuah gedung penthouse yang begitu tinggi. Lucas langsung masuk ketika sudah berada di depan pintu. “Kenapa tiba-tiba kamu di
“Biar aku yang menggendong Leonard,” ucap Derick mendekat. Ia mengambil duduk di samping lila. Ia berinisiatif menggendong Leonard yang berada di dalam gendongan Lila. “Kau tidak akan melukai anakku kan?” tanya Lila. Mereka berada di ruang makan. Lila tidak bisa makan dengan tenang karena harus menggendong Leonard. “Kau pikir aku apa?” tanya Derick. Ia memasang senyum yang manis untuk Leonard. “Mafia,” balas Lila tanpa ragu. Derick tidak mengindahkan ucapan Lila. Ia malah berusaha membuat Leonard tersenyum. Derick tersenyum sembari membuka dan menutup wajahnya dengan tangannya. Percayalah wajahnya yang sangar itu terlihat lebih menakutkan saat tersenyum. Aneh, tapi membuat Leonard tersenyum. bocah itu seperti terhibur saat melihat wajah Derick. “Tuh, dia tersenyum.” Derick melebarkan tangannya. “Ikut Papa yuk.” “Heh!” Lila memejamkan mata sebentar. Sungguh kesal dengan pria itu. Panggilan ‘papa’ itu sakral. Tidak boleh disebutkan dengan sembarangan. “Ikut
Flashback on. Seorang anak perempuan duduk di depan sebuah bangunan. Menunggu pamannya yang berbincang dengan pemilik gedung. Perempuan dengan tatapan kosong itu menarik perhatian anak laki-laki yang tadinya hanya bersandar pada tembok. “Ada orang?” tanya Lila. Ia merasa pergerakan di sampingnya. “Kau tidak bisa melihatku?” tanya anak laki-laki itu. Anak laki-laki dengan pakaian yang lusuh. Ada bekas kemerahan di sekujur wajah sampai tubuh anak laki-laki itu. Lila menggeleng. “Kenapa kau di sini?” tanya Lila. “Aku hanya duduk.” Kruuk! Terdengar suara perut yang lapar. Lila merogoh saku dressnya. “Aku tidak tahu berapa uang ini. tapi aku yakin bisa untuk membeli makanan.” Mengulurkan tangannya ke depan. Sedangkan anak laki-laki itu berada di samping. “Kau di mana..” Lila menggerakkan tangannya ke samping. “Aku bukan pengemis.” Anak laki-laki itu tidak suka. Ia memandang uang yang berada di tangan Lila dengan sinis. “Aku tidak pernah bilang kau pengemis. A
“Berhenti membuatku marah.” Lucas memejamkan mata. “Aku ingin membunuh semua orang yang ada di sini..” Lila mengerjap. “Jangan pernah membunuh mereka,” balas Lila. “Maka berhentilah melawanku.” Lucas menatap tajam Lila. “Aku akan berhenti melawan jika kau melepaskan mereka!” Lucas mundur beberapa langkah. Mengambil satu kunci yang dibawanya. Kemudian membuka sel Bi Rosa serta Omar dan Gate. Sehingga mereka pergi dari ruang bawah tanah itu meninggalkan Lucas dan Lila di sana. Mereka sempat menatap Lila dengan kasihan. Tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan selain segera pergi. Jika mereka berusaha menyelematkan Lila juga percuma. Hal itu akan menambah kemarahan Lucas dan bisa berakhir lebih buruk. “Sudah…” lirih Lucas. “Jangan membantahku apalagi melawanku.” Lucas mendekati Lila. Kembali mengurung wanita itu di tembok. “Tidakkah kau sadar jika aku pergi karena kesalahanmu juga?” tanya Lila. “Kau tidak tahu alasanku pergi?” tanyanya. Lucas menyipitkan mata.
Lucas tertawa. Tawa seram yang menggelegar. Ia mengusap pipinya yang terasa sedikit panas akibat tamparan. “Kau berani padaku.” Lucas menatap tajam Lila. “Aku akan menunjukkanmu siapa aku!” menarik Lila. “Maid!” teriak Lucas. Satu maid datang dengan terburu-buru. Maid itu menunduk takut. “Ambil bayinya!” maid itu berusaha mengambil leonard yang berada di gendogan Lila. Namun Lila tidak melepaskan anaknya. ia berusaha menahan Leonard agar tetap berada di dalam gendongannya. Uweeek! Tangisan Leonard yang terdengar. “Jangan!” Lila menarik Leonard. “Lepaskan atau aku akan membunuh anakmu!” ancam Lucas. Jika saja Lila bisa memberitahukan bahwa anak yang ingin dibunuh itu adalah anak pria itu sendiri. Lila akhirnya melepaskan Leonard yang berada di gendongannya. Merelakan Leonard diambil oleh orang lain. Namun Lila memastikan jika wajah Leonard tertutup oleh kain gendong. Ia tidak akan membiarkan Lucas melihat wajah anaknya. Baru saja melepaskan Leonard, Lila
Derrick dilepaskan. Dengan anak buahnya yang masih hidup. Namun, hal yang paling berharganya justru pergi. Derrick menatap nanar Lila yang sudah dibawa pergi oleh Lucas. “AAARGGGH!” teriak Derrick sembari menangisl. Memukul kursi besi itu dengan tangannya berkali-kali. Sampai tangannya berdarah sekalipun. Gagal. Gagal menjaga wanita yang paling ia cintai. Gagal melindungi sahabatnya. Sebelum pergi, Lila sempat berkata. “Ada maupun tidak ada aku. Kau harus tetap hidup lebih lama. Kau satu-satunya sahabat yang aku miliki. Aku tidak mau melihatmu menyerah dengan mudah pada hidup.” Itulah pesan Lila sebelum dibawa Lucas pergi. BRAAK BRAAK Derrick meraung sampai terguntai lemas di lantai. Mengusap wajahnya kasar… Itulah akhir dari pertemuan mereka. Tidak ada rencana yang bisa mereka lakukan. Rencana untuk mengunjungi wanita itu setiap bulan. Rencana untuk menjadi ayah dari anak wanita itu. Semuanya musnah begitu saja. “Dia pergi?” tanya seorang pria b
Derrick mengarahkan pistolnya pada Lucas. “Kau kalah.” Lucas tersenyum miring. “Anak buahmu akan mati di sini…” Derrick membawa Lila ke belakangnya. “Kau melanggar peraturan.” Derrick berdecih. “Tidak seharusnya kau berada di sini.” Derrick menatap tajam Lucas. “Kau yang akan mati. Kau yang kalah.” Lucas mengedikkan bahu. “Sayangnya mulai sekarang setengah dari bagian timur adalah wilayahku. Kau tidak tahu? Aku baru saja membeli bandara ini.” “Membeli beberapa tanah dan bangunan di sini…” lanjut Lucas dengan senyum smirk. Derrick menatap anak buahnya yang kalah jumlah. Ada begitu banyak anak buah Lucas. Jumlahnya dua kali lipat dari jumlah anak buahnya yang ada di sini. Anak buah Lucas menyergap anak buahnya hingga tidak bisa bergerak.Banyak anak buahnya di rumah untuk melindungi rumah serta markas utamanya. Ia tidak mengira kalau Lucas secepat itu membeli bandara. Sebelum membeli tiket—ia sudah memastikan jika bandara ini sangat aman dari Lucas. Pria ini memang benar-ben
“Sekarang, Sir.” Sam memberi aba-aba pada Lucas. Lucas sudah memasuki mobil untuk menuju kediaman Derrick yang terletak di derah timur. Membutuhkan waktu hampir 2 jam untuk ke sana. Mereka hampir sampai. Rombongan Lucas begitu banyak. Ada belasan mobil hitam yang terisi dengan anak buah. Mereka siap menggunakan senjata masing-masing. Tidak tanggung-tanggung ketika berada di sana. Mereka langsung adu senjata. DOOR! DOOR! Suara pistol tidak terelakkan lagi. Semua anak buah Derrick yang berjaga di depan langsung tumbang. Lucas duduk manis di dalam mobil sedangkan anak buahnya yang menyelesaikan. Setelah menghabisi anak buah Derrick—mobil kembali berjalan sampai di rumah yang tidak begitu besar. Lucas berdecih—rumah itu hanya cukup untuk menampung hewan peliharaan Lucas seperti serigala. Lucas keluar dari mobil. Ia melihat satu dari mereka yang familiar di ingatannya. Si rambut merah. Pria itu menodongkan senjata ke arahnya. “Kau si red velvet ya kan?” Lucas ter
Kamboja adalah negara yang akan didatangi Lila untuk bersembunyi. Di sanalah nanti, Derrick juga bisa memperluas usahanya. Lila berkemas… Hanya membawa barang-barang penting saja. Terutama keperluan Leonard. “Mamamama…” Lila meraba kasurnya sebelum duduk di samping Leonard. “Terima kasih sudah bertahan bersama mama..” Lila mengusap pelan kaki anaknya. Ia tersenyum. “Kita akan pergi. nanti…” Lila membayangkan di tempat baru. “Di sana, kita akan mulai hidup baru. Mama yakin kita bisa hidup bersama dengan damai di sana.” Lila sudah melihat tempat yang akan ia tempati. Tempatnya bagus dan tidak ada hal yang aneh. Untuk itu ia ingin segera ke sana saja. Lila mengangkat Leonard dan menggendong anaknya dengan nyaman. Tok tok “Aku sudah selesai!” teriak Lila. Akhirnya mereka berada di dalam mobil. Derrick berada di sampng Lila. Pria itu tidak berhenti menatap Lila dari samping. ‘aku puas-puaskan melihatnya. Setelah ini aku tidak bisa melihatnya lagi..’ Derrick meli
“Sir, keberadaan rumah Derrick sudah diketahui. Apakah kita langsung menyerang saja?” tanya Sam pada Lucas. Lucas yang awalnya sibuk melihat dokumen kini mendongak. “Apa kau yakin Lila ada di sana?” tanya Lucas. “Anak buah yang saya kirim ke tempat milik Derrick mengatakan, tidak menemukan Lila di sana. Kemungkinan besar nona Lila di rumah Derrick.” “Anak buah juga sudah melacak keberangkatan di bandara. Tidak menemukan jejak kepergian nona Lila di sana.” Sam mengatakannya dengan begitu yakin. Penyeledikian itu memakan waktu yang begitu lama. Lucas mengerahkan anak buahnya yang paling kompeten untuk mencari keberadaan Lila. “Kau ada rencana untuk ke sana?” tanya lucas. “Saya sudah merencanakannya, Sir.” Sam mengangguk. “Pertama, tempatkan anak buah kita di berbagai usaha Derrick.” “Lalu kita akan menyerang rumah bajingan itu.” “Kau yakin kita tidak kalah jumlah dengan mereka?” tanya Lucas. menyerang bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan senjata dan perso
Setelah Derrick menarik Lila. Mereka berada di kamar Lila untuk berbicara. “Aku tidak bisa mengirimmu pergi sendirian.” Derrick memandang lekat Lila. “Kau harus tetap di sampingku agar aku bisa memastikan keselamatanmu.” Lila tersenyum. hatinya menghangat mendapat perhatian dari Derrick. Namun keberadaannya di samping pria itu justru akan menjadi malapetaka. “Aku punya firasat buruk jika aku tetap di sini.” Tangan Lila terangkat—ia menyentuh lengan Derrick. “Tidak masalah di manapun aku berada. Yang penting aku bisa tetap aman jika Lucas tidak menemukanku. Jika situasi nanti memungkinkan, kau bisa mengunjungiku dan Leonard.” Derrick menatap tangan Lila yang berada di lengannya. Tangan mungil wanita itu yang masih menyentuh lengan kemejanya. “Mana bisa aku membiarkanmu pergi setelah sekian lama aku berusaha mendapatkanmu…” Derick memejamkan mata sebentar. “Tetap di sini. aku akan menjaga kalian. aku tidak akan membiarkan Lucas mendapatkanmu kembali.” Lila menggeleng
“Kau masih belum menemukan apapun?” tanya Lucas sembari mengangkat gelasnya. Ia mengguncangnya pelan. Cairan yang berwarna cokelat itu bergerak hingga sedikit tumpah. Lucas mencengkram gelas itu sangat kencang. Kuku jemarinya memutih. “Aku sudah memberimu waktu seminggu untuk mencarinya, tapi kau—” lucas mengangkat kepalanya dan menatap tajam Dante. “Kau tidak menemukan apapun..” Lucas tersenyum miring. “Kau ingin berhenti bekerja?” Dante menggeleng dengan keras. “Tidak, Sir. Saya sudah berusaha untuk melacak di mana keberadaan nona. Tapi sistem saya tidak bisa menembusnya. Sepertinya Derick menggunakan Teknologi terbaru.” “Saya punya rencana untuk menggunakan cara manual. Dengan memata-matai anak usahanya…” Dante menunjukkan tabletnya pada Lucas. “Di sini letak usaha Derick. Tapi hal itu sangat berisiko.” Dante mengambil lagi tabletnya. “Itu bukan daerah anda…” Lucas menyandarkan tubuhnya di kursi. “Aku sekarang tidak peduli wilayah siapa. yang aku inginkan hanyalah me