Lucas duduk santai di sebuah ruang kantornya. Televisi di hadapannya menyala. Menampilkan berita yang sedang heboh. Lucas tersenyum puas. tangannya mengangkat sebuah cairan berisi wine. “Kerja bagus, Dante!” Lucas mengangguk senang. “Tinggal dua orang yang belum aku hancurkan?” “Walaupun belum sepenuhnya dihancurkan. Mereka sudah hancur.” Dante mengambil satu rokoknya. Menyulutnya pelan sebelum menghisap ujungnya. “Kasus ibu tiri nona Lila lebih rumit dari yang aku bayangkan.” “Penipuan itu tidak dilakukan sendirian. Tapi dilakukan dengan beberapa ibu pejabat lainnya. Mereka menjual berlian ke istri pengusaha. Karena mereka berasal dari lingkup pemerintahan, para istri pejabat itu jadi lebih percaya.” Lucas berdecak pelan. “Kerjamu memang bagus. Tapi kita meringankan beban polisi yang ada di negeri ini.” “Enak sekali jadi mereka, tinggal menerima jadi. Tinggal menghukum tanpa susah payah menyelidiki.” Lucas meggeleng pelan. “Sudah aku ringankan pekerjaan mereka, tapi
“Sir, saya Omar. Saya menemani nona Lila ke tempat pamannya. Saya menunggu di luar. Tapi karena nona Lila tidak kunjung keluar. akhirnya saya masuk bersama bodyguard yang lain.” “Tapi, nona tidak ada.” Lucas memejamkan mata—mengepalkan tangannya. Urat lehernya terlihat. Rahangnya mengeras. Menandakan bahwa kemarahannya sekarang diujung tanduk. “Tetap cari—aku akan ke sana dengan yang lain.” Lucas menutup sambungan teleponnya. Beberapa menit yang lalu. Lila baru ingin makan kuenya. Tapi… Lila merogoh saku dressnya. Kenapa ponselnya tidak ada? Lila ingin menghubungi Omar untuk menjemputnya ke sini. firasatnya mengatakan akan terjadi hal buruk. Lila tidak tahu—apakah dirinya atau tempat ini. Lila tidak bisa menghubungi siapapun karena ponselnya tidak ada. Memejamkan mata—dan bersiap menggunakan kekuatannya untuk menemukan ponselnya. Ia justru membuka mata kembali ketika mendengar suara langkah seseorang. Dan saat ia baru saja ingin berteriak memanggil. Mulutnya dibekap. La
“Aku tidak bekerja karena uang,” jawab Lila. “Aku hanya bekerja pada orang-orang yang aku mau.” Pria itu tersenyum. “Maka, jadikanlah aku orang yang kau mau. Aku bukan orang jahat kok. Aku hanya membutuhkanmu untuk mengembangkan usahaku.” “Aku tidak mau!” jawab Lila dengan tegas. Pria itu menarik kursinya semakin dekat dengan Lila. “Maka aku akan memaksa.” Pria itu mengusap pelan pipi Lila. “Kenapa wanita secantik kau harus disia-siakan keluarga Bennedict? Aku tahu semua tentangmu. Aku juga tahu kalau kau batal menikah dengan calon suamimu dan malah menikah dengan Lucas.” “Kau menguntitku?” “Bukan.” Pria itu menggeleng. tangannya yang penuh tatto itu mengusap pipi Lila lagi. “Lebih tepatnya aku penggemarmu.” “Aku dan Carlo bermusuhan. Itulah kenapa aku sulit bertemu denganmu, karena pria itu memberikan penjagaan yang begitu ketat padamu.” “Tapi hari ini, jalang itu berhasil membawamu ke sini.” Pria itu tertawa. “Aku sangat senang.” “Kau gila!” Lila berusaha berg
Bugh! Bugh! Entah dihajar yang ke berapa. Yang pasti, wajah Omar sudah babak belur. Lucas menyugar rambutnya. “Kepergian Lila karena murni kesalahanmu!” Omar mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Ia menunduk. “Maaf, Sir.” “Apa yang dilakukannya sampai tidak mau diikuti bodyguard?” tanya Lucas. “Apa dia bermesraan dengan pria tua itu?” Omar menggeleng. “Tidak, Sir. Dari keterangan pegawai yang di sini. Hari ini ulang tahun Nona Lila. Jadi nona Lila selalu kesini dan merayakan ulang tahun dengan pamannya.” “Saya menuruti keinginan nona Lila yang ingin menghabiskan waktu dengan pamannya. Ketika Carlo pergi—saya sudah buru-buru mengecek ke dalam. Namun, nona Lila begitu cepat dibawa kabur.” “Saya sudah berusaha mencari nona di sekitar sini. tapi saya tidak mendapatkan apapun. Tidak ada rekaman cctv di sini yang merekam nona Lila.” Lucas berkacak pinggang. “Hal ini sudah direncanakan lama.” Lucas menatap Omar yang babak belur dihajar tangannya. “Ini belum cukup. Kau a
24 jam… Lamanya seorang perempuan tertidur tanpa terbuka sama sekali. Lila menggerakkan jemarinya perlahan. Lila mencium aroma sekitarnya. Asing… Tidak di kamarnya. tidak di rumah. lalu di mana ia sekarang… Ia merasa tangannya sedikit kebas. Seperti ada yang menancap. Ketika ia meraba tangannya—satu infus yang tertancap di punggung tangannya. Lila memejamkan mata kembali. “Berhenti!” Lucas mendekat. “Jangan menggunakan kekuatanmu lagi. kau berada di rumah sakit.” “Di mana ponselku. Aku harus menghubungi bi Rosa.” “Anakmu baik-baik saja. aku menambah keamanan di rumah itu,” balas Lucas. Kau sudah tidur 24 jam tanpa terbangun sama sekali.” Lila bernapas lega. “Selama itu…” lirihnya. Lucas menarik satu kursi hingga berada di samping ranjang Lila. “Apa yang terjadi denganmu saat di sana?” “Kenapa saat aku di sana kau sendiri?” tanya Lucas. Lila terdiam. “Karena aku ditinggal…” “Aku tahu.” Lucas tidak sabar. “Maksudnya bagaimana sampai kau ditinggal. Lalu apa ya
Tok tok! Pintu diketuk. Lucas berdecak menatap pintu. kemudian menjauh dari Lila. “Sir, ada yang ingin saya katakan!” suara bodyguard di ambang pintu. Lucas berdiri—tangannya terangkat menunjuk Lila. “Ingat perkataanku. Jangan memikirkan bajingan itu!” Lila mengangguk. Lucas berdiri—kemudian berjalan. Mendengar dari bodyguard siapa yang ingin bertemu dengannya. Lucas berjalan menuju taman rumah sakit yang sepi. Di sanalah ia bertemu dengan pria tua yang ingin sekali ia hajar. Lucas menatap pria itu. kemudian mengusap tangannya pelan. “Kau tahu..” Menatap Carlo. “….Aku sangat ingin menghajarmu sekarang.” “Kau memang berhak marah.” Carlo mengangguk. “Semua salahku. Tidak seharusnya aku meninggalkannya begitu saja.” Carlo mengusap wajahnya kasar. “Aku terburu-buru karena mendengar ada kekacauan di tempatku yang lain. Jadi aku langsung pergi begitu saja. Aku juga tidak tahu kalau anak buahku ada mengincarnya.” Lucas menatap Carlo tajam. “Mulai sekarang, aku tidak
“Maaf.” Paman Carlo duduk di kursi samping ranjang Lila. “Seharusnya Paman tidak meninggalkan kamu.” “Bukan salah paman.” Lila menggeleng. “Tidak ada yang tahu kalau dia mengincarku.” “Bagaimana keadaan kamu?” tanya paman. “Aku baik-baik saja. aku tidak terluka. Hanya saja, energiku habis karena mencoba melihat aku sedang berada di mana saat itu.” “Kata Lucas aku tidur hampir 24 jam.” “Lila..” panggil paman Carlo. “Mulai sekarang, jangan datang lagi ke tempat usaha paman. Jika kamu ingin bertemu dengan paman, paman akan mendatangi kamu. atau kita bisa bertemu di luar bersama suamimu juga.” Lila berdecak pelan. “Karena Lucas pasti..” lirihnya. “Semua demi kebaikan kamu. Ada banyak musuh yang mengincar kamu. Kali ini dari musuh paman. Siapa yang tahu kalau musuh-musuh Lucas juga melakukannya…” “Jadi lebih baik memang melakukan pencegahan.” Lila mengangguk. “Baiklah.” “Bagaimana dengan Alma?” tanya Lila. “Apa dia tertangkap?” “Hm. Diurus Lucas. Entah Lucas akan memb
Lucas berdecak mendengar pertanyaan dari Lila. Namun tangannya malah bergerak menepuk pelan kepala wanita itu. “Kalau bisa sudah aku serap semua energi keberuntunganmu!” Tangan Lucas bergerak turun—mengusap pelan pipi wanita itu. “Kenapa kau diam saja?” tanya Lucas heran tidak mendengar sahutan dari wanita itu. “Aku sedang berpikir,” balas Lila. Ia tidak menyingkirkan tangan Lucas yang begitu betah mengusap pipinya. "Edward dan Maria…” lirih Lila. “Itu karenamu ya?” Lucas mengangguk. Ia mengambil duduk di samping ranjang Lila. “Aku sudah menghancurkan dua orang.” Lucas menatap Lila yang menatap lurus. Sekali saja… Ia berharap kalau bola wanita itu menghadap ke arahnya. Tapi sayang… Sampai kapanpun tidak akan terjadi. “Setengah jalan.” Lucas tersenyum. “Aku sudah menyelesaikan setengah dari permintaanmu.” “Apa rencanamu pada orang tuaku?” tanya Lila. “Kenapa?” tanya Lucas kembali. “Kau berharap aku tidak terlalu kejam pada mereka?” tanyanya. Lila terdiam
Lucas tertawa. Tawa seram yang menggelegar. Ia mengusap pipinya yang terasa sedikit panas akibat tamparan. “Kau berani padaku.” Lucas menatap tajam Lila. “Aku akan menunjukkanmu siapa aku!” menarik Lila. “Maid!” teriak Lucas. Satu maid datang dengan terburu-buru. Maid itu menunduk takut. “Ambil bayinya!” maid itu berusaha mengambil leonard yang berada di gendogan Lila. Namun Lila tidak melepaskan anaknya. ia berusaha menahan Leonard agar tetap berada di dalam gendongannya. Uweeek! Tangisan Leonard yang terdengar. “Jangan!” Lila menarik Leonard. “Lepaskan atau aku akan membunuh anakmu!” ancam Lucas. Jika saja Lila bisa memberitahukan bahwa anak yang ingin dibunuh itu adalah anak pria itu sendiri. Lila akhirnya melepaskan Leonard yang berada di gendongannya. Merelakan Leonard diambil oleh orang lain. Namun Lila memastikan jika wajah Leonard tertutup oleh kain gendong. Ia tidak akan membiarkan Lucas melihat wajah anaknya. Baru saja melepaskan Leonard, Lila
Derrick dilepaskan. Dengan anak buahnya yang masih hidup. Namun, hal yang paling berharganya justru pergi. Derrick menatap nanar Lila yang sudah dibawa pergi oleh Lucas. “AAARGGGH!” teriak Derrick sembari menangisl. Memukul kursi besi itu dengan tangannya berkali-kali. Sampai tangannya berdarah sekalipun. Gagal. Gagal menjaga wanita yang paling ia cintai. Gagal melindungi sahabatnya. Sebelum pergi, Lila sempat berkata. “Ada maupun tidak ada aku. Kau harus tetap hidup lebih lama. Kau satu-satunya sahabat yang aku miliki. Aku tidak mau melihatmu menyerah dengan mudah pada hidup.” Itulah pesan Lila sebelum dibawa Lucas pergi. BRAAK BRAAK Derrick meraung sampai terguntai lemas di lantai. Mengusap wajahnya kasar… Itulah akhir dari pertemuan mereka. Tidak ada rencana yang bisa mereka lakukan. Rencana untuk mengunjungi wanita itu setiap bulan. Rencana untuk menjadi ayah dari anak wanita itu. Semuanya musnah begitu saja. “Dia pergi?” tanya seorang pria b
Derrick mengarahkan pistolnya pada Lucas. “Kau kalah.” Lucas tersenyum miring. “Anak buahmu akan mati di sini…” Derrick membawa Lila ke belakangnya. “Kau melanggar peraturan.” Derrick berdecih. “Tidak seharusnya kau berada di sini.” Derrick menatap tajam Lucas. “Kau yang akan mati. Kau yang kalah.” Lucas mengedikkan bahu. “Sayangnya mulai sekarang setengah dari bagian timur adalah wilayahku. Kau tidak tahu? Aku baru saja membeli bandara ini.” “Membeli beberapa tanah dan bangunan di sini…” lanjut Lucas dengan senyum smirk. Derrick menatap anak buahnya yang kalah jumlah. Ada begitu banyak anak buah Lucas. Jumlahnya dua kali lipat dari jumlah anak buahnya yang ada di sini. Anak buah Lucas menyergap anak buahnya hingga tidak bisa bergerak.Banyak anak buahnya di rumah untuk melindungi rumah serta markas utamanya. Ia tidak mengira kalau Lucas secepat itu membeli bandara. Sebelum membeli tiket—ia sudah memastikan jika bandara ini sangat aman dari Lucas. Pria ini memang benar-ben
“Sekarang, Sir.” Sam memberi aba-aba pada Lucas. Lucas sudah memasuki mobil untuk menuju kediaman Derrick yang terletak di derah timur. Membutuhkan waktu hampir 2 jam untuk ke sana. Mereka hampir sampai. Rombongan Lucas begitu banyak. Ada belasan mobil hitam yang terisi dengan anak buah. Mereka siap menggunakan senjata masing-masing. Tidak tanggung-tanggung ketika berada di sana. Mereka langsung adu senjata. DOOR! DOOR! Suara pistol tidak terelakkan lagi. Semua anak buah Derrick yang berjaga di depan langsung tumbang. Lucas duduk manis di dalam mobil sedangkan anak buahnya yang menyelesaikan. Setelah menghabisi anak buah Derrick—mobil kembali berjalan sampai di rumah yang tidak begitu besar. Lucas berdecih—rumah itu hanya cukup untuk menampung hewan peliharaan Lucas seperti serigala. Lucas keluar dari mobil. Ia melihat satu dari mereka yang familiar di ingatannya. Si rambut merah. Pria itu menodongkan senjata ke arahnya. “Kau si red velvet ya kan?” Lucas ter
Kamboja adalah negara yang akan didatangi Lila untuk bersembunyi. Di sanalah nanti, Derrick juga bisa memperluas usahanya. Lila berkemas… Hanya membawa barang-barang penting saja. Terutama keperluan Leonard. “Mamamama…” Lila meraba kasurnya sebelum duduk di samping Leonard. “Terima kasih sudah bertahan bersama mama..” Lila mengusap pelan kaki anaknya. Ia tersenyum. “Kita akan pergi. nanti…” Lila membayangkan di tempat baru. “Di sana, kita akan mulai hidup baru. Mama yakin kita bisa hidup bersama dengan damai di sana.” Lila sudah melihat tempat yang akan ia tempati. Tempatnya bagus dan tidak ada hal yang aneh. Untuk itu ia ingin segera ke sana saja. Lila mengangkat Leonard dan menggendong anaknya dengan nyaman. Tok tok “Aku sudah selesai!” teriak Lila. Akhirnya mereka berada di dalam mobil. Derrick berada di sampng Lila. Pria itu tidak berhenti menatap Lila dari samping. ‘aku puas-puaskan melihatnya. Setelah ini aku tidak bisa melihatnya lagi..’ Derrick meli
“Sir, keberadaan rumah Derrick sudah diketahui. Apakah kita langsung menyerang saja?” tanya Sam pada Lucas. Lucas yang awalnya sibuk melihat dokumen kini mendongak. “Apa kau yakin Lila ada di sana?” tanya Lucas. “Anak buah yang saya kirim ke tempat milik Derrick mengatakan, tidak menemukan Lila di sana. Kemungkinan besar nona Lila di rumah Derrick.” “Anak buah juga sudah melacak keberangkatan di bandara. Tidak menemukan jejak kepergian nona Lila di sana.” Sam mengatakannya dengan begitu yakin. Penyeledikian itu memakan waktu yang begitu lama. Lucas mengerahkan anak buahnya yang paling kompeten untuk mencari keberadaan Lila. “Kau ada rencana untuk ke sana?” tanya lucas. “Saya sudah merencanakannya, Sir.” Sam mengangguk. “Pertama, tempatkan anak buah kita di berbagai usaha Derrick.” “Lalu kita akan menyerang rumah bajingan itu.” “Kau yakin kita tidak kalah jumlah dengan mereka?” tanya Lucas. menyerang bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan senjata dan perso
Setelah Derrick menarik Lila. Mereka berada di kamar Lila untuk berbicara. “Aku tidak bisa mengirimmu pergi sendirian.” Derrick memandang lekat Lila. “Kau harus tetap di sampingku agar aku bisa memastikan keselamatanmu.” Lila tersenyum. hatinya menghangat mendapat perhatian dari Derrick. Namun keberadaannya di samping pria itu justru akan menjadi malapetaka. “Aku punya firasat buruk jika aku tetap di sini.” Tangan Lila terangkat—ia menyentuh lengan Derrick. “Tidak masalah di manapun aku berada. Yang penting aku bisa tetap aman jika Lucas tidak menemukanku. Jika situasi nanti memungkinkan, kau bisa mengunjungiku dan Leonard.” Derrick menatap tangan Lila yang berada di lengannya. Tangan mungil wanita itu yang masih menyentuh lengan kemejanya. “Mana bisa aku membiarkanmu pergi setelah sekian lama aku berusaha mendapatkanmu…” Derick memejamkan mata sebentar. “Tetap di sini. aku akan menjaga kalian. aku tidak akan membiarkan Lucas mendapatkanmu kembali.” Lila menggeleng
“Kau masih belum menemukan apapun?” tanya Lucas sembari mengangkat gelasnya. Ia mengguncangnya pelan. Cairan yang berwarna cokelat itu bergerak hingga sedikit tumpah. Lucas mencengkram gelas itu sangat kencang. Kuku jemarinya memutih. “Aku sudah memberimu waktu seminggu untuk mencarinya, tapi kau—” lucas mengangkat kepalanya dan menatap tajam Dante. “Kau tidak menemukan apapun..” Lucas tersenyum miring. “Kau ingin berhenti bekerja?” Dante menggeleng dengan keras. “Tidak, Sir. Saya sudah berusaha untuk melacak di mana keberadaan nona. Tapi sistem saya tidak bisa menembusnya. Sepertinya Derick menggunakan Teknologi terbaru.” “Saya punya rencana untuk menggunakan cara manual. Dengan memata-matai anak usahanya…” Dante menunjukkan tabletnya pada Lucas. “Di sini letak usaha Derick. Tapi hal itu sangat berisiko.” Dante mengambil lagi tabletnya. “Itu bukan daerah anda…” Lucas menyandarkan tubuhnya di kursi. “Aku sekarang tidak peduli wilayah siapa. yang aku inginkan hanyalah me
Lucas mengusap pelan pipi wanita itu. Senyum yang menggoda.. Wanita itu memang ahli memikat para lelaki. Ia mendekat dan baru saja berjinjit ingin mencium Lucas… Justru Lucas mundur. Lucas berkacak pinggang. “Sial..” lirihnya. “Kenapa?” tanya wanita itu. “aku bahkan belum mulai.” “pergilah.” Lucas memijit keningnya yang terasa pusing. “TA—” “Pergilah sebelum aku membunuhmu!” potong Lucas. Akhirnya wanita itu pergi. Dengan perasaan yang dongkol karena ditolak oleh Lucas begitu saja. Lucas mengambil duduk di salah satu sofa yang kosong. Kenapa ia tidak bisa menyentuh wanita tadi? Hanya sekedar ciuman pun tidak bisa. Karena bayangan Lila yang selalu berputar di otaknya. Wanita itu memang sengaja membuatnya seperti ini! lucas mengepalkan kedua tangannya. rasanya ingin membunuh semua orang yang ada di sini karena begitu kesal. “Aku akan mencarimu ke manapun kau pergi!” ~~ “Kita sudah memperketat semua penjagaan Sir,” ucap anak buah Derick. Derick mengangguk