“Kenapa?” tanya Lucas. “Ada orang yang ingin membeli tanah di sekitar rumah lama anda Sir. Dia menawarkan harga tinggi. katanya, dia akan membuat perumahan mewah dan mall di sana,” jelas Victor. Orang yang paling dipercayanya untuk membantunya menangani bisnis legalnya. Lucas mengernyit. kebingungan. Rumah lamanya… Yang artinya rumah itu adalah rumah yang dihuni Lila saat ini. Rumah itu dikelilingi oleh lahan kosong. bahkan ada tanah yang terisi dengan tanaman dan rumput liar. Rumah itu lumayan jauh dari pemukiman. Sampai detik ini, Lucas belum menemukan ide tentang tanah di sekitar rumah lamanya. “Siapa?” tanya Lucas. “Gold Property, Sir.” Lucas tersenyum. perusahaan properti yang besar. Kenapa tiba-tiba tertarik dengan lahan di sana. Padahal selama ini, tidak ada perusahaan properti yang menghubunginya mengenai tanah itu. “Aku perlu bertemu dengannya,” balas Lucas. “Saya akan menjadwalkan anda agar bertemu dengan salah satu perwakilannya. Tapi saya jamin
“Lila..” panggil paman Charles. “Sebenarnya aku penasaran dengan hubungamu dengan tuan Lucas.” Lila berpikir dahulu. Mengembungkan pipinya—ia tidak tahu harus menjawab apa. Tapi Lucas setuju untuk tidak memberitahu banyak orang kalau dirinya istri pria itu. “Teman?” Lila tersenyum. “Ya, Mungkin bisa disebut seperti itu.” Charles tertawa. “Kalian sungguh lucu. Bagaimana bisa berteman. Apa kekasih tuan Lucas tidak marah?” “Kekasih?” ulang Lila. Bodyguard yang tadinya diam mendadak melotot pada Charles. Memberi isyarat pada Charles agar menutup mulut. Charles menatap Bodyguard dengan kebingungan. Yang tahu tentang pernikahan Lucas dan Lila hanyalah anak buah yang sering bekerja dengan Lucas. Charles hanya menangani Kasino Lucas. Tidak terlalu sering bertemu sehingga harus tahu bahwa Lucas telah menikah. Charles menepuk mulutnya. “Ah..” “Paman,” panggil Lila. “Apa paman sedang membohongiku?” “Tadi paman bilang, Lucas punya kekasih?” tanya Lila lagi. Charles semak
Lucas menunduk dan menyentuh tangan Lila yang membawa es krim. Mengarahkan es krim itu ke mulutnya. Memakan es krim itu hingga tinggal sedikit saja. “Lucas!” teriak Lila. “Jika kau mau mintalah pada paman Charles.” Lila mengerucutkan bibirnya. “Es krimku pasti tinggal sedikit..” Lila memakan es krimnya yang terakhir kali. Begitu kesal dengan pencuri es krimnya. Tapi si pencuri malah terkekeh pelan. Mengambil beberapa langkah mundur. “Milikmu lebih enak.” Lucas mengusap sisa es krim di sudut bibirnya. Lila mendengus pelan. tidak rela berbagi es krimnya dengan Lucas. “Dengarkan aku.” Lucas menatap Lila. “Jangan menggunakan kekuatanmu. Aku akan menanganinya sendiri.” Lila mengangguk saja. terserah Lucas saja. Angin yang menerpanya membuatnya memeluk boneka lebih erat. “Di mana kau mendapatkan boneka jelek itu?” Lucas baru menyadari jika boneka yang sedang di peluk dan diciumi oleh Lila itu jelek. “Ini Elsa, Lucas. Dia cantik loh. Jangan menghinanya.” Lucas men
Lila menelan kalimat yang akan keluar dari tenggorokannya. “Baiklah.” Lila meraba pintu sebelum berjalan masuk dengan pelan. Sebelum memasuki bilik toilet—ia meraba pintu. memastikan pintu itu terbuka. Lila masuk dan mengunci pintu toilet dengan pelan. Membuka jas yang melilit pinggangnya. Menaruhnya pelan di atas. Lalu membuka dressnya—menyentuh bagian yang basah. Membersihkan noda di sana dengan air. Lila tidak yakin noda itu akan menghilang begitu saja. tapi masih ada jas Lucas untuk menutupi bekas noda itu. Setelah selesai dengan semuanya—Lila duduk di atas toilet. Merogoh sebuah alat untuk membantunya mengeluarkan asinya. Lila terdiam sembari memompa asinya. Sampai ada suara pintu yang terbuka. “Apa kau melihat wanita yang dibawa tuan Lucas?” suara wanita itu. “Hm. Aku melihatnya. Dia terlihat sangat polos. Tapi apakah dia buta? Tatapannya kosong. Seperti tidak bisa melihat apapun.” Lila menebak ada dua orang di sana. Salah satu perempuan itu tertawa. “Tap
Lucas memang kembali setelah mengantar Lila. Ia juga menugaskan anak buahnya untuk berjaga. Namun, ia menjadi cemas karena tidak kunjung kembali. Ia menyusul ke bawah lagi. Meski bibirnya tidak berhenti mengomel. Kata anak buahnya yang berjaga di depan, Lila memang belum keluar. Untuk itu—ia langsung mendobrak saja pintu toilet. “BRAK!” Biar saja rusak. Lagipula tempat ini miliknya. Yang pertama Lucas lihat adalah dua perempuan yang sedang mencengkram pergelangan tangan dan lengan Lila. “Apa yang kalian lakukan?” tanya Lucas dengan mata yang memincing. Lucas mendekat. Dua wanita itu menggeleng—segera menjauh dari Lila. “Tidak. Kami tidak melakukan apapun.” Wanita itu saling memandang dan segera pergi menjauh. “Tunggu!” teriak Lucas. Ia menatap pergelangan tangan dan lengan Lila yang memerah. Lila hanya diam—ia menunggu apa yang akan dilakukan Lucas pada wanita itu. Jujur ia sedikit kesal. tapi apa boleh jika ia berharap Lucas sedikit membalas wanita itu?
“Lucas,” panggil Lila. Mereka berada di dalam mobil yang sedang berjalan. Lila merasa Lucas marah padanya. “Apa?!” setengah berteriak. Lucas melempar ipadnya sembarang arah. “Kenapa kau teriak-teriak?” tanya Lila. “Memangnya kenapa?! aku memang seperti ini!” Lucas masih berteriak. “Kau berniat audisi menjadi penyanyi opera ya?” *Opera adalah bentuk seni pertunjukkan yang memadukan musik, vokal, tari dan dialog. Biasanya dinyanyikan dengan nada tinggi. Seperti berteriak. Seperti yang dilakukan Lucas… Pffffttt!!! Dua orang di depan itu tidak bisa menahan tawanya. Meskipun sudah mati-matian menahannya. Tapi tetap tidak bisa—mereka menutup mulutnya rapat. Menepuknya karena keceplosan tertawa. “Kalian tertawa?” tanya Lucas kesal. matanya menajam penuh amarah. “Ampun, Sir!” ucap mereka berdua. Lila mengulurkan tangannya. Menyentuh lengan Lucas pelan. “Siapa nama kalian?” tanya Lila. “Omar nona, saya bodyguard.” “Saya Gate. Saya sopir, Nona.” Lila terseny
21++ Lucas menekan satu tombol hingga ruangan dalam mobil berubah menggelap. Kesunyian ini membawa Lila bertanya. “Ini di mana…” Lila memejamkan mata. Ia akan menggunakan kekuatannya untuk melihat di mana mereka berada sekarang. Namun, sebelum itu terjadi—tengkuknya sudah lebih dulu ditarik. Lucas menciumnya—Lila mencengkram bahu Lucas. Lucas menghisap dan menyecap bibir Lila dengan rakus. Tangannya mengusap pinggang wanita itu pelan. “Ini hukumanmu…” lirih Lucas—memberi ruang agar Lila bisa bernafas. “Apa?” Lucas kembali menarik tengkuk Lila dan kembali mencium bibir wanita itu kembali. Tangannya bergerak melepaskan kancing depan dress yang digunakan oleh Lila. Buah dada wanita itu menonjol—Lucas meremasnya pelan. Kenyal dan lembut. Lila merintih… Entah kesakitan atau justru menikmatinya? Lucas menunduk—menyesap puncak dada Lila dengan rakus. Menyesap air yang keluar dari dada wanita itu. Menelannya seakan air. Lucas menikmatinya—tangannya tidak berhent
21++ “Jangan!” Lila menarik tangannya kembali. “Jika kau tidak mau…” Lucas menelusuri leher Lila dengan jarinya—gerakannya abstrak. Sampai turun dan melingkari buah dada Lila. “Aku akan menghukummu lebih berat dari ini atau…” “…aku hukum timmu saja?” dengan senyum devil. Lila menutup dadanya. “Kau keterlauan Lucas.” Lucas tersenyum miring. “Aku sudah memberitahumu seperti apa aku. Yang pasti aku tidak suka dibantah…” “Lakukan hukumanmu.” Lucas membawa tangan Lila paksa menyentuh miliknya di bawah sana. Hanya dengan sentuhan mungil yang tidak berarti itu—kepala Lucas terasa begitu penuh. Lila akhirnya menyentuhnya—meremasnya pelan. Sampai—bibirnya kembali dicium. Kali ini lebih kasar. Seolah Lucas sedang menegasknya bahwa suasana hati pria itu sedang buruk. Jadi jangan membantahnya lagi! Lila membalas ciuman Lucas dengan tangannya yang tidak berhenti meremas milik pria itu di bawah sana. Lucas menggeram pelan—membuka resleting celananya. Membawa miliknya yang s
Lucas tertawa. Tawa seram yang menggelegar. Ia mengusap pipinya yang terasa sedikit panas akibat tamparan. “Kau berani padaku.” Lucas menatap tajam Lila. “Aku akan menunjukkanmu siapa aku!” menarik Lila. “Maid!” teriak Lucas. Satu maid datang dengan terburu-buru. Maid itu menunduk takut. “Ambil bayinya!” maid itu berusaha mengambil leonard yang berada di gendogan Lila. Namun Lila tidak melepaskan anaknya. ia berusaha menahan Leonard agar tetap berada di dalam gendongannya. Uweeek! Tangisan Leonard yang terdengar. “Jangan!” Lila menarik Leonard. “Lepaskan atau aku akan membunuh anakmu!” ancam Lucas. Jika saja Lila bisa memberitahukan bahwa anak yang ingin dibunuh itu adalah anak pria itu sendiri. Lila akhirnya melepaskan Leonard yang berada di gendongannya. Merelakan Leonard diambil oleh orang lain. Namun Lila memastikan jika wajah Leonard tertutup oleh kain gendong. Ia tidak akan membiarkan Lucas melihat wajah anaknya. Baru saja melepaskan Leonard, Lila
Derrick dilepaskan. Dengan anak buahnya yang masih hidup. Namun, hal yang paling berharganya justru pergi. Derrick menatap nanar Lila yang sudah dibawa pergi oleh Lucas. “AAARGGGH!” teriak Derrick sembari menangisl. Memukul kursi besi itu dengan tangannya berkali-kali. Sampai tangannya berdarah sekalipun. Gagal. Gagal menjaga wanita yang paling ia cintai. Gagal melindungi sahabatnya. Sebelum pergi, Lila sempat berkata. “Ada maupun tidak ada aku. Kau harus tetap hidup lebih lama. Kau satu-satunya sahabat yang aku miliki. Aku tidak mau melihatmu menyerah dengan mudah pada hidup.” Itulah pesan Lila sebelum dibawa Lucas pergi. BRAAK BRAAK Derrick meraung sampai terguntai lemas di lantai. Mengusap wajahnya kasar… Itulah akhir dari pertemuan mereka. Tidak ada rencana yang bisa mereka lakukan. Rencana untuk mengunjungi wanita itu setiap bulan. Rencana untuk menjadi ayah dari anak wanita itu. Semuanya musnah begitu saja. “Dia pergi?” tanya seorang pria b
Derrick mengarahkan pistolnya pada Lucas. “Kau kalah.” Lucas tersenyum miring. “Anak buahmu akan mati di sini…” Derrick membawa Lila ke belakangnya. “Kau melanggar peraturan.” Derrick berdecih. “Tidak seharusnya kau berada di sini.” Derrick menatap tajam Lucas. “Kau yang akan mati. Kau yang kalah.” Lucas mengedikkan bahu. “Sayangnya mulai sekarang setengah dari bagian timur adalah wilayahku. Kau tidak tahu? Aku baru saja membeli bandara ini.” “Membeli beberapa tanah dan bangunan di sini…” lanjut Lucas dengan senyum smirk. Derrick menatap anak buahnya yang kalah jumlah. Ada begitu banyak anak buah Lucas. Jumlahnya dua kali lipat dari jumlah anak buahnya yang ada di sini. Anak buah Lucas menyergap anak buahnya hingga tidak bisa bergerak.Banyak anak buahnya di rumah untuk melindungi rumah serta markas utamanya. Ia tidak mengira kalau Lucas secepat itu membeli bandara. Sebelum membeli tiket—ia sudah memastikan jika bandara ini sangat aman dari Lucas. Pria ini memang benar-ben
“Sekarang, Sir.” Sam memberi aba-aba pada Lucas. Lucas sudah memasuki mobil untuk menuju kediaman Derrick yang terletak di derah timur. Membutuhkan waktu hampir 2 jam untuk ke sana. Mereka hampir sampai. Rombongan Lucas begitu banyak. Ada belasan mobil hitam yang terisi dengan anak buah. Mereka siap menggunakan senjata masing-masing. Tidak tanggung-tanggung ketika berada di sana. Mereka langsung adu senjata. DOOR! DOOR! Suara pistol tidak terelakkan lagi. Semua anak buah Derrick yang berjaga di depan langsung tumbang. Lucas duduk manis di dalam mobil sedangkan anak buahnya yang menyelesaikan. Setelah menghabisi anak buah Derrick—mobil kembali berjalan sampai di rumah yang tidak begitu besar. Lucas berdecih—rumah itu hanya cukup untuk menampung hewan peliharaan Lucas seperti serigala. Lucas keluar dari mobil. Ia melihat satu dari mereka yang familiar di ingatannya. Si rambut merah. Pria itu menodongkan senjata ke arahnya. “Kau si red velvet ya kan?” Lucas ter
Kamboja adalah negara yang akan didatangi Lila untuk bersembunyi. Di sanalah nanti, Derrick juga bisa memperluas usahanya. Lila berkemas… Hanya membawa barang-barang penting saja. Terutama keperluan Leonard. “Mamamama…” Lila meraba kasurnya sebelum duduk di samping Leonard. “Terima kasih sudah bertahan bersama mama..” Lila mengusap pelan kaki anaknya. Ia tersenyum. “Kita akan pergi. nanti…” Lila membayangkan di tempat baru. “Di sana, kita akan mulai hidup baru. Mama yakin kita bisa hidup bersama dengan damai di sana.” Lila sudah melihat tempat yang akan ia tempati. Tempatnya bagus dan tidak ada hal yang aneh. Untuk itu ia ingin segera ke sana saja. Lila mengangkat Leonard dan menggendong anaknya dengan nyaman. Tok tok “Aku sudah selesai!” teriak Lila. Akhirnya mereka berada di dalam mobil. Derrick berada di sampng Lila. Pria itu tidak berhenti menatap Lila dari samping. ‘aku puas-puaskan melihatnya. Setelah ini aku tidak bisa melihatnya lagi..’ Derrick meli
“Sir, keberadaan rumah Derrick sudah diketahui. Apakah kita langsung menyerang saja?” tanya Sam pada Lucas. Lucas yang awalnya sibuk melihat dokumen kini mendongak. “Apa kau yakin Lila ada di sana?” tanya Lucas. “Anak buah yang saya kirim ke tempat milik Derrick mengatakan, tidak menemukan Lila di sana. Kemungkinan besar nona Lila di rumah Derrick.” “Anak buah juga sudah melacak keberangkatan di bandara. Tidak menemukan jejak kepergian nona Lila di sana.” Sam mengatakannya dengan begitu yakin. Penyeledikian itu memakan waktu yang begitu lama. Lucas mengerahkan anak buahnya yang paling kompeten untuk mencari keberadaan Lila. “Kau ada rencana untuk ke sana?” tanya lucas. “Saya sudah merencanakannya, Sir.” Sam mengangguk. “Pertama, tempatkan anak buah kita di berbagai usaha Derrick.” “Lalu kita akan menyerang rumah bajingan itu.” “Kau yakin kita tidak kalah jumlah dengan mereka?” tanya Lucas. menyerang bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan senjata dan perso
Setelah Derrick menarik Lila. Mereka berada di kamar Lila untuk berbicara. “Aku tidak bisa mengirimmu pergi sendirian.” Derrick memandang lekat Lila. “Kau harus tetap di sampingku agar aku bisa memastikan keselamatanmu.” Lila tersenyum. hatinya menghangat mendapat perhatian dari Derrick. Namun keberadaannya di samping pria itu justru akan menjadi malapetaka. “Aku punya firasat buruk jika aku tetap di sini.” Tangan Lila terangkat—ia menyentuh lengan Derrick. “Tidak masalah di manapun aku berada. Yang penting aku bisa tetap aman jika Lucas tidak menemukanku. Jika situasi nanti memungkinkan, kau bisa mengunjungiku dan Leonard.” Derrick menatap tangan Lila yang berada di lengannya. Tangan mungil wanita itu yang masih menyentuh lengan kemejanya. “Mana bisa aku membiarkanmu pergi setelah sekian lama aku berusaha mendapatkanmu…” Derick memejamkan mata sebentar. “Tetap di sini. aku akan menjaga kalian. aku tidak akan membiarkan Lucas mendapatkanmu kembali.” Lila menggeleng
“Kau masih belum menemukan apapun?” tanya Lucas sembari mengangkat gelasnya. Ia mengguncangnya pelan. Cairan yang berwarna cokelat itu bergerak hingga sedikit tumpah. Lucas mencengkram gelas itu sangat kencang. Kuku jemarinya memutih. “Aku sudah memberimu waktu seminggu untuk mencarinya, tapi kau—” lucas mengangkat kepalanya dan menatap tajam Dante. “Kau tidak menemukan apapun..” Lucas tersenyum miring. “Kau ingin berhenti bekerja?” Dante menggeleng dengan keras. “Tidak, Sir. Saya sudah berusaha untuk melacak di mana keberadaan nona. Tapi sistem saya tidak bisa menembusnya. Sepertinya Derick menggunakan Teknologi terbaru.” “Saya punya rencana untuk menggunakan cara manual. Dengan memata-matai anak usahanya…” Dante menunjukkan tabletnya pada Lucas. “Di sini letak usaha Derick. Tapi hal itu sangat berisiko.” Dante mengambil lagi tabletnya. “Itu bukan daerah anda…” Lucas menyandarkan tubuhnya di kursi. “Aku sekarang tidak peduli wilayah siapa. yang aku inginkan hanyalah me
Lucas mengusap pelan pipi wanita itu. Senyum yang menggoda.. Wanita itu memang ahli memikat para lelaki. Ia mendekat dan baru saja berjinjit ingin mencium Lucas… Justru Lucas mundur. Lucas berkacak pinggang. “Sial..” lirihnya. “Kenapa?” tanya wanita itu. “aku bahkan belum mulai.” “pergilah.” Lucas memijit keningnya yang terasa pusing. “TA—” “Pergilah sebelum aku membunuhmu!” potong Lucas. Akhirnya wanita itu pergi. Dengan perasaan yang dongkol karena ditolak oleh Lucas begitu saja. Lucas mengambil duduk di salah satu sofa yang kosong. Kenapa ia tidak bisa menyentuh wanita tadi? Hanya sekedar ciuman pun tidak bisa. Karena bayangan Lila yang selalu berputar di otaknya. Wanita itu memang sengaja membuatnya seperti ini! lucas mengepalkan kedua tangannya. rasanya ingin membunuh semua orang yang ada di sini karena begitu kesal. “Aku akan mencarimu ke manapun kau pergi!” ~~ “Kita sudah memperketat semua penjagaan Sir,” ucap anak buah Derick. Derick mengangguk