Beranda / Romansa / Istri Bookingan / Hutang Nyawa dibayar Nyawa!

Share

Hutang Nyawa dibayar Nyawa!

Penulis: Mahessa Gandhi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Habisi Dia, lakukan dengan baik tanpa tersisa. Ambil kotak yang di bawa. Ingat! Lusa, benda itu sudah harus, Saya terima. Paham!"

Pria suruhan Lucas Maremba melemparkan bubuk putih seperti kristal sebagai ganjaran untuk setiap perbuatan kejamnya. Sejurus ia menatap kearah semua rekannya. Sesuatu yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba, batinnya.

Tahanan 103 mengangguk patuh, demi mendapatkan bubuk psikotropika berbahaya itu, tentu ia rela melakukan apa saja, apalagi mangsanya kali ini adalah Mistha, tentu mereka akan segera berkumpul untuk menyusun rencana.

***

Bias cahaya pagi menerpa wajah Mistha, pandangannya masih tertuju kearah tahanan 103, mereka bergumul sembari terus memerhatikan gerak-gerik Mistha.

Mistha berdiri, mengusap pantatnya yang penuh debu serta rumput matrella.

Wanita gila! Mistha bergidik ngeri, penampakan wanita yang tengah duduk bersila di tepi lapangan olah raga itu, benar-benar membuat Mistha merinding.

Dasar sinting! Mistha memicing, seketika menyadar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Bookingan   Permainan Si Pendusta

    Setelah perkelahian hebat kemarin, akhirnya Mistha dipindahkan ke dalam ruang isolasi bersama wanita yang menolongnya. Mistha beruntung, tentu! Karena mau bagaimana pun wanita yang datang menolong kemarin seperti malaikat yang dikirim untuknya. Seandainya wanita itu tidak datang, bisa dipastikan nyawa Mistha benar-benar melayang, namun sayangnya kehadiran wanita ini tidak membuat hati Mistha melunak. Mereka berdua masih lomba berdiam diri, karena Mistha tidak mau terlalu berpikir panjang. Diam adalah cara terbaik untuk membuat hatinya tenang. Pikirnya! "Ada masalah apa. Kenapa mereka terlihat begitu membencimu?" tanya wanita itu memecah sepi. Mistha tak menggubris, meskipun wanita ini terlihat sangat baik, namun Mistha terlanjur paham, semua manusia yang selama ini Mistha temui nyatanya selalu berkedok malaikat tapi berhati iblis, hingga hatinya terlalu sulit untuk percaya. Tentu di balik usaha menyelamatkan nyawa Mistha, wanita ini pasti ada maunya. Itu saja yang ada di dalam p

  • Istri Bookingan   Misteri Letter Box Sunshine

    "Bagaimana keadaanmu?" tanya tahanan 815 begitu melihat Mistha keluar dari Rumah Sakit.Mistha membalas senyum sekilas, enggan interaksi lebih lanjut. Entah kenapa Mistha merasa kebaikan wanita ini sangatlah aneh. Tentu, siapa wanita dengan plat nama tahanan 815 ini pun Mistha tak mengerti sebelumnya. Kenapa tiba-tiba datang dan terkesan begitu baik? Jauh berbeda dengan tahanan lain yang selalu bersikap arogan."Ada titipan untukmu," ucapnya sembari membuntuti langkah Mistha."Dari siapa?""Suamimu!"Suami? Batin Mistha tak percaya, lalu berpikir sejenak.Padahal waktu Mistha masuk Rumah Sakit kemarin saja, ia sama sekali tidak melihat kehadiran Ghara, yang Mistha ingat hanya pria aneh yang tiba-tiba sok perhatian dan mengaku-ngaku sebagai saudaranya.Kenapa sekarang Ghara datang ke lapas dan mengirim barang?"Apakah, Dia datang ke sini?" tanya Mistha sedikit menyelidiki.Tahanan 815 mengangkat kedua bahunya, sembari sedikit mencebikkan kedua sudut bibir, tanda bahwa dia sendiri pun t

  • Istri Bookingan   Serum Kejujuran

    Apa yang terjadi dengan wanita itu? Kenapa dia tiba-tiba membabi buta saat petugas lapas memasukkan dirinya ke dalam ruang restrain dan diperiksa oleh Dokter Jiwa. Tahanan 815 tak mampu mengendalikan diri. Otaknya seperti sedang ada yang mempengaruhi, namun ada beberapa moment yang Mistha ingat saat tahanan 815 menyuruh Mistha menjauh dari jangkauannya.Mistha binggung, tahanan 815 seperti sedang kerasukan setan setelah mengunyah coklat praline yang katanya pemberian Ghara tadi, kenapa Mistha tidak berubah seperti tahanan 815? Padahal Mistha juga sempat mengunyah coklat yang sama. "Sesuai hasil Tes Lab yang telah dibacakan oleh Dokter Adnan, ada zat Amytal Natrium dosis tinggi yang terkandung di dalam darahnya, Pak! Tahanan 815 sepertinya menenggak serum racikan yang dikemas rapi supaya mengungkapkan kejujuran.""Serbuk?" tanya Matheo Kasubsi Pembina tingkat I di lapas itu. "Benar, Pak! semacam serum kejujuran. Serbuk atau cairan semacam itu, bisa mempengaruhi kinerja otak manusia.

  • Istri Bookingan   Sang Kurir

    Seluruh lorong pagi ini masih sepi, tidak ada gaduh atau bunyi kaki yang biasanya selalu menginterupsi. Mistha menunggu petugas kebersihan yang dimaksud dalam rekaman itu. Mistha penasaran, tentu! Siapa lagi orang yang akan masuk dalam perangkap permainan ini. Sontak tubuh Mistha terpental ketika seorang pria paruh baya tiba-tiba muncul di hadapannya sembari menengadahkan telapak tangan. Mistha ragu, masih nampak menimbang-nimbang keputusan untuk menyerahkan kembali Ipod berisi jawaban sesuai pertanyaan direkaman. Sementara pria yang kini tengah berdiri di depannya berisyarat agar Mistha segera memberikan benda itu. Mistha hanya ingin tahu, siapa sebenarnya pengirim Ipod itu? namun hingga beberapa detik pria paruh baya yang sedang memegang gagang pel lantai itu terus mendesaknya, hingga membuat mulut Mistha ragu berucap. Mistha menyerah, menelan ludah yang tercekat di tenggorokan, sepertinya pria itu juga sudah tidak punya waktu lagi untuk menunggu keputusan Mistha lebih lama. "P

  • Istri Bookingan   Oh Ternyata!

    "Mereka yang mengirim kotak itu. Saya ditugaskan untuk membawa dan menitipkan kepada rekan Anda, namun atas nama Pak Ghara!""Apakah, Anda tahu siapa Ghara sebenarnya?" tanya Mistha. Pria itu mengangguk. "Saya pernah bertemu, bahkan Saya sempat disekap oleh Pak Ghara karena Dia tahu siapa Saya sebenarnya.""Kenapa Ghara menyekapmu?""Saya membawa kabur mobil Pak Ghara!""Siapa yang nyuruh?""Pa-, Pak Dimas!""Dimas?" Mistha menerka. Pria itu? Seketika Mistha teringat tentang pertemuan awal di Rumah Sakit waktu itu. Membunuh Hans saja Mistha mampu, apalagi menghabisi nyawa cecunguk sekelas Dimas, tentu sangat mudah untuk Mistha lakukan.Bagi Mistha siapa yang telah melempar api kearahnya, justru Mistha akan menyiramnya dengan minyak. Jangan remehkan Mistha jika ia sudah benar-benar murka. Demi membalaskan dendam, ia seakan sudah tak kenal dosa. Apa lagi dengan api neraka, saat ini Mistha sudah tidak mikir ke sana, seolah mata hatinya buta, karena baginya hutang nyawa dibayar nyawa!

  • Istri Bookingan   Kebetulan Untuk Satu Kemungkinan

    "Bagaimana, Pak?" tanya Mistha lirih kepada pria paruh baya yang ditemuinya kemarin."Sudah beres, Bu! Kuncinya berhasil diduplikasi bentuknya," jawab pria itu sembari tetap fokus memandang lantai, karena tidak ingin percakapan mereka dicurigai oleh beberapa sipir yang sedang lalu lalang."Bagus!""Simpan kunci aslinya dengan baik, jangan sampai mereka tahu kalau kunci ini replika," imbuhnya memberi penjelasan kepada Mistha."Pak-" Mistha menjeda langkah pria itu setelah memberikan replika kunci yang nantinya akan Mistha simpan di dalam kotak explosion box.Pria itu berhenti, begitu mendengar Mistha memanggilnya. Memindahkan posisi gagang pel kedepan, lalu membuat gerakan mundur, sembari memekakan telinga untuk mendengar ucapan Mistha."Apakah, Bapak bisa membantu Saya melihat keadaan Ghara?" tanya Mistha berharap pria itu menaruh empati, jauh berbeda dengan sikapnya yang selama ini selalu mawas diri setiap bertemu orang baru di lapas ini. M

  • Istri Bookingan   Gara-gara Nasi Cadong

    "Apa yang sedang Kalian diskusikan?" tanya sipir sembari membuka pintu sell tahanan isolasi.Mistha dan tahanan 815 merubah posisi yang semula duduk berhadapan seperti orang yang sedang berdiskusi, begitu mendengar sebuah kaki mendekat, mereka menghambur pura-pura menyibukkan diri."Tidak, Pak! Kami hanya menghibur diri," sahut tahanan 815."Ada kunjungan untuk Anda," ucap sipir itu kepada Mistha.Pengunjung? Siapa lagi? Batin Mistha."Ingat Mistha, apa yang sudah Kita rencanakan kemarin. Jangan bicara secara langsung. Hindari kontak mata berlebihan, tulis semua hal yang perlu Dia lakukan. Suruh baca ketika sedang sendiri atau dalam posisi aman. Jangan sampai ada yang tahu rencana ini, paham!"Mistha mengangguk."Aku nggak yakin jika Kita akan berhasil," ucap Mistha sedikit menyerah."Sekalipun rencana Kita gagal, setidaknya ada keringanan untuk vonismu," tutur tahanan 815 meyakinkan."Tapi-""Tenang Mistha, masih

  • Istri Bookingan   Kemenangan yang Sempurna

    "Jangan gila, Mistha!" ucap tahanan 815. "Kenapa? Bukankah Kamu bilang tidak ada sesuatu yang mustahil di dunia ini," jawab Mistha enteng. "Tapi tidak dengan begini caranya!" "Salah atau benar! Ini adalah cara yang lebih adil. Aku tidak mau terus direndahkan dan diremehkan. Ngerti!" jawabnya sembari berjalan mantap menuju ruang di mana permainan Stako dimulai. "Mistha!" ucap tahanan 815 menjeda langkah Mistha sesaat. Sementara Mistha menoleh, menatap lekat kearah wajah sayunya yang memancarkan air muka lelah. "Nyawamu taruhannya!" imbuh tahanan 815. Mistha paham! Menundukkan kepala sesaat, seperti ada sesuatu yang tiba-tiba menyergap ingatannya. Jika tidak menerima dan menyetujui permainan ini, lantas dengan cara apa lagi Mistha berusaha untuk membalikkan keadaan? Batin Mistha. Tentu, Mistha tidak ingin membiarkan semua orang menderita karena ulah satu orang yang tidak berperikemanusiaan itu. Saat ini hanya ada dua harapan yang paling Mistha inginkan, jika ia mampu memenangkan

Bab terbaru

  • Istri Bookingan   Villa

    "Sayang, Aku berangkat dulu ya!" ucap Mistha sembari sibuk menata barang-barang yang akan dibawa. Kemudian Ghara menghampiri Mistha yang nampak cantik pagi itu. "Hati-hati, hubungi Aku secepatnya jika ada apa-apa!" balasnya. Mistha tersenyum, kemudian berjalan ke arah Ghara. Memeluk erat tubuh Ghara yang tengah mencium keningnya. Setelah memastikan Mistha pergi, akhirnya Ghara bersiap diri untuk menemui Dokter sesuai janjinya hari ini. Ia mengenakan celana jeans dan hoodie. Tidak berpakaian rapi seperti biasa yang dipakai setiap pagi untuk berangkat ke kantor. Saya izin hari ini, Pak Dewa! Jaga mereka, jangan sampai mereka bertindak konyol. ucapnya begitu telephonenya tersambung. Siap, Pak! balas Dewa kemudian mengakhiri percakapan melalui telephone yang dilakukan Ghara dalam perjalanan menemui Dokter sesuai janjinya. Sementara Ghara sudah tiba di lokasi. Ia masih menunggu Dokter itu disalah satu kedai kopi. Beberapa saat setelah kedatangannya, Dokter itu tak juga menampakkan b

  • Istri Bookingan   Diagnosa

    Mendengar ucapan Vall Anakala, Ghara mencebikkan bibirnya. Ia bahkan sudah tak peduli lagi dengan ancaman pria biadab yang berdiri penuh dengan kejumawaan dihadapannya saat ini. Apa pun yang terjadi, Ghara harus menangkap lintah darat licin yang selama ini selalu lolos dari tangannya. "Pikirkan matang-matang ucapanku sebelum Anda benar-benar menyesal, Pak Ghara!" ulang Vall Ankala meyakinkan Ghara. Alih-alih Ghara rela melepaskan lintah darat licin ini menyeberangi kepungan hilir dan pergi begitu saja. "Lakukan jika Anda bisa. Tapi, ingat! Saya memiliki satu senjata yang selama ini Anda simpan rapat-rapat Pak Vall Ankala," balas Ghara yakin. Ghara tentu berpikir, berkas yang kini ada di tangan Nathe Rose adalah satu-satunya pusaka Vall Ankala dan Erick Choii yang sebentar lagi akan ungkap terang-terangan di persidangan. "Silakan ikut Kami. Anda tentu tak punya pilihan lagi, siapa yang bisa menyelamatkanmu sekarang?" ucap Ghara sembari menatap semua anak buah Vall Ankala yang berha

  • Istri Bookingan   Target Terdeteksi

    "Tolong..., tolong selamatkan Kami!"Lamat-lamat Ghara mendengar suara beberapa orang yang merintih kesakitan, berharap seseorang datang menyelamatkan dirinya.Demi untuk memastikan asal suara itu, Ghara pun melepas Morse yang menjadi alat komunikasi dengan team Jack'o Justice. Lalu ia menerobos lorong panjang, sebuah jalan setapak menuju tempat pengeboran tambang silika."Tolong selamatkan Kami, Pak! Tempat ini akan segera meledak," ucap seorang pria begitu ia melihat kehadiran Ghara.Ghara terkejut mendengar ucapan pria itu, benarkah yang ia katakan? Batin Ghara.Saat Ghara memakai morse kambali dan berniat untuk menjalin komunikasi dengan team yang berada di luar tempat penambangan, rupanya morse itu sudah tidak berfingsi seolah tidak dapat menerima sinyal suara lagi, sehingga ucapannya pun tak ada yang mendengar.Begitu Forge mulai bergetar, perlahan-lahan tempat pengeboran itu pun akhirnya terguncang membuat tubuhnya hampir terperosok kejurang, Ghara sedikit lagi nyaris tumbang.

  • Istri Bookingan   Pertempuran dimulai

    "Aku terjebak dalam permainan mereka! Aku akan membantu Kalian untuk membuka kode akses itu, tapi ada satu hal yang harus Kalian tepati!" "Katakan! Jika itu mendukung proses investigasi Kami dan Anda tidak terbukti bersalah, maka Kami akan melindungi Anda, Kami menjamin Anda kembali ke Amstelveen dengan selamat Bu Carrolyn." "Rahasiakan identiasku dan jangan pernah beri tahu mereka bahwa Aku membantu Kalian!" "Hanya itu saja?" "Segera bebaskan Aku, begitu pintu itu terbuka!" katanya. "Permintaan Anda Saya setujui untuk sementara ini, namun Anda harus melalui proses evaluasi terlebih dahulu. Jangan khawatir, seperti apa yang Saya katakan diawal. Kami akan segera membebaskan Anda begitu Anda tidak terbukti bersalah, bagaimana setuju?" Carrolyn menganggukkan kepala, tanda bahwa dia menyetujui kesepakatan itu. Pun ia yang merasa terjebak dalam situasi ini, berharap segera di bebaskan dan segera menghirup napas lega begitu para belut-belut licin yang bersembunyi di bawah tanah itu te

  • Istri Bookingan   Kode Akses

    Setelah mendapatkan kesaksian dari Louis, akhirnya Ghara pun kembali mengerahkan team Jack'o Justice untuk bergerak lebih cepat. Berkat satu nama kota yang sudah dikantongi team pun akhirnya bergerak menuju Amstelveen, bekerjasama dengan anggota inteligent setempat. Tidak butuh waktu lama bagi inteligent profesional yang berpencar mengepung pergerakan Carrolyn disebuah bar ternama malam itu. Saksi tersangka berhasil Kami tangkap, Pak! Kami akan segera kembali sesuai jadwal penerbangan international esok hari. Laporan selesai! ucap salah satu anggota Jack'o Justice yang diutus Ghara untuk berangkat menjemput Carrolyn kala itu. Laksanakan! Siap. Laksanakan, Pak Komandan! jawabnya kemudian menutup telephone roaming yang tersambung antar Negara itu. Amstelveen menjadi satu-satunya tempat persembunyian Carrolyn, ia berada di kota bagian Nord Holland itu memang tidak semata-mata melarikan diri dari sesuatu yang telah disembunyikan selama ini. Melainkan, Carrolyn memang warga Negara Asin

  • Istri Bookingan   Terungkapnya Saksi Kunci

    "Ada apa, Sayang?" tanya Mistha.Ghara tersentak, seketika mengusap air mata yang tumpah ruah tak tertahankan. Kemudian, ia menunjukkan iPad itu ke arah Mistha. Begitu Mistha lihat gambar yang tersimpan di galery pad drawing, ia pun turut terkejut. Benarkah Adzan yang menggambar ilustrasi ini? Batin Mistha."Ini bisa menjadi bukti, Louis tidak akan bisa mengelak lagi!" ucap Ghara."Tenang, Sayang. Istirahatlah terlebih dahulu, jangan terlalu memikirkan apa pun. Tidak mudah bagimu untuk menerima situasi ini, Aku paham. Tapi kesehatanmu lebih penting, Kita bahas nanti jika kondisimu sudah baikan," sahutnya memperhatikan Ghara yang terlihat lelah.Sepertinya apa yang dikatakan Mistha benar! Ghara butuh istirahat untuk mengembalikan kondisi dan konsentrasinya untuk mengurus kasus-kasus yang datang bertubi-tubi. Sehingga malam itu, Ghara mencoba memejamkan mata. Mengosokan pikirannya tentang apa pun, termasuk pikiran tentang kematian Adzan yang begitu membuatnya terpukul.***"Pagi Sayang!

  • Istri Bookingan   Kehilangan

    Mistha menghampiri Ghara yang tertunduk lemas memegangi kedua tungkai. Rasanya, tubuh Mistha ikut bergetar, jantungnya berdebar-debar. Melihat suaminya nampak frustasi seperti itu, membuat Mistha hampir tak bisa menggerakkan badannya untuk mendekat. "Bagaimana jika Adzan tak selamat, Sayang?" ucap Ghara lirih. Mendengar ucapan itu, Mistha merengkuh tubuh Ghara, memberi semangat dan kekuatan, bahwa Adzan pasti bisa disembuhkan. "Aku nggak bisa bayangin anak sekecil itu harus menjalani operasi yang membuat dia tak bisa kembali normal seperti dulu," ucap Ghara saat ia menandatangi persetujuan pembedahan colostomi karena terjadi infeksi dan pembengkakan pada usus besar Adzan pasca keracunan. Ia benar-benar tak menyangka jika hal itu membuat Adzan cacat permanen. "Adzan pasti sembuh, Sayang!" ucap Mistha menguatkan. Satu jam kemudian, operasi colostomi pun selesai. Dokter yang baru saja keluar dari ruang pembedahan menginformasikan, bahwa kondisi Adzan semakin kritis sehingga harus di

  • Istri Bookingan   Jebakan

    "Brassery TownHouse!" jawab Mistha. "Siapa nama Louis sebenarnya?" tanya Ghara yang sebenarnya sudah mencurigai satu nama yang dibahas waktu rapat kemarin siang. "Alexander Louis!" jawab Mistha sesuai nama yang tertera dinomor rekeningnya. "Kamu tahu di mana Louis tinggal?" tanya Ghara lagi. Mistha menggeleng, karena setiap pertemuan mereka selalu di coffe shop bahkan pertemuan awalnya saja di Brassery TownHouse dan Mistha hanya memiliki nomor handphonenya. "Hubungi Louis sekarang, Aku tahu Kamu masih simpan nomornya. Katakan bahwa Kamu akan memberikan uang sesuai permintaan terakhirnya!" kata Ghara. "Sayang! Aku tidak mau berhubungan dengan pria itu lagi," sahut Mistha. "Kamu tahu siapa Louis sebenarnya?" Mistha menggeleng, merasa bahwa dia sama sekali tak mengerti latar belakang Louis selain berandal yang mengakibatkan kematian Kirana. "Louis adalah saksi kunci dari kasus Vall Ankala. Hubungi Dia secepatnya dan rencanakan janji temu, bilang kalau Kamu tidak melibatkan siapa

  • Istri Bookingan   Luluh

    Setelah kejadian kemarin, Mistha paham bahwa Ghara satu-satunya pria yang mampu bertahan menghadapi dirinya yang keras kepala dengan ke sabaran luar biasa. Sikap Ghara dalam menyelesaikan masalah membuat Mistha terpukul lalu sadar bahwa tidak ada pria yang memiliki jiwa lembut seperti Ghara. Demi menebus kesalahannya itu, Mistha bertekad tidak akan mengecewakan Ghara lagi-pun ia berjanji akan menuruti semua perintah Ghara. Termasuk membantu Ghara mengusut semua kasus-kasus yang menjadi tanggung jawabnya sekarang. "Malam Sayang," sapa Ghara begitu ia tiba di rumah. Mistha tersentak! Sadar dari lamunannya begitu mendapati sang suami mematung tepat di depannya. "Selamat malam Sayang," balasnya manis kemudian membantu Ghara melepas jas kebesarannya. "Adzan dimana?" tanya Ghara. "Tidur," sahut Mistha. "Tumben," cetus Ghara aneh. "Kayaknya kecapekan," pungkasnya. Kemudian Ghara beranjak ke kamar Adzan. Memastikan bahwa ponakannya itu baik-baik saja, diiringi langkah Mistha di belak

DMCA.com Protection Status