Beranda / CEO / Istri Boneka Sang Presdir / BAB 12 : Menangis di Elevator

Share

BAB 12 : Menangis di Elevator

Penulis: Shafazana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-20 21:00:53

Hanna menggigit bibir bawahnya, mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi Hanna untuk meminta maaf walau dirinya tidak melakukan kesalahan.

“Ambilah, jangan sungkan.” Pria itu lantas memaksa Hanna untuk mengambil sapu tangan itu.

“Terima kasih.” Hanna dengan cepat menyeka air matanya dan menundukkan kepala karena berusaha menghindari tatapan pria itu.

Meski begitu, rasa penasaran menghantui Hanna sehingga dia sesekali mencuri pandang untuk melihat sosok pria di hadapannya dengan jelas.

Hanna tersentak selama beberapa saat, karena merasa sepertinya pernah melihat pria itu di suatu tempat. Pria itu mempunyai wajah yang lumayan tampan, tidak setampan Arsenio tapi cukup menarik untuk membuat para wanita tergila-gila.

Dari pakaian yang ia kenakan, Hanna mampu menebak bahwa pria itu bukanlah orang sembarangan. Ia mengenakan setelan jas dari merk ternama dan juga jam tangan rolex yang Hanna tahu harganya begitu tinggi.

“Maaf, apa kita pernah bertemu?” tanya Hanna d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 13 : Mengharapkan Pria Lain

    Edwin memang menghina Arsenio, tapi dia menghinanya sambil tertawa, seolah-olah dia memang sudah biasa melakukan hal tersebut dan sikap seperti itu hanya bisa didapat setelah menjalin hubungan yang begitu dekat dengan seseorang.Dengan kata lain, walau Edwin menghina Arsenio menggunakan kata-kata kasar. Belum tentu pria itu memang bermaksud demikian.Edwin, “Tidak apa-apa, jangan merasa sungkan untuk menghinanya. Pria itu memang pantas dihina setelah membuat istrinya menangis. Tenang saja, aku pasti akan memarahinya saat kami bertemu.”Hanna segera menggeleng. “Jangan! Dia bisa-bisa akan lebih membenciku.”Hanna takut Arsenio akan berpikir jika Hanna berusaha merusak pertemanannya dengan Edwin.“Dia memang bajingan, tapi bukan orang yang jahat. Walaupun wajahnya selalu terlihat menyeramkan, sebenarnya dia punya kepribadian yang cukup baik.”Kepribadian yang baik apanya?!Pria itu bahkan sudah berulang kali bersikap menyebalkan di hadapan Hanna, bahka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 14 : Siapa Yang Bisa Dipercaya?

    Edwin membuka pintu ruangan Arsenio dengan sedikit kasar, bahkan tidak memperdulikan sekretaris Arsenio yang memintanya tidak membuat keributan.“Hei, kau pria bajingan di sana.” Tanpa tahu malu, Edwin segera mendudukan dirinya di sofa meski Arsenio belum menyuruhnya. “Berhenti melihat kerjaanmu dan mulailah melihatku, bro.”Arsenio lantas mengangkat kepalanya, dia melirik Edwin sebentar sebelum akhirnya kembali berkutat pada dokumen di tangannya. “Bingkisan oleh-olehmu sudah sampai di kantorku sejak tadi, tapi kenapa kamu baru datang?”Edwin memutar bola matanya karena mendapatkan tanggapan yang membosankan dari Arsenio. “Oh, kau penasaran apa yang tadi kulakukan?”Arsenio, “Tidak juga. Kalau tidak ada yang ingin kamu katakan, kenapa tidak segera kembali ke kantormu sendiri.”Dengan kata lain, Arsenio ingin mengusir Edwin yang hanya datang untuk mengganggunya bekerja.“Aw, jahat sekali. Padahal aku sudah susah payah menemuimu be

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 15 : Sandiwara

    Sepanjang hari, Hanna pergi dari satu studio ke studio lainnya untuk memenuhi undangan sebagai bintang tamu di acara variety show. Kebanyakan dari pembawa acara pasti akan selalu mengajukan pertanyaan yang sama, sampai-sampai membuat Hanna menjadi muak.Hanna bahkan hanya duduk di acara tv, bukannya menyanyi, tapi dia merasa lebih lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan memuakkan itu daripada saat dia melaksanakan konser.“Pertanyaan terakhir untuk Thumbelina. Kira-kira, kapan kamu dan Arsenio mau punya anak?”Hanna menghela napas di dalam hati, pertanyaan seperti ini benar-benar mengganggunya karena ingat dia harus menghabiskan malam panas lagi bersama pria yang hari ini membuatnya menangis.“Secepatnya. Arsen sangat ingin segera punya anak, makanya kita sedang program hamil,” jawab Hanna.Pembawa acara menunjukkan senyum untuk menggoda Hanna. “Berarti kalian sering ya berduaan akhir-akhir ini?”Hanna bersandiwara dengan pura-pura malu. “Begitulah, Arsen selalu senang mengikutiku kemanap

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 16 : Permintaan Maaf

    Hanna sontak menepis tangan Arsenio begitu pria itu menyentuh keningnya. Kedua matanya menatap Arsenio dengan tajam, seakan ingin mencabik-cabik pria itu dalam hitungan detik.Ingatan akan sikap buruk Arsenio kepadanya di kantor masih terukir jelas di dalam benaknya, sehingga membuat Hanna merasa kesal setengah mati setiap kali harus menatap wajah Arsenio.Hanna bahkan menyesal sudah membuang-buang air matanya untuk seorang pria yang jelas-jelas tidak mau terikat dengannya.“Kau hanya boleh menyentuhku saat kita sedang bercinta,” cetus Hanna. “Dan tidak perlu repot-repot mengkhawatirkanku, karena kita hanya pasangan kontrak.”Hanna kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mereka, meninggalkan Arsenio yang masih mematung karena mendapatkan sikap dingin dari istrinya.“Hanna aku ingin bicara denganmu.” kata Arsenio seraya mengejar Hanna yang sudah masuk ke dalam kamar.Hanna membalas dengan acuh. “Bicara besok saja, aku lelah.”

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 17 : Mengganti Hadiah

    “Apa kamu kesurupan sampai-sampai membelikanku hadiah?” tanya Hanna dengan skeptis.Arsenio mendengus kasar, kemudian menaruh kalung itu ke tangan Hanna dengan paksa. “Terserah mau kamu apakan kalung itu, kalau tidak suka buang saja.”Hanna tertawa di dalam hati, dia merasa sepertinya Arsenio meniru ucapannya saat Hanna memberikan bekal tadi siang.Ketika Arsenio melepaskan dasi serta kemejanya untuk berganti pakaian. Hanna tiba-tiba berkata, “Hadiahmu sangat bagus, tapi bolehkah aku menukarnya dengan hadiah lain?”Sontak Arsenio melayangkan tatapan tajam kepada Hanna. Dia baru saja memberikan sedikit kebaikan kepada wanita itu, tapi Hanna malah menginginkan lebih.“Apa yang kamu inginkan? Perhiasan yang lebih mahal?” cemooh Arsenio.Pria itu selalu berpikir bila Hanna adalah wanita materialistis, sehingga menebak jika Hanna tidak akan puas dengan hadiah murah.Namun, tanpa disangak, Hanna malah meminta sesuatu yang tida

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 18 : Pesta Perayaan

    Satu minggu kemudian, manajer dan semua staff Hanna akhirnya sudah diganti dengan orang-orang baru. Saat pemilihan staff, Arsenio memperbolehkan Hanna untuk memilih orang-orangnya sendiri, sehingga wanita itu bisa mencocokkan diri dengan cepat.Hanna sesungguhnya bukanlah orang yang pemilih, jadi ketika pelamar itu mempunyai kualifikasi yang dia butuhkan dan tidak ada hubungan dengan Aditya, maka Hanna langsung memilihnya.Pergantian itu berjalan dengan lancar, tapi Hanna juga khawatir Aditya akan marah kepada Arsenio karena sudah mengganti staff Hanna tiba-tiba.Hanna bahkan tidak bisa berhenti menatap ponselnya karena takut Aditya akan menghubunginya.Akan tetapi, walau menunggu selama mungkin, Aditya sama sekali tidak menghubunginya, bahkan juga tidak mengirim pesan.“Ada apa, Hanna? Kamu sedang menunggu telepon dari seseorang?” tanya Arsenio saat melihat Hanna terus melihat ponselnya dengan ekspresi gusar.Hanna dengan cepat menggeleng. “Tidak ada, aku hanya ingin melihat jam.”Ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 19 : Dia Istriku!

    Rasa mabuk menyerang Hanna setelah dia terus-menerus menenggak alkohol tanpa henti. Akan tetapi, ketika dia sepenuhnya mabuk, Hanna jadi tidak ingin berhenti minum dan malah sengaja terus mengambil alkohol.Dia juga merasa bila semua masalah yang ada di kepalanya tiba-tiba aja menguap seperti asap, sehingga membuat pikirannya menjadi ringan.“Thumbelina, apa kau baik-baik saja?” sebuah suara yang Hanna kenali terdengar, sehingga membuat Hanna mendongakkan kepalanya ke atas.Samar-samar, Hanna melihat sosok produser musik yang tadi siang dia temui di ruang rapat. Produser itu tampak seperti pria paruh baya berumur empat puluhan, bahkan terdapat sedikit uban di kepalanya yang hampir botak.“Aku .., baik-baik saja,” jawab Hanna dengan sedikit terbata-bata. Mata wanita itu kemudian bergerak ke kanan dan ke kiri, mencari sosok Elisa yang sebelumnya selalu berada di sampingnya. “Di mana Elisa?”“Elisa? Oh, apa maksudmu manajermu? Tadi dia bilang harus segera pulang karena ada urusan di ruma

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 20 : Kamu Tidak Bersalah

    BUK! BUK!Tanpa memberikan ampun, Arsenio memukuli wajah Wahyu sampai pria paruh baya itu babak belur. Tidak hanya itu, dia turut menginjak tangan Wahyu yang sempat menyentuh Hanna beberapa saat yang lalu.“Bisa-bisanya aku memperkerjakan seorang predator sepertimu di perusahaanku.” Arsenio menendang perut Wahyu. “Dan berani-beraninya kau menyentuh istriku dengan tangan kotormu. Jangan harap kau masih bisa hidup damai setelah ini.”Keributan yang Arsenio dan Wahyu lakukan akhirnya memancing para karyawan untuk datang ke parkiran. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat Arsenio yang biasanya bersikap tenang dan jarang menunjukkan emosi tiba-tiba saja menganiaya salah satu karyawan terbaik dari agensi mereka.“Pak! Pak Arsen tolong berhenti!” beberapa karyawan akhirnya menarik Arsenio dari Wahyu setelah melihat Wahyu sudah berbaring di tanah dengan mulut yang tidak berhenti memuntahkan darah.“Ada apa ini?!” satpam restoran juga akhirnya berbondong-bondong datang ke parkiran.Arsenio m

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27

Bab terbaru

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 26 : Wahana Ekstrim

    Hanna mengangguk dengan antusias. Dia berpikir kalau ajakan kencan itu adalah kesempatan mereka supaya menjadi lebih dekat, sehingga Hanna bisa memanfaatkan Arsenio dengan lebih mudah di masa depan.Ya, Hanna hanya ingin memanfaatkan pria itu, bukannya senang karena diajak kencan.Setidaknya itu yang dia pikirkan.Namun, entah mengapa jantung Hanna berdetak dua kali lebih cepat saat mendengar ajakan Arsenio, seolah-olah dia memang sudah menantikan hal itu.“Bagaimana kalau kita pergi ke taman bermain?”Arsenio mengerutkan keningnya. “Kamu yakin? Tempat itu ramai dan mungkin aja ada banyak orang yang akan ngenalin kamu.”Sebagai artis yang wajahnya sering muncul di televisi, masyarakat pasti mampu mengenali Hanna dengan mudah dan pastinya akan berbondong-bodong ingin meminta foto serta tanda tangan.Hanna tampak berpikir sejenak, kemudian mengusulkan, “Kita bisa pakai masker dan topi untuk menyamarkan identitas kita.”Arsenio tertawa. “Bukannya kamu sering melakukan itu dan tetap terta

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 25: Kebiasaan Arsenio

    “Retno, aku ingin kamu caritahu semua hal tentang masa lalu istri saya. Mulai dari orang tua kandungnya sampai panti asuhan tempatnya tinggal dulu.”Arsenio menyandarkan punggungnya ke kursi sambil berkata, “Cepat hubungi saya kalau kamu nemuin sesuatu yang janggal."Setelah menutup sambungan telepon dengan orang kepercayaannya, Arsenio menghembuskan napas panjang. Bekas luka di punggung Hanna masih tercetak jelas di dalam ingatannya.Dia tidak ingin bertanya lebih jauh, karena tampaknya Hanna merasa sangat tidak nyaman saat Arsenio membawa topik tersebut. Karena itu, Arsenio lebih memilih untuk mencari tahu sendiri dan menunggu sampai Hanna siap untuk menceritakan semua masa lalunya kepada Arsenio.Usai mengetahui luka itu, akhirnya Arsenio mengerti alasan Hanna meminta perlindungan darinya. Namun, Arsenio tidak tahu apakah orang yang menyakiti Hanna masih berkeliaran atau tidak.“Arsen.” Hanna membuka pintu balkon dan langsung menghembuskan napas lega

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 24 : Bekas Luka

    “Kamu yakin tidak berlebihan untukmu?” tanya Arsenio memastikan.Hanna mengangguk. “Mmm … aku tidak apa-apa.”Lagipula, dia sudah biasa bermain keras dengan Arsenio, sehingga permainan lembut akan susah membuatnya mencapai puncak.Setelah mendapatkan persetujuan Hanna, Arsenio mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat. Setiap hentakannya mampu menyentuh titik terdalam Hanna, membuat wanita itu hampir berteriak karena dilanda kenikmatan.Arsenio menekukkan kaki Hanna sampai menyentuh dada wanita itu, sehingga kini dia mampu melihat bagian inti istrinya dengan lebih jelas.Setelah Arsenio terus memompa kejantanannya dalam posisi seperti itu. Keduanya sama-sama merasa hampir mencapai puncak. Arsenio mempercepat gerakannya, sementara Hanna melingkarkan kakinya di belakang pinggul Arsenio, memaksa pria itu memperdalam penyatuan mereka.“Ahh!”Hanna mendesah keras, bersamaan dengan geraman rendah Arsenio. Mereka saling berpelu

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 23 : Do it Faster!

    Brak!Arsenio menutup pintu kamar hotel menggunakan kakinya, sementara kedua tangannya mengangkat tubuh Hanna dan melumat bibir wanita itu.Mereka bahkan belum melepaskan sepatu mereka, tapi keduanya sama-sama merasa tidak sabar untuk mengecap bibir satu sama lain. Ciuman yang awalnya ringan itu membawa candu dan terasa memabukkan, sehingga lama kelamaan berubah menjadi penuh lumatan penuh nafsu yang menggebu-gebu.“Kamu yakin pintunya sudah terkunci?” tanya Hanna di sela-sela ciuman mereka. Napas wanita itu masih terengah-engah, tapi dia masih memikirkan hal lain.“Ini adalah kamar suite. Walau tidak dikunci, tidak akan ada orang yang berani masuk sembarangan,” jawab Arsenio.Ketika Arsenio ingin mencium bibir Hanna lagi, wanita itu menahan kepala suaminya. “Tetap saja, lebih baik pastikan sudah terkunci. Aku tidak mau kena skandal.”Arsenio akhirnya menjawab dengan serius, “Tenanglah, pintunya otomatis terkunci saat tertutup. J

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 22 : Ciuman Pertama

    “Bersama siapa biasanya kamu pergi ke pantai?” tanya Arsenio, memecahkan keheningan di antara mereka.“Sendiri.” Hembusan angin laut menerpa rambut panjang Hanna, membuat Arsenio mampu melihat ekspresi sedih istrinya dengan jelas. “Tidak ada yang bisa kuajak pergi, jadi aku selalu pergi sendiri.”Ekspresi sedih itu entah mengapa membuat Arsenio merasa tidak nyaman, seolah-olah kesedihan Hanna merupakan hal yang tabu untuknya.Dia seharusnya tidak memperdulikan hal itu, mengingat kontrak pernikahan mereka melarang keduanya untuk bermain-main dengan perasaan.Namun, malam ini, rasanya Arsenio sudah melupakan isi dari kontrak tersebut dan ingin menggali kehidupan Hanna lebih dalam lagi.Tampaknya, lepasnya topeng bahagia yang selalu dikenakan Hanna telah berhasil mendobrak dinding yang ada di hati Arsenio.“Jika aku sedang tidak sibuk, mungkin aku bisa menemanimu pergi ke pantai,” kata Arsenio.Perkataan Arsenio sontak membuat Hanna terkejut, wanita itu bahkan diam-diam mencubit tanganny

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 21 : Pergi Ke Pantai

    “Maaf, aku membuat bajumu kotor,” kata Hanna seraya berusaha menghapus air mata di wajahnya.“Maaf, sudah membuatmu repot malam-malam begini, Arsen.”Arsen berdecak. “Sekali lagi kata maaf keluar dari mulutmu, aku akan menyuruhmu pulang jalan kaki.”Dengan wajah cemberut, Hanna membalas pelan, “Tapi nanti kakiku sakit.”Arsenio membeku. Hanna sepertinya masih agak mabuk, sehingga membalas dengan jawaban polos. Namun, sikap mabuknya itu malah terlihat menggemaskan di mata Arsenio, sampai-sampai membuat pria itu salah tingkah.“Aku tidak serius Hanna,” Arsenio berkata, “Tapi sungguh, tolong berhenti minta maaf, karena kamu sama sekali tidak salah.”Hanna, “Maaf, aku akan berhenti.”Arsenio meringis saat mendengar Hanna masih menggunakan kata maaf. “Hanna ….”Hanna akhirnya tidak membalas lagi, karena merasa takut akan mengucapka

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 20 : Kamu Tidak Bersalah

    BUK! BUK!Tanpa memberikan ampun, Arsenio memukuli wajah Wahyu sampai pria paruh baya itu babak belur. Tidak hanya itu, dia turut menginjak tangan Wahyu yang sempat menyentuh Hanna beberapa saat yang lalu.“Bisa-bisanya aku memperkerjakan seorang predator sepertimu di perusahaanku.” Arsenio menendang perut Wahyu. “Dan berani-beraninya kau menyentuh istriku dengan tangan kotormu. Jangan harap kau masih bisa hidup damai setelah ini.”Keributan yang Arsenio dan Wahyu lakukan akhirnya memancing para karyawan untuk datang ke parkiran. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat Arsenio yang biasanya bersikap tenang dan jarang menunjukkan emosi tiba-tiba saja menganiaya salah satu karyawan terbaik dari agensi mereka.“Pak! Pak Arsen tolong berhenti!” beberapa karyawan akhirnya menarik Arsenio dari Wahyu setelah melihat Wahyu sudah berbaring di tanah dengan mulut yang tidak berhenti memuntahkan darah.“Ada apa ini?!” satpam restoran juga akhirnya berbondong-bondong datang ke parkiran.Arsenio m

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 19 : Dia Istriku!

    Rasa mabuk menyerang Hanna setelah dia terus-menerus menenggak alkohol tanpa henti. Akan tetapi, ketika dia sepenuhnya mabuk, Hanna jadi tidak ingin berhenti minum dan malah sengaja terus mengambil alkohol.Dia juga merasa bila semua masalah yang ada di kepalanya tiba-tiba aja menguap seperti asap, sehingga membuat pikirannya menjadi ringan.“Thumbelina, apa kau baik-baik saja?” sebuah suara yang Hanna kenali terdengar, sehingga membuat Hanna mendongakkan kepalanya ke atas.Samar-samar, Hanna melihat sosok produser musik yang tadi siang dia temui di ruang rapat. Produser itu tampak seperti pria paruh baya berumur empat puluhan, bahkan terdapat sedikit uban di kepalanya yang hampir botak.“Aku .., baik-baik saja,” jawab Hanna dengan sedikit terbata-bata. Mata wanita itu kemudian bergerak ke kanan dan ke kiri, mencari sosok Elisa yang sebelumnya selalu berada di sampingnya. “Di mana Elisa?”“Elisa? Oh, apa maksudmu manajermu? Tadi dia bilang harus segera pulang karena ada urusan di ruma

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 18 : Pesta Perayaan

    Satu minggu kemudian, manajer dan semua staff Hanna akhirnya sudah diganti dengan orang-orang baru. Saat pemilihan staff, Arsenio memperbolehkan Hanna untuk memilih orang-orangnya sendiri, sehingga wanita itu bisa mencocokkan diri dengan cepat.Hanna sesungguhnya bukanlah orang yang pemilih, jadi ketika pelamar itu mempunyai kualifikasi yang dia butuhkan dan tidak ada hubungan dengan Aditya, maka Hanna langsung memilihnya.Pergantian itu berjalan dengan lancar, tapi Hanna juga khawatir Aditya akan marah kepada Arsenio karena sudah mengganti staff Hanna tiba-tiba.Hanna bahkan tidak bisa berhenti menatap ponselnya karena takut Aditya akan menghubunginya.Akan tetapi, walau menunggu selama mungkin, Aditya sama sekali tidak menghubunginya, bahkan juga tidak mengirim pesan.“Ada apa, Hanna? Kamu sedang menunggu telepon dari seseorang?” tanya Arsenio saat melihat Hanna terus melihat ponselnya dengan ekspresi gusar.Hanna dengan cepat menggeleng. “Tidak ada, aku hanya ingin melihat jam.”Ka

DMCA.com Protection Status