“Lihat, dia merasa dirinya sudah di atas langit.”
Valerie baru saja memasuki rumah besar itu setelah kembali dari sekolah dengan Rainer. Patricia menatapnya penuh kebencian, tidak suka dengan kedekatan Valley dan Rainer. Apalagi melihat keduanya tertawa dan bercanda sungguh bagaikan ibu dan anak yang berbahagia.
“Seakan dia yang membesarkan Rainer selama ini,” lanjut Patricia lagi dan mendecih.
Sedangkan Sammy yang mendengar kalimat itu hanya tertawa kecil. Dia tidak terlalu peduli dengan keberadaan Valerie, tak membuatnya gentar sedikit pun.
“Kau tidak merasa terganggu, Sammy? Dia akan menguasai rumah ini. Apa kau tidak takut jika dia mengusir kita?” kata Patricia semakin kesal.
“Kenapa harus takut? Aku suami Jelny, siapa yang bisa mengusirku?”
“Apa? Jadi karena kau suami Jelny lantas kau tidak peduli dengan kegaduhan yang akan dibuat perempuan ular itu? Dia sangat kejam, jangan lupakan
Dia laki-laki licik! Sammy terang-terangan meminta Valerie menjadi pemuas nafsunya dengan ancaman membocorkan rahasia gadis itu. Valerie semakin terpojok oleh tawaran gila yang diberikan oleh Sammy. Apakah dia harus menerima tawaran gila yang tidak pernah Valerie pikirkan? Demi Tuhan! Valerie tidak pernah berpikir dirinya akan berada dalam situasi menjijikkan itu. Meski dirinya sudah tak suci, meski Valerie sudah memberikan dirinya pada Jupiter, tak pernah Valerie bayangkan tubuhnya akan berakhir di tangan laki-laki semenjijikkan Sammy.Tapi, bagaimana dia akan menolak tawaran itu? Valerie sangat takut! Dia sendiri tak siap jika Sammy membongkar kebohongannya pada Jupiter. Selain tentang Nicky dan Rainer, sungguh Valerie tidak siap disuruh keluar dari rumah besar itu. Valerie mungkin sudah menjadi egoi, terserah siapa pun yang menilai demikian. Dia ingin lebih lama di sisi Jupiter, menikmati harinya menjadi istri yang dicintai lelaki itu. Valerie tidak mampu meninggalkan ruma
“Valerie, Valerie, Valerie.” Nama itu terus dia ulangi. Valerie sudah tak sanggup mendengar namanya terus disebutkan oleh Jupiter, seakan dia sengaja ingin menyuruh Valle jujur tentang identitasnya. Bahkan cengkraman di pundak Valerie dia rasakan semakin kencang. “Piter, aku ... aku bisa me-“ “Sttt ....” Piter meletakkan telunjuknya di bibir Valerie, menghentikan gadis itu berbicara. Valerie membeku, tak berani dia bahkan untuk membuat gerakan bibirnya. Jupiter curiga, itu benar. Tapi entah kenapa, dia ingin mendengar sendiri informasi tentang gadis ini dari orang-orang suruhannya. Rasa di dalam hatinya tidak bisa menerima jika Valerie yang mengatakan kejujuran itu. “Bisa kau bantu aku melepas pakaian?” kata Jupiter, mengalihkan pembicaraan. Terkejut, mata Valerie sampai membulat mendengar apa yang baru saja Piter katakan. Benar kah telinganya? Apakah mungkin pendengaran Valerie sedikit bermasalah karena dia terlalu beharap Jup
Semenjak mereka selesai mandi hingga gadis itu sudah tertidur menjemput mimpi indahnya, Jupiter saat itu lah Jupiter kembali ke kamar mereka. Setelah tadi meninggalkan Valerie di dalam bath up, Jupiter langsung pergi ke ruang kerja dan berdiam diri di sana. Baru lah dia kembali setelah merasa kepalanya lelah berpikir panjang.Ketika dia mengajak Valerie mandi bersama, tak ada niat di pikiran lelaki itu untuk menggagahinya di sana. Jupiter hanya ingin memastikan apakah benar istrinya itu orang lain? Akan sangat mencurigakan jika Jupiter meminta Valerie melepas pakaian tanpa alasan mandi, untuk melihat sesuatu yang terdapat di cela paha Valerie.Ya, sesuatu yang membuktikan gadis itu memang istrinya. Jupiter tak akan melupakan sebuah tahi lalat yang menjadi ciri khas Megan, yang terdapat di cela pahanya. Ketika kemarin malam mereka melakukannya, Piter tidak sempat memeriksa sebab dia memang tidak curiga pada Valerie. Dan ketika mandi tadi, akhirnya Jupiter bisa mel
Ponsel di telinga Valerie perlahan turun meninggalkan telinganya. Dia genggam erat benda pipih itu agar tidak jatuh dari genggaman tangan. Dua mata indahnya mulai mengabur oleh genangan air hangat yang semakin membanjir. Perlahan, cairan itu menetes di kedua pipi.Valerie baru saja berbicara dengan Dokter Sandez, dokter yang menangani adiknya di rumah sakit. Dokter Sandez berkata penyakit Nicky semakin parah dan harus mendapat perawatan yang sempat tertunda. Pihak rumah sakit sudah tak bisa memberi tindakan sebelum Valerie melunasi tunggakan yang sudah sangat banyak.‘Maaf, Nona Valerie, saya sendiri tidak bisa melakukan apa pun sekarang.’ Itu yang dikatakan sang dokter pertanda dia angkat tangan.Tak bisa menyalahkan apalagi meminta sedikit pengertian lagi. Valerie tahu, Dokter Sandez sudah banyak membantunya selama ini.“Aku lah yang tidak berguna,” bisik gadis itu, mendudukkan diri di atas kursi kayu. Beruntung Rainer seda
Jawaban itu kian dekat di depan mata. Semua rahasia yang membingungkan itu akan terjawab dalam beberapa saat lagi. Jupiter mengayunkan langkahnya memasuki sebuah rumah sakit khusus penyakit kanker, yang berada di sebuah kota kecil. Di depannya, dia bisa melihat Valerie memasuki salah satu ruang inap di tempat itu. Ya, Valerie tengah menemui adiknya yang menderita penyakit kanker.“Nicky!” seru Valerie, pada gadis belia lima belas tahun yang saat itu tengah menatap ke luar jendela.“Valley!”Dua bersaudara yang lumayan lama tidak bertemu, lantas saling memeluk. Valerie mengusap kepala Nicky yang sudah bersih dari surainya, dan membiarkan adiknya menangis di pelukan.“Kenapa lama sekali kau tak memberi kabar? Kau melupakanku?”Pertanyaan yang seakan menjadi tuduhan. Tapi Valerie bisa memahami perasaan adiknya yang pasti sangat merin
‘Aku tak butuh kakak seorang pelacur!’Kalimat itu terus berulang di telinga Valerie. Kata-kata tajam yang baru saja diteriakkan adiknya, terasa sangat menohok perasaannya. Itu bagaikan sebongkah batu besar yang dipukulkan tepat ke jantung Valerie, membuatnya menjadi sesak di dalam sana. Gadis itu bahkan tak bisa menggerakkan tubuh, seakan dia berubah menjadi sebuah patung.“Kau tak mendengarku? Keluar ....”Nada kecewa dari adiknya justru melebihi sesak oleh kalimat yang sebelumnya. Valerie bisa merasakan bagaimana hancurnya hati Nicky mengetahui kakaknya menjual diri demi perobatannya. Pastinya, Nicky merasa sangat bersalah sebab dia lah alasan Valerie melakukan ini. Hanya saja Nicky tak berani mengatakannya.“Aku memang menjual tubuhku, tetapi tidak seperti yang kau pikirkan,” kata Valerie akhirnya.Apa gunanya dia berbohong dari Nicky? Itu hanya akan membuat mereka saling bermusuhan sehingga Nicky tak m
Perjalanan pesawat terasa sangat lama dan panjang dari saat Valerie berangkat ke kota kecilnya, pagi tadi. Matanya berkali-kali melihat ke bawah, memastikan apakah pesawat yang dia tumpangi akan segera mendarat. Tak lupa dengan jam di layar ponselnya, berkali-kali dia lirik untuk memastikan pukul berapa sekarang.Dia sangat ingin segera tiba. Valerie berharap dirinya masih bisa lebih dulu tiba di rumah mendahului Jupiter, sehingga lelaki itu tidak banyak bertanya padanya nanti. Tetapi Valerie tidak tahu bahwa lelaki yang sedang dia pikirkan juga berada di satu pesawat yang sama dengannya.Jika biasanya Piter selalu memakai jet pribadi untuk melakukan perjalanan jauh, kali ini lelaki itu harus merelakan dirinya pulang dengan pesawat umum, pesawat yang ditumpangi oleh Valerie. Jupiter seakan takut jika gadis itu kemudian lari lantas dia harus kehilangan jejaknya.Tadinya, Piter sangat ingin membongkar semua kebohongan Valerie di depan orang-orang yang berlal
Ketika Valeri membuka pintu kamar Rainer, anak itu tengah bermain dengan cube di tangannya. Pipi Rainer mengembang kala menyadari Valerie lah yang masuk, membawa senyuman tulus penuh kasih untuknya.“Ibu!” Rainer berlari mengejar ibunya, lantas memeluk perut Valerie. Anak itu mendongak untuk bisa melihat wajah ibu yang sejak tadi dia tunggu. “Kenapa ibu sangat lama? Aku takut kau akan meninggalkanku,” katanya, nada suara yang hampir menangis itu meluruhkan segala kekhawatiran di dada Valerie.Dengan penuh kelembutan, Valerie mengusap kepala anak berusia delapan tahun itu. Dia membawa Rainer kembali menuju ranjang dan duduk bersebelahan di sisi ranjang.“Kau takut ibu pergi?” tanyanya, ingin mendengar sejauh apa anak itu mencintainya.“Tentu saja. Aku takut ibu akan pergi dan tidak kembali. Aku tidak ingin menjadi anak yang tak memiliki ibu lagi,” jawab Rainer jujur.Valerie merasa hatinya
“Aku mencintaimu.”Jupiter memberi kecupan di bibirnya istrinya, memeluk wanita berambut panjang itu. Dia tatap mata indah Valerie, mata yang baginya adalah lautan yang mampu menenggelamkan. Mata itu bagaikan samudra, membuat Jupiter ingin terus berlama-lama tenggelam di sana.“Aku lebih mencintaimu, Suamiku. Tapi, cepat lah ambil bekalnya, anak-anak pasti ingin memakan sesuatu.” Dia dorong dada Jupiter menjauh, mengingatkan suaminya akan pekerjaan yang belum dilaksanakan.“Oh, aku hampir lupa. Wajahmu begitu indah sampai membuatku melupakan segalanya,” puji Jupiter.Valerie memutar matanya. Sejak berapa tahun mereka menikah, lelaki di depannya itu memang sangat senang menggoda dan menggombal. Dia sudah paham tabiat Jupiter tetapi entah kenapa wajahnya selalu bersemu .“Dasar tukang gombal.”“Tidak, aku tidak begitu. Aku sangat menyukai wajah istriku dan itu tidak berbohong,”
“A-apa yang kau katakan, Piter?” Megan kelabakan sekarang, tetapi dia masih mencoba mengelabuhi lelaki yang ada di depannya. Wanita itu menyentuh lengan Jupiter mencoba merayu. “Apakah kau demam, Piter? Aku istrimu, kenapa kau menanyakan ke mana aku pergi? Astaga... kau sangat mencintai istrimu sampai mengigau” katanya.Jupiter bukan orang bodoh. Ya, anggap lah dia sudah bodoh satu minggu ini sehingga tak bisa menyadari siapa yang ada di dekatnya. Jika saja Jupiter tidak terlalu mencintai Valerie, dia pasti bisa melihat betapa bodohnya dia kemarin.Ketika Piter bertanya kenapa Raena diberi susu botol, kala itu dia curiga melihat dada istrinya yang berbeda. Itu tidak seperti pucuk dada milik seseorang yang menyusui. Tapi Jupiter terlalu takut istrinya akan tersinggung, sehingga mengabaikan keganjilan yang dilihatnya. Piter juga curiga akan keanehan Valerie yang sama sekali tidak mempedulikan Rainer. Dia ingin bertanya, tetapi rasa cinta ter
“Ah sial!” Umpatan tak bisa dihindarkan keluar dari mulutnya. Segera Jupiter menghubungi nomor kakaknya untuk mengawasi Valerie di rumah. Jika benar perempuan itu bukan Valerie, dia tidak akan melepaskan Megan kali ini.Siapa lagi jika bukan Megan? Hanya mantan istrinya itu lah satu-satunya orang yang selalu megusik hidupnya selama ini.“Jelny, awasi Valerie di rumah. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku tiba di rumah.” Piter berpesan, lalu mematikan ponselnya bahkan sebelum Jelny menyahut dari ujung sana. Lantas dia memacu jalan mobilnya untuk segera kembali ke mansion.**Malam semakin larut membuat pemandangan lebih gelap. Valerie masih berlari di tengah suara hewan malam yang terus memenuhi telinga. Sesekali dia terjatuh, ketika kakinya tidak mampu berlari lagi.“Arh!” Valerie menjerit saat kakinya masuk ke dalam lubang, dan dia menjadi jatuh. “Aw...” eluh
“Valerie, kau belum tidur?”Jelny muncul dari arah lain, mengejutkan Megan yang tengah mengendap-endap keluar dari kamar. Mata gadis itu tertuju pada kantong hitam yang tengah Megan bawa.“Apa yang kau bawa?” tanya Jelny lagi, membuat Megan ingin memecahkan kepala kakak iparnya itu.‘Bukan urusanmu, brengsek! Kenapa kau tidak tidur saja?’“Valerie? Kau mendengarku?”“A-apa?” Megan terkesiap.“Kenapa kau sangat terkejut? Astaga... aku hanya bertanya apa yang kau bawa di kantong hitam itu.”“Ini kotoran Raena,” sahut Megan cepat. “Ya, kotoran Raena. Baunya tidak sedap jika dibiarkan di dalam kamar, jadi aku ingin membuangnya.” Ada saja alasan yang didapat wanita pembohong ini.“Oh, itu. Kenapa kau tak menyuruh pelayan atau pengasuh saja? Valerie, kau baru melahirkan, tidak baik sering-sering naik turun tangga.”&ldqu
‘Bagaimana uangku? Kau tidak ingin aku mengirim gambar ini pada Jupiter, kan?’ sebuah pesan Marius kirimkan dari ponselnya.Tak sampai dua menit, dia sudah menerima balasan untuk pesan itu.‘Datang lah sekarang, aku akan meletakkan uangmu di tempat sampah depan mansion.’Lelaki itu segera bangkit dari duduknya. Valerie yang tengah berbaring di atas dipan kayu, ikut bangkit melihat lelaki itu.“Ke-kenapa?” tanya Valerie, bingung melihat eskpresi tak biasa yang Marius tunjukkan.Marius menghela napas panjang, matanya menatap Valerie tidak tega. Tapi dia tak punya pilihan sekarang, dia harus menjemput uang yang Megan janjikan agar segera bisa pergi membawa Valerie.“Aku akan pergi membeli makanan.”“Ka- kau meninggalkanku sendiri?” Valerie balik bertanya dan tampak ket
‘Tidak... aku tidak mau tertangkap. Tidak mungkin, hidupku tidak boleh berakhir seperti ini.’Megan tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya kaku, otaknya tak mampu berpikir selain mungkin rahasianya sudah terbongkar sekarang. Dia ingin menutup panggilan itu dan melarikan diri sebelum Jupiter lebih dulu menemukannya.Megan bahkan berpikir untuk kabur menggunakan uang penjualan perhiasan milik Valerie, agar tidak tertangkap oleh Jupiter.“Valerie, kau mendengarku?”Bagaimana ini? Megan mendengarnya, tetapi dia tidak bisa berbicara. Otak kotornya tengah digunakan memikirkan rencana busuk untuk melarikan diri.“Maafkan aku, Valle, aku menyesal.”A-apa itu? Apakah Megan tidak salah mendengar? Jupiter baru saja meminta maaf dan dia berkata menyesal? Megan masih tetap terdiam, ragu mungkin lelaki itu hanya brsandiwara.“Aku memang bodoh, aku tidak memikirkan istriku yang baru menghadapi masa sulit mela
Jupiter termenung di ruang kerjanya. Otaknya berputar keras mengingat Valerie yang terasa aneh belakangan ini. Bukan, dia tidak sibuk seperti yang dia katakan pagi tadi. Jupiter ke kantor hanya ingin menenangkan pikiran dari gangguan istri yang sungguh tidak biasanya.Sekembalinya Valerie dari rumah sakit itu dirasa sangat aneh. Dia tidak seperti Valle yang Piter kenal sabar dan selalu bersikap santai. Menurut Jupiter, Valerie yang sekarang justru sangat berbalik seratus delapan puluh derajat.Bayangkan saja. Seorang wanita yang baru melahirkan, apakah wajar terus-terusan menempel di selangkangan? Valerie adalah gadis yang bersifat manis, penyabar dan dia bukan seseorang yang hanya memikirkan tentang seks. Tapi belakangan ini tangannya terus saja menyentuh milik Jupiter seakan takut benda itu akan hilang begitu saja. Bukankah dia masih berdarah? Bagaimana jika Piter tidak mampu menahan hasrat lalu memaksanya berhubungan intim?Jangan sampai. Piter tidak akan mem
“Aku harus mendapatkan uang, aku harus mendapatkan uang.”Megan berputar-putar di dalam kamar. Kepalanya sudah terasaa akan pecah mencari ide untuk mendapat uang sesegera mungkin. Dia tidak akan membiarkan Marius mengirimkan gambar-gambar itu pada Jupiter, sehingga hidupnya akan berakhir hari ini juga.“Sial! Kemana aku akan mencari uang yang sangat banyak?” umpatnya penuh emosi.Satu juta dolar, dan itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dia saja tidak memiliki bahkan seperempat yang diminta oleh lelaki itu, bagaimana bisa dia mengirimkannya dalam waktu singkat? Megan frustasi, rencananya menjadi hancur karena orang yang dia anggap bodoh justru sekarang mengancam dirinya."Orang bodoh itu, kenapa juga aku bisa lalai padanya?" gerutu Megan tak percaya.Ketika dengan Sammy, Megan bisa membuat lelaki itu benar-benar bodoh. Tetapi Marius ternyata berbeda. Lelaki itu hanya menginginkan Valerie sehingga tunduk padanya selama in
“Sayang, apa yang kau berikan pada baby Raena?”Megan sangat terkejut mendengar suara Jupiter di belakangnya. Lelaki itu baru selesai mandi dan berdiri tepat di pintu kamar mandi. Alisnya mengerut melihat botol susu yang tengah dia berikan pada bayi di dalam pangkuannya.“Kau memberinya susu formula?” Sekali lagi, Piter bertanya dari ujung sana, lalu berjalan sangat cepat menuju sofa yang diduduki oleh Megan. “Kenapa kau memberinya susu formula?”‘Sialan... kenapa, sih, dia sangat cepat datang?’ umpat Megan kesal. Dia harus memutar kepalanya sebelum Jupiter bertanya lebih banyak lagi.“Sayang, ini ASI. Sebenarnya aku memerahnya sejak tadi malam, dan memberikan pakai botol untuk Raena. Itu... put.ngku perih, aku tidak tahan,” ucapnya, membuat wajah sedih dan merasa bersalah.Sejak dua hari ini mereka sudah kembali ke rumah. Megan terus menyamar sebagai Valerie, dan harus berpura menyu