"Sudahlah, ayo makan," kata Michael.Saat mereka sedang makan udang, Michael membantu Irene mengupas kulit udang, tetapi Irene merasa agak malu. Bagaimanapun, Michael melakukannya di hadapan Leni dan Brandon.Terlebih lagi, Leni mengedipkan matanya pada Irene, membuat Irene merasa serbasalah.Namun, Michael seperti sama sekali tidak memedulikan tatapan orang lain.Setelah makan, Michael berkata pada Irene, "20 menit setelah makan, jangan lupa minum obat.""Iya," jawab Irene.Leni seketika terkejut, dia bergegas bertanya dengan penuh perhatian, "Kamu sakit, ya?""Nggak sakit, aku hanya minum obat pemulihan, untuk mengobati nyeri sendiku," jawab Irene.Leni tercengang sesaat. Dia tahu bahwa setelah sahabatnya dipenjara selama tiga tahun, sahabatnya ini menderita penyakit rematik. Begitu cuaca dingin dan lembap, tubuh temannya akan terasa sakit.Dulu, Leni juga sudah menyarankan Irene untuk memeriksa keadaannya ke rumah sakit, tetapi Irene selalu menolak dengan berbagai alasan.Leni tahu
Seperti bisa melihat bahwa sahabatnya sedang mengkhawatirkan sesuatu, Irene berkata, "Nggak apa-apa, aku akan mendapatkan kebenarannya dan memberikan Helen sebuah keadilan, juga membuktikan kalau aku nggak bersalah!""Jangan bahas tentang aku lagi. Kalau kamu? Bagaimana dengan kamu dan Brandon?" tanya Irene."Ya begitu saja," jawab Leni sambil mengangkat bahunya. "Kami hanya seperti pasangan yang berpacaran seperti biasa."Terkadang-kadang, karena hubungan mereka terlalu "biasa", Leni sering merasa kebingungan, dia mengira bahwa dia benar-benar berpacaran dengan Brandon. Dia bahkan bisa terjatuh dalam perasaan "pacaran" ini, hingga dia harus terus mengingatkan dirinya bahwa segalanya tidak nyata, bahwa Brandon hanya balas dendam dengan membuatnya jatuh cinta pada Brandon."Aku malah merasa bahwa Brandon mungkin bukan sedang balas dendam, seperti yang kamu bayangkan," kata Irene. Jika seseorang seperti Brandon benar-benar ingin balas dendam pada Leni, dia pasti akan menggunakan cara pen
Melihat tatapan Leni yang berkilau, entah mengapa, suasana hati Brandon kembali memburuk.Saat mobil ini tiba di Kota Cena, Michael dan Irene turun dulu di Kediaman Yunata, lalu orang yang mengemudi berganti menjadi Brandon."Irene, kalau begitu, sampai jumpa lain kali," kata Leni pada Irene."Baiklah," jawab Irene. "Terima kasih untuk hari ini, ya. Hati-hati di jalan!" kata Irene. Kemudian dia baru berjalan memasuki Kediaman Yunata dengan Michael.Leni masih terus menatap bayangan Michael dan Irene, hingga saat dia mendengar suara Brandon yang kesal. "Sudah cukup, belum?""Aku hanya melihat mereka, nggak apa-apa," gumam Leni. Saat dia pertama kalinya melihat Michael di kamar kontrakan Irene, meskipun dia merasa bahwa pria ini tidak seperti gelandangan, dia sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa pria ini adalah penguasa Kota Cena!Kemudian, sepasang tangan memegang wajahnya Leni dan menarik wajah Leni untuk menghadap ke arah Brandon. "Kenapa? Dua hari yang lalu, bukankah kamu masi
'Sialan! Siapa suruh aku berutang padanya?!' pikir Leni....Setelah Irene kembali ke Kediaman Yunata bersama Michael, Michael bertanya, "Hari ini, kamu kecewa, nggak? Sudah pergi ke Kota Saraya, tapi nggak mendapatkan petunjuk apa pun yang berguna."Irene menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Nggak, kok.""Nggak kecewa?" tanya Michael dengan heran."Karena kamu bersedia membantuku mencari petunjuk, supaya kebenaranku terbuktikan," kata Irene. "Nggak peduli kamu bisa membantuku mendapatkan petunjuk yang berguna atau nggak, aku tetap sangat senang."Irene merasa seakan-akan Michael benar-benar memercayainya, sehingga batas antara mereka berdua juga pelan-pelan menghilang.Michael menatap lekat-lekat pada Irene. Dia memahami keinginan Irene untuk aju banding, tetapi .... Dia memang bisa membuktikan bahwa Irene tidak bersalah, tetapi dia tidak bisa memberikan kebenaran di balik kasus itu pada Irene, kebenaran yang ingin Irene ketahui itu."Baguslah kalau kamu senang," kata Michael sambil
"Karena aku ingin tahu sepahit apa obat yang kamu minum," jawab Michael. Kemudian, dia seperti mencicipi rasa obat tradisional itu dan berkata, "Ternyata memang sangat pahit, ya."Irene seketika tidak bisa berkata-kata. Siapa yang mencicipi obat hanya untuk mengetahui sepahit apa obat yang diminum orang lain? Terlebih lagi, obat ini untuk wanita.Meskipun obat yang tersisa sedikit ini tidak akan mencelakai Michael ... Michael terlalu acuh tak acuh."Kalau begitu, makan permen juga, untuk menahan rasa pahit itu," kata Irene sambil mengulum sebutir permen dalam mulutnya."Baiklah," jawab Michael. Namun, dia tidak mengambil permen itu, melainkan mencondongkan badannya pada Irene sambil menarik kepala Irene. Kemudian, wajahnya yang tampan mendekati wajah Irene."Kamu ...." Baru saja Irene membuka mulutnya, Michael sudah langsung mencium bibir gadis ini.Ciuman ini sangat mendalam, juga sangat mendominasi, membuat Irene hampir sesak napas. Dalam ciuman ini, rasa pahit yang bercampur dengan
Irene ragu-ragu sesaat, lalu mengangguk untuk menyetujui ucapan pengurus rumah ini. Dia tidak ingin membuat orang ini terkena masalah.Irene pun meminta sopir untuk membawanya ke sebuah pusat perbelanjaan di pusat kota.Dia ingin membeli barang yang cocok untuk orang tua. Lantai pertama pusat perbelanjaan ini adalah area khusus makanan, jadi Irene pergi ke lantai ini terlebih dahulu.Setelah Irene melihat kue-kue, dia memilih beberapa kue yang cocok untuk orang tua dan orang dengan gula darah tinggi. Meskipun harganya agak mahal, Irene mengingat bahwa kadar gula darah neneknya terkadang agak tinggi, jadi dia tetap membeli kue ini.Setelah membayar tagihannya, dia membawa kue ini dan berjalan menaiki eskalator.Sesampainya di lantai dua, seseorang tiba-tiba berjalan cepat ke arahnya. Sebelum dia bisa melihat orang itu dengan jelas, dia sudah langsung ditampar dengan kuat.Irene langsung terhuyung karena tamparan itu dan hampir terjatuh. Dia menstabilkan tubuhnya, tetapi kotak kue di tan
"Kamu juga, nggak takut ditertawakan orang lain, ya, di tempat seperti ini?!" seru Harry.Luvana berkata dengan penuh amarah, "Aku benar-benar murka melihatnya. Menurutmu, apa maksud ucapannya tadi? Dia sudah membunuh Helen, tapi masih saja berani bilang kalau dia nggak pernah mencelakai siapa pun!"Harry menatap Irene dengan tatapan tajam sambil berkata, "Kamu sudah keluar dari penjara. Apakah ini peradilan sesat atau bukan, hal ini ditentukan oleh pengadilan. Tapi, kalau kamu bicara soal hak ...."Tatapan Harry penuh akan kebencian, seakan-akan dia sangat menganggap remeh Irene. "Di hadapanku, kamu benar-benar nggak pantas membicarakan tentang hak," kata Harry.Kemudian, dia berkata pada pengawal di sampingnya, "Usir wanita ini ke luar. Kemudian, sebarkan fotonya pada petugas keamanan dan pihak manajemen pusat perbelanjaan ini. Ke depannya, wanita ini nggak diizinkan untuk memasuki pusat perbelanjaan ini lagi."Pengawal itu mengiakan ucapan Harry, lalu dua pengawal hendak membawa Ire
Kilatan cahaya melintas di tatapan Harry. "Nggak susah, kok, untuk memasukkan orang seperti dia kembali ke penjara. Nanti, biar aku suruh seseorang untuk mengurus hal ini," kata Harry dengan santai, seakan-akan mengendalikan nasib orang lain adalah sesuatu yang sangat normal baginya.Mata Luvana seketika berkilau. Dia menggertakkan giginya sambil berkata, "Kalau begitu, kali ini, berikan dia hukuman seumur hidup! Aku mau dia nggak keluar dari penjara seumur hidupnya!" Hanya dengan begitulah baru amarah dalam hatinya bisa mereda."Baiklah, sesuai keinginanmu saja," kata Harry. "Jangan terlalu memikirkan masalah Helen, hingga kondisi kesehatanmu memburuk. Sebaiknya lebih pikirkan Hannah.""Tentu saja aku tahu. Sekarang, Hannah putri kita satu-satunya. Siapa lagi yang akan kupedulikan kalau bukan Hannah?!" kata Luvana. "Sayangnya, orang yang dia sukai adalah si bocah dari Keluarga Susanto. Kalau itu Michael, sekarang, kita mungkin sudah menjadi mertuanya Michael!" Nada bicara Luvana terde