Artinya ... Michael ingin disukai oleh Irene? Charles sebenarnya sudah tahu, tetapi dia tetap saja merasa terkejut. Sejak kapan Michael peduli apakah seorang wanita menyukainya atau tidak?"Sebelumnya, Nona Irene pernah ... mengalami banyak penderitaan. Sepertinya, dia bisa melihat banyak sekali hal dengan lebih jelas daripada orang biasa. Selain itu, jika orang seperti dia dipaksa, sepertinya dia akan menuruti, tapi dalam hatinya dia malah akan menjaga jarak," kata Charles. "Menurut saya, Nona Irene seharusnya lebih senang dengan cara lembut. Bagaimana kalau Tuan Michael merendahkan diri di hadapannya, mungkin saja dia akan menurunkan kewaspadaanya di hadapan Anda?""Jadi, aku harus menyanjung dirinya, supaya dia bisa menyukaiku?" gumam Michael.Charles mengedipkan matanya, dia merasa terkejut. Dia ... dia hanya mengusulkan bosnya untuk merendahkan diri, dia tidak mengatakan apa pun tentang menyanjung hati siapa pun.Jika Michael menyanjung seorang wanita, wanita ini pasti sangat heba
Pria ini mengenakan setelan jas rapi, dengan wajahnya yang tampan, dia terlihat seperti seorang pangeran yang keluar dari komik. Sepertinya tidak ada yang akan percaya bahwa pria ini adalah pacarnya Leni.Pada saat ini, Leni hanya ingin membuang napas. Mengingat hal-hal yang terjadi selama beberapa hari ini, dia merasa tertekan.Segalanya bermula dari kencan buta itu. Kencan buta yang awalnya dia kira sudah gagal itu malah menjadi seperti ini.Alhasil, begitu dia pulang, dia langsung dimarahi oleh ibunya. Dia dimarahi karena dia tidak memberi tahu keluarganya bahwa dia sudah punya pacar, sehingga orang yang diperkenalkan itu memarahi orang tuanya dan mereka dipermalukan.Kemudian, orang tuanya mulai menanyakan siapa pacarnya sebenarnya.Namun, tentu saja Leni tidak mau mengakui hal ini. Dia hanya mengatakan bahwa temannya kebetulan lewat. Karena temannya mengetahui bahwa dia tidak ingin melakukan kencan buta ini, temannya sengaja membantunya dengan cara seperti ini.Alhasil, orang tuan
Tidak lama kemudian, liftnya datang. Namun, orang yang keluar dari lift adalah tetangganya Leni. Begitu orang itu melihat Leni, dia langsung menyapa Leni. "Leni, kamu sudah pulang, ya! Ini pacarmu?"Tetangga itu terus menatap ke arah Brandon.Leni tercengang sesaat. Sebelum dia bisa bereaksi, Brandon sudah berkata, "Iya, aku pacarnya Leni.""Wah, sepertinya, nggak lama lagi, kami bisa menghadiri resepsi pernikahan kalian, ya," kata tetangga itu sambil tersenyum. Kemudian, dia mendesak mereka. "Sudahlah, Leni, cepat bawa dia ke atas. Hari ini, ibumu terus mengomel sepanjang hari, katanya dia mau bertemu dengan pacarmu."Leni berkeringat deras. Pada saat ini, dia juga sudah mengetahui mengapa begitu tetangganya melihat Brandon, tetangganya langsung mengetahui bahwa Brandon adalah pacarnya Leni, yaitu karena ibunya Leni sudah menyebarkan hal ini pada semua orang.Saat mereka memasuki lift, Leni menatap Brandon, pria ini sedang menatapnya sambil tersenyum.Wajah Leni pun memerah. Setelah r
Orang tuanya Leni bergegas berkata, "Selamat ... datang."Ayahnya Leni menyuruh Brandon untuk duduk, sedangkan ibunya Leni menarik putrinya ke satu sisi dan bertanya, "Ini benar-benar pacarmu? Bukan orang yang sengaja kamu cari untuk pura-pura jadi pacarmu, 'kan?"Leni menjulingkan matanya dan berkata, "Kalau begitu, anggap saja aku cari orang untuk pura-pura jadi pacarku."Ibunya Leni pun berkata dengan kesal, "Dasar kamu, apa maksudmu?! Sudahlah, cepat pergi seduh teh." Kemudian, dia memasang ekspresi ramah dan berjalan ke arah Brandon.Leni yang diperlakukan layaknya pelayan pun berjalan memasuki dapur untuk menyeduh teh. Saat dia membawa teh ke ruang tamu, dia melihat tiga orang itu sudah berbincang-bincang dengan gembira."Brandon, ya, kamu bilang kamu kenal dengan Leni di luar negeri. Kalau begitu, dalam beberapa tahun ini, kalian tetap saling menghubungi?" tanya ibunya Leni."Nggak, akhir-akhir ini, aku pulang dan melihat Leni di jalanan. Aku baru menghubunginya," kata Brandon s
"Kalau begitu, terserah kamu saja," kata Leni. Lagi pula, dia tidak punya banyak uang, jadi jika Brandon ingin mengambil nyawanya, Leni juga tidak bisa melawan."Baiklah kalau begitu," kata Brandon.Leni tercengang sesaat. Artinya ... Brandon menyetujui syaratnya? Sepertinya terlalu mudah, deh?"Bagaimana dengan tanganmu? Masih panas, nggak?" tanya Brandon sambil menatap tangan Leni yang masih disiram dengan air dingin."Nggak ada rasa," jawab Leni. "Sudah disiram air dingin selama ini, seharusnya sudah nggak apa-apa, deh."Brandon pun menutup airnya, lalu mengeluarkan selembar saputangan yang dia bawa dan mengelap tangan Leni."Di rumah ada obat, nggak? Tanganmu masih agak bengkak, sebaiknya taruh obat," kata Brandon."Ada," jawab Leni lagi."Kalau begitu, bawa obatnya kemari," kata Brandon.Leni berlari kembali ke kamarnya sendiri untuk mengambil salep untuk luka bakar, lalu dia baru tiba-tiba menyadari, mengapa dia begitu menuruti perkataan Brandon?Namun, setelah berpikir sejenak,
"Aku punya beberapa saudara dari ayah yang sama," jawab Brandon. "Kekasih ayahku lebih banyak, jadi anaknya tentu saja juga banyak."Orang tua Leni jelas-jelas tidak menyangka bahwa mereka akan mendengar jawaban seperti ini. Dalam sekejap, suasananya menjadi canggung. Mereka juga tidak tahu harus bagaimana melanjutkan topik pembicaraan ini.Melihat situasi ini, Leni langsung berkata, "Ayah, Ibu, ini masalah orang tuanya. Orang tuanya adalah orang tuanya, sedangkan dia adalah dia!"Brandon menatap Leni dengan tatapan heran, dengan sejenis kehangatan yang juga tidak dia sadari.Orang tuanya Leni tersadar, mereka pun berkata, "Iya, itu masalah orang tua. Kalau begitu ... Brandon, kamu sekarang kerja apa?""Tugas utamaku mengelola perusahaan," jawab Brandon."Mengelola ... perusahaan?" Ayahnya Leni mencurigai telinganya sendiri. "Perusahaan apa? Kamu baru berusia 29 tahun."Bagi ayahnya Leni, bisa menjadi seorang manajer menengah biasa di usia 29 tahun juga sudah sangat bagus.Kalau mengel
"Oh ya?" gumam Brandon. Tatapannya tertuju ke wajah Leni yang memerah, seperti sedang memikirkan sesuatu.Ting!Lift ini tiba di lantai pertama, kedua orang ini pun berjalan keluar dari lift, ke tempat mobil Brandon diparkirkan.Dengan terburu-buru, Leni melambaikan tangannya sambil berkata, "Begini saja, ya. Sampai jumpa!" Kemudian, dia berbalik dan ingin langsung pergi.Namun, Brandon tiba-tiba meraih lengan Leni dan menarik wanita ini ke pelukannya."Ahh!" seru Leni dengan terkejut, hidungnya juga menabrak dada pria ini.Sakit! Leni mengasihani hidungnya yang sepertinya sudah tertabrak seperti ini beberapa kali. Sekeras apa pun tulang hidungnya, hidungnya juga tidak bisa menahan benturan seperti ini.Brandon membungkukkan badannya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Leni sambil berbisik, "Bukankah kamu bilang, asalkan aku nggak mengatakan apa pun tentang kejadian di hotel itu, kamu akan mewujudkan keinginanku?"Leni menjilati bibirnya yang agak kering dan bertanya, "Apa ... yang kam
Pada jam pulang kerja, Irene berkata pada Yuna, bosnya, "Kak Yuna, besok, bisakah aku izin setengah hari? Aku mau pergi mengunjungi makam ibuku."Besok memang hari libur nasional. Namun, bagi pekerja restoran, mereka malah makin sibuk pada hari libur. Tentu saja, mereka juga tidak akan libur pada hari libur.Yuna merasa agak heran. Dia tidak menyangka bahwa ibunya Irene sudah meninggal. Oleh karena itu, dia berkata, "Baiklah, nggak masalah. Kalau kamu pergi mengunjungi makam ibumu pada siang hari, aku bisa membiarkan orang dari dapur membantumu mempersiapkan beberapa hidangan untuk dipersembahkan di makam ibumu.""Nggak perlu, terima kasih, biar aku persiapkan saja," kata Irene. Dia ingin memasak beberapa hidangan sendiri untuk persembahan ibunya.Saat ibunya meninggal, dia masih terlalu kecil. Sekarang, dia sudah dewasa, jadi dia ingin membiarkan ibunya melihat bahwa dia sudah bisa memasak."Kalau begitu, aku pulang dulu, ya," kata Irene."Baik," kata Yuna. Dia seperti ingin mengucapk