Michael tidak lagi mengucapkan apa pun. Dia menegakkan tubuhnya dan menutup pintu mobil, lalu berjalan ke jok pengemudi dan menyalakan mesin mobil.Melihat Michael menyalakan mesin mobil, Irene merasa heran. Biasanya, sopirlah yang mengemudi.Namun, karena Michael mengemudi, pada saat ini, Irene bisa melihat sisi samping wajah pria ini.Dari samping, Irene bisa melihat wajah pria ini dengan lebih jelas. Garis wajahnya tegas, hidungnya mancung, bibirnya juga menggoda.Pada saat ini, rambut Michael tidak serapi biasanya. Beberapa helai rambut terjatuh di keningnya, seperti Mike yang Irene kenal sebelumnya.Mike .... Teringat akan panggilan ini, entah mengapa, perasaan Irene terasa rumit. Tadi, dalam kekacauannya, dia terus memanggil Michael dengan panggilan "Mike".Apakah tanpa disadari, Irene merasa bahwa Mike bisa membantunya, sedangkan Michael tidak bisa membantunya?Namun, sebenarnya, baik itu Mike maupun Michael, keduanya adalah orang yang sama!Sementara sekarang, satu-satunya oran
Michael menginginkan agar Irene hanya melihat dirinya."Kalau kamu mau tahu, kamu bisa menunggu denganku. Kalau bawahanku menemukan keberadaan Leni, dia pasti akan langsung memberitahuku," kata Michael.Hal ini tentu saja bukanlah sebuah masalah bagi Irene. Hanya saja ... menunggu? Menunggu di mana?! Irene mengedipkan matanya. Lima menit kemudian, akhirnya dia tahu di mana mereka akan menunggu.Mereka menunggu di kamarnya Michael!Meskipun ini bukan pertama kalinya Irene memasuki kamar Michael, ini pertama kalinya dia berjalan memasuki kamar Michael dari pintu kamar, bukan melalui pintu penghubung antara kedua kamar itu.Sesampainya di kamar, Michael langsung melepaskan jaketnya, lalu mengeluarkan sebuah ponsel dan meletakkannya di atas meja di satu sisi.Melihat ponsel itu, Irene seketika tercengang. Ponsel itu adalah ponsel murah bermodel lama yang dibelikan Irene untuk Michael. Ponsel ini berharga tiga juta, sepertinya ponsel yang digunakan orang lain pada umumnya juga lebih bagus d
Pada saat ini ... Michael telanjang dada!"Kamu ...." Wajah Irene memerah, tetapi matanya masih tetap terpejam. Dia tidak berani membuka matanya karena dia takut dia akan melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat."Kak, kenapa Kakak nggak buka mata?" tanya Michael. Suara gumamannya mengandung pesona yang sangat kuat.Namun, Irene tetap memejamkan matanya. Dengan wajahnya yang memerah, dia mendesak Michael. "Cepat pakai baju!""Tapi aku mau kamu melihatku," kata Michael. "Selain itu, hari ini, aku sudah membantu Kakak. Tapi, Kakak bahkan nggak mau melihatku?"Badan Irene seketika menjadi kaku. Tanpa disadari, dia menggigit bibirnya. Namun, saat dia menyentuh bagian yang digigit oleh Michael, dia meringis kesakitan.Irene mendengar suara tawa Michael yang rendah. Kemudian, dia merasakan sentuhan jari tangan Michael di bibirnya. "Tahukah kamu? Tadi, kamu terlihat sangat imut."Imut?Sebelum Irene bisa bereaksi, dia tiba-tiba merasakan tekanan di bibirnya. Itu ... bibirnya Michael!M
Namun, Michael malah seperti tidak mendengar ucapan Irene. Dia hanya menatap Irene sambil bertanya, "Kak, apakah kamu akan menyakitiku?"Mendengar pertanyaan ini, tubuh Irene bergetar. Dia hanya merasa seakan-akan ada kata-kata yang mengganjal di tenggorokannya.Tatapan Michael melekat pada Irene, seakan-akan Michael akan menembus ke dalam isi hatinya."Apakah pertanyaan ini sulit dijawab?" Setelah Irene terdiam sejenak, Michael bergumam, "Ya sudah kalau Kakak nggak mau jawab, tapi biar kuingatkan ...."Michael membungkukkan badannya secara perlahan dan mendekatkan bibirnya ke telinga Irene, lalu berbisik, "Jangan sakiti aku selamanya, ya?"Jika Irene tidak menyakitinya, dia akan menghujani Irene dengan kasih sayang, memanjakan Irene dan bahkan melindungi Irene, memastikan kebahagiaan Irene untuk seumur hidupnya.Asalkan Irene tidak menyakitinya, dia bisa melakukan apa pun itu untuk Irene!...Di dalam ruangan yang luas ini, Irene merasa gelisah. Sesekali, dia mengecek jam di ponselnya
"Brandon Sinatra adalah presiden direktur Grup Sinatra dan Kepala Keluarga Sinatra," kata Michael. Kemudian, dia menatap Irene dengan tatapan aneh dan bertanya, "Kamu nggak tahu dia siapa? Sebelumnya, kamu juga nggak pernah mendengar Leni mengungkit nama ini?"Irene menggelengkan kepalanya. Dia yakin bahwa dia tidak pernah mendengar nama Brandon Sinatra dari mulut sahabatnya.Namun, dia tahu bahwa Grup Sinatra bukanlah bisnis lokal. Mereka adalah perusahaan pengapalan terkenal yang memiliki beberapa kerja sama dengan perusahaan di Kota Cena.Mengapa Leni bisa terlibat dengan Brandon? Hal yang lebih mengherankan bagi Irene adalah tadi, pria itu mengatakan bahwa Brandon-lah yang menangkap Leni secara pribadi.Apakah hal ini berarti bahwa Brandon berada di dalam mobil Maybach yang Irene lihat hari ini?Awalnya, Irene mengira bahwa sahabatnya diculik. Namun, sekarang, sepertinya kenyataannya bukan begitu."Kalau begitu ... aku akan pergi mencarinya!" kata Irene sambil tiba-tiba berbalik. D
Irene tidak memiliki uang, apalagi modal apa pun.Hal yang Irene pelajari selama bertahun-tahun sama sekali tidak berguna bagi Michael. Anggota tim pengacara Grup Yunata jauh lebih hebat daripada dirinya.Sekarang, satu-satunya yang Irene miliki adalah dirinya sendiri.Irene yang tidak memiliki uang, itulah yang dia miliki.Irene menunduk sambil berlutut pada Michael. "Kumohon, bawa aku ke Brandon Sinatra, aku mau melihat Leni dengan mata kepalaku sendiri," kata Irene.Michael menatap lekat-lekat pada sosok Irene yang berlutut dengan ekspresi terkejut bercampur marah."Kamu tahu kamu lagi ngapain?" tanya Michael sambil memelototi Irene dengan perasaan yang bergejolak dalam hatinya.Michael tahu bahwa Irene memiliki sejenis kebanggaan dalam hatinya. Sekalipun Irene diejek orang lain, dia tetap mau melindungi harga dirinya yang kecil, yang bahkan sudah diinjak-injak itu.Kalau tidak, dia tidak akan menolak Michael berulang kali.Namun, sekarang, Irene malah bersedia berlutut demi Leni. J
Irene bergegas memasang sabuk pengamannya. Dengan tatapan kebingungan, dia menatap Michael yang mengemudi meninggalkan Kediaman Yunata. Selain itu, pada saat ini, mobil ini sedang menuju ke tempat Brandon membawa Leni, yang dikatakan oleh pria yang menghubungi Michael sebelumnya.Jadi ... Michael mau membawa Irene ke tempat itu?Hanya saja, pada saat ini, raut wajah Michael sangat masam. Mulutnya terkatup rapat, tatapannya juga gelap, jelas-jelas menunjukkan ketidaksenangannya pada saat ini.Irene membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu, tetapi dia takut jika pada saat ini dia mengucapkan sesuatu yang membuat Michael makin marah, situasinya akan memburuk.Oleh karena itu, akhirnya, Irene tidak mengucapkan apa pun.'Sekarang, yang penting aku bertemu dengan Leni dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi.''Kemudian, saat amarah Michael sudah agak mereda, aku baru berterima kasih padanya, deh,' pikir Irene dalam hatinya.Namun, saat mereka tiba di Teluk Sabita, mobil ini dihentikan o
Omong kosong! Tentu saja hal ini mendesak. Terutama pada saat ini, Leni tidak tahu kapan pria ini baru mau membiarkannya pergi."Aku nggak mau membuat sahabatku dan orang tuaku khawatir," kata Leni.Hanya saja, ucapan Leni seperti menyinggung topik terlarang bagi pria ini. Tatapan pria ini seketika menjadi dingin. Dia tersenyum sinis dan berkata, "Kamu takut mereka khawatir, tapi dulu, pernahkah kamu berpikir apakah aku akan khawatir atau nggak?"Leni langsung terdiam. Dengan raut wajah bersalah, dia menjawab, "Pada saat itu ... aku ... aku ada urusan mendadak ....""Urusan mendadak?" Brandon mendengus dan berkata, "Maksudmu, pulang untuk membantu temanmu dengan proses pengadilannya? Kamu boleh pulang, tapi kamu bahkan nggak mengabarkanku sama sekali. Atau ... dari awal, kamu hanya main-main denganku?"Leni juga tahu bahwa dia bersalah. Dulu, saat dia pergi jalan-jalan ke luar negeri, sekaligus untuk melihat-lihat universitas, secara kebetulan, dia bertemu dengan Brandon.Pada saat itu