Sambil menggigit bibirnya, Irene juga duduk. Dengan tangan kanannya yang tidak terluka, dia mengambil sendoknya dan mulai makan sesuap demi sesuap.Sementara itu Michael duduk di sisi Irene dalam diam sambil menopang dagunya dengan satu tangan dan mengamati Irene.Di bawah cahaya lampu, bulu mata Irene terlihat lentik. Saat Irene melihat ke bawah, hal ini terlihat makin jelas. Wajahnya yang kecil sepertinya bisa ditutupi dengan satu tangan Michael.Hidung Irene yang kecil dan juga pipinya yang terus bergerak saat dia mengunyah makanan membuatnya terlihat sangat imut, seperti binatang kecil yang sedang makan.Sebelumnya, Michael tidak pernah tahu bahwa ternyata seorang wanita yang sedang makan juga bisa terlihat begitu memesona.Michael merasa seakan-akan dia ingin menyembunyikan wanita ini di tempat yang tidak bisa dilihat oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri. Hanya dia yang bisa mendekati wanita ini.Selain dia, tidak ada yang bisa menginginkan wanita ini!Meskipun Irene sedang menu
Seusai berbicara, Michael makin mendekatkan bibirnya dengan bibir Irene, hingga bibir mereka hampir bersentuhan.Wajah Irene langsung memerah. "Jangan ..." kata Irene dengan panik.Michael menghentikan gerakannya sambil menatap Irene lekat-lekat dan berkata, "Kalau begitu, sebaiknya Kakak katakan kenapa Kakak bisa kenal dengannya.""Karena ada sekali, ada yang mencuri gelangnya. Pencuri itu bertabrakan denganku dan gelangnya jatuh ke kantong bajuku. Saat Kris mau mengambil kembali gelang ini, kita berkenalan," kata Irene dengan terburu-buru."Oh ya?" Michael bergumam, "Terus, sudah berapa kali kalian bertemu?"Irene tidak pernah menghitungnya! Namun, melihat wajah Michael yang mendekat, Irene bergegas menghitung dalam hatinya, lalu menjawab, "Empat ... empat kali. Pertama, dia bilang dia mau traktir makan untuk berterima kasih karena aku memungut gelangnya. Berikutnya, kami kebetulan bertemu di rumah sakit tempat nenekku dirawat di kota kecil itu. Kemudian, kali ini, di lokasi perfilma
"Hmm ...." Tanpa disadari, Irene mengangkat tangannya untuk mendorong Michael. Namun, saat tangan kanannya ditahan oleh Michael, dia langsung mengangkat tangan kirinya.Saat jari tangan Michael menekan tangan kirinya Irene, Irene tiba-tiba tersentak. Dia langsung berteriak kesakitan, tetapi Michael malah memperdalam ciuman ini.Irene hampir sesak napas karena ciuman ini.Entah berapa lama kemudian, Michael akhirnya mengakhiri ciuman ini dan melepaskan kedua tangannya Irene.Michael merangkul pinggang Irene dengan sebelah tangannya sambil meraih tangan kirinya Irene dengan tangannya yang lainnya. "Tadi, aku membuat Kakak kesakitan, ya," kata Michael.Irene menggigit bibirnya sambil memelototi Michael dan berkata, "Kenapa kamu melakukannya?""Karena aku nggak suka mendengar Kakak mengucapkan kata-kata seperti itu," kata Michael sambil tersenyum, membuatnya terlihat sangat lembut. "Kalau Kakak masih mau mengatakannya, aku nggak keberatan untuk menciummu lagi."Irene seketika terdiam. Dia
Sebenarnya, Michael bahkan tidak ingin membiarkan Irene membawa beberapa baju ganti ini, tetapi Irene berkata, "Aku sudah terbiasa memakai baju-baju ini, lebih nyaman."Oleh karena itu, Michael juga tidak lagi berkomentar.Setelah mengemasi barangnya, saat Irene hendak mengangkat tasnya, Michael malah langsung mengambilnya dan berkata, "Biar aku saja."Kedua orang ini berjalan keluar dari kamar kontrakannya Irene, lalu Irene mengikuti di belakang Michael.Irene merasa bahwa pria ini sangat susah ditebak. Terkadang-kadang, Michael sangat lembut dan seperti bisa bersikap sangat baik pada Irene. Namun, terkadang, Michael seperti bisa menjatuhkan Irene ke neraka kapan pun itu.Kepergian Irene ke Kediaman Yunata kali ini seperti membuat hubungan antara mereka berdua menjadi tidak jelas.Kapan sebenarnya Irene baru bisa benar-benar memutuskan hubungannya dengan pria ini? Apakah dia hanya bisa menunggu hingga Michael bosan padanya? Irene menatap punggung pria ini dengan tatapan kebingungan, l
Gunarto menatap Irene dengan heran, tatapannya juga tampak terkejut.Irene mengambil inisiatif untuk menyapa pengurus rumah ini. "Halo, Paman Gunarto.""Nona Irene, kalau ada keperluan, kamu bisa panggil aku," kata Gunarto sambil tersenyum."Panggil Irene saja," kata Irene. Dia merasa canggung dengan panggilan "Nona Irene"."Kamu adalah tamunya Tuan, jadi tentu saja aku harus memanggilmu Nona Irene," kata Gunarto dengan sopan.Irene juga tidak lagi bersikeras. Lagi pula, dia tidak akan tinggal lama di tempat ini."Paman Gunarto, bawa dia lihat-lihat kamarnya, biar dia bisa memilih kamarnya," kata Michael."Berikan saja satu kamar acak untukku," kata Irene."Emm ...." Gunarto menatap Michael dengan kebingungan."Kalau begitu, kamar sambungan di lantai tiga saja," kata Michael dengan santai."Baik," jawab Gunarto.Irene merasa agak kebingungan. Apa itu kamar sambungan? Namun, saat Gunarto membawanya ke lantai tiga, dia juga tidak banyak tanya.Sesampainya di lantai tiga, Gunarto membuka
Sambil memikirkan hal ini, Irene berjalan ke samping ranjang. Hanya saja, saat dia melihat bingkai foto di atas meja, dia langsung menegang. Matanya terbelalak dengan tidak percaya sambil menatap foto itu dengan tatapan tercengang.Itu fotonya!Selain itu, dia sama sekali tidak ingat bahwa dia pernah mengambil foto seperti ini. Di foto itu, dia juga tidak melihat ke arah lensa kamera.Siapa yang mengambil foto ini? Mengapa foto ini bisa berada di kamar ini? Siapa pemilik kamar ini ...."Krek!"Pada saat ini, seseorang membuka pintu kamar. Irene mengangkat kepalanya dan melihat Michael."Sepertinya aku nggak perlu menjelaskan lagi, Kakak sudah tahu kalau kedua kamar ini terhubung," kata Michael sambil tersenyum dan berjalan maju. Melihat bingkai foto di tangannya Irene, dia bertanya, "Menurut Kakak, bagaimana hasil foto ini?""Kenapa bisa ada fotoku di kamar ini?" tanya Irene tanpa menjawab."Tentu saja aku menyuruh seseorang untuk mengambilnya," kata Michael sambil mengambil bingkai fo
Bukankah Irene seharusnya takut pada Michael? Pria itu bisa membuatnya menderita dengan mudah. Satu patah kata dari pria ini bisa langsung menjatuhkan Irene ke neraka.Namun, mengapa saat pria ini mendekatinya dan berbisik di telinganya, dia malah merasa agak lepas kendali?Dia sama sekali tidak bisa menghadapi pria ini. Meskipun pria ini memanggilnya dengan sebutan "kakak", pada akhirnya, dia juga hanyalah sebuah bidak catur yang pria ini mainkan saat pria ini merasa bosan!Pada saat ini, Michael malah menunduk dan mengambil bingkai foto yang terletak di samping ranjangnya. Dia melihat wanita di foto tersebut. Kedua mata Irene sedang memandang ke depan, sudut bibirnya juga sedikit terangkat.Wajahnya yang cantik memancarkan ketenangan dan keanggunan yang membuat orang merasa sangat nyaman.Michael merasa seakan-akan jika Irene tersenyum padanya, dia seperti mendapatkan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya."Kak," gumam Michael dengan pelan sambil menelusuri bibir Irene d
Harus diketahui bahwa sekarang baru lewat pukul lima. Mana ada keluarga biasa yang mempersiapkan sarapan sepagi ini?"Ke depannya, sarapan di sini akan dihidangkan berdasarkan jam kerja Kakak, aku akan memastikan Kakak sarapan sebelum pergi kerja," kata Michael sambil membawa Irene ke meja makan. Kemudian, dia menekan bahu Irene supaya Irene duduk di kursi.Irene duduk dengan patuh sambil menatap makanan yang melimpah dan beragam di atas meja. Akhirnya, Irene minum segelas susu, makan semangkuk bubur dan beberapa potong kue.Sarapan seperti ini jauh lebih melimpah daripada roti seharga empat ribu yang biasanya dia beli sebagai sarapannya.Sarapan seperti ini juga membuatnya merasakan dengan lebih jelas bahwa dia benar-benar sedang tinggal di Kediaman Yunata, bukan di kamar kontrakan yang kecil itu."Nanti, aku akan menyuruh sopirku untuk mengantarkan Kakak ke Pusat Sanitasi Lingkungan," kata Michael.Irene bergegas berkata, "Nggak perlu, aku naik bus saja.""Rumahku jauh dari Pusat San