"Dia ini masuk ke rumah Ibu dan menemui Aluna," ucap Darren begitu frontal membuat Amar terkesiap dan juga Aluna hanya bisa memejamkan mata, pasrah. Kalau berurusan dengan Darren memang seperti ini, harus siap mengambil segala risiko karena Darren itu tidak akan pernah main-main dengan ucapannya jika berkaitan dengan hal serius. Amalia yang mendengar itu pun langsung terperangah. Dia menarik Aluna dan melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Amalia dengan khawatir.Aluna langsung menggelengkan kepala, memberi isyarat kalau dia baik-baik saja. Tetapi wajahnya itu tampak sekali ketakutan dan Amalia hafal jika ekspresi anaknya seperti ini, berarti Aluna sedang tidak baik-baik saja. Ternyata wanita paruh baya itu pun langsung menoleh kepada Darren dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin saat ini Aluna masih syok sampai tidak bisa mengatakan apa-apa. "Maaf, Nak Darren kalau misalkan Ibu lancang, tapi apakah Nak Darren bisa ceritakan apa yan
"Hah, lusa?! Yang benar saja, Pak. Memangnya kita menikah karena kecelakaan? Saya tidak mau, Pak," ucap Aluna tiba-tiba aja berubah drastis dan wajahnya kembali seperti biasanya, begitu cuek dan jutek kepada Darren. "Loh, iya. Benar, itu yang paling baik, kan? Aku juga bingung kalau memecatnya, kamu berpikir kalau aku ini tidak punya hati nurani. Kalau misalkan tidak memecatnya, kamu akan terus-terusan diganggunya. Agar kamu tetap aman, ya segera menikah denganku. Aku yakin, Amar tidak akan mau berdekatan denganmu. Setidaknya kalau dia punya rasa malu, pasti dia akan menjauh darimu. Apalagi kamu nanti akan menjadi istriku. Iya, kan?" papar Darren memberikan ide. Sebenarnya dia juga tidak mau bergerak seperti ini, apalagi belum menikah secara resmi dengan Aluna. Tetapi melihat kondisi Aluna yang terus diganggu oleh karyawannya, jadi pria itu pun memilih mempercepat pernikahan. Mungkin saja dia akan berbicara langsung kepada Danita dan akan memperkenalkan secara resmi di hari pernika
Keesokan paginya, seperti yang sudah diduga, Aluna benar-benar disibukkan dengan persiapan untuk pernikahannya besok. Gadis itu bahkan tidak masuk kantor karena dilarang oleh Darren.Sebenarnya dia tidak mau jika harus berduaan dengan Darren sepanjang hari, mengingat kalau dia masih marah kepada Darren sebab tiba-tiba saja memajukan pernikahan tanpa persetujuannya. Tetapi, setelah dipikir-pikir karena ibunya setuju dan mungkin ini yang terbaik, akhirnya Aluna pun mengalah. Hanya saja yang menjadi pikirannya adalah bagaimana nanti kalau misalkan Ibu mertuanya tidak suka dengan keberadaan Aluna? Mengingat kalau dia itu bersikap tidak baik kepada Darren selama ini. Sepanjang perjalanan juga Aluna sama sekali tidak mau mengobrol dengan Darren. Dia memilih untuk melihat pemandangan di luar. Benaknya benar-benar rancu, memikirkan antara bagaimana nasibnya setelah menikah? Bagaimana bersikap dengan mertuanya dan juga seperti apa kehidupannya dengan teman-temannya nanti? Apa mungkin dia mas
"Saya ingin rumah tingkat 2, berada di perumahan elit. Lalu, mobil dan ingin saham dari perusahaan Bapak." Aluna membuat Darren terkesiap. Sang pria melihat Aluna sembari menoleh dan membulatkan mata. Dia pun kontan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, tidak memedulikan di mana keberadaannya saat ini. Karena semua ucapan Aluna tadi membuat Darren benar-benar tak percaya. Benarkah yang didengar pria itu barusan? Aluna meminta sejumlah emas kawin yang nominalnya pasti lebih dari ratusan juta. Ini seperti bukan Aluna saja. Pria itu masih menganalisis Aluna, tampak sekali raut ketidakpercayaan dan syok dari sang pria. Aluna pun tersenyum miring melihatnya. Dia membuang muka sesaat, lalu kembali memandangi pria itu dengan tatapan meremehkan. "Kenapa? Bapak kaget mendengar semua perkataan saya barusan? Bukankah Bapak sendiri yang bilang saya boleh mengajukan keinginan apa saja untuk dijadikan emas kawin?" "Ya, bukan masalah itunya. Apa kamu benar mengajukan emas kawin sebanyak itu?"
Selama sisa perjalanan Darren sama sekali tidak membahas masalah permintaan Aluna, ini membuat gadis itu keheranan. Tetapi lagi-lagi dia berusaha untuk tidak peduli seperti biasanya. Sampai akhirnya mereka pun tiba di rumah Aluna, pria itu hanya berpamitan kepada Amalia dan mengatakan kalau pernikahan ini akan segera digelar 3 hari kemudian.Amalia benar-benar kaget, tetapi ada binar kebahagiaan di sana. Itu artinya sebentar lagi Aluna akan resmi menjadi seorang istri dari bos ternama. Dia sama sekali tidak memedulikan apa kata orang nanti. Lagian, kebenaran akan terungkap. Namun demikian, pria itu sama sekali tidak berpamitan kepada Aluna. Gadis itu keheranan, biasanya Darren akan berbicara macam-macam atau yang aneh-aneh, tetapi ini berbeda dari biasanya. Setelah kepergian Darren, Amalia pun mengajak Aluna untuk berbicara empat mata. Ini terkait dengan sikap Darren yang berubah juga petuah untuk Aluna nanti. "Nak, apakah kamu ada masalah dengan Amalia?"Pertanyaan Amalia membuat
Sementara di tempat lain, saat ini Darren baru saja sampai ke rumah. Danita melihat kedatangan anaknya pun merasa keheranan, sebab Darren terlihat stres. Pria itu memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Bagaimana dia tidak stress? Sementara Aluna meminta emas kawin yang rasanya mustahil untuk dikabulkan. Pria itu benar-benar akan hati-hati dalam mengambil keputusan, apalagi ini berkaitan dengan perusahaannya. Danita jadi bingung sendiri melihat reaksi Darren. Wanita itu pun langsung mendekati anaknya, duduk di samping sembari menepuk pundak pria itu. Darren menoleh dan syok mendapati ibunya sedang duduk. "Kenapa kamu malah kaget seperti itu? Ada apa?" tanya Danita. Dia tampak sekali penasaran. Sebenarnya Darren tidak mau bercerita masalah ini, tetapi dia juga harus meminta pendapat orang lain untuk mengambil keputusan. Tentu saja Danita adalah orang yang tepat, sebab keluarganya hanya wanita paruh baya itu. "Ada apa? Kenapa kamu malah diam saja? Coba katakan, jangan seperti ini.
"Ibu akan memberikan sebuah syarat untukmu, agar kamu tidak menyakiti Aluna."Darren masih benar-benar bingung dengan apa yang dikatakan oleh ibunya, karena menurutnya dia sama sekali tidak akan menyakiti Aluna. Setidaknya secara verbal. Lagi pula mereka tidak punya perasaan satu sama lain, lalu kenapa ibunya malah berpikiran seperti ini?Ya, walaupun memang Danita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Aluna dan Darren, tetapi harusnya wanita itu tidak mempersulit Darren seperti ini. Kalau sampai syarat yang diajukan oleh Danita memberatkan Darren, pria itu akan benar-benar kesulitan melepaskan Aluna. Sementara sang gadis ingin sekali segera lepas dari pria itu."Memangnya apa yang Ibu inginkan dariku?" tanya Darren akhirnya, karena kalau dia diam saja pun pembicaraan ini tidak akan pernah selesai, sementara banyak sekali yang harus dia pikirkan untuk hari lusa."Darren, semua perusahaan itu memang punyamu, karena hanya kamu anak satu-satunya dari Ibu dan almarhumah Ayah. Tap
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan mengikuti syarat dari Ibu," ucap Derren dengan lemah.Sebenarnya, dia melakukan semua ini karena terpaksa. Darren tidak punya pilihan lain untuk mengikuti semua keinginan ibunya. Kalau misalkan dia menolak, pasti ibunya akan melakukan cara lain untuk mendapatkan persetujuannya dengan syarat yang lainnya. Entah bagaimana jika Aluna mengetahui tentang persyaratan dari ibunya ini, mungkin gadis itu akan menolak pernikahan. Tetapi Darren tidak mungkin mundur lagi, mengingat sudah banyak sekali uang yang dia keluarkan untuk Aluna.Bukan masalah perhitungan, tetapi begitu banyak pengorbanan dirinya untuk mendapatkan Aluna dan persetujuan dari gadis itu. Danita pun tersenyum tenang, akhirnya anaknya bisa dikendalikan olehnya. Dari dulu sebenarnya Danita ingin sekali mengendalikan Darren dengan berbagai cara, termasuk dalam pernikahan. Apalagi saat dulu masih berhubungan dengan Monica. Wanita ini ingin sekali menyadarkan anaknya itu, tetapi karena cinta buta,