Home / Rumah Tangga / Istri Antagonis sang Presdir! / 1. Vas Bunga Mendarat di Dahi

Share

Istri Antagonis sang Presdir!
Istri Antagonis sang Presdir!
Author: Mokaciinoo

1. Vas Bunga Mendarat di Dahi

Author: Mokaciinoo
last update Last Updated: 2023-01-31 07:19:23

"Kamu udah janji sama aku, kalo kamu gak akan deketin Mas Angga lagi!"

Setelah teriakan penuh amarah itu terdengar, sebuah vas bunga melayang, kemudian mendarat dengan mulus di dahi Denita yang baru saja memasuki pintu ruang tamu.

Praaang!

Setelah menghantam dahi Denita, vas bunga itu langsung jatuh begitu saja ke atas lantai yang dingin. Sepasang bola mata Denita seketika membelalak kaget. Dia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa dia akan menerima sambutan semacam ini setibanya di rumah.

Jemari kiri Denita yang gemetar perlahan menyentuh dahi yang perlahan mulai terasa nyeri, hanya untuk mengetahui darah kental sudah menodai ujung jemarinya.

Beberapa saat lamanya, Denita hanya berdiri dengan terpana menatap ujung jarinya yang diwarnai merah cerah. Dia juga membutuhkan waktu sekian menit untuk menelaah apa yang baru saja terjadi. Pikirannya kosong, dan jantungnya berdegup dengan liar akibat berbagai macam emosi yang tiba-tiba melanda.

"Dasar pelakor!"

Denita perlahan mengangkat pandangannya pada sosok yang berdiri di seberang. Darah di dahinya sudah mengalir pelan melewati mata, kemudian mengalir hingga ujung dagu, dan berakhir menetes pelan mengotori blouse-nya yang berwarna putih.

Mendengar kata-kata yang dilontarkan wanita di depannya membuat wajah Denita terdistorsi. Ditatapnya wanita cantik yang sedang mengambil langkah kesal ke arahnya. Mata merah wanita itu terlihat menyeramkan dengan garis air mata yang belum mengering di pipinya.

Dialah Salsabila Hadiwijaya, wanita yang paling Denita benci. Orang yang telah mengambil segala hal yang seharusnya menjadi miliknya.

"Aku gak pernah menjanjikan apapun sama kamu!" cibir Denita dengan amarah dalam dada yang kian membuncah.

Tapi dia bahkan harus menggigit bibir bawahnya, dan mengepalkan jemari tangannya dengan keras hingga buku jarinya memutih untuk menekan amarah itu.

"Tapi Mas Angga itu suamiku!" geram Salsa dari balik giginya yang terkatup rapat

"Terus?" balas Denita dengan ketus.

Akibat suara pecahan kaca yang terdengar nyaring menghantam lantai, mengundang rasa penasaran para penghuni rumah. Suara langkah kaki satu demi satu terdengar buru-buru menghampiri ruang tamu di mana mereka berada.

"Ada apa ini?!"

"Nit, kamu apain Salsa?!"

Mendengar berondongan pertanyaan itu membuat Denita ingin memutar matanya ke atap. Apa orang-orang ini tidak melihat bahwa dia adalah orang yang terluka di sini?

Ujung bibir Denita berkedut ingin memuntahkan kalimat makian. Tetapi dia masih lebih memilih kesabaran.

"Ma! Dia selingkuh sama Mas Angga lagi!" ujar Salsa.

Dia seraya menunjuk wajah Denita dengan jari telunjuknya yang lentik. Tak lupa, dia juga menghentakkan kakinya persis seperti anak kecil yang sedang merajuk. Denita mendengus dingin.

"Denita ... "

"Mama gak merasa bersalah sama aku karena ngebelain dia terus?" potong Denita getir.

Helaan nafas berat lolos dari hidungnya saat melihat tatapan menuding wanita paruh baya yang langsung mengambil tempat di sisi Salsa.

Dia sudah tidak tahan lagi. Dia paling benci jika wanita paruh baya yang dipanggil Mama ini mengeluarkan jurus memelas. Memanfaatkan hatinya yang mudah merasa bersalah.

"Kamu kan tahu kondisi Salsa tidak stabil. Kenapa ngalah aja gak bisa! Berantemin cowok terus kayak di dunia ini gak ada cowok lain aja!" bentak ayahnya menusuk hati Denita.

Sentakan yang terdengar tiba-tiba ini membuat mata Denita mengerjap beberapa kali. Dia menatap tak percaya pada ayahnya sendiri.

Sambil menahan rasa sakit yang datang dari dahinya, Denita menggertakkan gigi. Dia melipat kedua tangannya di depan dada, penuh dengan aura menantang.

"Heh!" dengusan dingin terlempar dari bibirnya.

"Coba ngomong sama dia tuh. Di antara banyaknya laki-laki di dunia ini, kenapa dia harus menginginkan calon suamiku?" tunjuk Denita pada Salsa dengan menggunakan ujung dagunya. Tatapan meremehkan juga berkilat dari sepasang netra hitam cemerlangnya.

"Itu semua 'kan masa lalu. Sekarang Salsa, dan Angga sudah menikah. Seharusnya kamu tidak lagi mengganggu hubungan mereka dong," nada halus yang keluar dari bibir wanita paruh baya itu membuat Denita semakin muak.

Sepasang manik hitam Denita menatap pasangan paruh baya di depannya dengan sorot mata semakin tak percaya. Nafasnya naik-turun dengan cepat. Sekuat tenaga dia mencoba menenangkan amarah yang mulai mendominasi dalam hatinya, mendinginkan panas yang bersarang dalam dadanya.

Tangan Denita juga sudah mengepal erat hingga buku jarinya memutih. Kukunya yang panjang pun tak terhindarkan menembus ke dalam kulit telapak tangannya sampai memerah, meninggalkan jejak berbentuk bulan sabit yang semakin dalam.

Menjadi bagian dari keluarga ini membuat Denita sangat lelah. Selama ini, dia sudah berusaha menahan diri agar sisi gelap dalam hatinya tidak semakin mendominasi, tapi dia selalu dituntut untuk menjadi pemeran antagonis dalam cerita orang-orang. Terutama Salsa!

"Sepertinya hati nurani kalian sudah dimakan anjing!" maki Denita sinis.

Ditatapnya orang-orang di ruang tamu ini dengan sorot mata penuh kebencian yang tak bisa lagi dia sembunyikan. Memangnya apa yang bisa dia harapkan dari keluarga yang tak pernah berpihak padanya ini?

Tidak peduli seberapa kecewa dan perih hatinya, Denita menolak untuk menunjukkan kelemahannya pada mereka. Bahkan meski matanya mulai terasa panas, dan keinginan untuk menangis terasa mendesak ingin keluar. Dia menolak untuk menyerah.

"Sebelum wanita ini semakin di luar kendali, kenapa kalian tidak membawanya ke rumah sakit jiwa saja?" keluh Denita sembarangan.

"DE-NI-TA!"

Salsa meraung tak terima dengan ucapan terakhir Denita. Mendengar orang-orang mengatakan bahwa dia memiliki masalah terhadap kejiwaan telah menyulut rasa sakitnya.

Ketika semua orang lengah, Salsa mengambil langkah cepat setengah berlari, dan langsung menerjang Denita yang mulai pusing karena darah yang terus mengalir dari dahinya.

"Jalang tak tahu diri!" maki Salsa dengan segenap emosi yang ada dalam dirinya.

Dia sudah bersiap melayangkan tamparan ke arah Denita, tapi segera ditangkis oleh yang bersangkutan.

Dengan sisa kekuatan yang dia miliki, Denita langsung menggerakkan tangannya untuk mendorong Salsa dengan sekuat tenaga.

"Salsa!"

"Salsa!"

Ayah dan ibunya berteriak secara serentak. Mereka langsung menahan tubuh Salsa sebelum tubuh ringkih itu jatuh ke lantai. Sepasang orang tua penyayang itu seketika melemparkan tatapan tak puas mereka pada Denita.

"Arrggghhh!"

Jerit Denita sambil mengacak rambutnya hingga berantakan. Sebelum ada yang mengomentari tindakannya, Denita langsung angkat kaki dengan membanting pintu ruang tamu hingga kaca jendela bergetar.

Dadanya naik turun semakin tak terkendali. Berkali-kali dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan. Dia berharap dengan begitu mampu meredakan amarahnya yang menggebu.

Semilir angin malam ini membelai luka Denita yang masih terbuka. Lagi-lagi dia harus menggertakkan gigi menahan rasa sakit yang menusuk-nusuk kepalanya sejak tadi.

Sambil berjalan gontai, dia melangkah menuju mobil CRV putihnya yang terparkir di depan gerbang. Dilemparkannya rasa kecewa dan sakit hatinya jauh di belakang kepala.

Sekarang yang paling penting baginya adalah mengobati luka yang semakin terasa perih. Denita mulai menginjak pedal gas, membelah jalanan malam yang meski tidak terlalu ramai, tapi tidak bisa dikatakan lengang juga.

Sambil menyetir dengan kecepatan sedang, Denita terus berusaha untuk menghubungi Angga. Dia ingin melaporkan tindakan bar-bar istri pria itu. Namun, berkali-kali dia mencoba. Berkali-kali juga dia hanya dijawab oleh operator.

"Sialan!" maki Denita dengan geram.

Dia melemparkan ponselnya ke kursi penumpang samping, dan terus memacu kendaraannya di jalan raya. Denyutan di kepala Denita mulai terasa semakin menyakitkan, apalagi dengan kondisi darah yang terus mengalir menutupi sebagian wajahnya. Bahkan dia tidak menyadari bahwa laju kendaraannya mulai bergerak zig-zag.

Di tengah kesadaran yang hampir hilang, Denita beruntung masih bisa menginjak rem dengan keras. Dia bahkan masih sempat menurunkan kaca mobil untuk mengucapkan maaf pada pengendara lain yang saat ini sedang menggedor kaca mobilnya dengan keras.

"Denita?"

Sebelum kesadarannya benar-benar lenyap, Denita mendengar sayup-sayup suara seorang pria memanggil namanya.

'Angga?' Denita membatin penuh harap.

* * *

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Muhammad
Semoga semua kebusukan istri nya terbongkar
goodnovel comment avatar
Masrah Sabela
semoga kelakuan istri terbongkar
goodnovel comment avatar
Rossa Lina
mudahan itu Angga. supaya dia tau kelakuan istri nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Antagonis sang Presdir!    2. Calon Bos Baru

    Sepasang bola mata Denita bergerak-gerak di balik kelopak matanya sebelum kemudian terbuka secara perlahan. Denita harus menyipitkan matanya terlebih dulu untuk menyesuaikan diri dengan berkas cahaya silau yang memasuki penglihatannya. Begitu matanya mulai bisa beradaptasi, Denita membuka mata sepenuhnya. Sepasang manik hitamnya langsung bersirobok dengan manik coklat terang milik seorang pria tak dikenal yang berdiri di samping ranjangnya. Melihat sosok tak dikenal ini, Denita linglung untuk sementara waktu. "Aku dimana?" tanyanya dengan suara tercekat parau. "Rumah sakit!" jawab pria bermata coklat itu acuh tak acuh. Denita bangkit perlahan dari posisinya yang berbaring. Dia menatap pada selang infus di tangan. Lalu pada gorden yang terpasang di sekeliling ranjang. Ada juga aroma desinfektan khas rumah sakit yang juga memasuki indera penciumannya. Segera Denita diyakinkan bahwa dia memang benar ada di rumah sakit. "Terima kasih," ucap Denita dengan tulus. " ... "Pria bermata

    Last Updated : 2023-01-31
  • Istri Antagonis sang Presdir!    3. Provokasi Salsa

    "Hahaha! Pengemis cinta adalah julukan paling pas buat dia!"Denita yang baru saja tiba di rumah, dan sedang melangkah menuju anak tangga, sayup-sayup mendengar suara Salsa dari arah meja makan. Tadinya Denita ingin mengabaikannya. Dia tidak mau tahu dengan siapapun wanita itu berbicara. Akan tetapi, baru setengah anak tangga dia pijak, suara Salsa telah lebih dulu mengintrupsinya. "Masih punya nyali juga kamu untuk kembali!" sindir Salsa. " ... " Denita terdiam sengaja tidak menanggapi. Dia sudah terlalu lelah untuk menarik urat dengan Salsa di jam sekarang ini. "Coba kamu lihat sekeliling kamu! Tidak ada yang peduli sama kamu tuh!" lanjut Salsa memprovokasi. Nada kemenangan bahkan terdengar sangat kental keluar dari bibirnya. " ... "Denita masih terdiam. Tapi dari sudut matanya, dia mengedarkan pandangan ke segala penjuru rumah yang sudah gelap dan sepi. Tentu saja dia tahu bahwa tidak ada yang peduli padanya, tapi diingatkan secara gamblang seperti ini membuat hati Denita tet

    Last Updated : 2023-01-31
  • Istri Antagonis sang Presdir!    4. Pelakor Viral

    Pasca insiden semalam, hari ini Denita memutuskan untuk berangkat kerja lebih awal daripada biasanya, sebab dia tidak mau berpapasan dengan yang dinamakan keluarga. Selain itu, sebagai seorang sekertaris, dia juga masih harus menyortir beberapa pekerjaan yang akan dipindahtangankan kepada CEO baru perusahaan tempatnya bekerja. Sambil berjalan menuju mobil CRV putih miliknya, Denita terus mencoba menghubungi Angga. Tapi lagi-lagi, dia hanya dibalas oleh operator yang mengatakan bahwa sang pemilik ponsel sedang sibuk. "Dia kemana aja sih?" dumel Denita. Hatinya mulai terasa pengap karena firasat tak nyaman yang kembali merajai hatinya. Dia tidak percaya kalau Angga sama sekali tidak melihat belasan panggilan darinya sejak semalam. "Sesibuk itukah?" tanya Denita lagi pada diri sendiri. Bukannya dia tidak ingin mengerti akan kesibukan Angga yang sedang merintis perusahaan startup-nya sendiri. Hanya saja, beberapa waktu belakangan ini, Denita memang mulai merasa ada sesuatu yang berub

    Last Updated : 2023-01-31
  • Istri Antagonis sang Presdir!    5. Sebuah Fakta

    "Aruna Basagita! Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Denita pada pelaku wanita yang baru saja menyiramkan air kotor padanya. Prok Prok Prok, Bukannya menjawab pertanyaan Denita, wanita bernama Aruna itu malah bertepuk tangan dengan girang. Sembari bertepuk tangan, dia terus melangkah setapak demi setapak untuk mempersempit jarak di antara mereka. "Wow!""Aku tidak menyangka kalau pelakor murahan seperti kamu masih memiliki wajah untuk ditunjukkan di depan umum, terutama setelah apa yang kamu lakukan pada sahabatku. Benar-benar tidak tahu malu!" hujat Aruna sambil menatap Denita dengan pandangan jijik. Karena terus dipojokkan dengan kata pelakor, Denita mulai tidak tahan. Dia mengunyah gerahamnya dengan keras. Jari jemari yang tergantung di kedua sisi tubuhnya pun mengepal erat. "Kenapa harus malu? Bukannya sahabatmu itu yang mengambil pacarku duluan agar bisa memberi status pada bayi yang dia kandung di luar pernikahan?" sanggah Denita acuh tak acuh. Senyum menyeringai seketika

    Last Updated : 2023-03-01
  • Istri Antagonis sang Presdir!    6. Arkana Hadiwijaya

    "Arkana Hadiwijaya. Masih belum menyerah juga?" tanya Dominic dengan nada dingin. Dia bahkan tidak repot-repot untuk mengajak pria itu masuk ke dalam ruangannya untuk menjamu tamu tak diundang ini. "Kecuali kamu berhenti menjadi pengecut, baru aku berhenti meneror hidupmu!" desis Arkan sengit. Dominic menggelengkan kepalanya dengan geli. "Ayolah Arkan, ini memalukan. Kita semua tahu kebenarannya!" ujar Dominic menimpali."Kebenaran apa?" "Kebenaran bahwa yang menghamili Salsa adalah kamu! Kenapa masih ngotot memaksa aku untuk tanggung jawab?" "Aku tidak pernah menghamili Salsa!" bantah Arkan dengan sengit. Dia menekan setiap kata yang diucapkan itu dengan berat. "Ck ck ck! Lantas apa yang membuat kamu begitu yakin kalau aku adalah orang yang menghamili Salsa?" tanya Dominic.Empat tahun dikejar oleh orang ini membuat Dominic benar-benar kelelahan. Terlebih lagi karena pria ini meminta hal yang tidak bisa dia lakukan. Mendengar tuduhan bahwa dia akan menjadi seorang ayah saja sudah

    Last Updated : 2023-03-01
  • Istri Antagonis sang Presdir!    7. Pak, Ayo Kita Nikah!

    "Arkan brengsek!"Dominic menggebrak meja kerjanya dengan keras hingga benda-benda yang ada di atas meja itu turut bergetar. Berberapa bahkan berjatuhan ke lantai. Dominic paling benci dengan cara Arkan berbicara padanya, yang seolah ingin mendominasi dirinya. Apa pula katanya tadi? Dia itu tidak akan berhenti sebelum Dominic bersedia menikah dengan Salsa? Apakah orang itu berpikir bahwa dia bisa diancam dengan cara ini? "Arkan sialan!" geram Dominic sekali lagi. Dia tidak pernah takut pada Arkan, tapi dia risih setengah mati pada pria itu. Sudah empat tahun berlalu, tapi pria itu masih betah menjadi ekor kecil di belakangnya. Kemanapun Dominic pergi, pria itu pasti bisa menemukannya. Kemudian hal yang terjadi selanjutnya adalah, pertanyaan-pertanyaan seperti kenapa dia tidak mencintai Salsa? Kenapa dia tidak mau menikah dengan Salsa akan terus berulang. Jika terus seperti ini, dia bisa-bisa jadi gila! Nafas Dominic memburu naik turun dengan cepat akibat kemarahan yang belum mere

    Last Updated : 2023-03-01
  • Istri Antagonis sang Presdir!    8. Pesona sang Presdir

    Tok Tok Tok, Denita melayangkan kepalan tangan ringan di atas daun pintu ruangan sang Presdir. "Masuk!" perintah suara dari dalam. "Bapak memanggil saya?" tanya Denita formal dengan tangan terlipat di atas perut begitu dia tiba di dalam ruangan Dominic. Terlepas dari ajakan beraninya hampir satu jam yang lalu, Denita tetap berupaya untuk menarik batas yang jelas antara persoalan pribadi dan pekerjaan. Saat ini adalah jam kerja, jadi dia harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk tetap bersikap profesional. " ... "Namun, hening. Dominic tidak segera mengutarakan kenapa dia memanggil Denita ke ruangan ini. Pria itu terus membiarkan Denita berdiri keki di seberang meja kerjanya entah untuk berapa menit lamanya. "Maaf... ""Kamu benar-benar berselingkuh dengan suami orang? Suaminya Salsa?"Denita yang baru saja akan mulai mengajukan tanya langsung dibungkam oleh pertanyaan yang lebih dulu diutarakan oleh Dominic. " ... "Denita hanya bisa kembali diam. Dia lalu menatap lamat-lama

    Last Updated : 2023-03-01
  • Istri Antagonis sang Presdir!    9. Godaan sang Presdir

    Udara panas yang terjalin di sekitar mereka membuat Denita merasa tak tertahankan. Dia bahkan harus menggigit bibir bawahnya keras-keras agar kakinya tetap menapak bumi. Dia tidak mau terlihat seperti wanita murahan yang gampang tergoda. "Ekhm!""Ini masih jam kerja, Pak!" ujar Denita memberanikan diri untuk mengingatkan. "Aku tahu!" jawab Dominic santai. "Lalu... ""Lalu?"Dominic menjauhkan tubuhnya sedikit dari Denita. Dia kemudian mengendikkan bahu dengan jenaka. "Mungkin aku harus menunggu sampai kita sah menjadi suami istri," celetuk Dominic seraya menatap pada Denita dengan penuh arti. Denita yang ditatap sedemikian rupa hampir tersedak ludah sendiri ketika mendengar ucapan Dominic. Dia lebih dari sekedar mengerti mengenai hendak mengarah ke mana kata-kata Presdir baru di depannya ini. "Kalau begitu, saya bisa melanjutkan pekerjaan dulu?" tanya Denita berniat mengalihkan pembicaraan. "Tapi kamu belum menyetujui kondisi yang aku sebutkan tadi," tutur Dominic. Kata-kata ini

    Last Updated : 2023-03-01

Latest chapter

  • Istri Antagonis sang Presdir!    129. TAMAT

    "Mas, si Dominic sialan itu melaporkan aku ke polisi. Kamu tolong bebaskan aku!" seloroh Bik Ayu sesaat setelah sambungan teleponnya terhubung."Memangnya apalagi yang kamu lakukan?" tanya Pak Hendra dari seberang telepon."Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya tidak ingin melihat anak sialan itu bersenang-senang. Kenapa dia boleh berbahagia, sementara anakku sendiri gila?!" bentak Bik Ayu tanpa memedulikan dimana dia berada. "Kalau kamu tidak melakukan apa-apa, kenapa kamu bisa berakhir di kantor polisi? Aku sudah muak dengan kalian semua. Kamu jangan ganggu aku lagi. Namaku sudah cukup tercoreng gara-gara kamu. Berhubungan denganmu adalah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan dalam hidup ini," geram Pak Hendra. Dia lalu menutup telepon tanpa ada niat untuk memperdulikan nasib yang akan menimpa Bik Ayu."Mas Hendra? Mas Hendra!" Bik Ayu berteriak sambil membanting telepon milik kantor polisi. "Ibu tolong tenang!" tegur salah seorang polisi yang bertugas menangani kasusnya."T

  • Istri Antagonis sang Presdir!    128.

    Melalui data diri yang dibubuhkan Bik Ayu dalam surat lamaran kerjanya, orang suruhan Dominic terus mencari keberadaan wanita itu. Tentu saja rumah kediaman keluarga Hadiwijaya juga tidak luput dari target pencarian. Pada akhirnya, tidak sulit bagi orang suruhan Dominic untuk menemukan wanita yang sudah membuatnya sangat marah itu. Bik Ayu memang ditemukan di rumah keluarga Hadiwijaya. Dan atas perintah Dominic, wanita itu digelandang dengan paksa menuju kantor polisi. "Lepaskan aku! Ini pemaksaan!" seru Bik Ayu. Dia memberontak dengan keras. Namun, tenaga setengah tuanya tentu saja kalah dengan tenaga para laki-laki suruhan Dominic itu."Lepaskan aku!" teriak Bik Ayu bahkan meski dirinya sudah berada di kantor polisi.Dominic yang sedang membuat laporan hanya menatap sekilas pada wanita yang terlihat menyebalkan itu. "Ini dia orang yang ingin saya laporkan. Dan saya tidak ingin adanya upaya damai. Tolong hukum dia sesuai dengan undang-undang yang berlaku," pungkas Dominic."Apa y

  • Istri Antagonis sang Presdir!    127.

    Aksi Dominic yang mengumpulkan para cleaning service di lobi kantor menarik rasa penasaran para karyawan lain mengenai apa yang tengah terjadi.Namun, Dominic tidak mau ambil pusing soal mereka untuk saat ini. Biarkan saja mereka mengatakan apapun yang mereka inginkan. "Berikan data cleaning service yang masih aktif bekerja di sini," tukas Dominic begitu staff HRD di perusahaannya tiba.Tanpa banyak bertanya, sang staff langsung memberikan apa yang diinginkan oleh Dominic. Dia pun langsung melakukan pemindaian cepat pada tumpukan dokumen yang dibawakan padanya. Sampai kemudian matanya menangkap sosok familiar yang membuatnya menggertakkan gigi dengan keras."Ayu Hapsari?!" gumam Dominic dengan marah.Dia pikir musuh bebuyutan istrinya ini sudah menyerah dan kapok mencari masalah dengan mereka. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata wanita ini sedang membuat rencana jahat di bawah hidungnya."Dimana wanita bernama Ayu Hapsari ini?" tanya Damian seraya menatap satu per satu wajah yan

  • Istri Antagonis sang Presdir!    126.

    "Dok, bagaimana kondisi istri dan calon anak saya?" "Dok, bagaimana kabar menantu dan cucu saya?""Dok, bagaimana kabar anak dan cucu saya?"Dominic, ibu Herlina dan ibu Evelyn berhamburan menghampiri dokter yang baru saja memberi penanganan pada Denita. Mereka bertiga langsung merongrong sang dokter dengan berbagai pertanyaan. Melihat wajah khawatir ketiga orang di depannya, sang dokter hanya tersenyum simpul. "Nona Denita baik-baik. Dia hanya terlalu shock dan butuh istirahat yang baik," jawab dokter."Serius, Dok?" tanya Dominic tidak benar-benar lega.Dengan sabar dokter itu mengangguk. "Iya," "Lalu cucu kami gimana, Dok?" tanya ibu Herlina."Bayi di dalam kandungan Nona Denita juga baik-baik saja. Untung langsung segera dibawa ke rumah sakit sehingga dapat dengan cepat ditangani. Jadi kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan," ucap Dokter menjelaskan."Syukurlah,""Terima kasih, Dok!""Iya, sama-sama,"Setelah kepergian dokter yang menangani Denita, baik ibu Herlina dan ibu Ev

  • Istri Antagonis sang Presdir!    125. Insiden di kantor (2)

    Dengan bibir cemberut, Denita keluar dari ruangan Dominic menuju meja kerjanya. Pakaian ganti yang agak sempit membuat setiap pergerakannya menjadi tidak nyaman. Dan karena suasana hati yang tidak terlalu baik, Denita tidak memperhatikan ada tetesan cairan berwarna biru di samping kaki mejanya. Tatkala kakinya menginjak cairan itu, tubuh Denita limbung ke belakang. Dia menjerit dengan panik dan berusaha mencari pegangan. Akan tetapi, tangannya hanya bisa menggapai udara yang kosong. "Arrrrrgggghhhhh!!!" BRUUUK, Suara tubuhnya yang menghantam lantai begitu keras hingga membuat Dominic yang ada di dalam ruang kerjanya terkejut setengah mati. "Denita!" serunya. Tanpa membuang-buang banyak waktu, dia langsung berlari menuju sumber suara. Sosok sang istri yang terbaring di atas lantai sambil memegangi perutnya membuat sepasang netra Dominic membulat lebar. "Denita!" serunya. "Sakiiiitttt," keluh Denita. Air mata menitik deras dari pelupuk matanya. Rasa panik akan bayi di

  • Istri Antagonis sang Presdir!    124. Insiden di Kantor

    Setelah masalah Niko selesai, Denita akhirnya bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Dia juga bisa menikmati kehamilannya dalam damai tanpa adanya drama yang berliku-liku. Bahkan diusia kandungan yang sudah menginjak delapan bulan, dia masih semangat bekerja."Babe, kamu berhenti kerja aja ya. Perut kamu sudah mulai buncit. Pergerakan kamu juga sudah tidak luwes lagi. Sebaiknya istirahat di rumah," Ucapan Dominic ini langsung membuat bibir Denita maju beberapa senti. Dia tidak tahu apakah ini karena faktor kehamilan atau bukan. Akan tetapi, dia mulai menerjemahkan kata-kata orang dengan cara yang berbeda. Seperti sekarang ini, dia tiba-tiba merasa bahwa ucapan suaminya memiliki arti yang negatif. "Jadi kamu merasa terganggu karena perutku yang buncit?" tanya Denita dengan nada merajuk. Suaranya bahkan terdengar tercekat seperti sedang menahan tangis."Bukan begitu," tukas Dominic dengan segera. "Aku hanya takut kalau kamu akan kelelahan. Aku nggak mau kamu dan anak kita kenapa-kenap

  • Istri Antagonis sang Presdir!    123. Mencari Jalan Keluar (2)

    "Jangan terlalu cepat mengambil keputusan," tegur ibu Herlina. Hatinya belum terketuk untuk membiarkan putra sulungnya yang belum menikah mengadopsi anak orang lain. Apalagi anak itu adalah anak sekaligus cucu dari orang yang paling dia benci sekarang. Kalau boleh dikatakan secara kasar, lebih baik mengadopsi anak dari panti asuhan daripada harus mengadopsi Niko. "Bu~" panggil Arkan. "Bukannya Niko masih punya kakek dan nenek kandung? Kenapa perawatan atas Niko harus menjadi tanggung jawab kamu?" seloroh ibu Herlina. "Kemana nih, selingkuhan kamu?" lanjut ibu Herlina bertanya pada mantan suaminya. "Aku tidak melihatnya Nyonya barumu dari tadi,"" ... "Wajah pak Hendra yang disindir seperti ini seketika berubah menjadi keruh. "Jangan bilang habis manis sepah dibuang?" tebak ibu Herlina dengan asal-asalan. Namun, wajah keruh yang ditunjukkan oleh mantan suaminya itu membuat ibu Herlina diyakinkan oleh tebakannya sendiri. Tawa nyaring pun terlempar keluar dari bibirnya yang dihia

  • Istri Antagonis sang Presdir!    122. Mencari Jalan Keluar

    Keesokan hari Denita menghubungi semua orang yang terkait dengan kehidupan Niko. Dia meminta untuk bertemu dengan mereka. Kemudian pada ibu Herlina, Denita menceritakan masalah mengenai anak dari Salsa dan Dimas itu. "Bagaimana keadaan Niko sekarang?" tanya Ibu Herlina. Suaranya terdengar serak seperti sedang menahan tangis. "Aku juga belum tahu, Ma!" jawab Denita. "Makanya aku minta kita semua berkumpul untuk membahas mengenai masalah ini," lanjutnya. "Oke, dimana?" tanya ibu Herlina. "Aku sudah membicarakan ini sama Arkan. Dia minta untuk kita berkumpul di kediaman Hadiwijaya," jawabku. " ... "Keheningan terjadi di seberang sana. Denita sendiri bisa memperkirakan apa yang kiranya sedang dirasakan oleh wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu, ketika dia menyebutkan kediaman Hadiwijaya. "Mama baik-baik aja?" tanya Denita memastikan. "Kalau Mama nggak setuju, nanti kita bahas lagi enaknya bertemu dimana," lanjutnya kemudian. "Mama baik-baik aja kok. Ayo segera kita bahas

  • Istri Antagonis sang Presdir!    121. Telepon Tengah Malam

    Denita yang terlanjur berpikir bahwa hidupnya akan menjadi damai setelah Salsa dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa ternyata salah besar. Di tengah malam, ketika dia sedang tertidur nyenyak bersama Dominic, ponsel yang dia letakkan di atas nakas samping tempat tidur berdering nyaring. "Hermm," Denita menggeram pelan dengan alis yang berkerut di dalam tidurnya. Dengan mata setengah terpejam, Denita meraba nakas yang ada di samping tempat tidurnya untuk mencari benda pipih yang mengeluarkan suara ribut-ribut itu. Tanpa melihat nama orang tidak sopan yang menghubunginya tengah malam begini, Denita menjawab panggilan telepon itu dengan sedikit kesal. "Halo!" jawab Denita dengan nada ketus. "Nit, ini Angga," sapa orang dari seberang. Dengan kening yang berkerut semakin dalam, Denita terdiam sementara untuk mencerna suara orang di seberang. Dia yakin bahwa dia sedang tidak bermimpi, tapi kenapa Angga meneleponnya? " ... "Denita terdiam tidak menanggapi untuk waktu yang lama. Baginya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status