Home / Romansa / Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita / Bab V. Kita Bukan Malaikat

Share

Bab V. Kita Bukan Malaikat

Author: Azizah Bounty
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Kalau bukti Cama tidak sesuai harapan Capa juga bagaimana?"

"Aku percaya kamu bisa membuktikan, Sayang." mereka memang tidak bisa lama-lama bertengkar, ia mendekati Salma.

Sudah terang, semua tidak tahan untuk tidak seperti biasanya. Mereka sudah saling percaya meskipun nanti memang ada kenyataan menyakitkan. Salma lebih tenang dari Fariz karena memang Salma asli seratus persen tidak salah, sedangkan Fariz tujuh puluh persen salah.

"Aku juga percaya Capa bisa membuktikan," jawab Salma.

"Kalau Capa jujur tentang sesuatu yang membuat sakit hati, marah, apa Cama masih mau memaafkanku?"

Fariz ingin memastikan dulu sebelum mengatakan yang sesungguhnya. Setidaknya, untuk persiapan istrinya ketika mulutnya berhasil melontarkan kejujuran. Dan harapannya tetap bisa aman untuk hubungan mereka.

"Insyaallah, Cama akan menerimanya yang penting sekarang sudah tidak melakukan itu lagi. Capa, kita bukan malaikat, wajar kalau kita marah, sakit hati. Namun, yang tidak boleh itu kalau menjadi seor
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab W. Kumpul

    "Rutinitasnya," jawab Salma. "Masyaallah, istriku ini. Dengan senang hati Capai akan lakuin," jawab Fariz dengan sangat bahagia. Sikap excited Salma tetap saja berpihak. Mereka sudah clear dan kembali untuk mengukir masa romantis lagi. Begitu beruntungnya Fariz, istrinya selalu memberi dukungan dan tidak memojokkan. *** "Hunaisa, Asma, Humaira, Salma, Fariz, Ning Freya, Gus Barra, Gus Bafre, mami Reva, papi Vero, mama Risa, papa Rohman, kak Rifki, kak Royya, Reca, William, Dorsin, Clarissa, Wildan," ucap Fariz. "Kenapa Capa absen nama orang-orang ini?" tanya Salma. "Kita undang mereka," jawab Fariz. Mereka sudah berseragam untuk ke kampus dan ke kantor. Tiba-tiba Fariz membicarakan tentang mengundang. Salma tidak tahu apa yang akan dilakukan suaminya itu. "Undang apa? Memangnya mau ulang tahun?" tanya Salma. "Hahaha, bukan. Aku mau ajak kamu ke Singapura, sebagai hadiah ketulusan kamu, ketabahan kamu, dan sebelumnya kita makan bersama di restoranku." "Aaaaa, sayang banget!" S

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab X. Singapura

    "Iya, belum boleh kalau minyak dianterin Wildan, hahaha," tawa Salma. "Iihhh! Kak Salma kok gitu," rajuk Humaira. "Bulan depan deh, kita bisa bareng, Insyaallah." Ucapan Wildan membuat Humaira semakin salah tingkah, sampai ditertawakan dua bocil, Hunaisa dan Gus Bafre. *** "Singapura, kita sedang di sini Sayangku, pokoknya selama pikiran kamu belum benar-benar fresh, Capa gak akan ajak kamu pulang," ucap Fariz. "Hehe, memangnya kalau Cama ingin satu tahun bagaimana? Kerja Capa juga bagaimana?" "Itu nggak mungkin, nggak mungkin kalau kamu minta disuruh tahun. Pasti kamu sudah kangen sama anak-anak panti, keluarga, sahabat, semuanya. Jalur jen orangnya gampang rindu, apalagi dengan orang yang di samping kamu ini. Kalau urusan pekerjaan, aku tidak akan mengulangi hal yang sama yang membuat kita jadi terluka. Lagian, selama Capa di sini, sudah aku serahin ke Arju, kok." "Hadeh, tahu aja suami aku. Serasa kayak honeymoon di Turki," ungkap Salma. "Capa sengaja tidak ajak kamu pilih y

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab Y. Ini untuk Kamu, Sayang (106)

    "Capa! Momennya ini sedang romantis, malah mengejek," rajuk Salma. Sekalian menggoda istrinya. Ia menyelipkan kepura-puraannya mengejek istrinya. Fariz segera menempelkan jari telunjuknya ke bibir manis istrinya setelah omelan rajukan pertamanya itu keluar. "Suud! Udah satu aja kalimat merajuknya. Lanjutkan ke momen romantis, Sayang," ungkap Fariz. "Aku bingung membalasmu kata, tapi aku sudah cukup kan dengan membalasmu senyuman?" "Asal senyuman itu dari hati, itu sudah mewakili aksara yang teruntai," jawab Fariz. Salma juga kehausan di malam tersebut. Suaminya ini tanpa dia manja juga sudah memanjakan. Fariz bergegas mengambilkan air minum, tidak lupa dengan gelas lovenya. "Ini apa, Cap?" *** Malam kedua mereka di Singapura, Salma masih tetap di hotel saja. Dia tidak bosan dengan hal tersebut. Baginya, mengobtol dengan suaminya, bisa melihat suaminya, bermanja dengannya, itu sudah mewakili jelajahnya ke tempat-tempat wisata. Begitu pula dengan Fariz. Kebersamaan mere

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab Z. Terus Beri Aku Senyum Manismu!

    "Minta apa? Boleh, Sayang," jawab Fariz. "Minta kamu nyanyi, lagi pengen denger kamu nyanyi. Terserah deh lagunya apa, yang penting jangan lagu anak-anak," ungkap Salma. "Hahaha, baiklah, dengan senang hati." Mereka berdua jadinya duet. Setelah bernyanyi, melanjutkan membaca memori kata-kata tersebut. Karena tadi baru saja menginjak di pertemuan. "Waktunya kamu yang balas" ucap Fariz. "Iya, sebentar masih mikir." Salma masih merangkai ide dalam bayangan. Dua hari di sana, Salma masih tetap ingin di hotel dulu. Melanjutkan sambung kata-kata tersebut juga hal yang sangat seru. Salma juga tidak terpaksa melakukan hal tersebut, dia tulus dari hati. "RIDHO ORANG TUA, INILAH YANG MENDORONGKU SUPAYA IKHLAS MENERIMAMU. BELUM ADA CINTA BERTAHTA. BAHKAN, KEKHAWATIRAN TERUS BERSANDIWARA. NAMUN, BERSAMAMU TERNYATA SANGAT MEMBERI KESAN, BETAPA BERUNTUNGNYA AKU DIPANGKUAN DIRIMU." (Salma) "TERUS BERI AKU SENYUM MANISMU!" "SENYUM MANISKU AKAN TETAP TERPANCAR UNTUKMU, DI KALA KAU JUGA MEMANCA

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab ISTIMEWA. A1

    "Ya kalau ditutup, udah pergi aku. Kamu siap aku tinggal sekarang?" "Astaghfirullahaladzim, kamu ngomong apa, sih? Maksud Capa tuh bukan tutup mata yang itu. Kita tutup mata, TIDUR!" Fariz tidak suka istrinya menjawab seperti itu. "Cap, denyut malamku ingin berkata, rasanya malam ini beda banget. Kenapa ya?" Salma merasa aneh. "Gara-gara bercanda kamu yang nggak lucu, kan jadi aneh!" Fariz membenahi selimutnya, sebenarnya dia itu panik karena Salma baru berkata begitu dan sekarang malah bilang aneh. Salma tertawa lepas melihat wajahnya Fariz tanggal super panik. Padahal, Salma salah sekali tidak berpijak ke aneh tentang kematian. Justru dia itu merasa malam itu sangat bahagia, bahagia yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Dia merasa malam itu seperti mendapatkan sesuatu yang sangat berharga, tapi dia tidak tahu apa. "Hahaha, puas banget aku tertawa …." Salma tertawa sembari menjelaskan maksudnya. "Semoga saja CIMES datang ya." Fariz turut bahagia, lega dengan penjelasan tersebut.

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab ISTIMEWA. A2

    "Kamu lagi hamil muda, kita di sini saja dulu," ucap Fariz. "Mmm," "Nggak usah sedih, kita pasti pulang, kok. Tapi nanti ya, kasihan kamu sama CIMES." "Hehe, iya-iya. Kerjaan Capa terbengkalai lama, kasihan Arju," ucap Salma. "Tidak masalah, lebih kasihan lagi kalau kamu sama Cimes kecapekan. Arju juga juga sudah banyak yang bantu." Fariz kembali melajukan mobil menuju ke hotel. Perjalanan berangkat dan pulang yang sungguh berbeda. Meskipun rasa mual dan sebagainya masih Salma rasakan, tapi kabar dari dokter itu serasa memusnahkan semua rasa sakit. Sangat bersyukur, berangkat masih dengan kepanikan, sekarang pulang dengan ketenangan, kebahagiaan. "Udah berkurang belum mualnya, pusingnya?" tanya Fariz. "Alhamdulillah, udah kok. Udah ketutup sama Cimes," jawab Salma. "Mmm, Singapura. Ternyata, kita diizinkan muncul Cimes di sini," ucap Fariz. "Di mana saja, hadirnya dia tetap istimewa," ucap Salma. Salma itu meskipun sedang mual dan pusing, dia tidak bisa menjadi pendiam. Dia b

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab ISTIMEWA. A3

    "Beda, kalau udah ada CIMES lupa nih sama mata yang di atas!" rajuk Salma. "Ini, Capa udah di dekat mata kamu. Merajuk Cama tingkatnya juga lebih tinggi. Nggak bisa melupakan kamu, Cam, entah udah ada Cimes atau belum, kamu itu tetap wanita yang berhasil memikatku terus menerus." Fariz menatap halus mata istrinya. "Emm, yang bener?" "Ya iyalah, masa cuma cosplay, gak lucu," jawab Fariz. "Tapi aku tiba-tiba jadi bosan gini lihat Capa," ucap Salma membuat Fariz membelakakkan matanya. "Apa sih? Bagaimana bisa melihat orang seganteng ini dibilang bosan?" "Huuuk! Tuh, kan mual, suwer deh Capa bikin bosen plus bikin enek plus bikin lapar tapi tidak mood makan," Fariz menggeleng dengan ucapan istrinya. Wajar juga saat muda kalau tingkahnya ada yang membuatnya berputar pada porosnya. Namun, ini bukan aneh bagi Fariz, melainkan hal yang memang lain, sulit diungkapkan dengan kata-kata saking mirisnya. "Terus, Capa harus ngapain? Baru juga kamu rindukan, sekarang malah dicampakkan. Mau Ca

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab ISTIMEWA. A4

    "Keluar, yuk!" ajak Salma. "Mau ngapain? Mau masukin angin?" Heran dengan istrinya, apalagi yang ia mau. "Hehe, nyatain mimpi," jawab Salma. "Memangnya mimpi apa? Bukannya kamu tadi seperti ketakutan waktu bangun?" tanya Fariz. "Makanya ayo keluar!" ajak Salma. "Kalau mimpi buruk mah, gak usah diraih kenyataannya dong, buat apa coba? Mau cari bahaya?" "Penasaran, Cap. Cuma keluar kamar sebentar aja, terus lurus ke kamar samping, siapa sih di dalam situ?" "Memangnya mimpi kamu apa, kok kekeh banget ingin ke sana?" tanya Sofyan, masih dengan keheranan yang melanda. Salma itu tidak mimpi buruk. Dia malah mimpi diusilin suaminya. Mungkin ini kebawa dia yang paginya berbuat usil kepada Fariz. Bangunnya dia seperti orang ketakutan, itu sebenarnya bukan ketakutan, tapi seolah-olah dia ingin menghindari dari perbuatan usul suaminya. "Hehe, Cama itu bukan mimpi buruk," "Duh, Capa ngantuk nih, cerita yang jelas." Fariz memejamkan matanya lagi. "Ih, gak seru! Malah ditinggal tidur lagi

Latest chapter

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab Ending Season 2. Capa Cama Cimes Cioy

    "Mmm … terima kasih banyak, Mi. Ada kok, kalau Cioy udah beberapa hari, kita akan ngonten bareng. Dibuat jadwal khusus podcast wanita tangguh bareng Nuura," jawab Salma. "Masyaallah, bagus. Mami ke belakang dulu," ujar Reva. Tidak ada yang harus minder karena pernah berbuat salah. Orang yang pernah khilaf, tetap memiliki hak untuk menjadi orang baik. Berhenti men-judge orang karena kekhilafan di masa lalu adalah hal yang Salma kokohkan untuk menguatkan Nuura. *** "Apa yang kamu tahu tentang cinta?" tanya Salma. Fariz menatap lekat kedua mata istrinya. "Cinta itu luas. Sebuah rasa yang bertahta tanpa aba-aba, mendaki dan menggali untuk terus mencari arti meskipun bercak dan pikulan luka menghampiri." "Apa yang kamu tahu tentang mencintai?" tanya Salma. Tidak ada keraguan untuk Fariz memberi jawaban. Cinta memang luas dan yang ditanyakan Salma itu masih umum, bukan hanya khusus cinta Fariz kepada Salma. Mereka bercerita di tengah Cimes Mika yang sibuk mengajak bermain dan bercanda

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 29. Salma di Hati Reva

    "Daddy ingin dipeluk Kakak Cimes," ucap Fariz. "Gak mau! Cimes mau minum kembar juga gak diberi," sahut Cimes Mika. "Kakak kok dendam?" Salma membelai rambut putrinya. "Maaf, tapi Kak Cim nggak suka dilarang terus, pertanyaan Cimes gak dijawab sama Ummah," keluh Cimes Mika. "Masyaallah, anak pinter! Eaaa … kena deh ke pelukan Daddy!" Fariz mengangkat Mika begitu saja mumpung tangannya tidak berpegangan tangan dengan baju ummah-nya. Dari tadi Fariz ingin menggendong putrinya secara tiba-tiba dan langsung dibawa keluar. Namun, tangannya masih mencengkram baju Salma. Fariz sudah wanti-wanti dengan teriakan juga sebenarnya, tapi sekarang akan nekat ia lakukan dengan langsung membawanya keluar dari kamar. "Daddy, huaaa!" teriak Cimes Mika yang sudah di pintu karena Fariz cepat untuk lari keluar. "Hehe, sudah di pelukan Daddy sekarang. Kamu nggak rindu apa, Nak? Dari semalem nggak mau dipeluk Daddy, maunya sama oma dan eyang terus!" Fariz terus mendekap dan membelai putrinya. Cimes M

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 28. Cimes Kangen Minuman Kembar

    "Besok aja, hahaha," ucap Salma. "Adik sebentar lagi lahir, nggak sampai besok, Nak. Udahan dulu ya sama Ummah-nya!" Fariz melihat istrinya menahan sakit sedari tadi, tapi berusaha membuat Mika bahagia. "Nggak mau! Cimes kangen minuman kembar ini!" seru Cimes Mika. "Nak … Ummah lagi sakit. Mau nggak doain Ummah di masjid, beli minumnya es krim dua aja biar jadi kembar," ungkap Salma yang merasakan perutnya semakin sakit. "Ummah sakit? Cimes kangen ini dari kemarin nggak dikasih, tapi Cimes mau do'ain Ummah, Ummah sembuh! Huaaaaaaaa!" Cimes Mika memeluk Salma lalu menangis sambil berjalan turun dari brankar Salma. "Hahaha … biarin dulu coba, Ma! Cimes kok lucu ya kesannya. Nangis aja tetep imut banget," ucap Fariz dengan tawa kecilnya. Sedih, disuruh pergi saat waktu rindu-rindunya, tapi lebih sedih kalau melihat perempuan hebatnya merasakan kesakitan. Cara jalannya Cimes Mika juga membuat mereka tetap gemas. Apalagi kalau melihat raut wajahnya, Salma yang sedang kesakitan pun iku

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 27. Detik-detik Bertemu Cioy

    "Hehe, belum nih. Abinya belum setuju," jawab Freya. "Sama aja, Aa Wildan belum tega katanya," sahut Clarissa. "Kalau kata Mas Rifki mah, udah. Dua anak cukup," jawab Royya. "Tau ah, Mas William juga gitu!" rajuk Reca. "Cama! Kamu buat mereka resah, deh!' Fariz merangkul istrinya. Mereka terus bercanda dan juga berencana juga. Sangat hangat, bisa berkumpul gabungan seperti itu. Ada dari pihak keluarga, saudara, dan juga para santri. *** "Cap, Cimes nggak ikut?" tanya Salma. Rasa sakit saat kontraksi, kini Salma rasakan. Beruntungnya, saat itu ia hanya mimpi. Kalau tidak, entahlah bagaimana dia bisa kuat melawan rasa sakit tanpa usapan langsung dari suaminya. Di mana biasanya selalu siap memberi ketenangan dan kekuatan atas lara yang sedang menimpanya. Namun, di saat suasana menahan rasa sakit untuk kelahiran putri keduanya, perhatian untuk putri pertama tidak lupa ia berikan. "Masih nangis," jawab Fariz. "Kok nggak Capa ajak?" Salma menarik tangan suaminya. "Entar aja kalau

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 26. Pesona Gus Bafre

    "Capa, Capa gak pergi, kan? Nuura, baik-baik saja?" Salma terlihat sangat resah saat bangun tidur. "Sayang, kamu kenapa, sih? Semalem Capa di sini terus peluk kamu sama Cioy. Kok jadi aneh?" tanya Fariz. "Ehmm, Alhamdulillah, hanya mimpi berarti." Salma menghembuskan napas panjangnya. "Hahaha …" Fariz tertawa sembari mencubit hidung istrinya. Pagi itu mereka pergi belanja ke toko mainan. sudah banyak request dari anak panti sangat juga putrinya sendiri. Cimes Mika tidak lupa untuk minta dikepang rambutnya, dia ingin seperti Hunaisa meskipun rambutnya masih belum sebanyak rambut Hunaisa. "Mau dikepang," ucapnya. "Nggak mau diikat dua aja, Nak?" Salma memberi penawaran. "Maunya kayak Kak Nais," jawab Cimes Mika. "Iya, dikepang ya dikepang. Boleh cium dulu, nggak?" Salma mendekatkan pipinya. "Ummah bau, gak mau!" Cimes Mika malah menjauh. "Bau apa? Ummah udah mandi, udah pakai bedak, wangi ...." ujar Salma. "Mmmm, bauuuu .... tapi boong, hihihi," ucap Cimes Mika dengan tawa. F

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 25. Hamil Tua

    "Ehmmm, terserah Cama aja," jawab Fariz. "Mami ingin sama papi apa sama Cimes?" tanya Salma membuat mereka terkekeh. "Hahaha, Mami ngikut pilihan kamu aja, Sal! Kalau kalian mau salah Cimes, ya Mami sama Papi," jelas Reva. "Ya udah, Mi. Mami sama Papi aja, bikin adiknya Fariz!" goda Fariz. "Iiih! Dasar ya kamu, Riz!" Reva keluar kamar dengan lumayan salah tingkah. Fariz dan Salma masih ngobrol pelan di kamar putrinya. Anak kecil yang masih linguistik seperti itu, serasa ingin selalu di dekapan mereka berdua setiap saat. Seperti Salma tadi, ditiduri begitu putrinya merupakan sentuhan luar biasa yang sangat memberinya kebahagiaan. Fariz itu kalau melihat putrinya, sudah pasti ingat Salma, begitu pula sebaliknya. "Capa pengen cubit, Cam!" Fariz menahan jarinya di pipi mulus putrinya. "Ihh, jangan! Capa tuh kalau lihat putri cantik ini, selalu saha keinget dengan Capa," ungkap Salma. "Nggak cuma Cama. Capa pun begitu, Sayang!" Fariz menatap istrinya dengan tersenyum. Salma mengus

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 24. Foto Maternity

    Fariz segera mengambil album di dalam lacinya. Waktu memang sudah malam, tapi dia tidak mau membuat anaknya kecewa. Baim minta album foto dia dan juga kebersamaan di panti untuk dibawa ke pesantrennya besok pagi. Mintanya sudah dari kemarin, tapi Fariz memang benar-benar lupa. "Capa mau ke rumah Nuura dulu," ucap Fariz. "Kenapa? Kan belum dijawab, udah ke sana aja!" kesal Salma. "Hehe, iya-iya. Ini, Baim minta foto albumnya waktu di panti. Besok udah berangkat, mintanya tuh udah dari kemarin, cuma … Capa aja yang pelupa." Fariz melemparkan senyum untuk istrinya. "Ya udah, hati-hati!" Salma mencium punggung tangan suaminya. "Siap," jawab Fariz. "Jangan bikin gara-gara lagi, ya. Pusing! Jangan sok kenal dengan Nuura!" Salma masih memegang tangan suaminya. Peringatan, Salma tidak ingin kejadian-kejadian yang menurutnya sangat mengerikan itu terulang kembali. Sudah cukup dengan rasa-rasanya di waktu kemarin itu, sekarang ia ingin momen kehamilannya benar-benar terjaga dengan baik du

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 23. Rasa Sayang Mertua

    "Cama mual lagi!" rintih Salma. "Kamu pucat sekali, Sayang! Kita pulang, yuk!" ajak Fariz. "Jangan!" Salma menangkis uluran tangan suaminya. "Bandel kamu nggak tahu tempat banget, sih!" Fariz kembali meraih tangan istrinya. "Loh, Salma kenapa?" Reva datang dan langsung menyentuh menantunya. Reva melihat putranya menahan emosi. Melihat pula menantunya kesakitan. Namun, ia yakin itu bukan perkara Fariz menyakiti Salma. Raut wajah putranya terlihat kalau ia sedang khawatir. "Cama mual lagi, perutnya sakit, tapi gak mau pulang, kesal Fariz, Mi!" Fariz melepaskan sentuhan ke tangan Salma. "Riz, Salma itu tidak mau karena nggak tega sama krucil-krucil. Kamu yang peka dong dengan istrimu! Istrimu hamil karena ulah kamu, loh. Ya yang sabar ngadepinnya!" Reva mengusap perut menantunya. Bukan perkara sakitnya yang membuat Salma meneteskan air mata. Seorang ibu yang hadir dan tulus merawat ia yang bukan dari darah daging sendiri itulah yang membuat Salma semakin berderai air mata. Memilik

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 22. Anak China dan Korea

    Miss Na: 'Iya, sampai sekarang belum ada yang menjemput. Ponsel keluarganya tidak bisa dihubungi. Bisakah Ibu Salma yang ke sini?' Salma: "Iya-iya, bisa kok." Sekolahnya Hunaisa memang sedang pulang pagi. Namun, Hunaisa belum juga dijemput. Orang tuanya tidak bisa dihubungi. Gurunya mencoba menghubungi Salma untuk menjemput Hunaisa. "Kenapa Hunaisa?" tanya Fariz. "Kita ke sekolahnya sekarang! Orang tuanya gak bisa dihubungi." Salma mencari tasnya dengan raut wajah khawatir. "Tenang dong! Kenapa panik begitu? Nais sakit, jatuh, kena pelanggaran, disakiti atau apa?" tanya Fariz penasaran. "Capa! Kenapa malah nebak yang miring? Menyuruh tenang, tapi dilanjutkan dengan dugaan miring, ngeselin!" kesal Salma. Fariz minta maaf dan sedikit terkekeh juga. Karena dia tahu, kalau anak-anak seusia Hunaisa pada pulang pagi. Hanya saja, dia belum tahu kalau Hunaisa belum dijemput. Fariz hanya lewat begitu saja di depan sekolahnya Hunaisa dan langsung pulang. "Sayang, maaf! Kita jemput seka

DMCA.com Protection Status