Share

Bab 20. Gus Barra

Penulis: Azizah Bounty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Udah-udah jangan dilanjutin duduknya. Oke aku panggil Fariz. Entar pada salah paham." Salma memalingkan badannya. 

"Sip," ucap Fariz, lalu nyelonong pergi. 

"Lah, caranya belum dikasih tahu," ucap Salma. 

"Entar ada waktunya sendiri," ucap Fariz, sambil berjalan ke mobilnya. 

Semangat Freya utuh lagi. Ternyata, Fariz tetap berpihak ke Salma. Ia segera kembali ke pesantren bersama Freya. 

Salma juga seangkatan dengan banyak gus di pesantrennya. Anak dari kyainya juga ada beberapa yang menjadi seorang CEO. 

Selama ini, Salma menutup hatinya dari rasa cinta. Setiap kali cinta itu datang lembaran dalam diri Salma, ia selalu mengalihkan ke hal lain supaya perasaannya terkendali. Ia bersyukur diberi anugerah tersebut. 

Makanya, ia menuntut dirinya sendiri supaya bisa mengolah cinta dengan baik. Sebenarnya, su

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 21. Dukungan Nikah

    "Mmm, tidak gus, tapi …" Salma jadi salting dan berdebar saat melihat gus Barra ternyata menghadap ke arahnya di lorong jalan ke ndalem. "Kenapa? Takut cinta kamu ke aku hadir kembali?" "Degh." "Aduh, malu bangeeeet! Tahu darimana aku pernah menaruh rasa itu?" batin Salma bertanya-tanya. "Hahaha … bingung yaa kenapa aku bisa tahu?" tawa gus Barra. "Gus, ngomong apa sih? Jangan mengada-ada, mending kita cepat-cepat ke ndalem." Salma semakin merinding aja dengan kesepian di lorong. "Nggak usah panik juga kali mukanya. Tenang aja!" ucap Gus Barra dengan santai. "Gus! Ini di lorong sepi. Salma takut kalau," "Kalau kita diduga pacaran? Apa kita mau coba dulu sebelum kamu boyong dan nikah? Hitung-hitung untuk kenangan buruk kamu. Selama ini kan Salma Ashana belum terkenal ada bandelnya." "Astaghfirullahal'adziim, Gus! Jadi ini tujuan Gus memanggil Salma? Hanya untuk di lorong dan pacaran?" Salma kecewa dan berbalik badan untuk kembali ke pesantren. "Berhenti melangkah dan terus ke

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 22. Cara Konyol Fariz

    "Freyaaa! Darah siapa ini?" Salma histeris melihat banyak tetes darah yang masih basah saat ia masuk kamar. "Suud! Jangan teriak-teriak, Sal! Itu darahku," jawab Freya. "What? Itu darah …" "Bukan dong bestie … ini tangan aku kena pisau." Freya meniup-niup jarinya sambil membungkusnya pakai kerudung yang ia pakai. Salma segera mencarikan obat merah dan perban untuk sahabatnya. Ia sangat tidak tega melihat darah Freya yang sudah banyak ke kerudungnya. Ternyata, ia terkena pisau karena mendengar percakapan Salma dengan abah dan ummi. Sebenarnya, saat ini Freya mencintai gus Barra. Saat mendengar bahwa gus Barra akan menikah, pastinya ada rasa sesak di dada. Kebetulan, ia sedang mengupas mangga, jadilah terkena jari tangannya. "Frey, mata kamu mengabarkan kalau nggak sedih menahan sakit terkena pisau. Ada apa sebenarnya?" tanya Salma. "Mmm, nggak Sal. Aku nggak apa-apa," jawab Freya. "Aku mengenalmu, Frey! Dan ini tidak satu hari dua hari. Ada apa?" ucap Salma. "Iya deh cerita. Ak

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 23. Ya Sudahlah, Mau Menikah

    "Apa ini?" tanya Freya. "Baca saja dan lakukan." "Frey, bantu untuk meyakinkan Salma mau menerima pernikahan. Kasihan dianya kalau diambang kebingungan. Kamu kan anak pesantren. Pasti tahu dong tentang membahagiakan orang tua. Apa kamu juga tidak kasihan melihat Salma masih seperti terbebani?" Freya mengangguk sendiri. Kali ini Fariz memang benar. Ia mencoba bicara dengan Salma setelah Fariz juga bicara terlebih dahulu. "Sal, sini!" teriak Fariz. "Apa? Sudah mau masuk," ucap Salma. "Sebentar aja Sal," ucap Freya. "Sal, aku tahu kamu berusaha santai. Tapi jiwa kamu nggak bisa bohong. Kamu pasti terselip pikiran perjodohan. Terima aja, kita belajar bersama. Kamu boleh benci dengan sikap burukku, tapi tidak dengan orang nya, kan?" "Saatnya ujian jam pertama dimulai. Kling … kling …" Hanya diam yang ada setelah mendengar ucapan Fariz. Salma telah mendengar pengajuan yang berada di pihak papanya dari berbagai penjuru. Tinggal Freya yang belum mengusulkan untuk menerima pernikahan.

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 24. Pudar Menitik

    "Aku tidak bisa mengajar ala pesantren dengan mengajar langsung di depan mata materi-materi layaknya ustadz ustadzah." "Lalu?" tanya Salma. "Istriku yang mengurusi hal itu. Aku lewat musik aja deh," jawab gus Barra. "Hah? Begitu toh. Masya Allah. Terus siapa istrinya?" tanya Salma. Ternyata masih sama seperti kebiasaan gus Barra. Ia merilis beberapa lagu sebagai cara dakwahnya. Memang saat itu ia sudah punya lebih dari lima lagu yang banyak disukai dari berbagai kalangan. Bisa dibilang, dia itu artisnya yayasan Al Jabbar. Freya semakin perih saja mendengar percakapan itu. Move on secepatnya, ternyata tidak gampang untuk Freya. "Kamu kenal kok dengan calon istriku itu, bahkan sering bersama dia." Gus Barra membuat Salma dan Freya melotot Kesedihan Freya hilang seketika. Freya dan Salma saling pandang. Salma curiga yang dimaksud ialah sahabatnya sendiri yaitu Freya. "Tapi, aku cuma dekat banget kan sama Freya, apa artinya …" "Itu kan yang banget, tapi nggak mungkin kalau teman d

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 25. Ish, Freya Salah Tangkap!

    "Memang sepahammu bagaimana?" tanya Salma. "Kan, kalau konteks aku sama gus Barra itu, aku mencintai dia. Lalu, dia baru saja memberi lampu hijau tapi langsung dipadamin. Berarti kamu mencintai Fariz dong aslinya," jawab Freya. "Ish, Freya salah tangkap! Bukan begitu Frey, maksudku itu seperti Fariz yang biasanya dia meledek gitu. Jujur, aku belum punya rasa sama dia," ucap Salma. "Hehe … kirain. Tapi tetap mau nikah?" "Iya. Hati dalamku bilang, sok saat udah nikah pasti bisa kok mencintai Fariz." Salma mengucap dengan malu sebenarnya. Freya berdehem keras melihat Salma jadi salting sendiri. Mereka segera masuk ruang ujian kembali yang mana masih tetap ditunggu Fariz. Hari dan jam tersebut, merupakan waktu terakhirnya Fariz untuk mengawasi ujian di sekolah Salma. Sebenarnya Fariz sangat anti dengan wanita. Dalam arti, ia sangat selektif dalam menaruh rasa pada wanita. Salma datang setelah sekian lama ada wanita yang cocok dengan Fariz lalu melepas. Setuju untuk menikahi Salma pu

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 26. Detik-detik Wisuda

    "Ya nggak tahu, aku kan nggak ngikutin Fariz, Salma cantik!" Freya gregetan pula mendengar pertanyaan Salma. "Hahaha … iya sih. Tapi, kamu tahu arahnya mungkin, jangan-jangan dia ngintip aku, berabe kan?" ucap Salma. "Ooo iya … mungkin juga. Kan, kamar mandi putra dekat parkiran. Kamu nyadar nggak Sal, dia itu mencintai kamu seratus persen," Freya malah membahas cinta. "Tahu dari mana?" tanya Salma. "Dari otakku, kamu nggak ngerasa sampai sekarang? Aku dah bilang kalau Fariz mencintai kamu tuh dari dulu, tapi kamu selalu aja ngalihin," jawab otodidak Freya. "Hhhh, itu namanya belum seratus persen bestieku yang paling imut sedunia? Otodidakmu terlalu ngawur!" Salma memonyongkan bibirnya. "Ngawur gimana? Aku juga tahu kamu, kok. Pasti kamu juga ngerasa gitu, meski tidak seratus persen, sih. Hehe …" tawa Freya. "Nah, kalau ini aku setuju. Aku tadi merasa begitu Frey. Tapi biar saja, stop-stop bahasa dia. Istighfar dulu." Salma ingin mengakhiri percakapan mengenai membahas Fariz. *

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 27. Saatnya Keputusan Diutarakan

    'Aduh, ngomong apa Frey?" jerit Salma dalam batin. 'Salma … keringatku keluar semua rasanya, tatapan dia mengejek sekali. Jadi malu bangeeet, kan?' batin Freya. "Hahaha … tegang sekali, sih. Ini ada undangan dari abah, tapi aku sendiri yang buat." Orang itu langsung keluar setelah memberikan undangan. Salma menerima undangan tersebut. Jantungnya sangat berdebar melihat nama yang tertera adalah Freya dan gus Barra. Ia beberapa kali mengusap matanya. "Sal, lihat undangannya! Pasti itu undangan pernikahan gus Barra. Siapa wanitanya? Cepat sini aku lihat!" desak Freya. "Eits … bau-bau bahagia. Kamu mau lihat? Beneran kamu kuat?" ledek Salma tanpa Freya sadari. "Mbak Freya, dipanggil abah," ucap salah satu santri. *** "Hmmm … yang habis lamaran," ucap Salma. "Cieee ... " "Yuhuuu Freya!" "Ehmmm … bikin iri," "Yang digojlokin siapa, yang kena siapa," Berbagai sorakan untuk Freya terlontar setelah ucapan Salma. Freya sangat bahagia, ternyata wanita yang akan dinikahi gus Barra it

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 28. Kenangan Manis

    "Besok lusa, bersamaan dengan pernikahan Freya dan gus Barra di pesantren," jawab papa Rohman. "Nikahnya di pesantren?" tanya kaget Fariz. ' "Kenapa? Kok heran, sih?" tanya Salma. "Mmm … nggak heran. Cuma kan… " "Nggak usah khawatir Riz, masalah perancangan gedung yang kamu idam-idamkan. Entar resepsinya kan bisa." Papa Vero paham dengan Fariz yang kaget. *** "Ma, hari ini aku mau jalan-jalan sama Freya full sehari," ucap Salma. Ia ingin menghabiskan waktu sehari khusus untuk mereka berdua. Karena besoknya, mereka akan sama-sama menikah. Freya dan Salma mengunjungi tempat favorit mereka saat liburan. Mereka tidak pergi jauh ke pantai atau tempat wisata yang lain. Tidak ada alasan mamanya Salma tidak memberikan izin. Ia juga sudah paham tempat yang akan mereka kunjungi. "Silahkan, Sayang. Mau ke MI kamu, kan? Nih, Mama kasih tambahan uang. Buat beli camilan sama pasti kamu nanti mampir warung bakso Bu Ijah." Mamanya Salma terlalu hafal. "Hehe … hafal banget ya Ma … thanks Mama

Bab terbaru

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab Ending Season 2. Capa Cama Cimes Cioy

    "Mmm … terima kasih banyak, Mi. Ada kok, kalau Cioy udah beberapa hari, kita akan ngonten bareng. Dibuat jadwal khusus podcast wanita tangguh bareng Nuura," jawab Salma. "Masyaallah, bagus. Mami ke belakang dulu," ujar Reva. Tidak ada yang harus minder karena pernah berbuat salah. Orang yang pernah khilaf, tetap memiliki hak untuk menjadi orang baik. Berhenti men-judge orang karena kekhilafan di masa lalu adalah hal yang Salma kokohkan untuk menguatkan Nuura. *** "Apa yang kamu tahu tentang cinta?" tanya Salma. Fariz menatap lekat kedua mata istrinya. "Cinta itu luas. Sebuah rasa yang bertahta tanpa aba-aba, mendaki dan menggali untuk terus mencari arti meskipun bercak dan pikulan luka menghampiri." "Apa yang kamu tahu tentang mencintai?" tanya Salma. Tidak ada keraguan untuk Fariz memberi jawaban. Cinta memang luas dan yang ditanyakan Salma itu masih umum, bukan hanya khusus cinta Fariz kepada Salma. Mereka bercerita di tengah Cimes Mika yang sibuk mengajak bermain dan bercanda

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 29. Salma di Hati Reva

    "Daddy ingin dipeluk Kakak Cimes," ucap Fariz. "Gak mau! Cimes mau minum kembar juga gak diberi," sahut Cimes Mika. "Kakak kok dendam?" Salma membelai rambut putrinya. "Maaf, tapi Kak Cim nggak suka dilarang terus, pertanyaan Cimes gak dijawab sama Ummah," keluh Cimes Mika. "Masyaallah, anak pinter! Eaaa … kena deh ke pelukan Daddy!" Fariz mengangkat Mika begitu saja mumpung tangannya tidak berpegangan tangan dengan baju ummah-nya. Dari tadi Fariz ingin menggendong putrinya secara tiba-tiba dan langsung dibawa keluar. Namun, tangannya masih mencengkram baju Salma. Fariz sudah wanti-wanti dengan teriakan juga sebenarnya, tapi sekarang akan nekat ia lakukan dengan langsung membawanya keluar dari kamar. "Daddy, huaaa!" teriak Cimes Mika yang sudah di pintu karena Fariz cepat untuk lari keluar. "Hehe, sudah di pelukan Daddy sekarang. Kamu nggak rindu apa, Nak? Dari semalem nggak mau dipeluk Daddy, maunya sama oma dan eyang terus!" Fariz terus mendekap dan membelai putrinya. Cimes M

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 28. Cimes Kangen Minuman Kembar

    "Besok aja, hahaha," ucap Salma. "Adik sebentar lagi lahir, nggak sampai besok, Nak. Udahan dulu ya sama Ummah-nya!" Fariz melihat istrinya menahan sakit sedari tadi, tapi berusaha membuat Mika bahagia. "Nggak mau! Cimes kangen minuman kembar ini!" seru Cimes Mika. "Nak … Ummah lagi sakit. Mau nggak doain Ummah di masjid, beli minumnya es krim dua aja biar jadi kembar," ungkap Salma yang merasakan perutnya semakin sakit. "Ummah sakit? Cimes kangen ini dari kemarin nggak dikasih, tapi Cimes mau do'ain Ummah, Ummah sembuh! Huaaaaaaaa!" Cimes Mika memeluk Salma lalu menangis sambil berjalan turun dari brankar Salma. "Hahaha … biarin dulu coba, Ma! Cimes kok lucu ya kesannya. Nangis aja tetep imut banget," ucap Fariz dengan tawa kecilnya. Sedih, disuruh pergi saat waktu rindu-rindunya, tapi lebih sedih kalau melihat perempuan hebatnya merasakan kesakitan. Cara jalannya Cimes Mika juga membuat mereka tetap gemas. Apalagi kalau melihat raut wajahnya, Salma yang sedang kesakitan pun iku

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 27. Detik-detik Bertemu Cioy

    "Hehe, belum nih. Abinya belum setuju," jawab Freya. "Sama aja, Aa Wildan belum tega katanya," sahut Clarissa. "Kalau kata Mas Rifki mah, udah. Dua anak cukup," jawab Royya. "Tau ah, Mas William juga gitu!" rajuk Reca. "Cama! Kamu buat mereka resah, deh!' Fariz merangkul istrinya. Mereka terus bercanda dan juga berencana juga. Sangat hangat, bisa berkumpul gabungan seperti itu. Ada dari pihak keluarga, saudara, dan juga para santri. *** "Cap, Cimes nggak ikut?" tanya Salma. Rasa sakit saat kontraksi, kini Salma rasakan. Beruntungnya, saat itu ia hanya mimpi. Kalau tidak, entahlah bagaimana dia bisa kuat melawan rasa sakit tanpa usapan langsung dari suaminya. Di mana biasanya selalu siap memberi ketenangan dan kekuatan atas lara yang sedang menimpanya. Namun, di saat suasana menahan rasa sakit untuk kelahiran putri keduanya, perhatian untuk putri pertama tidak lupa ia berikan. "Masih nangis," jawab Fariz. "Kok nggak Capa ajak?" Salma menarik tangan suaminya. "Entar aja kalau

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 26. Pesona Gus Bafre

    "Capa, Capa gak pergi, kan? Nuura, baik-baik saja?" Salma terlihat sangat resah saat bangun tidur. "Sayang, kamu kenapa, sih? Semalem Capa di sini terus peluk kamu sama Cioy. Kok jadi aneh?" tanya Fariz. "Ehmm, Alhamdulillah, hanya mimpi berarti." Salma menghembuskan napas panjangnya. "Hahaha …" Fariz tertawa sembari mencubit hidung istrinya. Pagi itu mereka pergi belanja ke toko mainan. sudah banyak request dari anak panti sangat juga putrinya sendiri. Cimes Mika tidak lupa untuk minta dikepang rambutnya, dia ingin seperti Hunaisa meskipun rambutnya masih belum sebanyak rambut Hunaisa. "Mau dikepang," ucapnya. "Nggak mau diikat dua aja, Nak?" Salma memberi penawaran. "Maunya kayak Kak Nais," jawab Cimes Mika. "Iya, dikepang ya dikepang. Boleh cium dulu, nggak?" Salma mendekatkan pipinya. "Ummah bau, gak mau!" Cimes Mika malah menjauh. "Bau apa? Ummah udah mandi, udah pakai bedak, wangi ...." ujar Salma. "Mmmm, bauuuu .... tapi boong, hihihi," ucap Cimes Mika dengan tawa. F

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 25. Hamil Tua

    "Ehmmm, terserah Cama aja," jawab Fariz. "Mami ingin sama papi apa sama Cimes?" tanya Salma membuat mereka terkekeh. "Hahaha, Mami ngikut pilihan kamu aja, Sal! Kalau kalian mau salah Cimes, ya Mami sama Papi," jelas Reva. "Ya udah, Mi. Mami sama Papi aja, bikin adiknya Fariz!" goda Fariz. "Iiih! Dasar ya kamu, Riz!" Reva keluar kamar dengan lumayan salah tingkah. Fariz dan Salma masih ngobrol pelan di kamar putrinya. Anak kecil yang masih linguistik seperti itu, serasa ingin selalu di dekapan mereka berdua setiap saat. Seperti Salma tadi, ditiduri begitu putrinya merupakan sentuhan luar biasa yang sangat memberinya kebahagiaan. Fariz itu kalau melihat putrinya, sudah pasti ingat Salma, begitu pula sebaliknya. "Capa pengen cubit, Cam!" Fariz menahan jarinya di pipi mulus putrinya. "Ihh, jangan! Capa tuh kalau lihat putri cantik ini, selalu saha keinget dengan Capa," ungkap Salma. "Nggak cuma Cama. Capa pun begitu, Sayang!" Fariz menatap istrinya dengan tersenyum. Salma mengus

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 24. Foto Maternity

    Fariz segera mengambil album di dalam lacinya. Waktu memang sudah malam, tapi dia tidak mau membuat anaknya kecewa. Baim minta album foto dia dan juga kebersamaan di panti untuk dibawa ke pesantrennya besok pagi. Mintanya sudah dari kemarin, tapi Fariz memang benar-benar lupa. "Capa mau ke rumah Nuura dulu," ucap Fariz. "Kenapa? Kan belum dijawab, udah ke sana aja!" kesal Salma. "Hehe, iya-iya. Ini, Baim minta foto albumnya waktu di panti. Besok udah berangkat, mintanya tuh udah dari kemarin, cuma … Capa aja yang pelupa." Fariz melemparkan senyum untuk istrinya. "Ya udah, hati-hati!" Salma mencium punggung tangan suaminya. "Siap," jawab Fariz. "Jangan bikin gara-gara lagi, ya. Pusing! Jangan sok kenal dengan Nuura!" Salma masih memegang tangan suaminya. Peringatan, Salma tidak ingin kejadian-kejadian yang menurutnya sangat mengerikan itu terulang kembali. Sudah cukup dengan rasa-rasanya di waktu kemarin itu, sekarang ia ingin momen kehamilannya benar-benar terjaga dengan baik du

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 23. Rasa Sayang Mertua

    "Cama mual lagi!" rintih Salma. "Kamu pucat sekali, Sayang! Kita pulang, yuk!" ajak Fariz. "Jangan!" Salma menangkis uluran tangan suaminya. "Bandel kamu nggak tahu tempat banget, sih!" Fariz kembali meraih tangan istrinya. "Loh, Salma kenapa?" Reva datang dan langsung menyentuh menantunya. Reva melihat putranya menahan emosi. Melihat pula menantunya kesakitan. Namun, ia yakin itu bukan perkara Fariz menyakiti Salma. Raut wajah putranya terlihat kalau ia sedang khawatir. "Cama mual lagi, perutnya sakit, tapi gak mau pulang, kesal Fariz, Mi!" Fariz melepaskan sentuhan ke tangan Salma. "Riz, Salma itu tidak mau karena nggak tega sama krucil-krucil. Kamu yang peka dong dengan istrimu! Istrimu hamil karena ulah kamu, loh. Ya yang sabar ngadepinnya!" Reva mengusap perut menantunya. Bukan perkara sakitnya yang membuat Salma meneteskan air mata. Seorang ibu yang hadir dan tulus merawat ia yang bukan dari darah daging sendiri itulah yang membuat Salma semakin berderai air mata. Memilik

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 22. Anak China dan Korea

    Miss Na: 'Iya, sampai sekarang belum ada yang menjemput. Ponsel keluarganya tidak bisa dihubungi. Bisakah Ibu Salma yang ke sini?' Salma: "Iya-iya, bisa kok." Sekolahnya Hunaisa memang sedang pulang pagi. Namun, Hunaisa belum juga dijemput. Orang tuanya tidak bisa dihubungi. Gurunya mencoba menghubungi Salma untuk menjemput Hunaisa. "Kenapa Hunaisa?" tanya Fariz. "Kita ke sekolahnya sekarang! Orang tuanya gak bisa dihubungi." Salma mencari tasnya dengan raut wajah khawatir. "Tenang dong! Kenapa panik begitu? Nais sakit, jatuh, kena pelanggaran, disakiti atau apa?" tanya Fariz penasaran. "Capa! Kenapa malah nebak yang miring? Menyuruh tenang, tapi dilanjutkan dengan dugaan miring, ngeselin!" kesal Salma. Fariz minta maaf dan sedikit terkekeh juga. Karena dia tahu, kalau anak-anak seusia Hunaisa pada pulang pagi. Hanya saja, dia belum tahu kalau Hunaisa belum dijemput. Fariz hanya lewat begitu saja di depan sekolahnya Hunaisa dan langsung pulang. "Sayang, maaf! Kita jemput seka

DMCA.com Protection Status