Chapter 71Kaylee membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan perasaan kesal yang memenuhi hatinya. Ingatannya tentang apa yang baru saja dilihatnya di apartemen membuatnya merasa hancur. Dalam kebingungannya, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Kenapa kamu bisa melakukan hal itu. Kenapa tidak memberiku kesempatan untuk memutuskan perasaan ini sampai kamu harus berselingkuh dengan wanita lain!" lirih Kaylee merenung.Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, dan Axel masuk membawa segelas susu dan semangkuk bubur."Kenapa kamu tidak istirahat?" tanyanya menatap wanita yang masih duduk di atas tempat tidur. "Ah, tidak! Aku belum ngantuk!" jawab Kaylee merasa canggung. Karena ia sudah menjadi istri Kenzo, hubungannya dengan Axel tidak lagi sehangat dulu."Ya sudah kalau begitu minumlah susu dan bubur ini. Ingat di dalam perutmu ada kehidupan lain, jangan biarkan dirimu kelaparan karena bukan hanya kamu yang menderita, tet
Kenzo berjalan tergesa-gesa di lobi apartemen. Setelah berada di depan ia segera mengakses kartu apartemennya dan langsung masuk begitu saja tanpa menunggu dibukakan pintu."Kaylee!" Ia berteriak memanggil istrinya, membuka pintu kamar, kamar mandi dan di dapur pun wanita yang sedang ia cari itu tak kunjung ia temukan. "Kemana dia? Bukankah aku menyuruhnya untuk tetap tinggal di sini?" gumam Kenzo mulai merasa kesal. Saat sedang berpikir tiba-tiba matanya menangkap sebuah foto yang tergeletak di atas meja. Sontak saja pria itu langsung menyambarnya. Mendadak rahangnya mengeras dan tangannya mengepal dengan emosi yang menggebu-gebu. "Brengsek! Siapa yang sudah memberikan ini padanya?" Rasa khawatirnya pun terbukti jika seseorang yang tadi memotret dirinya di perusahaan ternyata memang berniat buruk. Buktinya sekarang foto itu sudah berada di apartemennya. "Jangan-jangan dia sudah melihat ini semua!"Merasa
Kenzo melangkah dengan berat menuju mansion miliknya setelah mencari Istrinya tanpa hasil. Wajahnya mencerminkan kelelahan dan kecemasan yang mendalam.Begitu memasuki ruang kerjanya, dia melemparkan jasnya secara sembrono dan melonggarkan dasinya yang terasa sesak di lehernya."Aku yakin ada sesuatu yang terjadi padanya! Aku tidak bisa terus seperti ini!" gumam Kenzo dalam keputusasaan, mencoba meredakan kegelisahan yang melanda pikirannya.Tangannya merogoh ponsel di saku celananya, menekan tombol panggil pada nama kontak Marko, salah satu bodyguardnya."Halo Marko, cepat cari di mana istriku berada, dan aku tidak mau mendengar alasan apapun. Kalian harus segera menemukannya!" perintah Kenzo dengan suara tegas seolah perkataannya itu tidak pernah bisa dibantah.Setelah memberi perintah, Kenzo menutup sambungan teleponnya dan berjalan menuju lemari minumannya. Dia mengambil botol Vodka dan gelas kecil, menuangkan minuman itu dengan gerak
Kaylee menghampiri Axel yang sedang duduk di sofa dengan ragu. Dia terus meremas jemarinya, bingung apakah dia seharusnya pergi bersama Axel. Meskipun dia membutuhkan hiburan, dia merasa itu bukan keputusan yang baik."Kamu sudah siap?" tanya Axel, melirik Kaylee yang hanya diam dan berdiri di depannya. Pandangan wanita itu kosong."Kaylee!" panggil Axel lagi, mencoba mendapatkan perhatiannya."Ah, iya, ayo kita berangkat!" jawab Kaylee dengan paksa, mencoba tersenyum.Mereka berdua pergi menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, Axel terus berceloteh, tetapi Kaylee tetap diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Kesedihan masih melanda hatinya, membuatnya sulit untuk fokus."Kaylee!" panggil Axel berharap wanita itu mau membuka mulutnya.Kaylee menoleh ketika Axel memanggilnya. "Ya!" jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan keraguan dalam suaranya."Aku mau, kita bersama seperti dulu. Maafkan aku yang sudah membuatmu menderita dan membuatmu harus menghadapi semuanya sendirian!" ujar A
BUGH!"ARGH!"Kenzo terhuyung ketika Axel memukulnya. Sontak saja, pria itu tidak bisa menerima perlakuannya dan hendak membalas. Namun, Kayla berdiri di tengah mereka, menghalangi Kenzo dengan tegas, membuat pria itu terkejut sekaligus kecewa."Kamu membelanya? Kamu masih mencintainya?" tanya Kenzo dengan mata memerah, dadanya terasa sesak. Baru saja ia hendak menjalin hubungan baik lagi dengan sang istri, tetapi kejadian itu membuat hatinya kembali kesal."Cukup! Aku tidak membela siapapun. Berhentilah, aku mohon!" jawab Kaylee sambil menangis, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka."Dia pantas dipukul, dia sudah menyakitimu!" sentak Axel, masih menatap tajam Kenzo yang sudah mengepalkan tangannya, siap untuk melawan."Tidak, cukup! Berhenti!" seru Kaylee dengan lantang, berusaha menghentikan pertengkaran mereka.Keduanya saling diam ketika Kaylee terus berteriak. Hanya emosi dan suasana tegang yang ada disekit
Kaylee merasa semakin terpuruk. Dia memilih Axel daripada Kenzo, suaminya yang ia cintai. Setelah seminggu tinggal di rumah Axel, mereka bahkan tak lagi berkomunikasi semenjak kejadian malam itu.Ia merasa terlalu lemah untuk keluar dari kamar. Dia duduk di tepi tempat tidur, menangis sendirian, terjebak dalam rasa sesal dan kebingungan. Tetapi kecemburuan itu membuatnya tidak memilih Kenzo.Tiba-tiba, pintu terbuka dan Axel masuk membawa nampan berisi makanan dan minuman."Kapan kamu akan berhenti menangis seperti ini? Apa kamu menyesal telah memilihku?" ucap Axel dengan nada sinis.Kaylee terkejut melihat perubahan sikap Axel. Dia merasa tak mengerti apa kesalahannya, tapi akhir-akhir ini Axel sering menyudutkannya dengan kata-kata kasar."Tidak perlu membahas itu. Aku sudah membuat keputusan," jawab Kaylee sambil menghapus air matanya."Aku tahu kamu masih mencintai suamimu. Kamu pasti menyesal telah memilihku!" jawabnya lagi
Kenzo Alexander Amosu, seorang CEO 28 tahun dengan wajahnya yang sangat tampan itu menatap tajam ke arah wanita, yang merupakan pelayan di club langganannya tersebut. Matanya tak henti menatap ke mana pun wanita itu melangkah sampai akhirnya senyum di bibir seksinya terpancar. "Aku mau wanita itu. Bawa dia kemari!" Suaranya penuh ambisi, hingga kedua bodyguardnya langsung bergerak dan membungkukkan tubuh dengan hormat. "Baik, Tuan!" Wanita bernama Kaylee yang tengah serius menuang bir ke dalam gelas pelanggannya dibuat terkejut ketika tiba-tiba tangannya diseret oleh dua orang berbadan kekar yang tidak dia kenal."Akh, apa-apaan ini? Lepaskan aku! Siapa kalian?" cicitnya, meronta tanpa daya karena tubuhnya yang kecil tak mampu menandingi kekuatan dua orang. Dua bodyguard Kenzo hanya diam tanpa banyak bicara, hingga akhirnya ia sampai di depan Kenzo. "Tuan, ini wanita yang anda inginkan!" lapornya melepaskan pegangan mereka dari tangan Kaylee. Kaylee terkejut dan sedikit terhuyun
Tiba-tiba pintu toilet terbuka, Kenzo muncul di baliknya dengan santai seolah pemandangan yang ia lihat itu hal biasa. "Ada apa ini?" tanyanya dengan pelan menatap pria tua yang saat ini masih mendekap tubuh Kaylee. Mata Kaylee menatap sendu pria itu, seolah-olah ia meminta pertolongannya. Namun, Kenzo acuh seakan tidak melihatnya. "Sebaiknya anda pergi, jangan mengganggu urusan kami, Tuan!" jawab Pria tua itu tak ingin melepaskan pegangan tangannya dari tubuh Kaylee. "Lepaskan aku, aku mohon!" lirih Kaylee terus menangis. "Hey, pria tua! Apa kamu buta? Ini toilet wanita!" seru Kenzo masih dengan gaya santainya. "Sudah kubilang ini bukan urusan anda, Tuan! Bukankah di sini tidak penting, toilet wanita atau pria! Karena pada akhirnya mereka akan bersama! Hahahaha!" Pria itu tertawa puas membuat Kaylee semakin jijik padanya. Ia merasa seperti wanita murahan, yang tidak bisa melepaskan diri dari dekapannya. "Oh, ya sudah kalau begitu!" Kenzo hendak berbalik keluar, namun gerakann
Kaylee merasa semakin terpuruk. Dia memilih Axel daripada Kenzo, suaminya yang ia cintai. Setelah seminggu tinggal di rumah Axel, mereka bahkan tak lagi berkomunikasi semenjak kejadian malam itu.Ia merasa terlalu lemah untuk keluar dari kamar. Dia duduk di tepi tempat tidur, menangis sendirian, terjebak dalam rasa sesal dan kebingungan. Tetapi kecemburuan itu membuatnya tidak memilih Kenzo.Tiba-tiba, pintu terbuka dan Axel masuk membawa nampan berisi makanan dan minuman."Kapan kamu akan berhenti menangis seperti ini? Apa kamu menyesal telah memilihku?" ucap Axel dengan nada sinis.Kaylee terkejut melihat perubahan sikap Axel. Dia merasa tak mengerti apa kesalahannya, tapi akhir-akhir ini Axel sering menyudutkannya dengan kata-kata kasar."Tidak perlu membahas itu. Aku sudah membuat keputusan," jawab Kaylee sambil menghapus air matanya."Aku tahu kamu masih mencintai suamimu. Kamu pasti menyesal telah memilihku!" jawabnya lagi
BUGH!"ARGH!"Kenzo terhuyung ketika Axel memukulnya. Sontak saja, pria itu tidak bisa menerima perlakuannya dan hendak membalas. Namun, Kayla berdiri di tengah mereka, menghalangi Kenzo dengan tegas, membuat pria itu terkejut sekaligus kecewa."Kamu membelanya? Kamu masih mencintainya?" tanya Kenzo dengan mata memerah, dadanya terasa sesak. Baru saja ia hendak menjalin hubungan baik lagi dengan sang istri, tetapi kejadian itu membuat hatinya kembali kesal."Cukup! Aku tidak membela siapapun. Berhentilah, aku mohon!" jawab Kaylee sambil menangis, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka."Dia pantas dipukul, dia sudah menyakitimu!" sentak Axel, masih menatap tajam Kenzo yang sudah mengepalkan tangannya, siap untuk melawan."Tidak, cukup! Berhenti!" seru Kaylee dengan lantang, berusaha menghentikan pertengkaran mereka.Keduanya saling diam ketika Kaylee terus berteriak. Hanya emosi dan suasana tegang yang ada disekit
Kaylee menghampiri Axel yang sedang duduk di sofa dengan ragu. Dia terus meremas jemarinya, bingung apakah dia seharusnya pergi bersama Axel. Meskipun dia membutuhkan hiburan, dia merasa itu bukan keputusan yang baik."Kamu sudah siap?" tanya Axel, melirik Kaylee yang hanya diam dan berdiri di depannya. Pandangan wanita itu kosong."Kaylee!" panggil Axel lagi, mencoba mendapatkan perhatiannya."Ah, iya, ayo kita berangkat!" jawab Kaylee dengan paksa, mencoba tersenyum.Mereka berdua pergi menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, Axel terus berceloteh, tetapi Kaylee tetap diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Kesedihan masih melanda hatinya, membuatnya sulit untuk fokus."Kaylee!" panggil Axel berharap wanita itu mau membuka mulutnya.Kaylee menoleh ketika Axel memanggilnya. "Ya!" jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan keraguan dalam suaranya."Aku mau, kita bersama seperti dulu. Maafkan aku yang sudah membuatmu menderita dan membuatmu harus menghadapi semuanya sendirian!" ujar A
Kenzo melangkah dengan berat menuju mansion miliknya setelah mencari Istrinya tanpa hasil. Wajahnya mencerminkan kelelahan dan kecemasan yang mendalam.Begitu memasuki ruang kerjanya, dia melemparkan jasnya secara sembrono dan melonggarkan dasinya yang terasa sesak di lehernya."Aku yakin ada sesuatu yang terjadi padanya! Aku tidak bisa terus seperti ini!" gumam Kenzo dalam keputusasaan, mencoba meredakan kegelisahan yang melanda pikirannya.Tangannya merogoh ponsel di saku celananya, menekan tombol panggil pada nama kontak Marko, salah satu bodyguardnya."Halo Marko, cepat cari di mana istriku berada, dan aku tidak mau mendengar alasan apapun. Kalian harus segera menemukannya!" perintah Kenzo dengan suara tegas seolah perkataannya itu tidak pernah bisa dibantah.Setelah memberi perintah, Kenzo menutup sambungan teleponnya dan berjalan menuju lemari minumannya. Dia mengambil botol Vodka dan gelas kecil, menuangkan minuman itu dengan gerak
Kenzo berjalan tergesa-gesa di lobi apartemen. Setelah berada di depan ia segera mengakses kartu apartemennya dan langsung masuk begitu saja tanpa menunggu dibukakan pintu."Kaylee!" Ia berteriak memanggil istrinya, membuka pintu kamar, kamar mandi dan di dapur pun wanita yang sedang ia cari itu tak kunjung ia temukan. "Kemana dia? Bukankah aku menyuruhnya untuk tetap tinggal di sini?" gumam Kenzo mulai merasa kesal. Saat sedang berpikir tiba-tiba matanya menangkap sebuah foto yang tergeletak di atas meja. Sontak saja pria itu langsung menyambarnya. Mendadak rahangnya mengeras dan tangannya mengepal dengan emosi yang menggebu-gebu. "Brengsek! Siapa yang sudah memberikan ini padanya?" Rasa khawatirnya pun terbukti jika seseorang yang tadi memotret dirinya di perusahaan ternyata memang berniat buruk. Buktinya sekarang foto itu sudah berada di apartemennya. "Jangan-jangan dia sudah melihat ini semua!"Merasa
Chapter 71Kaylee membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan perasaan kesal yang memenuhi hatinya. Ingatannya tentang apa yang baru saja dilihatnya di apartemen membuatnya merasa hancur. Dalam kebingungannya, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Kenapa kamu bisa melakukan hal itu. Kenapa tidak memberiku kesempatan untuk memutuskan perasaan ini sampai kamu harus berselingkuh dengan wanita lain!" lirih Kaylee merenung.Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, dan Axel masuk membawa segelas susu dan semangkuk bubur."Kenapa kamu tidak istirahat?" tanyanya menatap wanita yang masih duduk di atas tempat tidur. "Ah, tidak! Aku belum ngantuk!" jawab Kaylee merasa canggung. Karena ia sudah menjadi istri Kenzo, hubungannya dengan Axel tidak lagi sehangat dulu."Ya sudah kalau begitu minumlah susu dan bubur ini. Ingat di dalam perutmu ada kehidupan lain, jangan biarkan dirimu kelaparan karena bukan hanya kamu yang menderita, tet
"Axel!" lirih Kaylee terkejut saat melihat pria itu yang ada di dalam mobil."Kaylee, kenapa kamu ada di sini?"Namun, Kaylee hanya diam membisu, pandangannya masih terpaku pada jalan di depan tanpa memberikan jawaban apapun. Pikirannya masih terombang-ambing di tengah-tengah kekacauan emosional yang baru saja dia alami di apartemennya."Kaylee!"Axel memanggilnya lagi, kali ini dengan sedikit keras, membuat Kayla terlonjak kaget dari lamunannya. "Kaylee, apa yang terjadi? Kenapa kamu diam saja?"Kaylee menggelengkan kepalanya perlahan, bibirnya bergetar tetapi tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Dia merasa kebingungan dan putus asa, tidak tahu harus bagaimana mengatasi semua masalah yang menghantui pikirannya."Baiklah, kalau begitu," kata Axel dengan suara lembut, mencoba menenangkan Kaylee. Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Axel membuka pintu mobilnya, "Masuklah, kita bicara di tempat lain!""Hmm, tapi ...."Kaylee merasa ragu sejenak, tetapi setelah mempertimbangkan situ
Tiba-tiba seorang wanita yang tidak dikenal memakai topi berdiri di depan pintu membuat Kaylee terkejut."Maaf, Anda siapa?" tanya Kaylee, merasa tidak mengenal wanita yang masih berdiri sambil tersenyum itu."Maaf, Nyonya. Saya hanya ingin memberikan paket ini," jawab wanita itu sambil menyodorkan sebuah bingkisan kecil yang dibungkus rapi."Dari siapa ini?" tanya Kaylee penasaran Karena ia merasa tidak memesan sebuah paket apapun bahkan di tinggal du apartemen saja imbaru satu hari."Saya hanya ditugaskan untuk mengantar, Nyonya. Selebihnya, saya tidak tahu. Kalau begitu, saya permisi!" ucap wanita itu sebelum pergi tanpa memberi kesempatan bagi Kaylee untuk bertanya lebih lanjut.Kaylee, yang awalnya hendak pergi, memutuskan untuk kembali ke dalam apartemen. Dia menutup pintu rapat dan membolak-balikkan bingkisan yang ada di tangannya."Apa Kenzo yang mengirimnya?" gumamnya, mencoba menebak-nebak. Dalam hati, dia berharap bahwa suaminya ingin berbaikan dengannya, dan dia bersiap un
Kenzo memegang kemudi mobilnya dengan gemetar, mata membelalak, hatinya berdegup kencang. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi"Brengsek, tidak akan kubiarkan kamu lolos begitu saja!"Berkali-kali ia memukul kemudi meluapkan segala emosi yang ada di dalam hatinya. Sebisanya ada seseorang yang hendak memanfaatkan situasi di saat hatinya sedang tidak baik-baik saja. Seseorang itu pasti tidak tahu bagaimana seorang Kenzo Alexander omosu saat marah! Nyawa bisa menjadi taruhannya."Damn it!" pekik Kenzo, menekan pedal gas dengan keras. Mobilnya meluncur di jalanan kota yang ramai, mengejar mobil hitam yang yang dikendarai oleh seorang penguntit. Pikirannya dipenuhi dengan kemarahan yang meledak-ledak."Shit! Kamu pikir, kamu bisa melakukan sesuatu padaku," gumam Kenzo kepada dirinya sendiri, tatapan tajamnya menatap mobil yang menjadi targetnya. "Aku yakin kamu berniat buruk!"Mobil Kenzo mempercepat, melewati lampu merah dan menabrak tanpa ampun setiap tikungan jala