Kenzo Alexander Amosu, seorang CEO 28 tahun dengan wajahnya yang sangat tampan itu menatap tajam ke arah wanita, yang merupakan pelayan di club langganannya tersebut.
Matanya tak henti menatap ke mana pun wanita itu melangkah sampai akhirnya senyum di bibir seksinya terpancar."Aku mau wanita itu. Bawa dia kemari!"Suaranya penuh ambisi, hingga kedua bodyguardnya langsung bergerak dan membungkukkan tubuh dengan hormat."Baik, Tuan!"Wanita bernama Kaylee yang tengah serius menuang bir ke dalam gelas pelanggannya dibuat terkejut ketika tiba-tiba tangannya diseret oleh dua orang berbadan kekar yang tidak dia kenal."Akh, apa-apaan ini? Lepaskan aku! Siapa kalian?" cicitnya, meronta tanpa daya karena tubuhnya yang kecil tak mampu menandingi kekuatan dua orang.Dua bodyguard Kenzo hanya diam tanpa banyak bicara, hingga akhirnya ia sampai di depan Kenzo. "Tuan, ini wanita yang anda inginkan!" lapornya melepaskan pegangan mereka dari tangan Kaylee.Kaylee terkejut dan sedikit terhuyung saat dua orang itu melepaskan lengannya, ia menatap Kenzo dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan ketakutan. Ia tahu siapa Kenzo.Kenzo adalah pelanggan club tempatnya bekerja yang berbeda dengan pelanggan pada umumnya. Ia hanya akan datang ke club' jika sedang menginginkan seorang wanita untuk memuaskan birahinyaDia tipe pemaksa dan tidak bisa di bantah. Semua wanita tunduk padanya. "M-maaf Tuan, apa aku melakukan kesalahan? Kenapa mereka menarik 'ku?" tanya Kaylee hati-hati takut jika Kenzo tersinggung. Dan juga pikiran buruk sudah mulai berkelana, apa mungkin Kenzo menginginkan dirinya?Tanpa menjawab pertanyaan Kaylee, Kenzo beranjak dari duduknya dan mengitari tubuh wanita itu dengan tatapan penuh intimidasi."Siapa namamu?"Suara maskulin keluar dari bibir pria berkuasa itu. Ia berdiri di depan Kaylee dengan kedua tangannya yang dimasukan ke dalam saku. Matanya menyipit dan enggan sedikitpun berpaling dari wanita di depannya."Nama? Namaku Kaylee!" jawabnya terbata dan mulai menundukkan kepalanya.Tatapan tajam Kenzo membuat Kaylee seperti sedang ditelanjangi hingga tak mampu berkutik sama sekali. Setelah mendapatkan jawaban, Kenzo kembali duduk di sofa dengan sikap yang tenang, namun aura dominannya masih menguasai ruangan."Berapa nominal yang kamu inginkan? Katakan!" tanya Kenzo dengan suara tegas, menciptakan atmosfer menenggang 'kan di sekitarnya."No-nominal untuk apa, Tuan?" Kaylee bertanya dengan suara terbata, keringat mulai membasahi dahinya."Nominal untuk memuaskan 'ku di atas ranjang! Aku menginginkanmu untuk menemaniku!" jawabnya dengan tegas, tanpa rasa bersalah."APA?" Sepasang mata hazel itu terbelalak ketika mendengar apa yang Kenzo katakan. Jantungnya hampir saja melompat karena begitu syok .Bagaimana bisa ia di beri tawaran untuk memuaskan birahi seorang Kenzo Alexander Amosu. Kenapa harus dia? kenapa tidak mencari wanita lain?"Anda becanda, Tuan! Maaf aku tidak mau!" jawab Kaylee menolak dengan tegas."Tidak mau? Bukan jawaban itu yang aku inginkan!" jawab Kenzo masih menatap Kaylee."Terserah, yang jelas aku tidak mau. Anda sudah salah menawarkan hal itu padaku!"Kaylee mulai memundurkan langkahnya saat tatapan Kenzo bagaikan pedang yang siap menghunus dadanya. Pria itu bangkit dari duduknya dengan gerakan tiba-tiba, mendekati Kaylee yang sudah mulai waspada.Tanpa memberikan kesempatan pada Kaylee untuk merespons, Kenzo langsung mencengkeram erat rahangnya, membuat wanita itu terperanjat dan meringis kesakitan."Aargh, sakiitt!""Kamu pasti tahu, siapa itu Kenzo Alexander Amosu? Aku tidak suka di bantah. Dan aku tidak menyukai penolakan!" ujarnya pelan namun cukup membuat Kaylee merinding melihat wajah tampannya yang begitu menakutkan."Selama ini, tidak ada yang pernah berani menolakku!" tambahnya dengan wajah angkuh dan dingin."Aakhh, lepaskan aku! Aku tidak mau, anda bisa mencari wanita lain! Jangan paksa aku!" lirih Kaylee mulai kesulitan bernapas akibat cengkeraman Kenzo yang semakin mengeras.Kenzo melepaskan pegangan tangannya dari rahang Kaylee, hingga wanita itu terbatuk-batuk.Dengan langkah yang tenang, ia kembali duduk di tempatnya, memperhatikan dengan datar tanpa ekspresi, wanita yang masih berusaha menetralkan rasa sakit di lehernya."Aku memberimu kesempatan untuk menjawab 'iya! Jangan membuatku marah!" desis Kenzo geram karena tidak terima dengan penolakan Kaylee. Baginya itu adalah sebuah penghinaan.Kaylee yang sudah merasa baikan itu berdiri di depan Kenzo dengan napas memburu. "Bukankah sudah kubilang tadi, aku tidak mau! Tuan bisa mencari wanita lain!""Kalau Tuan pikir aku sama dengan wanita yang suka Tuan bayar, Tuan salah besar! Aku masih punya harga diri!"Dengan perasaan kesal Kaylee berlalu begitu saja. Kedua bodyguard Kenzo hendak mengejar, namun Kenzo mencegahnya."Biarkan dia pergi!" ucapnya pelan masih memperhatikan Kaylee yang sudah menghilang dari pandangannya.Kedua Bodyguard itu menganggukkan kepalanya dan kembali berdiri di samping Kenzo yang kini sudah menenggak wine di tangannya dengan seringai tipis.*****Di toilet, Kaylee menatap pantulan dirinya di depan cermin, melihat bekas lebam kebiruan di lehernya."Dasar pria brengsek! Benar-benar keterlaluan! Tidak akan kubiarkan dia merendahkan 'ku."Kaylee menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam emosi yang masih melingkupi jiwanya akibat perlakuan Kenzo. "Dia pikir bisa membeli semuanya dengan uang!"Ia mencuci wajahnya di wastafel, Kaylee kembali berbicara pada dirinya sendiri, "Apa pun yang terjadi, aku harus kuat dan tidak boleh membiarkan pria sampah sepertinya bersikap kurang ajar lagi padaku! Tidak peduli seberapa berkuasanya dia."Baru saja ia berbalik hendak keluar, tiba-tiba saja seseorang masuk dan menutup pintu toilet dengan rapat."Hay, cantik!" ucapnya menyeringai ketika membalikkan tubuh."Apa-apaan ini? Siapa kamu?" tanya Kaylee begitu terkejut saat pria tua dengan perut buncit itu mendekatinya."Kamu tidak perlu tau siapa aku? Yang jelas, sudah dari tadi aku memperhatikanmu! Kamu sangat cantik, dan bagaimana kalau kita ...."Pria tua itu mengedipkan sebelah matanya dengan senyum menggoda."Lebih baik anda pergi atau aku akan teriak!" geram Kaylee mulai menjauhkan dirinya.Tatapan pria tua itu membuatnya takut. Tidak mau terjadi sesuatu yang buruk padanya. Kaylee tetap berusaha untuk berhati-hati.Ia merangsak maju hendak keluar, namun pria tua itu merentangkan tangannya membuatnya kembali memundurkan dirinya."Apa mau anda? Aku mohon biarkan aku pergi?" iba Kaylee merasa terjebak dan sulit sekali untuk keluar karena pria itu berdiri di depan pintu toilet."Tidak semudah itu sayang! Aku akan membiarkanmu keluar, tapi layani aku dulu!"Pria tua itu menurunkan resleting celananya dan Kaylee semakin ketakutan."Apa yang anda lakukan, Tuan? Tolong! Tolong siapapun, tolong aku!"Sekuat tenaga ia berteriak, berharap ada yang mau menolongnya. Keadaan toilet yang sepi membuat rasa khawatir dalam dirinya semakin besar."Berteriak 'lah sesuai hatimu! Di sini hanya ada kita berdua!""Jangan! Aku mohon, Tuan, lepaskan aku!"Ia terus memundurkan langkahnya saat pria tua itu sudah membuka sedikit resleting celananya hingga sesuatu di sana sedikit menyembul."Ha ... ha ... ha ... jangan takut, sayang! Sebentar saja! Ini pasti akan menyenangkan!" Pria itu terus menyunggingkan seringai menjijikan di mata Kaylee.Kaylee yang merasa terdesak, meraih apapun yang ada di dekatnya. Ia melemparkan tisu toilet, sabun pencuci tangan atau apapun yang bisa ia gunakan agar pria tua sialan itu tidak macam-macam padanya.."Berhenti! Pergi, aku mohon pergi!" jeritnya menggema di dalam toilet.Ketika pria tua itu mendekat, ia langsung menarik Kaylee ke dalam pelukannya. Ia memberontak, namun tenaganya kalah oleh pria tua itu. "Aku sudah tidak sabar, cantik! Sebentar saja!""Akh, aku mohon lepaskan aku, lepas!"Kaylee terus menjerit ketakutan. Air mata sudah berlomba-lomba keluar ketika tubuh rampingnya di dekap pria tua itu.Namun, saat pria tua dengan perut buncit itu hendak mencium Kaylee, tiba-tiba ....Tiba-tiba pintu toilet terbuka, Kenzo muncul di baliknya dengan santai seolah pemandangan yang ia lihat itu hal biasa. "Ada apa ini?" tanyanya dengan pelan menatap pria tua yang saat ini masih mendekap tubuh Kaylee. Mata Kaylee menatap sendu pria itu, seolah-olah ia meminta pertolongannya. Namun, Kenzo acuh seakan tidak melihatnya. "Sebaiknya anda pergi, jangan mengganggu urusan kami, Tuan!" jawab Pria tua itu tak ingin melepaskan pegangan tangannya dari tubuh Kaylee. "Lepaskan aku, aku mohon!" lirih Kaylee terus menangis. "Hey, pria tua! Apa kamu buta? Ini toilet wanita!" seru Kenzo masih dengan gaya santainya. "Sudah kubilang ini bukan urusan anda, Tuan! Bukankah di sini tidak penting, toilet wanita atau pria! Karena pada akhirnya mereka akan bersama! Hahahaha!" Pria itu tertawa puas membuat Kaylee semakin jijik padanya. Ia merasa seperti wanita murahan, yang tidak bisa melepaskan diri dari dekapannya. "Oh, ya sudah kalau begitu!" Kenzo hendak berbalik keluar, namun gerakann
Kaylee berlalu menyambar tasnya yang teronggok di meja. Wajahnya dipenuhi kecemasan akan keadaan sang tunangan yang saat ini sedang kritis. "Mau kemana kamu?" tanya seorang pria yang melihat wanita itu sudah bersiap-siap hendak pergi. "T-tuan Smith!" ucapnya terkejut. Pria yang menjadi bosnya itu menatapnya tajam. "Mau kemana? Ini masih jam kerja! Layani pelanggan diluar. Aku membayarmu untuk bekerja, bukan untuk bersantai di sini!" sinisnya dengan dingin. "T-tuan aku mohon izinkan aku pulang. Ada hal penting yang harus aku urus!" Kaylee mengiba dengan raut wajah sendu. Ia sudah memiliki feeling jika bosnya itu pasti tidak akan mengizinkan. Maka dari itu ia berniat untuk pulang tanpa izin, tapi Tuan Smith malah mengetahui tindakannya. "Kamu pikir, ini club' milikmu! Kembali bekerja, jangan membuatku marah!" Kaylee menghela napas berat. Bagaimana caranya ia bisa segera pergi ke Rumah sakit. Bayangan Axel tergolek lemah terus memenuhi pandangannya saat ini. "Tuan, aku mohon seben
"Tuan, aku ... aku mau ...." Kaylee berkali-kali meremas jemarinya karena gugup. Mencoba untuk meyakinkan dirinya, ia menatap Kenzo yang sedang menyandarkan kepalanya di ranjang. Pria itu bahkan terus memperhatikan Kaylee yang hanya berdiam diri memantung dengan keadaan yang kacau. "Tuan, aku, aku mau menerima tawarnamu tadi. Aku mau, mau tidur denganmu asal anda membayarku!" Akhirnya perkataan itu keluar dari bibir Kaylee. Ia masih meremas jemarinya dengan gugup. Tubuhnya bergetar, takut dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Cukup lama terdiam, tawa Kenzo membuatnya mendongak. Pria Itu menatap sinis dirinya dan melemparkan tatapan mengejek. "Kamu pikir, tawaran itu masih berlaku sekarang?" jawabnya dengan wajah dingin dan mencemooh. Kaylee meneteskan air matanya ketika ucapan Kenzo membuatnya khawatir. Jika Kenzo menolaknya, kemana lagi ia harus mencari uang sebanyak itu untuk biaya operasi Axel. "Tapi, Tuan bukankah anda tadi ...." "Itu tadi, tidak sekarang. Aku sudah tidak
Limousine berwarna hitam itu sudah menunggu di depan club malam. Satu orang bodyguard membukakan pintu dan Kenzo masuk ke dalamnya. Sedangkan, Kaylee masih terpaku di tempat karena bingung harus melakukan apa!"Kenapa masih berdiri, masuklah!" titah Kenzo menoleh pada Kaylee."Kita mau kemana, Tuan!" tanyanya ragu dan ketakutan."Nanti kamu akan tahu. Sekarang masuk dan jangan membuang-buang waktuku!" geramnya dengan kesal."Silakan, Nona!" ucap salah satu Bodyguard yang masih membuka pintu Limousine.Karena tidak mau membuat Kenzo marah, akhirnya kaylee masuk dan pintu di tutup. Limousine itu meluncur dengan cepat di jalanan yang lengang.Sepanjang perjalanan, Kenzo hanya diam tanpa menoleh sedikitpun. Sedangkan, Kaylee menatap keluar jendela dengan pikiran yang tak menentu.Ia pasrah, jika kehormatannya harus ia serahkan pada Kenzo. Yang jelas, ia harus mendapatkan uang malam ini juga, tak mau keadaan Axel bertambah parah karena terlalu lama menunggu.******Setelah menempuh perjalan
"Pembayaran biaya operasi atas nama Tuan Axel Anderson sudah lunas. Terima kasih!" ucap seorang petugas administrasi di Rumah sakit tempat Axel dirawat.Dengan perasaan lega Kaylee berusaha menarik nafas ketika beban berat yang ia tanggung akhirnya usai. Air mata kembali menetes, berharap Axel segera sembuh dan pengorbanannya tidak sia-sia.Kaylee melangkahkan kakinya menuju kamar rawat Axel, diikuti oleh dua orang bodyguard suruhan Kenzo yang setia mengawal dari belakang. Langkahnya tetap tegar meskipun situasi yang dihadapinya penuh dengan ketidakpastian.Ia hanya bisa menatap di kaca, bagaimana para perawat itu mempersiapkan alat-alat medis untuk memindahkan Axel ke ruang operasi. Matanya yang teduh masih setia terpejam. "Axel!"Kaylee beranjak saat brankar yang membawa tubuh Axel keluar dari kamar rawat dan didorong oleh para tenaga medis. Ia memegang tangan Axel dengan penuh kesedihan."Axel, kamu harus sembuh! Aku akan sel
"Jadi, hari ini aku akan menikah?" Kaylee kembali mengulang pertanyaannya."Iya Nona! Memangnya Nona tidak ingat?"Tiba-tiba saja Madam Marina terkekeh sendiri membuat Kaylee semakin heran dibuatnya."Biasa, kalau mau pengantin baru memang begitu, Nona! Mungkin yang dipikirkan adalah malam pertama, sampai lupa dengan hal lainnya!""Malam pertama!"Ingatan Kaylee kembali pada perjanjiannya dengan Kenzo. Di mana ia akan menikah dengan Kenzo dan menjalani perjanjian yang sudah di sepakati. Madam Marina menghentikan tawa kecilnya dan kembali dengan wajah serius, "Maafkan saya, Nona! Mari kita mulai jangan sampai Tuan Kenzo marah karena terlalu lama menunggu!"Madam Marina menyuruh Kaylee membersihkan diri di kamar mandi dan setelah itu memakai gaun yang sudah ia bawa.Kaylee menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tubuhnya yang ramping berbalut gaun putih nan mewah terlihat sangat sempurna. Namun, wajahnya tidak
Kini, Kenzo dan Kaylee sudah berada di kamar hotel setelah pulang dari gereja tempat mereka mengikat janji suci. Tidak ada pesta apapun. Karena pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan. Kaylee sendiri tidak berharap lebih. Yang ia inginkan hanya waktu cepat berlalu, agar ia bisa terbebas dari Kenzo.Melihat wanita yang ia nikahi hanya diam saja di atas ranjang, Kenzo mendekat. "Aku mau mandi! Saat aku keluar nanti, aku mau kamu sudah mengganti gaun dengan lingerie itu!" ucapnya berlalu begitu saja membuat Kaylee terperanjat. Setelah Kenzo pergi ke kamar mandi, Kaylee menoleh dan pandangannya tertuju pada lingerie merah yang tergeletak di atas ranjang tak jauh darinya."Haruskah aku memakai ini?" gumamnya benar-benar merasa gugup dan sedih karena sebentar lagi kesuciannya akan ia serahkan pada Kenzo.Dengan pelan, ia meraih lingerie tersebut. Jantungnya berdegup kencang. Kaylee beranjak dari tempat tidur, dan terlihat ragu karena takut Kenzo akan melihat saat ia mengganti gaunnya.Mend
"Aaargghhh!"Kenzo menghentikan gerakannya sebentar, menatap Kaylee yang kini menangis di bawah tubuhnya. Perlahan, ia mulai bergerak kembali hingga teriakan Kaylee mereda.Ia menyeringai saat wanita itu kini hanya bisa memejamkan mata dan pasrah oleh keadaan. Tidak bertanya untuk siapa uang yang ia berikan. Karena baginya itu tidak penting. Yang jelas, Kenzo bahagia karena Kaylee mau menerima tawarannya. "T-tuan, ini rasanya sangat sakit sekali, Tuan!" racau Kaylee mencengkeram pundak Kenzo dengan kuat.Kenzo tak menjawab perkataan wanita itu, ia sibuk dengan gairahnya yang sudah semakin memuncak! Bahkan cakaran Kaylee dipundaknya, seolah tak ia rasakan karena yang ia alami saat ini terlalu nikmat untuk di ungkapkan dengan kata-kata."Shit!" Kenzo mengumpat ketika semakin lama tubuh Kaylee, semakin membuatnya kecanduan.Cukup lama bergerak dan menjadi pemimpin, Kenzo akhirnya bisa mencapai pelepasannya. Pria itu terkulai lemas di atas tubuh Kaylee. Sedangkan Kaylee, hanya bisa menang
Kaylee merasa semakin terpuruk. Dia memilih Axel daripada Kenzo, suaminya yang ia cintai. Setelah seminggu tinggal di rumah Axel, mereka bahkan tak lagi berkomunikasi semenjak kejadian malam itu.Ia merasa terlalu lemah untuk keluar dari kamar. Dia duduk di tepi tempat tidur, menangis sendirian, terjebak dalam rasa sesal dan kebingungan. Tetapi kecemburuan itu membuatnya tidak memilih Kenzo.Tiba-tiba, pintu terbuka dan Axel masuk membawa nampan berisi makanan dan minuman."Kapan kamu akan berhenti menangis seperti ini? Apa kamu menyesal telah memilihku?" ucap Axel dengan nada sinis.Kaylee terkejut melihat perubahan sikap Axel. Dia merasa tak mengerti apa kesalahannya, tapi akhir-akhir ini Axel sering menyudutkannya dengan kata-kata kasar."Tidak perlu membahas itu. Aku sudah membuat keputusan," jawab Kaylee sambil menghapus air matanya."Aku tahu kamu masih mencintai suamimu. Kamu pasti menyesal telah memilihku!" jawabnya lagi
BUGH!"ARGH!"Kenzo terhuyung ketika Axel memukulnya. Sontak saja, pria itu tidak bisa menerima perlakuannya dan hendak membalas. Namun, Kayla berdiri di tengah mereka, menghalangi Kenzo dengan tegas, membuat pria itu terkejut sekaligus kecewa."Kamu membelanya? Kamu masih mencintainya?" tanya Kenzo dengan mata memerah, dadanya terasa sesak. Baru saja ia hendak menjalin hubungan baik lagi dengan sang istri, tetapi kejadian itu membuat hatinya kembali kesal."Cukup! Aku tidak membela siapapun. Berhentilah, aku mohon!" jawab Kaylee sambil menangis, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka."Dia pantas dipukul, dia sudah menyakitimu!" sentak Axel, masih menatap tajam Kenzo yang sudah mengepalkan tangannya, siap untuk melawan."Tidak, cukup! Berhenti!" seru Kaylee dengan lantang, berusaha menghentikan pertengkaran mereka.Keduanya saling diam ketika Kaylee terus berteriak. Hanya emosi dan suasana tegang yang ada disekit
Kaylee menghampiri Axel yang sedang duduk di sofa dengan ragu. Dia terus meremas jemarinya, bingung apakah dia seharusnya pergi bersama Axel. Meskipun dia membutuhkan hiburan, dia merasa itu bukan keputusan yang baik."Kamu sudah siap?" tanya Axel, melirik Kaylee yang hanya diam dan berdiri di depannya. Pandangan wanita itu kosong."Kaylee!" panggil Axel lagi, mencoba mendapatkan perhatiannya."Ah, iya, ayo kita berangkat!" jawab Kaylee dengan paksa, mencoba tersenyum.Mereka berdua pergi menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, Axel terus berceloteh, tetapi Kaylee tetap diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Kesedihan masih melanda hatinya, membuatnya sulit untuk fokus."Kaylee!" panggil Axel berharap wanita itu mau membuka mulutnya.Kaylee menoleh ketika Axel memanggilnya. "Ya!" jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan keraguan dalam suaranya."Aku mau, kita bersama seperti dulu. Maafkan aku yang sudah membuatmu menderita dan membuatmu harus menghadapi semuanya sendirian!" ujar A
Kenzo melangkah dengan berat menuju mansion miliknya setelah mencari Istrinya tanpa hasil. Wajahnya mencerminkan kelelahan dan kecemasan yang mendalam.Begitu memasuki ruang kerjanya, dia melemparkan jasnya secara sembrono dan melonggarkan dasinya yang terasa sesak di lehernya."Aku yakin ada sesuatu yang terjadi padanya! Aku tidak bisa terus seperti ini!" gumam Kenzo dalam keputusasaan, mencoba meredakan kegelisahan yang melanda pikirannya.Tangannya merogoh ponsel di saku celananya, menekan tombol panggil pada nama kontak Marko, salah satu bodyguardnya."Halo Marko, cepat cari di mana istriku berada, dan aku tidak mau mendengar alasan apapun. Kalian harus segera menemukannya!" perintah Kenzo dengan suara tegas seolah perkataannya itu tidak pernah bisa dibantah.Setelah memberi perintah, Kenzo menutup sambungan teleponnya dan berjalan menuju lemari minumannya. Dia mengambil botol Vodka dan gelas kecil, menuangkan minuman itu dengan gerak
Kenzo berjalan tergesa-gesa di lobi apartemen. Setelah berada di depan ia segera mengakses kartu apartemennya dan langsung masuk begitu saja tanpa menunggu dibukakan pintu."Kaylee!" Ia berteriak memanggil istrinya, membuka pintu kamar, kamar mandi dan di dapur pun wanita yang sedang ia cari itu tak kunjung ia temukan. "Kemana dia? Bukankah aku menyuruhnya untuk tetap tinggal di sini?" gumam Kenzo mulai merasa kesal. Saat sedang berpikir tiba-tiba matanya menangkap sebuah foto yang tergeletak di atas meja. Sontak saja pria itu langsung menyambarnya. Mendadak rahangnya mengeras dan tangannya mengepal dengan emosi yang menggebu-gebu. "Brengsek! Siapa yang sudah memberikan ini padanya?" Rasa khawatirnya pun terbukti jika seseorang yang tadi memotret dirinya di perusahaan ternyata memang berniat buruk. Buktinya sekarang foto itu sudah berada di apartemennya. "Jangan-jangan dia sudah melihat ini semua!"Merasa
Chapter 71Kaylee membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan perasaan kesal yang memenuhi hatinya. Ingatannya tentang apa yang baru saja dilihatnya di apartemen membuatnya merasa hancur. Dalam kebingungannya, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Kenapa kamu bisa melakukan hal itu. Kenapa tidak memberiku kesempatan untuk memutuskan perasaan ini sampai kamu harus berselingkuh dengan wanita lain!" lirih Kaylee merenung.Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, dan Axel masuk membawa segelas susu dan semangkuk bubur."Kenapa kamu tidak istirahat?" tanyanya menatap wanita yang masih duduk di atas tempat tidur. "Ah, tidak! Aku belum ngantuk!" jawab Kaylee merasa canggung. Karena ia sudah menjadi istri Kenzo, hubungannya dengan Axel tidak lagi sehangat dulu."Ya sudah kalau begitu minumlah susu dan bubur ini. Ingat di dalam perutmu ada kehidupan lain, jangan biarkan dirimu kelaparan karena bukan hanya kamu yang menderita, tet
"Axel!" lirih Kaylee terkejut saat melihat pria itu yang ada di dalam mobil."Kaylee, kenapa kamu ada di sini?"Namun, Kaylee hanya diam membisu, pandangannya masih terpaku pada jalan di depan tanpa memberikan jawaban apapun. Pikirannya masih terombang-ambing di tengah-tengah kekacauan emosional yang baru saja dia alami di apartemennya."Kaylee!"Axel memanggilnya lagi, kali ini dengan sedikit keras, membuat Kayla terlonjak kaget dari lamunannya. "Kaylee, apa yang terjadi? Kenapa kamu diam saja?"Kaylee menggelengkan kepalanya perlahan, bibirnya bergetar tetapi tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Dia merasa kebingungan dan putus asa, tidak tahu harus bagaimana mengatasi semua masalah yang menghantui pikirannya."Baiklah, kalau begitu," kata Axel dengan suara lembut, mencoba menenangkan Kaylee. Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Axel membuka pintu mobilnya, "Masuklah, kita bicara di tempat lain!""Hmm, tapi ...."Kaylee merasa ragu sejenak, tetapi setelah mempertimbangkan situ
Tiba-tiba seorang wanita yang tidak dikenal memakai topi berdiri di depan pintu membuat Kaylee terkejut."Maaf, Anda siapa?" tanya Kaylee, merasa tidak mengenal wanita yang masih berdiri sambil tersenyum itu."Maaf, Nyonya. Saya hanya ingin memberikan paket ini," jawab wanita itu sambil menyodorkan sebuah bingkisan kecil yang dibungkus rapi."Dari siapa ini?" tanya Kaylee penasaran Karena ia merasa tidak memesan sebuah paket apapun bahkan di tinggal du apartemen saja imbaru satu hari."Saya hanya ditugaskan untuk mengantar, Nyonya. Selebihnya, saya tidak tahu. Kalau begitu, saya permisi!" ucap wanita itu sebelum pergi tanpa memberi kesempatan bagi Kaylee untuk bertanya lebih lanjut.Kaylee, yang awalnya hendak pergi, memutuskan untuk kembali ke dalam apartemen. Dia menutup pintu rapat dan membolak-balikkan bingkisan yang ada di tangannya."Apa Kenzo yang mengirimnya?" gumamnya, mencoba menebak-nebak. Dalam hati, dia berharap bahwa suaminya ingin berbaikan dengannya, dan dia bersiap un
Kenzo memegang kemudi mobilnya dengan gemetar, mata membelalak, hatinya berdegup kencang. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi"Brengsek, tidak akan kubiarkan kamu lolos begitu saja!"Berkali-kali ia memukul kemudi meluapkan segala emosi yang ada di dalam hatinya. Sebisanya ada seseorang yang hendak memanfaatkan situasi di saat hatinya sedang tidak baik-baik saja. Seseorang itu pasti tidak tahu bagaimana seorang Kenzo Alexander omosu saat marah! Nyawa bisa menjadi taruhannya."Damn it!" pekik Kenzo, menekan pedal gas dengan keras. Mobilnya meluncur di jalanan kota yang ramai, mengejar mobil hitam yang yang dikendarai oleh seorang penguntit. Pikirannya dipenuhi dengan kemarahan yang meledak-ledak."Shit! Kamu pikir, kamu bisa melakukan sesuatu padaku," gumam Kenzo kepada dirinya sendiri, tatapan tajamnya menatap mobil yang menjadi targetnya. "Aku yakin kamu berniat buruk!"Mobil Kenzo mempercepat, melewati lampu merah dan menabrak tanpa ampun setiap tikungan jala