"Tuan, aku ... aku mau ...."
Kaylee berkali-kali meremas jemarinya karena gugup. Mencoba untuk meyakinkan dirinya, ia menatap Kenzo yang sedang menyandarkan kepalanya di ranjang.Pria itu bahkan terus memperhatikan Kaylee yang hanya berdiam diri memantung dengan keadaan yang kacau."Tuan, aku, aku mau menerima tawarnamu tadi. Aku mau, mau tidur denganmu asal anda membayarku!"Akhirnya perkataan itu keluar dari bibir Kaylee. Ia masih meremas jemarinya dengan gugup. Tubuhnya bergetar, takut dengan apa yang baru saja ia ucapkan.Cukup lama terdiam, tawa Kenzo membuatnya mendongak. Pria Itu menatap sinis dirinya dan melemparkan tatapan mengejek."Kamu pikir, tawaran itu masih berlaku sekarang?" jawabnya dengan wajah dingin dan mencemooh.Kaylee meneteskan air matanya ketika ucapan Kenzo membuatnya khawatir. Jika Kenzo menolaknya, kemana lagi ia harus mencari uang sebanyak itu untuk biaya operasi Axel."Tapi, Tuan bukankah anda tadi ....""Itu tadi, tidak sekarang. Aku sudah tidak berminat untuk tidur denganmu. Apa kamu tidak melihat di sebelahku sudah ada wanita!"Wanita bertubuh seksi itu tampak tersenyum mengejek ke arah Kaylee dan mengeratkan pelukannya pada Kenzo."Tapi, Tuan aku sangat membutuhkan uang! Aku mohon!" lirih Kaylee mulai frustasi."Apa kamu tuli! Aku sudah tidak berminat tidur denganmu! Pergi dan jangan menggangguku!" usir Kenzo mengibaskan tangannya.Hati Kaylee terasa perih dan sakit. Ia seperti tidak memiliki harga diri, memohon pada seorang pria agar mau membayar kehormatannya. Kaylee berbalik dan melangkahkan kakinya gontai."Tunggu!"Panggilan Kenzo seperti secercah cahaya yang membawanya pada sebuah harapan yang besar."Ya, Tuan!" jawab Kaylee tersenyum dengan wajah berbinar."Jangan lupa tutup pintunya, dan pergilah!" usir Kenzo kembali.Kaylee pikir Kenzo memanggilnya karena berubah pikiran, namun pria itu hanya mengucapkan kata yang menurutnya tidak penting. Akhirnya kaylee keluar dengan perasaan yang berkecamuk.Ia menangis sejadi-jadinya di luar. Meremas dadanya sendiri. "Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?" lirih Kaylee.Masih terisak disebelah pintu kamar Kenzo. Seketika matanya menangkap sosok pria yang menjadi bosnya. Segera Kaylee melangkahkan kakinya cepat, menghampiri Tuan Smith yang juga baru keluar dari kamar dengan seorang wanita."Tuan, Tuan Smith!"Pria yang sedang merangkul wanita seksi itu pun menolehkan wajahnya. Ia terkejut melihat Kaylee kembali ke club' miliknya."Tuan, aku sendang membutuhkan bantuan anda. Aku mohon, Tuan! Tunanganku harus segera di operasi dan membutuhkan biaya 500 juta. Aku mohon Tuan mau menolongku!"Kaylee terus berbicara tanpa jeda hingga pria yang menjadi bosnya itu terkejut. Mengingat bagaimana tadi Kaylee abai dengan perkataannya, membuat Tuan Smith marah."500 juta? Apa kamu sudah gila?""Tapi Tuan, aku sedang membutuhkan uang itu sekarang. Aku mohon tolong aku, aku berjanji akan segera melunasinya!"Tangis Kaylee pecah dan ia berlutut di hadapan atasannya itu. Tak ada yang bisa ia lakukan lagi. Harapannya hanya tinggal Tuan Smith, karena Kenzo sudah menolaknya."Tidak, tidak ada uang untukmu. Kembali bekerja atau aku akan memecat 'mu! Kamu sudah membuatku marah, dan mengabaikan perintahku tadi! Jadi jangan bermimpi mendapatkan pinjaman dariku!" jawabnya membuat Kaylee semakin sesak."Aku mohon Tuan, sekali saja tolong aku! Aku mohon!" mohon Kaylee namun tak membuat Tuan Smith iba."Jangan membuatku marah! Pergilah bekerja, atau kamu ku pecat!" sentaknya berlalu merangkul wanita di sebelahnya.Kaylee semakin histeris. Ia beranjak dan melangkahkan kakinya gontai. Menyeka air matanya kasar dan mencoba kembali bekerja walaupun pikirannya tetap tidak bisa fokus."Axel, maafkan aku! Aku belum bisa mendapatkan uang untuk biaya operasimu!" batinnya ikut menangis.Kaylee mengambil beberapa botol bir yang di pesan pelanggannya, ia terkejut ketika seorang pria menarik lengannya."Aargghh, apa yang anda lakukan?" teriaknya karena hampir saja terjatuh."Nona cantik, maukah kamu menemani Om?" tanyanya hingga pasang mata Kaylee terbelalak."Sebentar saja. Aku akan membayarmu!" ucap pria itu tersenyum.Kaylee masih terdiam. Ketika dirinya yang frustasi di hadapakan oleh situasi seperti ini, ia tidak memiliki pilihan lain. Sudah terhitung dua pria yang memberikan tawaran itu, dan satu pria tua yang hendak berniat buruk padanya."Baiklah Om, aku mau! Tapi aku mau Om membayarku 500 juta!" ucap Kaylee memberikan penawaran.Sontak saja ucapannya membuat Om berkumis itu keberatan. Ia menggelengkan kepalanya, "500 juta itu buka uang yang sedikit, Nona! Om hanya mau membayarmu 50 juta!" jawabnya membuat Kaylee gamang.Jika ia menerima tawaran Om itu, tetap saja ia tidak bisa menutupi biaya operasi Axel. Panggilan pria itu membuatnya tersadar."Mau tidak? Kalau tidak mau ya' sudah. Om bisa mencari wanita lain!" jawabnya hendak berlalu."Baiklah Om, aku mau. 50 juta!" jawab Kaylee tanpa berpikir kembali.Setelah ini ia akan memikirkan cara untuk mencari sisa biayanya. Yang terpenting ia memiliki pegangan, walaupun nominalnya sangat jauh dengan yang ia butuhkan saat ini.Om itu tersenyum senang karena Kaylee menerima tawarannya. Ia menarik lengan Kaylee dan membawanya ke ruangan VVIP."Duduklah!" titahnya ketika di ruangan itu hanya ada mereka berdua.Dengan ragu, Kaylee mendaratkan bokongnya di sofa. Om itu duduk di sebelahnya, dengan tatapan buas hingga Kaylee sedikit menjauhkan tubuhnya."Jangan jauh-jauh sayang. Sini mendekat sama Om!" ajaknya menarik lengan Kaylee, namun Kaylee terlihat ragu tapi tidak bisa menolak."Om, aku ....""Kita main di sini saja. Cepat buka pakaianmu!" titahnya tersenyum menggoda.Kaylee memeluk tubuhnya, ia menggelengkan kepalanya enggan untuk menuruti pria tua itu."Kenapa kamu diam? Cepatlah, setelah ini Om akan membayarmu!""Tapi, Om!""Lama sekali, aku sudah tidak tahan!""Aakhh, Om, jangan Om!" jerit Kaylee ketika pria tua itu menarik kemejanya hingga semua kancingnya terlepas. Mulai mendekatkan wajahnya pada leher Kaylee, namun wanita itu memberontak."Jangan, aku mohon! Aarggh, tolong!" teriaknya ketakutan. Ia lupa jika ia ada di sana karena negosiasi yang ia buat bersama Om itu.Kaylee menahan kepala Om itu agar tidak terus memaksa untuk menciumnya. Namun, pria yang sudah lepas kendali, menatap buas ketika aset milik kaylee yang terhalang penutup dada berwarna hitam itu menyembul membuatnya kepanasan.Kaylee menangis, dan terus menolak. Beberapa kali ia menjauhkan tubuhnya agar pria itu tak terus menjamahnya.Brak!Pintu terbuka tiba-tiba, dan muncullah Kenzo dengan wajah dingin yang dipenuhi aura menakutkan. Suasana ruangan seketika menjadi tegang."Apa-apaan ini?" sentak Om itu tidak terima.Bugh!Bugh!"Aargghh, apa yang kamu lakukan? Kenapa memukulku!" pekik Om itu ketika Kenzo memberikan dua pukulan di rahangnya hingga darah mengalir di sudut bibirnya.Kaylee berlari ke sudut ruangan dan memeluk tubuhnya. Ia menangis sejadi-jadinya karena merasa kotor setelah tubuhnya di sentuh pria tua itu."Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Pergi, dan jangan mengganggu wanita itu!"Tak ingin kembali di pukul, dengan perasaan kesal, Om itu akhirnya keluar. Kini, tinggal 'lah Kenzo dan Kaylee berdua di dalam ruangan.Kaylee masih menangis dan mencoba mengeratkan kemejanya yang sudah tak memiliki kancing."Dasar wanita bodoh! Kamu menolak ku, dan lebih memilih menjual dirimu pada si tua bangka itu!" geram Kenzo merasa terhina karena Kaylee langsung menerima negosiasi Ok tadi."Bukankah, bukankah tadi Tuan menolak 'ku!" lirih Kaylee merasa malu.Kenzo mendekat dan melemparkan jas yang terlampir di tangannya pada Kaylee."Tutupi tubuhmu dan ikut aku!" perintahnya berlalu keluar.Dengan cepat Kaylee memakai jas yang Kenzo berikan agar tubuhnya di bagian depan tidak terekspos. Ia mengekor Kenzo dengan perasaan bingung."T-rerima kasih Tuan!" ucap Kaylee membuat langkah Kenzo yang ada di depannya terhenti.Pria itu menolehkan wajahnya pada Kaylee masih dengan tatapan dingin tanpa ekspresi apapun."Semuanya tidak gratis! Kamu harus membayarnya. Untuk kali ini, aku tidak akan melepaskanmu!" jawabnya menyeringai.Limousine berwarna hitam itu sudah menunggu di depan club malam. Satu orang bodyguard membukakan pintu dan Kenzo masuk ke dalamnya. Sedangkan, Kaylee masih terpaku di tempat karena bingung harus melakukan apa!"Kenapa masih berdiri, masuklah!" titah Kenzo menoleh pada Kaylee."Kita mau kemana, Tuan!" tanyanya ragu dan ketakutan."Nanti kamu akan tahu. Sekarang masuk dan jangan membuang-buang waktuku!" geramnya dengan kesal."Silakan, Nona!" ucap salah satu Bodyguard yang masih membuka pintu Limousine.Karena tidak mau membuat Kenzo marah, akhirnya kaylee masuk dan pintu di tutup. Limousine itu meluncur dengan cepat di jalanan yang lengang.Sepanjang perjalanan, Kenzo hanya diam tanpa menoleh sedikitpun. Sedangkan, Kaylee menatap keluar jendela dengan pikiran yang tak menentu.Ia pasrah, jika kehormatannya harus ia serahkan pada Kenzo. Yang jelas, ia harus mendapatkan uang malam ini juga, tak mau keadaan Axel bertambah parah karena terlalu lama menunggu.******Setelah menempuh perjalan
"Pembayaran biaya operasi atas nama Tuan Axel Anderson sudah lunas. Terima kasih!" ucap seorang petugas administrasi di Rumah sakit tempat Axel dirawat.Dengan perasaan lega Kaylee berusaha menarik nafas ketika beban berat yang ia tanggung akhirnya usai. Air mata kembali menetes, berharap Axel segera sembuh dan pengorbanannya tidak sia-sia.Kaylee melangkahkan kakinya menuju kamar rawat Axel, diikuti oleh dua orang bodyguard suruhan Kenzo yang setia mengawal dari belakang. Langkahnya tetap tegar meskipun situasi yang dihadapinya penuh dengan ketidakpastian.Ia hanya bisa menatap di kaca, bagaimana para perawat itu mempersiapkan alat-alat medis untuk memindahkan Axel ke ruang operasi. Matanya yang teduh masih setia terpejam. "Axel!"Kaylee beranjak saat brankar yang membawa tubuh Axel keluar dari kamar rawat dan didorong oleh para tenaga medis. Ia memegang tangan Axel dengan penuh kesedihan."Axel, kamu harus sembuh! Aku akan sel
"Jadi, hari ini aku akan menikah?" Kaylee kembali mengulang pertanyaannya."Iya Nona! Memangnya Nona tidak ingat?"Tiba-tiba saja Madam Marina terkekeh sendiri membuat Kaylee semakin heran dibuatnya."Biasa, kalau mau pengantin baru memang begitu, Nona! Mungkin yang dipikirkan adalah malam pertama, sampai lupa dengan hal lainnya!""Malam pertama!"Ingatan Kaylee kembali pada perjanjiannya dengan Kenzo. Di mana ia akan menikah dengan Kenzo dan menjalani perjanjian yang sudah di sepakati. Madam Marina menghentikan tawa kecilnya dan kembali dengan wajah serius, "Maafkan saya, Nona! Mari kita mulai jangan sampai Tuan Kenzo marah karena terlalu lama menunggu!"Madam Marina menyuruh Kaylee membersihkan diri di kamar mandi dan setelah itu memakai gaun yang sudah ia bawa.Kaylee menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tubuhnya yang ramping berbalut gaun putih nan mewah terlihat sangat sempurna. Namun, wajahnya tidak
Kini, Kenzo dan Kaylee sudah berada di kamar hotel setelah pulang dari gereja tempat mereka mengikat janji suci. Tidak ada pesta apapun. Karena pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan. Kaylee sendiri tidak berharap lebih. Yang ia inginkan hanya waktu cepat berlalu, agar ia bisa terbebas dari Kenzo.Melihat wanita yang ia nikahi hanya diam saja di atas ranjang, Kenzo mendekat. "Aku mau mandi! Saat aku keluar nanti, aku mau kamu sudah mengganti gaun dengan lingerie itu!" ucapnya berlalu begitu saja membuat Kaylee terperanjat. Setelah Kenzo pergi ke kamar mandi, Kaylee menoleh dan pandangannya tertuju pada lingerie merah yang tergeletak di atas ranjang tak jauh darinya."Haruskah aku memakai ini?" gumamnya benar-benar merasa gugup dan sedih karena sebentar lagi kesuciannya akan ia serahkan pada Kenzo.Dengan pelan, ia meraih lingerie tersebut. Jantungnya berdegup kencang. Kaylee beranjak dari tempat tidur, dan terlihat ragu karena takut Kenzo akan melihat saat ia mengganti gaunnya.Mend
"Aaargghhh!"Kenzo menghentikan gerakannya sebentar, menatap Kaylee yang kini menangis di bawah tubuhnya. Perlahan, ia mulai bergerak kembali hingga teriakan Kaylee mereda.Ia menyeringai saat wanita itu kini hanya bisa memejamkan mata dan pasrah oleh keadaan. Tidak bertanya untuk siapa uang yang ia berikan. Karena baginya itu tidak penting. Yang jelas, Kenzo bahagia karena Kaylee mau menerima tawarannya. "T-tuan, ini rasanya sangat sakit sekali, Tuan!" racau Kaylee mencengkeram pundak Kenzo dengan kuat.Kenzo tak menjawab perkataan wanita itu, ia sibuk dengan gairahnya yang sudah semakin memuncak! Bahkan cakaran Kaylee dipundaknya, seolah tak ia rasakan karena yang ia alami saat ini terlalu nikmat untuk di ungkapkan dengan kata-kata."Shit!" Kenzo mengumpat ketika semakin lama tubuh Kaylee, semakin membuatnya kecanduan.Cukup lama bergerak dan menjadi pemimpin, Kenzo akhirnya bisa mencapai pelepasannya. Pria itu terkulai lemas di atas tubuh Kaylee. Sedangkan Kaylee, hanya bisa menang
Dengan hati yang hancur, Kaylee meremas selimut di sekeliling tubuhnya, mencoba keras untuk menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh Kenzo. Kenzo bergerak dengan santainya, tidak peduli dengan perasaan Kaylee. Kenzo segera mengenakan pakaiannya tanpa sepatah kata pun, seolah-olah melupakan keberadaan Kaylee begitu saja. Ia telah membayar Kaylee, jadi mau tidak mau Kaylee harus menuruti perintahnya."Jangan menangis! Bukannya ini yang kamu mau?""Kamu sudah mendapatkan uangmu, maka biarkan aku mendapatkan hakku! Aku menyentuhmu setelah menikah, walaupun pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan!" ucap Kenzo yang tahu jika wanita itu menangis karena bahunya berguncang.Kaylee mengusap kasar air matanya, kemudian bangkit sembari mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia berbicara pada Kenzo. "Tuan, aku mohon izinkan aku ke rumah sakit sebentar saja! Anggap saja kalau aku hanya ingin mengucapkan selamat perpisahan pada Axel!"Dengan berat hati Kaylee berbicara seperti itu. Ia berhar
Kaylee menatap wajah teduh pria tampan di depannya. Ia terus memegang tangan Axel, seperti tidak ingin melepaskannya."Bagaimana kabarmu?" tanya Kaylee sambil menggenggam erat tangan pria yang masih setia memejamkan matanya."Mungkin setelah ini aku tidak bisa menemanimu lagi," ucap Kaylee dengan suara lemah, mengungkapkan rasa sakit dan keputusasaan yang terlalu berat untuk diucapkan.Air mata mulai mengalir di pipinya. Dia berusaha menahan rasa sakit dan kehilangan yang melanda dirinya. Namun, dia tahu dia harus tetap kuat untuk Axel. Walaupun Kaylee tahu, saat ini dia sudah tidak pantas untuk Axel. Tetapi harapan itu tetap ada, meskipun hanya setetes air."Sekali lagi maafkan aku, Axel! Setelah sembuh nanti, aku harap kamu bisa menjalani hidup ini dengan baik tanpa aku!"Dengan susah payah, Kaylee menyeka air matanya dan berusaha untuk tetap tersenyum, walaupun dia tahu Axel tidak bisa melihatnya. Tetapi, Kaylee yakin pria itu bisa men
Kaylee melangkah masuk ke dalam kamarnya dengan gontai. Dia merasakan beban yang begitu berat di pundaknya, membuatnya hampir tidak mampu untuk bernapas. Setelah menutup pintu kamar, Kaylee menyingkirkan sepatunya dan duduk di pinggiran ranjang. Matanya memandang kosong ke dinding, mencoba mengatasi gelombang kecemasan yang menghantamnya. Dia mengambil napas dalam-dalam, berusaha membebaskan diri dari belenggu yang menyiksa hatinya. Setelah beberapa saat, dengan perlahan-lahan, Kaylee merebahkan diri di atas ranjang, membiarkan tubuhnya meresapi kenyamanan tempat itu. "Lelah sekali! Aku sangat lelah!"Masih memakai gaun pengantin, Kaylee terlelap begitu saja ketika tubuh dan hatinya benar-benar lelah.Ia dan Kenzo tidak tidur dalam kamar yang sama. Dan Kaylee merasa sedikit tenang ketika Kenzo mengatakan akan pergi dalam waktu dua hari, itu berarti dirinya tak harus melayani pria itu.*****Sementara itu di rumah saki
Kaylee merasa semakin terpuruk. Dia memilih Axel daripada Kenzo, suaminya yang ia cintai. Setelah seminggu tinggal di rumah Axel, mereka bahkan tak lagi berkomunikasi semenjak kejadian malam itu.Ia merasa terlalu lemah untuk keluar dari kamar. Dia duduk di tepi tempat tidur, menangis sendirian, terjebak dalam rasa sesal dan kebingungan. Tetapi kecemburuan itu membuatnya tidak memilih Kenzo.Tiba-tiba, pintu terbuka dan Axel masuk membawa nampan berisi makanan dan minuman."Kapan kamu akan berhenti menangis seperti ini? Apa kamu menyesal telah memilihku?" ucap Axel dengan nada sinis.Kaylee terkejut melihat perubahan sikap Axel. Dia merasa tak mengerti apa kesalahannya, tapi akhir-akhir ini Axel sering menyudutkannya dengan kata-kata kasar."Tidak perlu membahas itu. Aku sudah membuat keputusan," jawab Kaylee sambil menghapus air matanya."Aku tahu kamu masih mencintai suamimu. Kamu pasti menyesal telah memilihku!" jawabnya lagi
BUGH!"ARGH!"Kenzo terhuyung ketika Axel memukulnya. Sontak saja, pria itu tidak bisa menerima perlakuannya dan hendak membalas. Namun, Kayla berdiri di tengah mereka, menghalangi Kenzo dengan tegas, membuat pria itu terkejut sekaligus kecewa."Kamu membelanya? Kamu masih mencintainya?" tanya Kenzo dengan mata memerah, dadanya terasa sesak. Baru saja ia hendak menjalin hubungan baik lagi dengan sang istri, tetapi kejadian itu membuat hatinya kembali kesal."Cukup! Aku tidak membela siapapun. Berhentilah, aku mohon!" jawab Kaylee sambil menangis, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka."Dia pantas dipukul, dia sudah menyakitimu!" sentak Axel, masih menatap tajam Kenzo yang sudah mengepalkan tangannya, siap untuk melawan."Tidak, cukup! Berhenti!" seru Kaylee dengan lantang, berusaha menghentikan pertengkaran mereka.Keduanya saling diam ketika Kaylee terus berteriak. Hanya emosi dan suasana tegang yang ada disekit
Kaylee menghampiri Axel yang sedang duduk di sofa dengan ragu. Dia terus meremas jemarinya, bingung apakah dia seharusnya pergi bersama Axel. Meskipun dia membutuhkan hiburan, dia merasa itu bukan keputusan yang baik."Kamu sudah siap?" tanya Axel, melirik Kaylee yang hanya diam dan berdiri di depannya. Pandangan wanita itu kosong."Kaylee!" panggil Axel lagi, mencoba mendapatkan perhatiannya."Ah, iya, ayo kita berangkat!" jawab Kaylee dengan paksa, mencoba tersenyum.Mereka berdua pergi menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, Axel terus berceloteh, tetapi Kaylee tetap diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Kesedihan masih melanda hatinya, membuatnya sulit untuk fokus."Kaylee!" panggil Axel berharap wanita itu mau membuka mulutnya.Kaylee menoleh ketika Axel memanggilnya. "Ya!" jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan keraguan dalam suaranya."Aku mau, kita bersama seperti dulu. Maafkan aku yang sudah membuatmu menderita dan membuatmu harus menghadapi semuanya sendirian!" ujar A
Kenzo melangkah dengan berat menuju mansion miliknya setelah mencari Istrinya tanpa hasil. Wajahnya mencerminkan kelelahan dan kecemasan yang mendalam.Begitu memasuki ruang kerjanya, dia melemparkan jasnya secara sembrono dan melonggarkan dasinya yang terasa sesak di lehernya."Aku yakin ada sesuatu yang terjadi padanya! Aku tidak bisa terus seperti ini!" gumam Kenzo dalam keputusasaan, mencoba meredakan kegelisahan yang melanda pikirannya.Tangannya merogoh ponsel di saku celananya, menekan tombol panggil pada nama kontak Marko, salah satu bodyguardnya."Halo Marko, cepat cari di mana istriku berada, dan aku tidak mau mendengar alasan apapun. Kalian harus segera menemukannya!" perintah Kenzo dengan suara tegas seolah perkataannya itu tidak pernah bisa dibantah.Setelah memberi perintah, Kenzo menutup sambungan teleponnya dan berjalan menuju lemari minumannya. Dia mengambil botol Vodka dan gelas kecil, menuangkan minuman itu dengan gerak
Kenzo berjalan tergesa-gesa di lobi apartemen. Setelah berada di depan ia segera mengakses kartu apartemennya dan langsung masuk begitu saja tanpa menunggu dibukakan pintu."Kaylee!" Ia berteriak memanggil istrinya, membuka pintu kamar, kamar mandi dan di dapur pun wanita yang sedang ia cari itu tak kunjung ia temukan. "Kemana dia? Bukankah aku menyuruhnya untuk tetap tinggal di sini?" gumam Kenzo mulai merasa kesal. Saat sedang berpikir tiba-tiba matanya menangkap sebuah foto yang tergeletak di atas meja. Sontak saja pria itu langsung menyambarnya. Mendadak rahangnya mengeras dan tangannya mengepal dengan emosi yang menggebu-gebu. "Brengsek! Siapa yang sudah memberikan ini padanya?" Rasa khawatirnya pun terbukti jika seseorang yang tadi memotret dirinya di perusahaan ternyata memang berniat buruk. Buktinya sekarang foto itu sudah berada di apartemennya. "Jangan-jangan dia sudah melihat ini semua!"Merasa
Chapter 71Kaylee membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan perasaan kesal yang memenuhi hatinya. Ingatannya tentang apa yang baru saja dilihatnya di apartemen membuatnya merasa hancur. Dalam kebingungannya, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Kenapa kamu bisa melakukan hal itu. Kenapa tidak memberiku kesempatan untuk memutuskan perasaan ini sampai kamu harus berselingkuh dengan wanita lain!" lirih Kaylee merenung.Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, dan Axel masuk membawa segelas susu dan semangkuk bubur."Kenapa kamu tidak istirahat?" tanyanya menatap wanita yang masih duduk di atas tempat tidur. "Ah, tidak! Aku belum ngantuk!" jawab Kaylee merasa canggung. Karena ia sudah menjadi istri Kenzo, hubungannya dengan Axel tidak lagi sehangat dulu."Ya sudah kalau begitu minumlah susu dan bubur ini. Ingat di dalam perutmu ada kehidupan lain, jangan biarkan dirimu kelaparan karena bukan hanya kamu yang menderita, tet
"Axel!" lirih Kaylee terkejut saat melihat pria itu yang ada di dalam mobil."Kaylee, kenapa kamu ada di sini?"Namun, Kaylee hanya diam membisu, pandangannya masih terpaku pada jalan di depan tanpa memberikan jawaban apapun. Pikirannya masih terombang-ambing di tengah-tengah kekacauan emosional yang baru saja dia alami di apartemennya."Kaylee!"Axel memanggilnya lagi, kali ini dengan sedikit keras, membuat Kayla terlonjak kaget dari lamunannya. "Kaylee, apa yang terjadi? Kenapa kamu diam saja?"Kaylee menggelengkan kepalanya perlahan, bibirnya bergetar tetapi tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Dia merasa kebingungan dan putus asa, tidak tahu harus bagaimana mengatasi semua masalah yang menghantui pikirannya."Baiklah, kalau begitu," kata Axel dengan suara lembut, mencoba menenangkan Kaylee. Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Axel membuka pintu mobilnya, "Masuklah, kita bicara di tempat lain!""Hmm, tapi ...."Kaylee merasa ragu sejenak, tetapi setelah mempertimbangkan situ
Tiba-tiba seorang wanita yang tidak dikenal memakai topi berdiri di depan pintu membuat Kaylee terkejut."Maaf, Anda siapa?" tanya Kaylee, merasa tidak mengenal wanita yang masih berdiri sambil tersenyum itu."Maaf, Nyonya. Saya hanya ingin memberikan paket ini," jawab wanita itu sambil menyodorkan sebuah bingkisan kecil yang dibungkus rapi."Dari siapa ini?" tanya Kaylee penasaran Karena ia merasa tidak memesan sebuah paket apapun bahkan di tinggal du apartemen saja imbaru satu hari."Saya hanya ditugaskan untuk mengantar, Nyonya. Selebihnya, saya tidak tahu. Kalau begitu, saya permisi!" ucap wanita itu sebelum pergi tanpa memberi kesempatan bagi Kaylee untuk bertanya lebih lanjut.Kaylee, yang awalnya hendak pergi, memutuskan untuk kembali ke dalam apartemen. Dia menutup pintu rapat dan membolak-balikkan bingkisan yang ada di tangannya."Apa Kenzo yang mengirimnya?" gumamnya, mencoba menebak-nebak. Dalam hati, dia berharap bahwa suaminya ingin berbaikan dengannya, dan dia bersiap un
Kenzo memegang kemudi mobilnya dengan gemetar, mata membelalak, hatinya berdegup kencang. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi"Brengsek, tidak akan kubiarkan kamu lolos begitu saja!"Berkali-kali ia memukul kemudi meluapkan segala emosi yang ada di dalam hatinya. Sebisanya ada seseorang yang hendak memanfaatkan situasi di saat hatinya sedang tidak baik-baik saja. Seseorang itu pasti tidak tahu bagaimana seorang Kenzo Alexander omosu saat marah! Nyawa bisa menjadi taruhannya."Damn it!" pekik Kenzo, menekan pedal gas dengan keras. Mobilnya meluncur di jalanan kota yang ramai, mengejar mobil hitam yang yang dikendarai oleh seorang penguntit. Pikirannya dipenuhi dengan kemarahan yang meledak-ledak."Shit! Kamu pikir, kamu bisa melakukan sesuatu padaku," gumam Kenzo kepada dirinya sendiri, tatapan tajamnya menatap mobil yang menjadi targetnya. "Aku yakin kamu berniat buruk!"Mobil Kenzo mempercepat, melewati lampu merah dan menabrak tanpa ampun setiap tikungan jala