Suara gelas terjatuh dari luar membuat Reyna segera bangkit dari kasur padahal jam sudah menunjukan pukul satu malam. Namun wanita ini seakan tahu bahwa ada seseorang di luar sana yang tengah merecoki area dapurnya.
"Pak Andreas," panggil Reyna ketika melihat seorang lelaki dengan pakaian tidur warna pink tengah mencoba membuka kulkas dengan kedua siku tangannya."Saya sudah bilang kalau mau sesuatu tinggal panggil saya," ucap Reyna membuat Andreas menganggukan kepalanya."Saya pikir kamu sudah tidur, jadi saya berinisiatif membuat teh susu sendiri karena tidak bisa tidur," balas Andreas membuat Reyna menghela napasnya dengan berat.Reyna mempersilahkan Andreas untuk duduk terlebih dahulu di meja dapur sedangkan wanita itu mulai membereskan beberapa kekacauan yang dibuat bosnya sebelum menyeduh teh susu untuk Andreas.Selesai menyeduh, Reyna memberikan segelas teh susu dengan sedotan di dalamnya. Tidak sampai disana saja, Reyna bahkan memegangi gelas teh susu yang diminum Andreas sekarang karena melihat dua tangan pria itu masih diperban."Mau nonton televisi?" tanya Reyna ketika melihat sedari tadi bosnya memandangi tv miliknya yang berada di depan sofa persis."Toh besok kerja dari rumahkan, karena tidak mungkin Bapak ke kantor dalam keadaan seperti ini," ujar Reyna seraya menyalakan televisinya.Reyna merasa dirinya tengah ditatap oleh Andreas yang berada di sampingnya. "Apa ada yang salah dengan saya, Pak Andreas?" tanya Reyna seraya menoleh pada bosnya.Andreas menggelengkan kepalanya. "Ini pertama kalinya saya melihatmu tanpa riasan dan hanya menggunakan daster tidur menghadap saya," ucap Andreas membuat Reyna jadi nampak sedikit malu.Sangkin paniknya tadi mendengar suara kekacauan di luar, ia jadi tidak sempat menggunakan kardigan untuk menutup sebagian tubuhnya. "Sudah jam dua pagi, saya pamit tidur duluan," ucap Reyna sembari berlari kecil meninggalkan Andreas sendirian.Reyna memegangi pipinya setelah berada di dalam kamarnya, lalu menepuk kecil kepalanya seakan menyuruh otaknya untuk kembali ke dalam realita yang sesungguhnya.Wanita itu memasuki selimut tebalnya kembali dan mencoba untuk tidur. "Aku pasti sudah gila saat kepalaku mulai membayangkan hubungan percintaan dengan Pak Andreas," gumam Reyna sendirian.Hingga jam menunjukan pukul setengah tiga pagi, Reyna yang masih bisa mendengar suara televisi menyala memutuskan keluar dari kamar dengan niatan meminta agar bosnya itu segera beristirahat.Disana Reyna yang melihat Pak Andreas sudah tertidur dengan nyenyak di atas sofa memilih untuk segera mematikan televisi.Reyna mendekati Andreas lalu menyelimutinya dengan selimut yang sebelumnya wanita itu gunakan untuk menutupi tubuhnya."Pria tampan memang seharusnya lebih banyak diam dibandingkan banyak bicara," gumam Reyna sembari menatap wajah tidur bosnya.Sepertinya Reyna tak menyadari satu hal, bahwa akhir-akhir ini dirinya suka melihat wajah bosnya yang tengan tertidur. "Sadar Reyna!" ujar Reyna sembari yang segera bangkit berdiri dan menjauhi tubuh bosnya.'Kamu tidak bisa jatuh cinta padanya, Reyna.' ucap Reyna dalam hatinya.Reyna kembali masuk ke dalam kamar lalu menutupnya tubuhnya dengan selimut tebal miliknya. Namun baru beberapa detik terpejam, selimutnya disikap oleh seorang yang tak lain adalah Andreas.Andreas menindih tubuh kecil Reyna membuat wanita itu tak nyaman dibuatnya. "Bukannya tangan Pak Andreas sedang sakit?" tanya Reyna yang curiga kalau sepertinya dirinya telah dikerjai selama ini.Andreas tertawa. "Kamu mempercayainya ya?" ujar Andreas dengan seringai di bibirnya.Reyna menelan salivanya dengan berat ketika merasakan bagian bawah tubuh Andreas yang menempel padanya saat ini seperti tengah menabrak pangkal pahanya. "Anu Pak Andreas, sebaiknya jangan terlalu dekat-dekat," ucap Reyna membuat Andreas malah semakin mendekat."Alasan saya menikah adalah untuk mendapat keturunan dan tugasmu selain menjadi istri saya juga harus melahirkan benih pewaris selanjutnya," bisik Andreas yang tatapannya semakin ke bawah menatap bibir ranum Reyna."Saya masih belum siap," ujar Reyna dengan wajah memerah."Kalau begitu biar saya yang akan membuatmu siap," ucap Andreas seraya memegang tekuk leher Reyna lalu mendekat padanya untuk mencium bibir wanita yang berhasil dikukungnya sedari tadi.Reyna melenguh ketika Andreas menggigit bibir bawah miliknya ketika tengah bercumbu, wanita itu juga dapat merasakan Andreas yang semakin membuka lebar mulutnya dengan harapan agar ciuman mereka semakin panas."Lidahmu, keluarkan Reyna." ucap Andreas dengan eskpresi yang penuh harap namun bercampur gairah membuat Reyna tak dapat menolak keinginan pria tersebut.Reyna mengeluarkan lidahnya yang langsung disambut oleh lidah Andreas, kini mulut mereka semakin berpangut liar membuat bagian bawah titik sensitif milik Reyna jadi basah.Reyna melingkarkan kedua tangannya di leher milik Andreas, pria itu terlihat tersenyum dibalik kegiatan percumbuannya dengan Reyna.Tangan kiri Andreas mulai aktif meraba pinggang Reyna ke bawah, membuat wanita itu mulai mengeluarkan suara lenguhannya yang terdengar seksi di telinganya. "Uh! mngh... shh... yeashh," lenguh Reyna ketika jemari Andreas memasuki area sensitifnya di bawah sana."Apa ini pertama kalinya, kamu melakukan hal semesum ini?" bisik Andreas yang berniat menggoda Reyna selaku sekretaris sekaligus istri kontraknya.Reyna tak dapat menjawab dan hanya bisa menganggukan kepalanya saja. "Kamu sudah sangat basah, haruskah saya memasukannya sekarang?" tanya Andreas membuat Reyna tak dapat berpikir.Andreas berusaha membuka celana tidurnya dengan satu tangan saja dan berhasil, lalu Reyna dituntunnya untuk memegang buah zakar alias batang panjang dan besar miliknya yang kini terpampang sangat jelas."Mmngh... yeash... Reynamnghs... shhhyeah!" lenguh Andreas seraya perlahan menggerakan pinggulnya sendiri.Reyna yang kini berhasil memegang milik Andreas mulai berpikir ke depan, bagaimana rasanya ketika batang bosnya masuk ke dalam miliknya yang masih tersegel rapat.Andreas yang melihat keraguan dari mata Reyna kini dengan sengaja menggenggam erat satu tangan wanita itu sembari bersiap memasukan miliknya ke dalam sangkar.Reyna menggigit bibirnya, berusaha untuk tetap tidak tegang ketika Andreas sudah bersiap dengan menggesekan burungnya ke depan miliknya yang basah. "Saya akan segera memasukannya," bisik Andreas sebelum mendorong penuh milik Reyna hingga wanita itu menjerit kesakitan."Ah!" teriak Reyna yang baru saja jatuh dari tempat tidurnya sendiri.Wanita itu mengelus bokongnya sendiri yang terasa sangat sakit, belum lagi Reyna mulai menyadari dirinya yang saat ini berkeringat cukup banyak baru saja bermimpi jorok.'Kenapa harus dengan Pak Andreas.' ucap Reyna dalam hatinya.Merasa ia perlu minum air mineral dingin untuk menyegarkan otaknya, Reyna segera keluar dari kamarnya menuju ke dapur.Baru saja dirinya hendak membuka botol air mineral, wanita itu sudah dikagetkan dengan kehadiran Andreas di belakangnya. "Sejak kapan Pak Andreas berada disini?" tanya Reyna yang hampir tersentak ke belakang."Dari tadi saya memanggil kamu," ucap Andreas.Reyna yang bukannya membalas ucapan bosnya malah terlihat fokus menatap bibir Andreas yang sedari tadi membuatnya gagal berkonsentrasi."Setelah rapat pagi ini selesai, kita harus menghadiri pemotretan foto untuk buku nikah."Reyna nampak tak menggubris perkataan Andreas dan tetap fokus menatap bibir ranum bosnya, wanita itu bahkan terlihat menelan salivanya dan hendak mendekati wajah Andreas.Andreas yang kebingungan dengan sikap Reyna hanya bisa mempertanyakannya dalam hati. Hingga Andreas menyaksikan Reyna yang menyiram kepalanya sendiri dengan air mineral dingin di tangannya.Tanpa berkedip Reyna berjalan melewati Andreas dengan pandangan kosong. "Sepertinya aku harus mandi air dingin," gumam Reyna kala itu."Apa aku salah telah menikahi wanita sepertinya," ujar Andreas sembari memiringkan sedikit kepalanya.Andreas dan Reyna keluar dari instansi gedung tempat keduanya mendaftarkan pernikahan. “Kamu pasti masih bingung dengan semua yang baru saja kita lakukan,” ucap Andreas. Reyna menganggukan kepalanya. “Sepertinya saya belum sempat mengucapkan terimakasih, karena uang sebesar itu saya bisa melunasi perawatan berjalan Jeremy dan membayar hutang-hutangnya selama ini,” ucap Reyna. Andreas menelan salivanya, ia bahkan belum mengatakan bahwa Reyna harus melahirkan anak untuknya. Tapi melihat Reyna tak protes setelah menandatangi kontrak yang diberikannya seharusnya wanita itu tidak masalah dengan hal itu bukan. ‘Tidak mungkin dia belum membacanya.’ pikir Andreas. “Itu hanya bonus penandatanganan karena kamu mau menandatangani kontrak pernikahan dengan saya, selanjutnya saya akan tetap mengirimimu uang. Kamu sudah menjadi istri sah saya secara negara,” ujar Andreas. Reyna menganggukan kepala lalu membalas tatapan bosnya. “Saya merasa pernikahan ini harus dirahasiakan dari publik, pesta p
"Reyna, cepat kemari." panggil Andreas dengan wajah memerah. Reyna yang mau beristirahat akhirnya menghampiri bosnya dengan keadaan lelah. “Ada yang bisa saya bantu lagi, Pak Andreas?” tanya Reyna pada bosnya yang bukannya menjawab pertanyaannya, malah menarik tangannya hingga tubuh Reyna jatuh tepat di dada bosnya. Reyna terkejut dan hendak bangun menghindari Andreas namun pria itu tak membiarkannya pergi dengan mudah. “Kamu mau kemana, tidur bareng saya saja malam ini,” ujar Andreas membuat Reyna kebingungan malam itu. Reyna melirik sekilas wajah Andreas yang memerah. “Mulut Pak Andreas kok bisa bau alkohol?” tanya Reyna yang kebingungan karena sedari tadi bosnya berada di dekatnya seharian. “Panas sekali,” ujar Andreas membuat Reyna mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan bosnya namun terasa tetap saja sulit. Andreas terdengar bergumam terus sedari tadi. “Tolong lepaskan pelukan Bapak,” ucapReyna yang tak ingin Andreas nanti menyesal di pagi harinya. Andreas tak berhenti m
Andreas dan Reyna kembali pulang menaiki bus, sebetulnya pria itu sudah meminta supir untuk menjemput mereka hanya saja sekretarisnya itu memaksa untuk kembali dengan bus saja. Melihat jika menunggu supir datang, pasti akan memakan waktu yang lama. Sesampainya di depan halte apatemen Andreas, keduanya berjalan sebentar hingga sampai ke tempat tinggal pria itu. “Saya sudah mengantarkan Bapak sampai disini, saya izin pulang dulu ya?” pamit Reyna pada Andreas yang menganggukinya. Belum sempat balik badan, seorang wanita paruh membuka pintu apartemen dari Andreas. “Mamah,” panggil Andreas yang sedikit panik karena kedatangan mendadak dari ibunya. “Apa kamu istrinya Andreas?” tanya wanita paruh baya tersebut pada Reyna tanpa berniat menyapa anak lekakinya lebih dulu. Andreas menghela napas berat lalu izin untuk membawa masuk Reyna lebih dulu ke dalam sebelul mengobrol di depan pintu. Setelah semuanya masuk, Andreas mengomeli ibunya yang selalu saja berkunjung tanpa memberitahukan diri
“Saya melihat sedikit penampakan tubuh istri Bapak dari belakang di dalam berita, saya akan coba ambil size yang sekiranya cocok. Jika terasa sempit Bapak bisa menghubungi kami untuk menukarnya dengan size yang lain,” ujar pelayan tersebut membuat Andreas mendadak salah tingkah.Setelah membayarnya Andreas segera mengambil paper bag yang berada di tangan pelayan tersebut lalu masuk ke dalam mobilnya. “Kenapa aku harus melakukan hal sememalukan itu?!” kesal Andreas kepada dirinya sendiri. Andreas menancapkan gas untuk kembali ke rumahnya, sesampainya disana pria itu tak menyapa ibunya yang masih nampak berkutat di dapur sendirian dan memilih masuk ke dalam kamarnya. Baru saja menutup pintu Andreas dibuat kaget dengan penampakan Reyna yang baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya dibalut handuk putih se-dada saja. “Kenapa keluar tanpa menggunakan pakaian dulu?” tanya Andreas. Reyna mendekat ke arah kasur seraya mengambil pakaiannya. “Saya lupa membawanya ke dalam,” ucap Reyn
Andreas terbangun perlahan sembari matanya menerawang ke arah depan tempat Reyna berada, namun nampaknya pria itu tak berhasil mendapati apa yang dicarinya. Suara hati mulai bertanya-tanya dimana gerangan Reyna saat ini. Andreas bangkit dari tidurnya, pria itu duduk sebentar di pinggiran kasur sebelum memilih untuk pergi keluar mencari keberadaan sekretarisnya. Setelah suara pintu utama apartemen terdengar terbuka, Andreas akhirnya mendapati dua wanita yang tak lain adalah Amera dan Reyna. "Habis dari mana kalian?" tanya Andreas. Reyna tertawa kecil. "Mama mengajak berbelanja dari pagi sekali, Kak Andreas aku bangunkan nggak bangun-bangun jadi kami naik taksi kesana," kata Reyna yang tengah menjelaskan pada Andreas. Andreas meminta Reyna masuk untuk mengobrol sebentar di kamar bersamanya sedangkan Amera memilih mencuci beberapa bahan belanjaan sekaligus mulai memasak sarapan. Di dalam kamar, Andreas nampak menyilangkan kedua tangan sembari menatap Reyna. "Seharusnya kamu tetap i
"Entahlah, sepertinya karena sekretarisku. Reyna, dia wanita yang kamu temui waktu di apartemenku kemarin, nampaknya dia membawa penyakit ini untukku." ujar Andreas. Ken mengganggukan kepalanya. “Tunggu sampai aku pulang, nanti kita bertemu,” ujar Ken pada Andreas dari sebrang telepon sebelum mematikan panggilan tersebut. Reyna nampaknya mengetuk pintu dari luar sebelum wanita itu masuk ke dalam kamar bosnya. “Makanan sudah siap,” ucap Reyna. Andreas terlihat diam dalam beberapa detik sebelum menganggukan kepalanya. “Mama, kapan dia mau pulang?” tanya Andreas membuat Reyna mengambil ponselnya dari kantong lalu memberikannya pada Andreas agar lelaki itu dapat melihatnya. “Tadi Mama minta pesankan tiket jam enam sore, dia mau saya mengantar sampai ke Bandara,” ucap Reyna pada Andreas yang nampak menghela napas berat. “Bapak tidak perlu ikut, biar saya saja yang antar Mama pakai taksi,” kata Reyna melanjutkan kembali ucapannya, namun Andreas menggeleng sembari pergi meninggalkan wan
Tok tok tokSuara pintu membuat Andreas dapat menghindari Reyna yang masih syok sekaligus kebingungan, bahkan wajahnya nampak amat memerah karena kelakukan bosnya sebelumnya. Andreas membuka pintu kamar. “Supirnya sudah di bawah, tolong bantu Mama bawa koper ke bawah sekalian langsung berangkat,” ucap Amera membuat Andreas mengangguk. Reyna yang mendengar itu juga langsung bangkit dari kasur, mencoba untuk melupakan sejenak kejadian barusan. Sebetulnya, Amera merasa aneh ketika melihat wajah Reyna yang begitu merah seperti orang sakit namun melihat Andreas sang anak yang salah tingkah membuatnya seakan tahu apa yang baru saja terjadi dengan mereka berdua. Di dalam mobil, Amera memperhatikan Andreas dan Reyna yang sedari tadi diam tak bergeming. “Gimana kalau kalian berdua ikut ke Jeju, hitung-hitung liburan disana?” tawar Amera membuat Andreas dengan tegas menolaknya. “Kalau begitu biar Papa sama Mama saja nanti kemari lagi, toh kami belum sempat bertemu dengan orang tua Reyna,”
Andreas menatap lukisan berbentuk kuda miliknya yang terpajang di depan ruang tamu apartemennya. "Aku tidak mungkin menyukai wanita sepertinya," ucap Andreas mencoba membela harga dirinya sendiri.Namun lingkaran hitam di bawah matanya sepertinya tidak bisa berbohong, pria itu bahkan tak dapat tidur semalaman hingga saat ini. Kerjaannya sedari pulang dari rumah Ken hanya berdiam diri di atas sofa persis seperti saat ini. "Aku pasti sudah gila," gumam Andreas. Ting nong! Ting nong! Ting nong! Suara bel dari pintu apartemen membuat Andreas bangkit dari sofanya. "Biasanya Ken langsung masuk tanpa membunyikan bel, ini juga masih pagi sekali," ucap Andreas sembari melirik jam di dinding. Andreas melebarkan matanya saat membuka pintu dan melihat Reyna yang berada di hadapannya. "Cih, ini pasti hanya halusinasi," ujar Andreas yang hendak menutup kembali pintu apatemennya namun Reyna menahan pintunya dengan kaki kanannya. "Tunggu, Bapak tidak berhalusinasi sama sekali!" ujar Reyna membua
Andreas menatap Reyna yang berada tepat di sebelahnya, tengah tertidur di atas kasurnya tanpa menggunakan busana apapun. Mereka berdua, seusai bercinta tadi malam nampaknya langsung ketiduran. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Reyna yang perlahan bangun saat menyadari wajahnya terasa ada yang terus menghujami ciuman. Cup! Cup! Cup!Seakan tak cukup telah mencium istrinya sedari tadi, Andreas mulai meremas pinggul Reyna yang kini hanya tertutupi selimut saja. "Kenapa belum berangkat kerja?" tanya Reyna yang sepertinya tahu bahwa Andreas masih belum puas dengan permainan ranjang mereka kemarin. Padahal habis dari ruang tamu mereka sempat pindah ke kamar untuk bercinta lagi. "Haruskah aku mengambil cuti lagi hari ini?" tanya Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya. "Sudah sana mandi," ucap Reyna yang dengan sengaha mengusir suaminya untuk segera bekerja.Andreas mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana dengan mandi bersama?" tanya Andreas membuat Reyna segera menggelengkan kepala. "Tid
Andreas masih dengan baju santainya masuk ke dalam sebuah bar tempat di mana Anita berada. “Hah,” lenguh Andreas karena mendadak hujan turun saat dirinya masih berada di luar. “Bukankah kontrak kerja kami sudah di tanda tangani?” tanya Andreas membuat Anita menganggukan kepalanya. “Kita tidak bisa bertemu diluar jam kerja begini,” ujar Andreas dengan tegas. Anita tersenyum. “Tapi kamu tetap datang, tandanya kamu sangat membutuhkan Alisa sebagai model perusahaanmu ya?” ujar Anita membuat Andreas menghela napasnya. “Jadi apa inti pertemuan ini,” ucap Andreas yang nampaknya tak mau berbasa-basi lagi. “Hari ini adalah hari cuti saya, saya harap pertemuan ini penting sampai harus merelakan beberapa jam dari hari istimewa ini,” ucap Andreas yang akhirnya duduk di depan Anita. “Hm, sepertinya saya sudah sangat menganggu hari Pak Andreas yang sedang bermesraan dengan istri ya?” ujar Anita sembari memberikan satu amplop coklat yang diletakannya di meja. Andreas mengambilnya sebelum akhi
Anita terus memperhatikan Andreas yang kini sedang membuka buku menu di tangannya, sebelum akhirnya pria itu mengangkat satu tangan untuk memanggil waiters dan segera memesan makanan. “Kenapa terus melihat jam, sedang terburu-buru?” tanya Anita. Andreas menggeleng, pria itu masih memiliki etika bisnis selama kliennya tidak meminta hal yang tak masuk akal. Menurut Andreas, yang dilakukan Anita sangat normal karena itu ia tak protes sama sekali. “Apa yang kamu lakukan setelah makan malam?” tanya Anita ketika makanan keduanya telah disajikan di hadapan mereka. “Saya harus segera pulang,” ucap Andreas sembari memotong steak di hadapannya. Anita menganggukan kepalanya. “Mungkin ini terdengar tidak sopan, apa Pak Andreas sudah menikah?” tanya Anita membuat Andreas menganggukan kepalanya. Anita tertawa kecil. “Apa hubungan kalian rahasia, saya tidak pernah tahu Pak Andreas sudah menikah?” ujar Anita membuat Andreas merasa sedikit tersentak karena ia baru menyadari bahwa dirinya dan Rey
Andreas memandangi kecantikan Reyna yang kini dikelilingi oleh lampu-lampu indah di sekitar kapal dan laut yang gelap. Senyum Andreas yang nampak tulus seakan berhasil membuat hati Reyna tersentak. “Saya baru menyadarinya, bahwa kamu sangat amat cantik,” ucap Andreas membuat Reyna ikut menyentuh tangan Andreas yang kini sedang membelai pipinya begitu lembut. “Aku memcintaimu,” ucap Andreas sebelum akhirnya menarik tubuh Reyna ke dalam pelukannya. Yang sebelumnya rasa napsu melanda Andreas, kini perasaan menyentuhlah yang kerap dirasakan pria itu. “Hah! Aku bisa gila rasanya,” gumam Andreas bergumam tepat di telinga Reyna. Perlahan Andreas melepas pelukannya setelah mengirup kasar aroma tubuh istrinya. “Setiap bersamamu, aku benar benar tidak tahan,” ucap Andreas sembari menatap mata Reyna. Reyna tersenyum ketika mendengar ucapan Andreas yang menurutnya sangat menggelitik perutnya. “Kenyataan bahwa kamu menyukaiku, juga tidak bisa aku percaya,” ucap Reyna membuat Andreas tersenyum
Reyna melebarkan mulutnya ketika membuka penutup matanya, beberapa jam sebelumnya Andreas memintanya untuk menutup mata dengan selendang kecil itu. Kini mereka sudah berada di atas kapal pesiar dan di tengah laut lepas. “Silahkan duduk, tuan putri,” ucap Andreas pada Reyna yang kini tersenyum begitu lebar sembari mengelus perutnya yang mulai membesar. Reyna duduk di kursi yang telah disiapkan sebelumnya dengan bunga bunga di atasnya. Keduanya tak banyak bicara dan hanya memakan makanan mereka dengan tenang, hingga Andreas mengajak Reyna untuk berdiri di pinggiran kapal seraya melihat pemandangan laut lepas. “Kamu tidak akan muntah di lenganku kan?” tanya Andreas yang kini sedang memeluk tubuh Reyna dari belakang. Reyna tertawa kecil sebelum Andreas menggenggam tangannya yang berada di tiang penyangga kapal. “Maaf jika pernyataan cinta ini terlambat, aku tidak mau lagi mendengar lagi kata berpisah dari mulutmu,” ujar Andreas membuat Reyna merasa tidak enak hati sejenak. “Tapi ti
"Saya pikir sekarang kita sedang bekerja," ucap Reyna dengan lirih."Jangan mengatakannya lagi, atau acara ini berakhir dengan hal yang tak terduga," ucap Andreas. Reyna menelan salivanya. "Saya masih merasa kaku ketika memanggil dengan sebutan Andreas saja," balas Reyna dengan jujur. "Kalau begitu tidak ada lagi kata saya, hanya aku dan kamu lalu nama kita," ucap Andreas kembali. "Pilihlah saham yang kamu inginkan," ujar Andreas sebelum akhirnya pelelagan saham di lakukan. "Saya tidak terlalu mengerti perihal saham," ujar Reyna pada Andreas. "Jangan khawatirkan hal itu, semua yang di lelang hari ini sudah mendapat proses verifikasi terlebih dahulu. Bukan hanya itu, tamu yang hadir disini mendapatkan undangan. Tidak semua pembisnis bisa masuk kemari Reyna," ujar Andreas. Reyna mengangguk walau tetap ada keraguan di dalam dirinya jika saja ia suatu saat bisa merugikan Andreas. "Woah, bukankah harga ini gila?" gumam Reyna. "Hotel Rezinton di Brazil senilai 20, penawaran di mulai
Andreas menatap Reyna dari kejauhan di dalam mobil sehabis pulang kantor sebelum akhirnya mwlangkahkan kaki keluar menghampiri istrinya yang berada di lobi gedung olahraga. Mulai hari ini Andreas memang menjadwalkan Reyna untuk mengambil kelas yoga ibu hamil, walaupun tidak setiap hari. Andreas masuk ke dalam gedung dan berdiri tepat di hadapan Reyna. “Sudah menunggu dari tadi?” tanya Andreas penuh perhatian. Reyna menelan salivanya merasa keanehan dengan sikap Andreas sebelum akhirnya mengangguk karena tahu bahwa saat ini mereka sedang berada di tempat umum yang mana mungkin saja Andreas sengaja ingin menciptakan keharmonisan.Seakan tak pernah mendengar kata cerai dari istrinya, Andreas mencoba untuk bersikap biasa saja. “Kenapa mendadak ingin menjemput saya?” tanya Reyna. “Ikutlah dulu, ada yang ingin saya tunjukan,” ujar Andreas sembari mempersilahkan tangannya untuk di genggam oleh Reyna.Reyna melihat kanan dan kirinya memastikan bahwa tidak ada satupun yang melihat mereka k
“Jadi kita simpulkan semua settingan iklan di dalam hutan lagi, memang tema tersebut sudah lama tapi saya yakin akan membuat membuat pembaruan,” Andreas termenung hingga harus disadari oleh asistennya sendiri. “Baiklah, rapat sampai disini dulu tolong berikan salinan proposalnya ke ruangan saya segera,” ucap Andreas yang sebetulnya tak mendengar satu kata pun dari karyawannya yang baru saja mempresentasikan proposal kerja baru. Kalimat perpisahan yang diucapkan Reyna malam kemarin membuat Andreas tak bisa fokus bekerja sama sekali. “Bercerai,” gumam Andreas sendirian yang kini hanya duduk termenung di kursi kerjanya. Sang asisten menatap bosnya dalam-dalam mencoba membaca pikiran pria tersebut. Andreas menghela napas panjang lalu mengetik sesuatu di ponsel pintarnya. ‘Kenapa wanita menginginkan perceraian?’ Andreas membaca salah satu artikel yang mendukung pertanyaannya. “Ehm, urusan ranjang,” gumam Andreas ketika melihat poin pertama tersebut. “Kenapa juga urusan ranjang bisa
Reyna mematung, matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi. "Apa yang baru saja aku katakan pada Pak Andreas,” ujar Reyna dalam hatinya sembari menutup mulut dengan satu tangannya. Reyna menggigit bibir bawahnya saat melihat Andreas yang tengah asik melakukan perintahnya. “Tu-tunggu, saya tidak bisa melihatnya!” ujar Reyna yang pada akhirnya menutup mata. Andreas tertawa kecil. “Nampaknya kamu terlalu banyak berbicara sedari tadi,” ucap Andreas sembari mendekati Reyna. Pria itu menurunkan perlahan kedua tangan Reyna yang menutupi wajahnya sendiri, setelah saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya keduanya kembali berciuman. Kali ini tak mau berlama lama, Andreas meniduri Reyna dengan hati-hati. “Humnckpmngsh,” lenguhan dari bibir Reyna keluar semakin keras ketika junior Andreas mulai masuk ke dalam kewanitaan Reyna. “Ah!” lenguh Reyna dengan wajah memerah menatap Andreas yang nampak tersenyum kepadanya. Andreas menciu