Andreas terbangun perlahan sembari matanya menerawang ke arah depan tempat Reyna berada, namun nampaknya pria itu tak berhasil mendapati apa yang dicarinya. Suara hati mulai bertanya-tanya dimana gerangan Reyna saat ini. Andreas bangkit dari tidurnya, pria itu duduk sebentar di pinggiran kasur sebelum memilih untuk pergi keluar mencari keberadaan sekretarisnya. Setelah suara pintu utama apartemen terdengar terbuka, Andreas akhirnya mendapati dua wanita yang tak lain adalah Amera dan Reyna. "Habis dari mana kalian?" tanya Andreas. Reyna tertawa kecil. "Mama mengajak berbelanja dari pagi sekali, Kak Andreas aku bangunkan nggak bangun-bangun jadi kami naik taksi kesana," kata Reyna yang tengah menjelaskan pada Andreas. Andreas meminta Reyna masuk untuk mengobrol sebentar di kamar bersamanya sedangkan Amera memilih mencuci beberapa bahan belanjaan sekaligus mulai memasak sarapan. Di dalam kamar, Andreas nampak menyilangkan kedua tangan sembari menatap Reyna. "Seharusnya kamu tetap i
"Entahlah, sepertinya karena sekretarisku. Reyna, dia wanita yang kamu temui waktu di apartemenku kemarin, nampaknya dia membawa penyakit ini untukku." ujar Andreas. Ken mengganggukan kepalanya. “Tunggu sampai aku pulang, nanti kita bertemu,” ujar Ken pada Andreas dari sebrang telepon sebelum mematikan panggilan tersebut. Reyna nampaknya mengetuk pintu dari luar sebelum wanita itu masuk ke dalam kamar bosnya. “Makanan sudah siap,” ucap Reyna. Andreas terlihat diam dalam beberapa detik sebelum menganggukan kepalanya. “Mama, kapan dia mau pulang?” tanya Andreas membuat Reyna mengambil ponselnya dari kantong lalu memberikannya pada Andreas agar lelaki itu dapat melihatnya. “Tadi Mama minta pesankan tiket jam enam sore, dia mau saya mengantar sampai ke Bandara,” ucap Reyna pada Andreas yang nampak menghela napas berat. “Bapak tidak perlu ikut, biar saya saja yang antar Mama pakai taksi,” kata Reyna melanjutkan kembali ucapannya, namun Andreas menggeleng sembari pergi meninggalkan wan
Tok tok tokSuara pintu membuat Andreas dapat menghindari Reyna yang masih syok sekaligus kebingungan, bahkan wajahnya nampak amat memerah karena kelakukan bosnya sebelumnya. Andreas membuka pintu kamar. “Supirnya sudah di bawah, tolong bantu Mama bawa koper ke bawah sekalian langsung berangkat,” ucap Amera membuat Andreas mengangguk. Reyna yang mendengar itu juga langsung bangkit dari kasur, mencoba untuk melupakan sejenak kejadian barusan. Sebetulnya, Amera merasa aneh ketika melihat wajah Reyna yang begitu merah seperti orang sakit namun melihat Andreas sang anak yang salah tingkah membuatnya seakan tahu apa yang baru saja terjadi dengan mereka berdua. Di dalam mobil, Amera memperhatikan Andreas dan Reyna yang sedari tadi diam tak bergeming. “Gimana kalau kalian berdua ikut ke Jeju, hitung-hitung liburan disana?” tawar Amera membuat Andreas dengan tegas menolaknya. “Kalau begitu biar Papa sama Mama saja nanti kemari lagi, toh kami belum sempat bertemu dengan orang tua Reyna,”
Andreas menatap lukisan berbentuk kuda miliknya yang terpajang di depan ruang tamu apartemennya. "Aku tidak mungkin menyukai wanita sepertinya," ucap Andreas mencoba membela harga dirinya sendiri.Namun lingkaran hitam di bawah matanya sepertinya tidak bisa berbohong, pria itu bahkan tak dapat tidur semalaman hingga saat ini. Kerjaannya sedari pulang dari rumah Ken hanya berdiam diri di atas sofa persis seperti saat ini. "Aku pasti sudah gila," gumam Andreas. Ting nong! Ting nong! Ting nong! Suara bel dari pintu apartemen membuat Andreas bangkit dari sofanya. "Biasanya Ken langsung masuk tanpa membunyikan bel, ini juga masih pagi sekali," ucap Andreas sembari melirik jam di dinding. Andreas melebarkan matanya saat membuka pintu dan melihat Reyna yang berada di hadapannya. "Cih, ini pasti hanya halusinasi," ujar Andreas yang hendak menutup kembali pintu apatemennya namun Reyna menahan pintunya dengan kaki kanannya. "Tunggu, Bapak tidak berhalusinasi sama sekali!" ujar Reyna membua
Reyna berjabat tangan dengan Alex sebelum dirinya duduk di hadapan pria itu. “Ini beberapa berkas yang telah ditanda tangani kemarin, lalu saya akan membawa sisanya yang belum,” ujar Reyna seraya mengambil dokumen yang dibawa Alex. Alex menganggukan kepalanya. “Mau makan apa Bu Reyna, saya traktir?” ujar Alex menawarkan wanita itu makan. Reyna menggelengkan kepalanya. “Saya masih ada urusan setelah ini,” ucap Reyna melihat jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas siang. “Saya merasa tidak enak jika hanya meminta Ibu kemari tanpa meneraktir, jadi setidaknya berikan saya kesempatan untuk memesankan Bu Reyna minuman?” ujar Alex membuat Reyna mengangguk setuju. Selesai memesan, keduanya kembali mengobrol. “Jadi bagaimana dengan keadaan Pak Andreas, saya tahu sekali karena telah lama bekerja di perusahaan. Pak Andreas bukan bos yang menyempatkan diri untuk cuti walau sakit sekalipun,” ujar Alex membuat Reyna menelan salivanya sendiri, wanita itu bingung harus menjawab pertanyaan t
‘Malam ini, saya ingin kamu tidur di tempat saya.’Kalimat tersebut terus terngiang di kepala Reyna, padahal dirinya sudah pernah tidur satu atap dengan bosnya. Namun kalimat yang dilontarkan langsung dari mulut Andreas membuat adrenalin dalam diri Reyna seakan terpacu lebih dari biasanya. “Kenapa tidak dimakan, kamu kurang suka dagingnya?” tanya Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya. Seakan bermain dengan pikiran masing-masing, Andreas jadi teringat telponnya dengan sang kakek yang kini belum sempat ia temui. Kakeknya menanyakan tentang berita pernikahan serta cucu untuknya, pria tua itu bilang bahwa ia ingin segera melihat cucunya seakan memperingati bahwa waktunya untuk mendapatkan anak seharusnya tak lebih dari seminggu terakhir ini. Anak itu harus lahir sebelum pernikahan kontrak ini kandas tanpa sepengetahuan Reyna, wanita itu masih tidak bisa mengatahui kenyataannya. “Pak Andreas,” panggil Reyna mencoba menyadarkan bosnya dari lamunannya. “Bagaimana jika kamu tingg
“Pak Andreas,” lenguh Reyna membuat Andreas sadar akan apa yang dirinya tengah lakukan. “Kamu tidak menyukainya?” tanya Andreas membuat Reyna mati-matian menahan keinginannya yang mendalam. Reyna menggelengkan kepalanya menandakan dirinya menyukai apa yang Andreas lakukan padanya, hanya saja Andreas tidak dapat melihat itu dalam kegelapan. Hingga lampu kembali menyala dan membuat keduanya saling bertatapan, karena salah tingkah Reyna dengan cepat turun dari pangkuan bosnya dan berlari cepat ke dalam kamar. Sedangkan Andreas mengusap wajahnya sendiri ketika kepalanya kembali mengulang kejadian sebelumnya saat bersama dengan Reyna. “Aku bisa gila,” ucap Andreas sembari melirik kebagian bawah tubuhnya yang menjendol. Miliknya bahkan berdiri hanya dengan mencium Reyna di dalam kegelapan. “Sepertinya aku harus mandi lagi,” gumam Andreas sendirian sebelum memilih masuk ke dalam kamarnya. Keesokan paginya, Reyna dan Andreas berangkat bersama dengan mobil yang sama, sebetulnya ini bukan
Setelah Reyna masuk ke dalam mobil, Andreas menaikan kembali kaca jendela mobilnya hingga tertutup rapat. "Kamu habis berkencan dengannya?" tanya Andreas dengan santainya pada Reyna.Reyna menggelengkan kepalanya. “Lalu, tadi habis apa?” tanya Andreas pada wanita di sampingnya. “Saya habis belanja bahan keperluan pribadi dan bahan makanan untuk di apartemen, lalu hendak pulang dan tidak sengaja bertemu dengan beberapa rekan kerja. Hanya saja tadi tinggal saya dan Pak Alex yang menawarkan untuk mengantar,” ucap Reyna. “Dia mau mengantarmu?” tanya Andreas. Reyna mengangguk. “Tapi saya menolaknya, karena saya tidak bisa membuat Pak Alex curiga tentang tempat tinggal saya sekarang,” ucap Reyna membuat Andreas mengangguk. “Ah, Bagaimana dengan Bu Clara?” tanya Reyna pada Andreas yang mengatakan bahwa wanita itu sudah baik-baik saja. Reyna mengangguk dengan perasaan lega. “Saya pikir Bapak tidak akan pulang malam ini, atau Pak Andreas hanya ingin mengambil baju di rumah saja?” tanya R
Andreas menatap Reyna yang berada tepat di sebelahnya, tengah tertidur di atas kasurnya tanpa menggunakan busana apapun. Mereka berdua, seusai bercinta tadi malam nampaknya langsung ketiduran. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Reyna yang perlahan bangun saat menyadari wajahnya terasa ada yang terus menghujami ciuman. Cup! Cup! Cup!Seakan tak cukup telah mencium istrinya sedari tadi, Andreas mulai meremas pinggul Reyna yang kini hanya tertutupi selimut saja. "Kenapa belum berangkat kerja?" tanya Reyna yang sepertinya tahu bahwa Andreas masih belum puas dengan permainan ranjang mereka kemarin. Padahal habis dari ruang tamu mereka sempat pindah ke kamar untuk bercinta lagi. "Haruskah aku mengambil cuti lagi hari ini?" tanya Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya. "Sudah sana mandi," ucap Reyna yang dengan sengaha mengusir suaminya untuk segera bekerja.Andreas mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana dengan mandi bersama?" tanya Andreas membuat Reyna segera menggelengkan kepala. "Tid
Andreas masih dengan baju santainya masuk ke dalam sebuah bar tempat di mana Anita berada. “Hah,” lenguh Andreas karena mendadak hujan turun saat dirinya masih berada di luar. “Bukankah kontrak kerja kami sudah di tanda tangani?” tanya Andreas membuat Anita menganggukan kepalanya. “Kita tidak bisa bertemu diluar jam kerja begini,” ujar Andreas dengan tegas. Anita tersenyum. “Tapi kamu tetap datang, tandanya kamu sangat membutuhkan Alisa sebagai model perusahaanmu ya?” ujar Anita membuat Andreas menghela napasnya. “Jadi apa inti pertemuan ini,” ucap Andreas yang nampaknya tak mau berbasa-basi lagi. “Hari ini adalah hari cuti saya, saya harap pertemuan ini penting sampai harus merelakan beberapa jam dari hari istimewa ini,” ucap Andreas yang akhirnya duduk di depan Anita. “Hm, sepertinya saya sudah sangat menganggu hari Pak Andreas yang sedang bermesraan dengan istri ya?” ujar Anita sembari memberikan satu amplop coklat yang diletakannya di meja. Andreas mengambilnya sebelum akhi
Anita terus memperhatikan Andreas yang kini sedang membuka buku menu di tangannya, sebelum akhirnya pria itu mengangkat satu tangan untuk memanggil waiters dan segera memesan makanan. “Kenapa terus melihat jam, sedang terburu-buru?” tanya Anita. Andreas menggeleng, pria itu masih memiliki etika bisnis selama kliennya tidak meminta hal yang tak masuk akal. Menurut Andreas, yang dilakukan Anita sangat normal karena itu ia tak protes sama sekali. “Apa yang kamu lakukan setelah makan malam?” tanya Anita ketika makanan keduanya telah disajikan di hadapan mereka. “Saya harus segera pulang,” ucap Andreas sembari memotong steak di hadapannya. Anita menganggukan kepalanya. “Mungkin ini terdengar tidak sopan, apa Pak Andreas sudah menikah?” tanya Anita membuat Andreas menganggukan kepalanya. Anita tertawa kecil. “Apa hubungan kalian rahasia, saya tidak pernah tahu Pak Andreas sudah menikah?” ujar Anita membuat Andreas merasa sedikit tersentak karena ia baru menyadari bahwa dirinya dan Rey
Andreas memandangi kecantikan Reyna yang kini dikelilingi oleh lampu-lampu indah di sekitar kapal dan laut yang gelap. Senyum Andreas yang nampak tulus seakan berhasil membuat hati Reyna tersentak. “Saya baru menyadarinya, bahwa kamu sangat amat cantik,” ucap Andreas membuat Reyna ikut menyentuh tangan Andreas yang kini sedang membelai pipinya begitu lembut. “Aku memcintaimu,” ucap Andreas sebelum akhirnya menarik tubuh Reyna ke dalam pelukannya. Yang sebelumnya rasa napsu melanda Andreas, kini perasaan menyentuhlah yang kerap dirasakan pria itu. “Hah! Aku bisa gila rasanya,” gumam Andreas bergumam tepat di telinga Reyna. Perlahan Andreas melepas pelukannya setelah mengirup kasar aroma tubuh istrinya. “Setiap bersamamu, aku benar benar tidak tahan,” ucap Andreas sembari menatap mata Reyna. Reyna tersenyum ketika mendengar ucapan Andreas yang menurutnya sangat menggelitik perutnya. “Kenyataan bahwa kamu menyukaiku, juga tidak bisa aku percaya,” ucap Reyna membuat Andreas tersenyum
Reyna melebarkan mulutnya ketika membuka penutup matanya, beberapa jam sebelumnya Andreas memintanya untuk menutup mata dengan selendang kecil itu. Kini mereka sudah berada di atas kapal pesiar dan di tengah laut lepas. “Silahkan duduk, tuan putri,” ucap Andreas pada Reyna yang kini tersenyum begitu lebar sembari mengelus perutnya yang mulai membesar. Reyna duduk di kursi yang telah disiapkan sebelumnya dengan bunga bunga di atasnya. Keduanya tak banyak bicara dan hanya memakan makanan mereka dengan tenang, hingga Andreas mengajak Reyna untuk berdiri di pinggiran kapal seraya melihat pemandangan laut lepas. “Kamu tidak akan muntah di lenganku kan?” tanya Andreas yang kini sedang memeluk tubuh Reyna dari belakang. Reyna tertawa kecil sebelum Andreas menggenggam tangannya yang berada di tiang penyangga kapal. “Maaf jika pernyataan cinta ini terlambat, aku tidak mau lagi mendengar lagi kata berpisah dari mulutmu,” ujar Andreas membuat Reyna merasa tidak enak hati sejenak. “Tapi ti
"Saya pikir sekarang kita sedang bekerja," ucap Reyna dengan lirih."Jangan mengatakannya lagi, atau acara ini berakhir dengan hal yang tak terduga," ucap Andreas. Reyna menelan salivanya. "Saya masih merasa kaku ketika memanggil dengan sebutan Andreas saja," balas Reyna dengan jujur. "Kalau begitu tidak ada lagi kata saya, hanya aku dan kamu lalu nama kita," ucap Andreas kembali. "Pilihlah saham yang kamu inginkan," ujar Andreas sebelum akhirnya pelelagan saham di lakukan. "Saya tidak terlalu mengerti perihal saham," ujar Reyna pada Andreas. "Jangan khawatirkan hal itu, semua yang di lelang hari ini sudah mendapat proses verifikasi terlebih dahulu. Bukan hanya itu, tamu yang hadir disini mendapatkan undangan. Tidak semua pembisnis bisa masuk kemari Reyna," ujar Andreas. Reyna mengangguk walau tetap ada keraguan di dalam dirinya jika saja ia suatu saat bisa merugikan Andreas. "Woah, bukankah harga ini gila?" gumam Reyna. "Hotel Rezinton di Brazil senilai 20, penawaran di mulai
Andreas menatap Reyna dari kejauhan di dalam mobil sehabis pulang kantor sebelum akhirnya mwlangkahkan kaki keluar menghampiri istrinya yang berada di lobi gedung olahraga. Mulai hari ini Andreas memang menjadwalkan Reyna untuk mengambil kelas yoga ibu hamil, walaupun tidak setiap hari. Andreas masuk ke dalam gedung dan berdiri tepat di hadapan Reyna. “Sudah menunggu dari tadi?” tanya Andreas penuh perhatian. Reyna menelan salivanya merasa keanehan dengan sikap Andreas sebelum akhirnya mengangguk karena tahu bahwa saat ini mereka sedang berada di tempat umum yang mana mungkin saja Andreas sengaja ingin menciptakan keharmonisan.Seakan tak pernah mendengar kata cerai dari istrinya, Andreas mencoba untuk bersikap biasa saja. “Kenapa mendadak ingin menjemput saya?” tanya Reyna. “Ikutlah dulu, ada yang ingin saya tunjukan,” ujar Andreas sembari mempersilahkan tangannya untuk di genggam oleh Reyna.Reyna melihat kanan dan kirinya memastikan bahwa tidak ada satupun yang melihat mereka k
“Jadi kita simpulkan semua settingan iklan di dalam hutan lagi, memang tema tersebut sudah lama tapi saya yakin akan membuat membuat pembaruan,” Andreas termenung hingga harus disadari oleh asistennya sendiri. “Baiklah, rapat sampai disini dulu tolong berikan salinan proposalnya ke ruangan saya segera,” ucap Andreas yang sebetulnya tak mendengar satu kata pun dari karyawannya yang baru saja mempresentasikan proposal kerja baru. Kalimat perpisahan yang diucapkan Reyna malam kemarin membuat Andreas tak bisa fokus bekerja sama sekali. “Bercerai,” gumam Andreas sendirian yang kini hanya duduk termenung di kursi kerjanya. Sang asisten menatap bosnya dalam-dalam mencoba membaca pikiran pria tersebut. Andreas menghela napas panjang lalu mengetik sesuatu di ponsel pintarnya. ‘Kenapa wanita menginginkan perceraian?’ Andreas membaca salah satu artikel yang mendukung pertanyaannya. “Ehm, urusan ranjang,” gumam Andreas ketika melihat poin pertama tersebut. “Kenapa juga urusan ranjang bisa
Reyna mematung, matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi. "Apa yang baru saja aku katakan pada Pak Andreas,” ujar Reyna dalam hatinya sembari menutup mulut dengan satu tangannya. Reyna menggigit bibir bawahnya saat melihat Andreas yang tengah asik melakukan perintahnya. “Tu-tunggu, saya tidak bisa melihatnya!” ujar Reyna yang pada akhirnya menutup mata. Andreas tertawa kecil. “Nampaknya kamu terlalu banyak berbicara sedari tadi,” ucap Andreas sembari mendekati Reyna. Pria itu menurunkan perlahan kedua tangan Reyna yang menutupi wajahnya sendiri, setelah saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya keduanya kembali berciuman. Kali ini tak mau berlama lama, Andreas meniduri Reyna dengan hati-hati. “Humnckpmngsh,” lenguhan dari bibir Reyna keluar semakin keras ketika junior Andreas mulai masuk ke dalam kewanitaan Reyna. “Ah!” lenguh Reyna dengan wajah memerah menatap Andreas yang nampak tersenyum kepadanya. Andreas menciu