Hatchuuu!
Isaac bersin begitu keras, setelahnya pria kecil tersebut terpental dengan jarak yang cukup jauh dari posisi awalnya. Mungkin jika diukur jaraknya akan mencapai 2 meter.
Angin mendesau pelan. Rasanya syahdu dan tenang sekali, membuat Isaac santai dengan memejamkan matanya sembari menikmati hembusan pelan dari udara yang bergerak memutar di sekeliling. Isaac membuka matanya, saat ini pria tersebut tengah berbaring di atas guguran daun kering yang bertumpuk dan sudah menguning. Dalam posisi telentangnya Isaac membuka mata pelan, pandangannya menatap langsung pada langit senja yang indah.
Isaac menghirup udara, pasokan oksigen yang segar mengalir ke dalam hidung mancung miliknya. Sebentar lagi hari akan menjadi gelap dirinya harus segera kembali menuju gorong-gorong, rumah untuk singgah dan juga tempat baginya berlindung dari predator malam yang mengerikan. Bagi Isaac asalkan bisa selamat dari bahaya dirinya rela tinggal di mana saja. Lagipula pria tersebut bebas mengatur isi rumahnya sedemikian rupa. Isaac bukanlah manusia, dia adalah seorang Drawft troll atau troll kerdil, mereka tinggal secara berkelompok dan beranggotakan kurang lebih sebanyak 10 troll.
Pria itu mulai bangkit dari tanah, saat dirinya mencoba berdiri tiba-tiba saja celana biru yang dikenakan robek, ini bisa dipastikan saat suara robekan dari kainnya terdengar. Isaac masih tidak peduli dan mencoba berdiri lagi.
Breeet!
Lagi-lagi sobek, kali ini punggung baju yang Isaac kenakan ikut robek. Kenapa bisa seperti ini, padahal kainnya masih bagus. Isaac menatapke bawah, memperhatikan bentuk kakinhya dengan seksama, sepertinya ada yang aneh ...
"Aaa!" pria itu menjerit dengan lantang saat mendapati ukuran kakinya yang berubah.
Bagaimana bisa kaki mungilnya berubah bentuk menjadi seperti kaki manusia, besar, berbulu dan jelek. Kini isaac mengangkat kedua tangan, mensejajarkan dengan wajahnya, Isaac lantas memperhatikannya dengan seksama. Ukuran dan bentuknya juga berubah, Isaac kembali tercengang. Apa yang terjadi dengannya?
Isaac mematung, ia ketakutan dan bingung harus berbuat apa sekarang.
Bagaimana bisa troll kerdil sepertinya berubah wujud menjadi manusia? Isaac harus segera pergi dari tempat ini, dia tak tahu kapan wujudnya bisa kembali seperti semula. Dirinya juga tidak tahu harus ke mana karena jika pulang ke gorong-gorong nanti troll lain akan mengusir Isaac, sebab manusia adalah salah satu mahluk yang ditakuti oleh para troll.
Hatcuuu!
Isaac kembali bersin saat sebuah daun jauh tepat mengenai hidungnya. Lagi-lagi Isaac kembali terpental sampai menghantam tanah. Pria itu segera bangun, sorot matanya menatap takut ke bawah. Perlahan Isaac membukanya dan melihat samar ke arah kaki. Ukurannya berubah, mungil. sepertinya Isaac sudah menjadi troll lagi.
Ini benar-benar tidak masuk akal. Kenapa dengan bersin saja bisa merubah wujud seseorang? Apa artinya ini? Apakah Isaac troll yang aneh atau justru cacat? Yang jelas dirinya harus merahasiakan hal ini dari siapapun. Lalu akankah Isaac tetap bisa menjaga rahasianya dari semua troll dan apakah yang harus Isaac lakukan saat sedang berwujud menjadi manusia?
Semuanya terasa sangat melelahkan, sejak tadi Isaac hanya duduk lesu di depan gorong-gorong. Tangannya membawa sebatang ranting kayu sembari menggoresnya tidak beraturan ke tanah. Bosan, Isaac menunggu temannya dari tadi. Jika sampai sore hari Gwen masih belum sampai di sini, bisa dipastikan dirinya sedang mendapat masalah dalam perjalanan. Semoga saja Gwen cepat sampai dan bisa tinggal bersama, bergabung dengan Isaac dan anggota troll lainnya di sini. "Isaac ...," panggilan lirih dari seseorang. Isaac menoleh mencari sumber suaranya. Matanya menyapu pandang, tidak ada siapapun di sekitar sini. Hanya daun gugur dan derai air gorong-gorong yang cukup deras membuat irama tersendiri bagi telinga panjang dengan ujung runcing milik Isaac. "Isaac ..." Merinding, suara siapa itu? Walaupun Isaac sudah mencoba mencarinya namun tidak mendapati darimana suara itu berasal. Sepertinya ada hantu yang sedang jahil ingin bermain petak umpet dengannya. "Isaac,
Gwen terlelap dalam tidurnya, sesekali dia juga mendengkur dengan suara pelan, sepertinya Gwen merasa kelelahan karena perjalanannya menuju gorong-gorong Isaac berjarak lumayan jauh. Kondisi rumah terlihat sangat berantakan, seperti kapal pecah dan terombang ambing di lautan. Dasar Gwen baru saja ditinggal setengah hari sudah membuat Isaac kewalahan sebab harus membereskan kekacauan karena ulahnya. Isaac mulai membereskan dari sisa makanan Gwen tadi siang, jorok sekali. Gwen bahkan tidak meletakkan alas bekas makannya ke tempat cuci piring. "Dasar Gwen pemalas!" cibir Isaac sembari membereskan sisa makanan di meja. Lagi-lagi Isaac diberi kejutan yang tak terduga, bagaimana bisa kamar mandinya yang semula bersih kini hancur dan bertumpukan sampah, ditambah banyak lumpur berserakan di setiap sisi. Bahkan pipa sedotan stainless bekas yang Isaac dapatkan dari penyaring gorong-gorong sekarang roboh dari tempatnya. Kamar mandi Isaac jadi becek sekali, setelah
Sepertinya hari ini Isaac akan dibuat sangat sibuk. Sekarang pria itu tengah dalam perjalanan pulang menuju ke rumah, tangannya membawa banyak sekali jamur. Ada banyak jenisnya yang tumbuh pada sekeliling pohon besar di tengah taman, lumayan untuk campuran membuat sup jamur bersama Gwen nanti. Isaac meletakkan jamur-jamur itu ke dalam karung merah dari bekas bungkusan apel. Berat, Isaac membawanya dengan susah payah. Tidak bisa dipanggul, ini terlalu berat. Bisa-bisa tulang Isaac remuk semua sesaat setelah mencapai gorong-gorong. Isaac lantas menyeretnya, perlahan ia menarik tumpukan jamur itu menggoreskan jejak di atas tanah. Rasa lelah ini akan terbayar ketika Isaac sudah sampai nanti. Hidungnya tiba-tiba terasa gatal, wah saat yang tidak tepat datang. Kenapa Isaac mendadak ingin bersin? Isaac mengentikan langkahnya, malas, kebiasaan hidungnya masih belum bisa dikontrol. Isaac segera melepaskan rompi merah yang dikenakan, sayang jika ikut sobek nant
Chelsea terus tersenyum saat memandang raut lucu Isaac, gemas sekali. Isaac terlihat sangat imut saat berpose ketakutan seperti sekarang. Matanya yang coklat hazel masih terus melotot ke arah Chelsea. Gadis itu bermain lempar daun dengan riang, menumpukan gugurannya yang kering pada kepala Isaac, pria itu masih setia dengan diamnya. "Kamu nggak mau main sama aku?" tanya polos Chelsea. Apa mungkin Isaac tidak menyukai orang sepertinya. Chelsea berdiri, dia menatap ke arah Isaac sebentar. Bahkan sampai sekarangpun Isaac masih saja diam tanpa gerakan, mematung seperti manekin. Hal tersebut membuat Chelsea merasa sedih, dia tidak punya teman bermain di sini, selain boneka-bonekanya di kamar, mereka benda mati, Chelsea menginginkan teman yang hidup seperti Isaac. Chelsea memutar badannya, membelakangi Isaac. Sepertinya dia memang harus pergi, mungkin Isaac tidak menyukainya. Chelsea menoleh ke belakang lagi
Chelsea mengemasi mainnya. Setelah ini ia berniat pergi menuju ke taman klorofil. Semoga saja Isaac sudah ada di sana. Chelsea mempercepat langkahnya, berharap hari ini akan seindah kemarin. "Isaac!" panggil Chelsea lantang. Gadis itu melambaikan tangan, menyapa Isaac yang masih duduk diam di tempatnya. Isaac tersenyum simpul saat melihat kedatangan Chelsea. Apa yang Chelsea bawa? Itu terlihat seperti kaleng besi, benda yang ia jadikan meja serta lemari di rumah kecilnya. "Isaac mau main lagi nggak?" tanya Chelsea terlihat sangat bersemangat, begitupun dengan Isaac. Chelsea menarik tangan Isaac, dia memberikan satu sisi kaleng yang tersambung dengan kaleng lainnya, sedangkan pada setiap ujungnya terhubung dengan seutas tali. Chelsea memberi jarak diantara mereka, menjadikan tali yang awalnya renggang sedikit menegang. "ISAAC DENGER AKU NGGAK?" teriak Chelsea dari tempatnya berdiri.
Filbert sudah pulang kurang lebih setengah jam yang lalu, Lord Malfoy dan Lady Malfoy telah menjemput anak bungsunya tersebut, kenapa mereka tidak sekalian membawa Gwen juga. Padahal lebih repot saat pemalas itu berada di sini. Gwen hanya membuat masalah di rumah Isaac, jika tidak kerjanya hanya bermalas-malasan lalu tidur. Tapi jika tidak ada Gwen, Isaac juga merasa kesepian. Sebab tak ada seorangpun yang bisa dirinya ajak bercanda di rumah. "Isaac ... Isaac!" Gwen memanggil nama Isaac, dari tadi pagi dia belum melihat teman kecilnya tersebut. Ke mana Isaac pergi. Sudah lama sekali tapi Isaac tak kunjung kembali. Jangan-jangan sesuatu yang buruk terjadi padanya Gwen mendadak khawatir, ia berfirasat buruk pada Isaac. Bagaimana kondisi Isaac sekarang, apa yang sedang temannya lewati saat ini. Gwen memakai rompinya dan berjalan keluar dari gorong-gorong. Hidungnya mulai mengendus, Gwen mengenali bau badan Isaac. Baunya seperti permen gul
Para troll akan berubah menjadi batu ketika mereka terkena cahaya matahari secara langsung dan dalam keadaan takut. Hal ini sudah menjadi adaptasi alami yang terjadi pada semua Drawf. Kulit mereka juga akan mengeras mengikuti seperti tekstur batu lalu diikuti lagi dengan warnanya yang berubah menjadi kelabu. Mereka akan kembali lagi menjadi troll ketika suasana hatinya sudah membaik. Bentuk mereka akan berubah dengan sendirinya, secara otomatis. Jadi pastikan alasmu berpijak atau batu di sekitar kalian bukanlah para troll yang sedang menyamar karena ketakutan. Kasian jika mereka terinjak, pasti rasanya sangat sakit. Ini semua salah Isaac, seharusnya dia tidak keluar rumah begitu lama dan membiarkan Gwen pergi mencarinya sendirian. Sekarang siapa yang bisa membantu Isaac menyelamatkan Gwen. Isaac pesimis, dia tidak bisa melakukan ini sendiri, Isaac memerlukan bantuan, apalagi jika dia harus berurusan dengan manusia, mahluk itu adalah sumber uta
Chelsea kembali ke taman, dia melangkah dengan riang menuju taman. Hati kecilnya berkata kalau Isaac pasti sedang menunggu kedatangannya sekarang. Kali ini Chelsea tidak membawa mainannya, dia sudah mencuci bersih kaos biru Isaac, meletakkannya dalam tas kertas. Chelsea tersenyum riang. Benar, Isaac sudah berada di taman, pria itu tengah merebahkan tubuhnya di atas tumpukan dedaunan. Chelsea berjalan mendekat, dia menemani langkah dengan senyuman tanpa henti. "Isaac," panggil Chelsea dengan nada gembira. Dia mengambil duduk di samping Isaac yang masih terbaring lemah. Isaac tidak menyahut panggilan yang Chelsea serukan, apa pria tersebut sedang ketiduran? Chelsea memandangi Isaac, dia tidak mengenakan baju untuk membungkus tubuhnya. Hanya celana coklat ketat yang membalut bagian atas paha pria tersebut. Chelsea membalikkan tubuh Isaac, lemas, suhu badan Isaac sangat dingin. Bibir Isaac juga terlihat pucat pasi, apa yang terjadi padanya