Semuanya terasa sangat melelahkan, sejak tadi Isaac hanya duduk lesu di depan gorong-gorong. Tangannya membawa sebatang ranting kayu sembari menggoresnya tidak beraturan ke tanah. Bosan, Isaac menunggu temannya dari tadi. Jika sampai sore hari Gwen masih belum sampai di sini, bisa dipastikan dirinya sedang mendapat masalah dalam perjalanan. Semoga saja Gwen cepat sampai dan bisa tinggal bersama, bergabung dengan Isaac dan anggota troll lainnya di sini.
"Isaac ...," panggilan lirih dari seseorang. Isaac menoleh mencari sumber suaranya.
Matanya menyapu pandang, tidak ada siapapun di sekitar sini. Hanya daun gugur dan derai air gorong-gorong yang cukup deras membuat irama tersendiri bagi telinga panjang dengan ujung runcing milik Isaac.
"Isaac ..."
Merinding, suara siapa itu? Walaupun Isaac sudah mencoba mencarinya namun tidak mendapati darimana suara itu berasal. Sepertinya ada hantu yang sedang jahil ingin bermain petak umpet dengannya.
"Isaac, gimana penyamaranku, keren bangetkan!" cerocos Gwen, tiba-tiba saja sudah berdiri tegak di belakang Isaac.
Hal tersebut membuat Isaac benar-benar terkejut sampai terjungkal ke belakang. Isaac memandangi Gwen dari ujung kepala sampai ujung kaki, kenapa temannya itu mengenakan baju dari bangkai kumbang badak yang sudah kering. Apa dia tidak merasa gatal?
"Kenapa pakai bawa kumbang segala, Gwen?"
"Biar aman, kalau nggak kamuflase kayak gini bisa-bisa aku nanti jadi bahan koleksi manusia kalau ketangkap, hiii serem," jelas Gwen, pria itu mulai mencopoti kulit keras kumbang dari badannya.
Dasar Gwen, selalu ada saja idenya. Isaac membantu Gwen melepaskan kostum anehnya tersebut. Setelahnya mereka masuk ke dalam rumah gorong-gorong dan menemui troll lainnya. Gwen terlihat sangat lelah, mungki itu sebabnya dia menjadi lesu dan kehilangan gairah semangatnya.
"Ngomong-ngomong kulitmu jadi lebih kuning Gwen, apa kamu makan daun gugur selama persediaan makanan menipis?" tanya Isaac saat menyadari perubahan warna kulit milik Gwen.
"Nggak Saac, aku makan kotoran manusia. Terpaksa tapi rasanya lumayan, sedikit lumer ditambah gurih dan wangi khas dan cita rasa tersendiri yang unik. Apalagi kalau kotoran dari manusia dengan makanan berkelas, rasa kotorannya lebih enak!"
Isaac mengerutkan kening, alisnya hampir menyatu. Ia merasa sedikit jijik saat Gwen menjelaskan alasannya, meskipun dirinya tak begitu yakin dengan kebenaran ucapan Gwen. Troll memang terkenal suka aktivitas kotor namun bukan berarti memakan kotoran itu adalah hal yang lumrah dilakukan para troll, begitupun bagi Isaac yang sangat peduli dengan kebersihan hal seperti ini sangat berbeda untuknya.
Hidung Isaac gatal, gawat sebentar lagi dirinya akan bersin. Isaac harus segera keluar dari gorong-gorong meninggalkan Gwen yang baru saja datang. Jika tidak rahasianya akan terbongkar.
"Gwen makan yang banyak ya, aku keluar sebentar!" Isaac berlari keluar rumah. Gwen memandangi Isaac sampai bayangan pria itu menghilang dari pandangan matanya.
Cepat. Isaac harus segera mungkin menjauh dari gorong-gorong. Hidungnya sudah terasa sangat gatal, ia sudah tidak bisa menahannya lagi.
Hatchuuu!
Isaac bersin dengan keras, suaranya menggema begitu keras. Bagi Gwen yang berukuran kecil, suara bersin Isaac mampu membuat ruang makan sedikit bergetar, tapi mungkin getarannya tidak terasa saat Gwen sedang fokus makan dengan lahapnya.
"Suara apa itu? Ah paling juga kentut, tapi kenapa keras sekali?" pikir Gwen mengehentikan makannya sebentar. "Mungkin pemiliknya lagi sembelit," tawa Gwen, lantas melanjutkan aktivitas makannya.
***
Tentu saja, Isaac berubah wujud menjadi manusia dalam sekali bersin. Kulitnya yang kuning seperti nanas muda berubah sedikit menjadi kuning mentah semu putih, hanya rambut hitam lebatnya yang masih sama.
Isaac duduk termenung diantara dedaunan, jika sudah seperti ini yang bisa Isaac lakukan hanya menunggu sampai ia bersin lagi, lalu wujudnya akan berubah kembali menjadi troll. Daun-daun jatuh berguguran dari atas pohon, pemandangan yang selalu Isaac saksikan saat menunggu bersinnya kembali datang. Entah sudah berapa lama dia duduk di sini, pasti Gwen tengah suntuk menunggunya di rumah.
"Sudah terlalu sore, kenapa aku nggak bersin lagi ya?" Isaac kebingungan, biasanya ia akan bersin setelah 1 sampai 2 jam menunggu, tapi kali ini terasa lama sekali.
Isaac mencoba menggelitiki hidungnya, tujuannya supaya gatal kemudian dia akan berubah wujud menjadi troll lagi.
"Hihi, geli," Isaac tertawa ringan saat jarinya menyelipkan daun kecil masuk sampai setengah rongga hidung.
Tidak berhasil, Isaac masih belum bisa bersin. Sepertinya ada yang salah dengan hidung mancung miliknya. Suara daun terinjak, bergemeresik. Ada yang datang mendekat, detak jantung Isaac memburu, siapa yang ada di sini selain dirinya. Isaac menekuk lutut lalu memeluk kakinya sebagai model perlindungan diri, dia diam dan menutup mata tak berani melihat ataupun memastikan siapa yang datang.
Tuk-tuk!
Ada sesuatu yang mengetuk di dahi Isaac, pria itu membuka matanya pelan. Ia benar-benar gugup dengan sesuatu yang berada di depannya. Isaac terkejut, dia mundur beberapa langkah. Tepat di depannya seorang gadis berjongkok, menatap Isaac tajam. Bibir gadis itu bergerak, mengukir senyum manis pada Isaac. Sementara Isaac sendiri masih berperang melawan rasa takutnya, baru pertama kali Isaac berhadapan langsung dengan manusia, apalagi dengan jarak sedekat ini.
"Aku Chelsea," ucapnya sembari menyodorkan tangan, gadis manis itu berusaha menggapai tangan Isaac, tapi Isaac justru semakin ketakutan dan mundur perlahan.
"Kamu siapa?" tanya Chelsea lagi. Isaac masih tidak menggubris sama sekali dan hanya diam menahan diri, matanya menyimpan ketakutan yang teramat dalam.
Chelsea mendekat perlahan ke arah Isaac, dia penasaran kenapa pemuda ini terlihat sangat aneh. Chelsea kesulitan melihat wajah Isaac karena rambut hitamnya mengembang sampai menutupi seluruh telinga dan sebagian wajah pria tersebut. Semakin mendekat, jarak Chelsea dan Isaac sekarang kurang dari 1 meter. Tangan Isaac gemetar hebat ia mencengkram daun kering di sekitarnya, dirinya benar-benar dilanda rasa takut luas biasa.
Isaac mencengkram daun gugur, semakin kuat, dia menggenggamnya beberapa di dalam tangan, meremasnya dengan rasa takut. Saat Chelsea mencoba mendekat lagi, menipiskan jarak antara keduanya, Isaac dengan spontan melemparkan daun-daun tersebut ke arah Chelsea, hal tersebut membuat Isaac memiliki kesempatan untuk kabur dari sini. Isaac bangkit, ia berlari dan menjauh dari Chelsea. Sementara gadis itu yang terkejut sampai kehilangan keseimbangannya, dia berdiri mencari ke mana perginya Isaac sekarang.
"Lucu banget," lirih Chelsea.
Isaac berlari semakin jauh, dia harap Chelsea tidak mengikutinya sampai ke sini. Hidung Isaac gatal, syukurlah sebentar lagi dia akan bersin, berubah wujud lalu kembali ke gorong-gorong.
Hatchuuu!
Bersinnya tidak terlalu kuat, mungkin karena tenaga Isaac hampir habis dipakai berlari tadi. Alhasil Isaac tidak terlempar begitu jauh seperti sebelumnya. Sangat melelahkah bagi Isaac, dia harus kembali ke gorong-gorong sekarang juga. Sudah berapa lama dia keluar, Gwen pasti sedang menunggunya sekarang.
Perihal gadis tadi, Isaac akan mengaggapnya mimpi saja.
Gwen terlelap dalam tidurnya, sesekali dia juga mendengkur dengan suara pelan, sepertinya Gwen merasa kelelahan karena perjalanannya menuju gorong-gorong Isaac berjarak lumayan jauh. Kondisi rumah terlihat sangat berantakan, seperti kapal pecah dan terombang ambing di lautan. Dasar Gwen baru saja ditinggal setengah hari sudah membuat Isaac kewalahan sebab harus membereskan kekacauan karena ulahnya. Isaac mulai membereskan dari sisa makanan Gwen tadi siang, jorok sekali. Gwen bahkan tidak meletakkan alas bekas makannya ke tempat cuci piring. "Dasar Gwen pemalas!" cibir Isaac sembari membereskan sisa makanan di meja. Lagi-lagi Isaac diberi kejutan yang tak terduga, bagaimana bisa kamar mandinya yang semula bersih kini hancur dan bertumpukan sampah, ditambah banyak lumpur berserakan di setiap sisi. Bahkan pipa sedotan stainless bekas yang Isaac dapatkan dari penyaring gorong-gorong sekarang roboh dari tempatnya. Kamar mandi Isaac jadi becek sekali, setelah
Sepertinya hari ini Isaac akan dibuat sangat sibuk. Sekarang pria itu tengah dalam perjalanan pulang menuju ke rumah, tangannya membawa banyak sekali jamur. Ada banyak jenisnya yang tumbuh pada sekeliling pohon besar di tengah taman, lumayan untuk campuran membuat sup jamur bersama Gwen nanti. Isaac meletakkan jamur-jamur itu ke dalam karung merah dari bekas bungkusan apel. Berat, Isaac membawanya dengan susah payah. Tidak bisa dipanggul, ini terlalu berat. Bisa-bisa tulang Isaac remuk semua sesaat setelah mencapai gorong-gorong. Isaac lantas menyeretnya, perlahan ia menarik tumpukan jamur itu menggoreskan jejak di atas tanah. Rasa lelah ini akan terbayar ketika Isaac sudah sampai nanti. Hidungnya tiba-tiba terasa gatal, wah saat yang tidak tepat datang. Kenapa Isaac mendadak ingin bersin? Isaac mengentikan langkahnya, malas, kebiasaan hidungnya masih belum bisa dikontrol. Isaac segera melepaskan rompi merah yang dikenakan, sayang jika ikut sobek nant
Chelsea terus tersenyum saat memandang raut lucu Isaac, gemas sekali. Isaac terlihat sangat imut saat berpose ketakutan seperti sekarang. Matanya yang coklat hazel masih terus melotot ke arah Chelsea. Gadis itu bermain lempar daun dengan riang, menumpukan gugurannya yang kering pada kepala Isaac, pria itu masih setia dengan diamnya. "Kamu nggak mau main sama aku?" tanya polos Chelsea. Apa mungkin Isaac tidak menyukai orang sepertinya. Chelsea berdiri, dia menatap ke arah Isaac sebentar. Bahkan sampai sekarangpun Isaac masih saja diam tanpa gerakan, mematung seperti manekin. Hal tersebut membuat Chelsea merasa sedih, dia tidak punya teman bermain di sini, selain boneka-bonekanya di kamar, mereka benda mati, Chelsea menginginkan teman yang hidup seperti Isaac. Chelsea memutar badannya, membelakangi Isaac. Sepertinya dia memang harus pergi, mungkin Isaac tidak menyukainya. Chelsea menoleh ke belakang lagi
Chelsea mengemasi mainnya. Setelah ini ia berniat pergi menuju ke taman klorofil. Semoga saja Isaac sudah ada di sana. Chelsea mempercepat langkahnya, berharap hari ini akan seindah kemarin. "Isaac!" panggil Chelsea lantang. Gadis itu melambaikan tangan, menyapa Isaac yang masih duduk diam di tempatnya. Isaac tersenyum simpul saat melihat kedatangan Chelsea. Apa yang Chelsea bawa? Itu terlihat seperti kaleng besi, benda yang ia jadikan meja serta lemari di rumah kecilnya. "Isaac mau main lagi nggak?" tanya Chelsea terlihat sangat bersemangat, begitupun dengan Isaac. Chelsea menarik tangan Isaac, dia memberikan satu sisi kaleng yang tersambung dengan kaleng lainnya, sedangkan pada setiap ujungnya terhubung dengan seutas tali. Chelsea memberi jarak diantara mereka, menjadikan tali yang awalnya renggang sedikit menegang. "ISAAC DENGER AKU NGGAK?" teriak Chelsea dari tempatnya berdiri.
Filbert sudah pulang kurang lebih setengah jam yang lalu, Lord Malfoy dan Lady Malfoy telah menjemput anak bungsunya tersebut, kenapa mereka tidak sekalian membawa Gwen juga. Padahal lebih repot saat pemalas itu berada di sini. Gwen hanya membuat masalah di rumah Isaac, jika tidak kerjanya hanya bermalas-malasan lalu tidur. Tapi jika tidak ada Gwen, Isaac juga merasa kesepian. Sebab tak ada seorangpun yang bisa dirinya ajak bercanda di rumah. "Isaac ... Isaac!" Gwen memanggil nama Isaac, dari tadi pagi dia belum melihat teman kecilnya tersebut. Ke mana Isaac pergi. Sudah lama sekali tapi Isaac tak kunjung kembali. Jangan-jangan sesuatu yang buruk terjadi padanya Gwen mendadak khawatir, ia berfirasat buruk pada Isaac. Bagaimana kondisi Isaac sekarang, apa yang sedang temannya lewati saat ini. Gwen memakai rompinya dan berjalan keluar dari gorong-gorong. Hidungnya mulai mengendus, Gwen mengenali bau badan Isaac. Baunya seperti permen gul
Para troll akan berubah menjadi batu ketika mereka terkena cahaya matahari secara langsung dan dalam keadaan takut. Hal ini sudah menjadi adaptasi alami yang terjadi pada semua Drawf. Kulit mereka juga akan mengeras mengikuti seperti tekstur batu lalu diikuti lagi dengan warnanya yang berubah menjadi kelabu. Mereka akan kembali lagi menjadi troll ketika suasana hatinya sudah membaik. Bentuk mereka akan berubah dengan sendirinya, secara otomatis. Jadi pastikan alasmu berpijak atau batu di sekitar kalian bukanlah para troll yang sedang menyamar karena ketakutan. Kasian jika mereka terinjak, pasti rasanya sangat sakit. Ini semua salah Isaac, seharusnya dia tidak keluar rumah begitu lama dan membiarkan Gwen pergi mencarinya sendirian. Sekarang siapa yang bisa membantu Isaac menyelamatkan Gwen. Isaac pesimis, dia tidak bisa melakukan ini sendiri, Isaac memerlukan bantuan, apalagi jika dia harus berurusan dengan manusia, mahluk itu adalah sumber uta
Chelsea kembali ke taman, dia melangkah dengan riang menuju taman. Hati kecilnya berkata kalau Isaac pasti sedang menunggu kedatangannya sekarang. Kali ini Chelsea tidak membawa mainannya, dia sudah mencuci bersih kaos biru Isaac, meletakkannya dalam tas kertas. Chelsea tersenyum riang. Benar, Isaac sudah berada di taman, pria itu tengah merebahkan tubuhnya di atas tumpukan dedaunan. Chelsea berjalan mendekat, dia menemani langkah dengan senyuman tanpa henti. "Isaac," panggil Chelsea dengan nada gembira. Dia mengambil duduk di samping Isaac yang masih terbaring lemah. Isaac tidak menyahut panggilan yang Chelsea serukan, apa pria tersebut sedang ketiduran? Chelsea memandangi Isaac, dia tidak mengenakan baju untuk membungkus tubuhnya. Hanya celana coklat ketat yang membalut bagian atas paha pria tersebut. Chelsea membalikkan tubuh Isaac, lemas, suhu badan Isaac sangat dingin. Bibir Isaac juga terlihat pucat pasi, apa yang terjadi padanya
Tak ada sahutan yang terdengar, Lord Malfoy dan Lady Malfoy sudah mengetuk pintu rumah Isaac berkali-kali. Mereka berdua ingin sekali mengunjungi anak sulungnya, ada daging cicak asap kesukaan Gwen sebagai oleh-oleh."Gwen, Isaac ...." Lord Malfoy masih berusaha memanggil.Sepi, mungkin saja Gwen dan Isaac sedang pergi ke luar. Mereka berdua tidak punya waktu lama, bisa-bisa Filbert menangis dan marah-marah di rumah sendirian.Lady Malfoy meninggalkan makanan yang dia bawa, meletakkannya persis di depan pintu. Aroma daging cicak yang lezat pasti akan tercium oleh hidung mungil Gwen. Dia tidak pernah tahan jika sudah berurusan dengan makanan apalagi buatan ibunya sendiri.Lord Malfoy dan Lady Malfoy beranjak, mereka pergi dan meninggalkan rumah Isaac. Jika menunggu sampai malam perjalanan mereka akan terancam nantinya, oleh para predator yang berbahaya.Lord Malfoy tidak mau mengambil banyak resiko bagi dia dan istrinya.***Isaa