Sepertinya hari ini Isaac akan dibuat sangat sibuk. Sekarang pria itu tengah dalam perjalanan pulang menuju ke rumah, tangannya membawa banyak sekali jamur. Ada banyak jenisnya yang tumbuh pada sekeliling pohon besar di tengah taman, lumayan untuk campuran membuat sup jamur bersama Gwen nanti.
Isaac meletakkan jamur-jamur itu ke dalam karung merah dari bekas bungkusan apel. Berat, Isaac membawanya dengan susah payah.
Tidak bisa dipanggul, ini terlalu berat. Bisa-bisa tulang Isaac remuk semua sesaat setelah mencapai gorong-gorong. Isaac lantas menyeretnya, perlahan ia menarik tumpukan jamur itu menggoreskan jejak di atas tanah. Rasa lelah ini akan terbayar ketika Isaac sudah sampai nanti.
Hidungnya tiba-tiba terasa gatal, wah saat yang tidak tepat datang. Kenapa Isaac mendadak ingin bersin?
Isaac mengentikan langkahnya, malas, kebiasaan hidungnya masih belum bisa dikontrol. Isaac segera melepaskan rompi merah yang dikenakan, sayang jika ikut sobek nanti padahal kainnya ini masih baru.
Hatchuuu!
Pria itu bersin begitu keras, tak tanggung-tanggung pria kerdil yang berukuran seperti anak ayam tersebut terlempar cukup jauh dari tempat awalnya berdiri.
Hal ini dirasa sangat menganggu bagi Isaac, karena saat wujudnya berubah pakaiannya ikut sobek sebab ukurannya yang terlalu kecil.
Saat menjadi troll dan saat menjadi manusia memiliki perbedaan ukuran yang sangat signifikan. Isaac sekarang telanjang dada karena pakaiannya yang robek parah, mungkin sudah tidak bisa dipakai lagi, hanya menyisakan celana dalam yang sangat ketat. Bahkan bentuk pantatnya saja kini terlihat dengan jelas.
Isaac tahu jika dirinya bersin ukurannya juga berubah, untuk mengantisipasi hal tersebut Isaac mengakali dengan membuat celananya sendiri berukuran cukup besar, berbahan dasar dari kain linen yang bisa melar mengikuti perubahan ukuran Isaac.
Jika sudah seperti ini Isaac hanya bisa menunggu sampai bersinnya kembali datang, sebab dia tidak tahu apa yang akan dirinya lakukan saat berwujud manusia.
Krek!
Suara dari ranting pohon yang terinjak, Isaac menyadari ada seseorang yang datang, dirinya duduk diam. Ia berharap kali ini bukan manusia lagi, sepertinya sekarang tempat ini sudah tidak aman baginya.
Bunyi merdu daun yang beradu dengan sepatu, memang benar ada yang datang mendekat ke arah Isaac saat ini.
"Kamu lagi?"
Isaac mengenali suara itu, bukankah pemiliknya gadis manis yang kemarin bertemu dengan dirinya. Kalau tidak salah namanya Chelsea, bukan?
Isaac mencoba menatap objek yang tengah bersuara di depannya, dengan berani Isaac membuka matanya perlahan, benar itu Chelsea. Kenapa gadis itu berada di sini dan bertemu Isaac lagi?
Tanpa basa-basi Chelsea langsung mengambil duduk tepat di depan Isaac yang masih diam ketakutan. Chelsea menunjukkan ransel yang ia bawa, tangannya merogoh ke dalam benda coklat tersebut lalu mengeluarkan sesuatu dari dalamnya.
"Ini, pakai," suruh Chelsea. Gadis itu memberikan kaos polos berwarna biru langit kepada Isaac.
Hanya diam, membisu. Isaac tetap tidak berani bicara atau bergerak sedikit saja. Ia masih takut dengan Chelsea, bagaimana jika Chelsea membawanya seperti Mama dulu. Lalu menjadikan dirinya salah satu pajangan yang di tempatkan dalam lemari kaca.
"Pakai." Chelsea masih berusaha menyodorkan kaos biru kepada pria batu di depannya itu.
Isaac masih saja diam, dia benar-benar tidak berani mengambil kaos dari tangan Chelsea. Padahal warna kaos tersebut sangat menggoda di manik mata hazel milik Isaac.
Chelsea memutar bola matanya tak percaya, apa pria di depannya ini sedang berusaha mengacuhkan dirinya. Chelsea lantas menekuk lututnya dalam posisi setengah berdiri. Dia meraih kepala dan leher Isaac, Chelsea memakaikan kaos itu kepada Isaac. Cocok sekali, kulit kuning semu putih milik Isaac terlihat sangat serasi dengan kaos berwarna biru cerah. Meskipun ukurannya terlihat terlalu besar.
Chelsea tersenyum riang, menampilkan deretan giginya yang putih dan bersih. Gadis itu cantik, caranya tersenyum membuat Isaac ingin mengikuti lekuk garis bibirnya.
"Namamu?"
Chelsea berharap Isaac mengucapkan sepatah kata saja. Tapi sayangnya Isaac masih berada dalam rasa takut akan manusia seperti Chelsea, meskipun gadis itu sudah berbaik hati sampai memberinya kaos biru. Apa Isaac pikir Chelsea akan memakannya dalam wujud manusia seperti ini? Dasar bodoh.
"Ayo main, aku sendirian di sini," ajak Chelsea. Gadis itu berumuran sekitar 16 tahun, berbeda persis 1 tahun dengan Isaac.
"Ayooo ...." Chelsea menarik lengan Isaac, membuat pria manekin itu sekarang berdiri dengan posisi sempurna.
Bodoh, kenapa Isaac masih saja diam seperti sebuah patung. Ia bahkan berusaha tak berkedip sama sekali. Matanya mungkin perih karena itu, sebab sekarang area putihnya jadi memerah.
Chelsea tertawa kecil saat melihat raut wajah lucu yang di buat Isaac, pria itu terlihat seperti sedang menahan kentut, kenapa hidungnya membesar dan matanya melotot seperti itu, membuat Chelsea bergidik ngeri saja.
***
Duuut!
Suara kentut Gwen, hal tersebut menjadi alarm pengingat untuk bangun dari tidur. Salah satu kebiasaan unik Gwen yang tidak dimiliki oleh troll lain.
Gwen menggaruk kepalanya, gatal. Mungkin karena sudah lama Gwen tidak membersihkan rambut pirangnya.
Posisi tidur Gwen aneh, dia tengkurap dan pantatnya sedikit terangkat. Menjadikan bagian ini paling tinggi di antara yang lainnya, kata Gwen supaya waktu kentut suaranya terdengar nyaring dan tidak tersumbat.
Gwen menyapu pandang, sepertinya Isaac belum pulang juga dari pasar lelang troll. Dari dulu sampai sekarang Isaac tidak pernah berubah, masih tetap menjadi troll yang peduli kebersihan. Tak ayal kulit Isaac juga bersih dari kutil dan bintik coklat yang lazimnya dimiliki oleh para troll, apalagi yang sering bersenang-senang dengan sampah, punggung mereka pasti dipenuhi dengan bintik coklat semua.
Gwen merenggangkan tangannya, dia menguap puas. Setelah ini Gwen berniat untuk mencari makanan, dia merasa lapar. Kira-kira di mana Isaac menyimpan makanannya?
Gwen berjalan ke arah dapur, sangat rapi. Isaac menata barang-barang dapurnya di atas kaleng susu bekas yang ia jadikan sebagai meja. Kreatif, jika seperti ini Gwen pasti betah tinggal di gorong-gorong Isaac.
Baunya harum, Gwen membuka tudung di atas meja. Ada banyak makanan segar di sana, Gwen segera mengambil piring dari tutup botol besi yang dipipihkan. Dia mengambil duduk, lalu melahap semua yang berada di meja makan, Serakah, Gwen melahapnya sampai habis, dia bahkan tidak menyisakan sedikit untuk Isaac.
Mungkin Isaac akan pulang terlambat, dia pasti bisa membuat makanan lagi jadi tak mengapa jika Gwen menghabiskan semuanya sekarang.
Ritualnya seperti biasa, Gwen langsung pergi tanpa membereskan sisa makanannya dan menaruh piring kotor berserakan di atas tempat cuci piring. Setelah pulang nanti Isaac akan dibuat naik pitam karena ulahnya. Yang semula tersusun rapih kini acak-acakan tak sesuai tempat awal.
Chelsea terus tersenyum saat memandang raut lucu Isaac, gemas sekali. Isaac terlihat sangat imut saat berpose ketakutan seperti sekarang. Matanya yang coklat hazel masih terus melotot ke arah Chelsea. Gadis itu bermain lempar daun dengan riang, menumpukan gugurannya yang kering pada kepala Isaac, pria itu masih setia dengan diamnya. "Kamu nggak mau main sama aku?" tanya polos Chelsea. Apa mungkin Isaac tidak menyukai orang sepertinya. Chelsea berdiri, dia menatap ke arah Isaac sebentar. Bahkan sampai sekarangpun Isaac masih saja diam tanpa gerakan, mematung seperti manekin. Hal tersebut membuat Chelsea merasa sedih, dia tidak punya teman bermain di sini, selain boneka-bonekanya di kamar, mereka benda mati, Chelsea menginginkan teman yang hidup seperti Isaac. Chelsea memutar badannya, membelakangi Isaac. Sepertinya dia memang harus pergi, mungkin Isaac tidak menyukainya. Chelsea menoleh ke belakang lagi
Chelsea mengemasi mainnya. Setelah ini ia berniat pergi menuju ke taman klorofil. Semoga saja Isaac sudah ada di sana. Chelsea mempercepat langkahnya, berharap hari ini akan seindah kemarin. "Isaac!" panggil Chelsea lantang. Gadis itu melambaikan tangan, menyapa Isaac yang masih duduk diam di tempatnya. Isaac tersenyum simpul saat melihat kedatangan Chelsea. Apa yang Chelsea bawa? Itu terlihat seperti kaleng besi, benda yang ia jadikan meja serta lemari di rumah kecilnya. "Isaac mau main lagi nggak?" tanya Chelsea terlihat sangat bersemangat, begitupun dengan Isaac. Chelsea menarik tangan Isaac, dia memberikan satu sisi kaleng yang tersambung dengan kaleng lainnya, sedangkan pada setiap ujungnya terhubung dengan seutas tali. Chelsea memberi jarak diantara mereka, menjadikan tali yang awalnya renggang sedikit menegang. "ISAAC DENGER AKU NGGAK?" teriak Chelsea dari tempatnya berdiri.
Filbert sudah pulang kurang lebih setengah jam yang lalu, Lord Malfoy dan Lady Malfoy telah menjemput anak bungsunya tersebut, kenapa mereka tidak sekalian membawa Gwen juga. Padahal lebih repot saat pemalas itu berada di sini. Gwen hanya membuat masalah di rumah Isaac, jika tidak kerjanya hanya bermalas-malasan lalu tidur. Tapi jika tidak ada Gwen, Isaac juga merasa kesepian. Sebab tak ada seorangpun yang bisa dirinya ajak bercanda di rumah. "Isaac ... Isaac!" Gwen memanggil nama Isaac, dari tadi pagi dia belum melihat teman kecilnya tersebut. Ke mana Isaac pergi. Sudah lama sekali tapi Isaac tak kunjung kembali. Jangan-jangan sesuatu yang buruk terjadi padanya Gwen mendadak khawatir, ia berfirasat buruk pada Isaac. Bagaimana kondisi Isaac sekarang, apa yang sedang temannya lewati saat ini. Gwen memakai rompinya dan berjalan keluar dari gorong-gorong. Hidungnya mulai mengendus, Gwen mengenali bau badan Isaac. Baunya seperti permen gul
Para troll akan berubah menjadi batu ketika mereka terkena cahaya matahari secara langsung dan dalam keadaan takut. Hal ini sudah menjadi adaptasi alami yang terjadi pada semua Drawf. Kulit mereka juga akan mengeras mengikuti seperti tekstur batu lalu diikuti lagi dengan warnanya yang berubah menjadi kelabu. Mereka akan kembali lagi menjadi troll ketika suasana hatinya sudah membaik. Bentuk mereka akan berubah dengan sendirinya, secara otomatis. Jadi pastikan alasmu berpijak atau batu di sekitar kalian bukanlah para troll yang sedang menyamar karena ketakutan. Kasian jika mereka terinjak, pasti rasanya sangat sakit. Ini semua salah Isaac, seharusnya dia tidak keluar rumah begitu lama dan membiarkan Gwen pergi mencarinya sendirian. Sekarang siapa yang bisa membantu Isaac menyelamatkan Gwen. Isaac pesimis, dia tidak bisa melakukan ini sendiri, Isaac memerlukan bantuan, apalagi jika dia harus berurusan dengan manusia, mahluk itu adalah sumber uta
Chelsea kembali ke taman, dia melangkah dengan riang menuju taman. Hati kecilnya berkata kalau Isaac pasti sedang menunggu kedatangannya sekarang. Kali ini Chelsea tidak membawa mainannya, dia sudah mencuci bersih kaos biru Isaac, meletakkannya dalam tas kertas. Chelsea tersenyum riang. Benar, Isaac sudah berada di taman, pria itu tengah merebahkan tubuhnya di atas tumpukan dedaunan. Chelsea berjalan mendekat, dia menemani langkah dengan senyuman tanpa henti. "Isaac," panggil Chelsea dengan nada gembira. Dia mengambil duduk di samping Isaac yang masih terbaring lemah. Isaac tidak menyahut panggilan yang Chelsea serukan, apa pria tersebut sedang ketiduran? Chelsea memandangi Isaac, dia tidak mengenakan baju untuk membungkus tubuhnya. Hanya celana coklat ketat yang membalut bagian atas paha pria tersebut. Chelsea membalikkan tubuh Isaac, lemas, suhu badan Isaac sangat dingin. Bibir Isaac juga terlihat pucat pasi, apa yang terjadi padanya
Tak ada sahutan yang terdengar, Lord Malfoy dan Lady Malfoy sudah mengetuk pintu rumah Isaac berkali-kali. Mereka berdua ingin sekali mengunjungi anak sulungnya, ada daging cicak asap kesukaan Gwen sebagai oleh-oleh."Gwen, Isaac ...." Lord Malfoy masih berusaha memanggil.Sepi, mungkin saja Gwen dan Isaac sedang pergi ke luar. Mereka berdua tidak punya waktu lama, bisa-bisa Filbert menangis dan marah-marah di rumah sendirian.Lady Malfoy meninggalkan makanan yang dia bawa, meletakkannya persis di depan pintu. Aroma daging cicak yang lezat pasti akan tercium oleh hidung mungil Gwen. Dia tidak pernah tahan jika sudah berurusan dengan makanan apalagi buatan ibunya sendiri.Lord Malfoy dan Lady Malfoy beranjak, mereka pergi dan meninggalkan rumah Isaac. Jika menunggu sampai malam perjalanan mereka akan terancam nantinya, oleh para predator yang berbahaya.Lord Malfoy tidak mau mengambil banyak resiko bagi dia dan istrinya.***Isaa
Hatchuuu! Isaac bersin begitu keras, setelahnya pria kecil tersebut terpental dengan jarak yang cukup jauh dari posisi awalnya. Mungkin jika diukur jaraknya akan mencapai 2 meter. Angin mendesau pelan. Rasanya syahdu dan tenang sekali, membuat Isaac santai dengan memejamkan matanya sembari menikmati hembusan pelan dari udara yang bergerak memutar di sekeliling. Isaac membuka matanya, saat ini pria tersebut tengah berbaring di atas guguran daun kering yang bertumpuk dan sudah menguning. Dalam posisi telentangnya Isaac membuka mata pelan, pandangannya menatap langsung pada langit senja yang indah. Isaac menghirup udara, pasokan oksigen yang segar mengalir ke dalam hidung mancung miliknya. Sebentar lagi hari akan menjadi gelap dirinya harus segera kembali menuju gorong-gorong, rumah untuk singgah dan juga tempat baginya berlindung dari predator malam yang mengerikan. Bagi Isaac asalkan bisa selamat dari bahaya dirinya rela tinggal di mana saja. Lagipula pr
Semuanya terasa sangat melelahkan, sejak tadi Isaac hanya duduk lesu di depan gorong-gorong. Tangannya membawa sebatang ranting kayu sembari menggoresnya tidak beraturan ke tanah. Bosan, Isaac menunggu temannya dari tadi. Jika sampai sore hari Gwen masih belum sampai di sini, bisa dipastikan dirinya sedang mendapat masalah dalam perjalanan. Semoga saja Gwen cepat sampai dan bisa tinggal bersama, bergabung dengan Isaac dan anggota troll lainnya di sini. "Isaac ...," panggilan lirih dari seseorang. Isaac menoleh mencari sumber suaranya. Matanya menyapu pandang, tidak ada siapapun di sekitar sini. Hanya daun gugur dan derai air gorong-gorong yang cukup deras membuat irama tersendiri bagi telinga panjang dengan ujung runcing milik Isaac. "Isaac ..." Merinding, suara siapa itu? Walaupun Isaac sudah mencoba mencarinya namun tidak mendapati darimana suara itu berasal. Sepertinya ada hantu yang sedang jahil ingin bermain petak umpet dengannya. "Isaac,
Tak ada sahutan yang terdengar, Lord Malfoy dan Lady Malfoy sudah mengetuk pintu rumah Isaac berkali-kali. Mereka berdua ingin sekali mengunjungi anak sulungnya, ada daging cicak asap kesukaan Gwen sebagai oleh-oleh."Gwen, Isaac ...." Lord Malfoy masih berusaha memanggil.Sepi, mungkin saja Gwen dan Isaac sedang pergi ke luar. Mereka berdua tidak punya waktu lama, bisa-bisa Filbert menangis dan marah-marah di rumah sendirian.Lady Malfoy meninggalkan makanan yang dia bawa, meletakkannya persis di depan pintu. Aroma daging cicak yang lezat pasti akan tercium oleh hidung mungil Gwen. Dia tidak pernah tahan jika sudah berurusan dengan makanan apalagi buatan ibunya sendiri.Lord Malfoy dan Lady Malfoy beranjak, mereka pergi dan meninggalkan rumah Isaac. Jika menunggu sampai malam perjalanan mereka akan terancam nantinya, oleh para predator yang berbahaya.Lord Malfoy tidak mau mengambil banyak resiko bagi dia dan istrinya.***Isaa
Chelsea kembali ke taman, dia melangkah dengan riang menuju taman. Hati kecilnya berkata kalau Isaac pasti sedang menunggu kedatangannya sekarang. Kali ini Chelsea tidak membawa mainannya, dia sudah mencuci bersih kaos biru Isaac, meletakkannya dalam tas kertas. Chelsea tersenyum riang. Benar, Isaac sudah berada di taman, pria itu tengah merebahkan tubuhnya di atas tumpukan dedaunan. Chelsea berjalan mendekat, dia menemani langkah dengan senyuman tanpa henti. "Isaac," panggil Chelsea dengan nada gembira. Dia mengambil duduk di samping Isaac yang masih terbaring lemah. Isaac tidak menyahut panggilan yang Chelsea serukan, apa pria tersebut sedang ketiduran? Chelsea memandangi Isaac, dia tidak mengenakan baju untuk membungkus tubuhnya. Hanya celana coklat ketat yang membalut bagian atas paha pria tersebut. Chelsea membalikkan tubuh Isaac, lemas, suhu badan Isaac sangat dingin. Bibir Isaac juga terlihat pucat pasi, apa yang terjadi padanya
Para troll akan berubah menjadi batu ketika mereka terkena cahaya matahari secara langsung dan dalam keadaan takut. Hal ini sudah menjadi adaptasi alami yang terjadi pada semua Drawf. Kulit mereka juga akan mengeras mengikuti seperti tekstur batu lalu diikuti lagi dengan warnanya yang berubah menjadi kelabu. Mereka akan kembali lagi menjadi troll ketika suasana hatinya sudah membaik. Bentuk mereka akan berubah dengan sendirinya, secara otomatis. Jadi pastikan alasmu berpijak atau batu di sekitar kalian bukanlah para troll yang sedang menyamar karena ketakutan. Kasian jika mereka terinjak, pasti rasanya sangat sakit. Ini semua salah Isaac, seharusnya dia tidak keluar rumah begitu lama dan membiarkan Gwen pergi mencarinya sendirian. Sekarang siapa yang bisa membantu Isaac menyelamatkan Gwen. Isaac pesimis, dia tidak bisa melakukan ini sendiri, Isaac memerlukan bantuan, apalagi jika dia harus berurusan dengan manusia, mahluk itu adalah sumber uta
Filbert sudah pulang kurang lebih setengah jam yang lalu, Lord Malfoy dan Lady Malfoy telah menjemput anak bungsunya tersebut, kenapa mereka tidak sekalian membawa Gwen juga. Padahal lebih repot saat pemalas itu berada di sini. Gwen hanya membuat masalah di rumah Isaac, jika tidak kerjanya hanya bermalas-malasan lalu tidur. Tapi jika tidak ada Gwen, Isaac juga merasa kesepian. Sebab tak ada seorangpun yang bisa dirinya ajak bercanda di rumah. "Isaac ... Isaac!" Gwen memanggil nama Isaac, dari tadi pagi dia belum melihat teman kecilnya tersebut. Ke mana Isaac pergi. Sudah lama sekali tapi Isaac tak kunjung kembali. Jangan-jangan sesuatu yang buruk terjadi padanya Gwen mendadak khawatir, ia berfirasat buruk pada Isaac. Bagaimana kondisi Isaac sekarang, apa yang sedang temannya lewati saat ini. Gwen memakai rompinya dan berjalan keluar dari gorong-gorong. Hidungnya mulai mengendus, Gwen mengenali bau badan Isaac. Baunya seperti permen gul
Chelsea mengemasi mainnya. Setelah ini ia berniat pergi menuju ke taman klorofil. Semoga saja Isaac sudah ada di sana. Chelsea mempercepat langkahnya, berharap hari ini akan seindah kemarin. "Isaac!" panggil Chelsea lantang. Gadis itu melambaikan tangan, menyapa Isaac yang masih duduk diam di tempatnya. Isaac tersenyum simpul saat melihat kedatangan Chelsea. Apa yang Chelsea bawa? Itu terlihat seperti kaleng besi, benda yang ia jadikan meja serta lemari di rumah kecilnya. "Isaac mau main lagi nggak?" tanya Chelsea terlihat sangat bersemangat, begitupun dengan Isaac. Chelsea menarik tangan Isaac, dia memberikan satu sisi kaleng yang tersambung dengan kaleng lainnya, sedangkan pada setiap ujungnya terhubung dengan seutas tali. Chelsea memberi jarak diantara mereka, menjadikan tali yang awalnya renggang sedikit menegang. "ISAAC DENGER AKU NGGAK?" teriak Chelsea dari tempatnya berdiri.
Chelsea terus tersenyum saat memandang raut lucu Isaac, gemas sekali. Isaac terlihat sangat imut saat berpose ketakutan seperti sekarang. Matanya yang coklat hazel masih terus melotot ke arah Chelsea. Gadis itu bermain lempar daun dengan riang, menumpukan gugurannya yang kering pada kepala Isaac, pria itu masih setia dengan diamnya. "Kamu nggak mau main sama aku?" tanya polos Chelsea. Apa mungkin Isaac tidak menyukai orang sepertinya. Chelsea berdiri, dia menatap ke arah Isaac sebentar. Bahkan sampai sekarangpun Isaac masih saja diam tanpa gerakan, mematung seperti manekin. Hal tersebut membuat Chelsea merasa sedih, dia tidak punya teman bermain di sini, selain boneka-bonekanya di kamar, mereka benda mati, Chelsea menginginkan teman yang hidup seperti Isaac. Chelsea memutar badannya, membelakangi Isaac. Sepertinya dia memang harus pergi, mungkin Isaac tidak menyukainya. Chelsea menoleh ke belakang lagi
Sepertinya hari ini Isaac akan dibuat sangat sibuk. Sekarang pria itu tengah dalam perjalanan pulang menuju ke rumah, tangannya membawa banyak sekali jamur. Ada banyak jenisnya yang tumbuh pada sekeliling pohon besar di tengah taman, lumayan untuk campuran membuat sup jamur bersama Gwen nanti. Isaac meletakkan jamur-jamur itu ke dalam karung merah dari bekas bungkusan apel. Berat, Isaac membawanya dengan susah payah. Tidak bisa dipanggul, ini terlalu berat. Bisa-bisa tulang Isaac remuk semua sesaat setelah mencapai gorong-gorong. Isaac lantas menyeretnya, perlahan ia menarik tumpukan jamur itu menggoreskan jejak di atas tanah. Rasa lelah ini akan terbayar ketika Isaac sudah sampai nanti. Hidungnya tiba-tiba terasa gatal, wah saat yang tidak tepat datang. Kenapa Isaac mendadak ingin bersin? Isaac mengentikan langkahnya, malas, kebiasaan hidungnya masih belum bisa dikontrol. Isaac segera melepaskan rompi merah yang dikenakan, sayang jika ikut sobek nant
Gwen terlelap dalam tidurnya, sesekali dia juga mendengkur dengan suara pelan, sepertinya Gwen merasa kelelahan karena perjalanannya menuju gorong-gorong Isaac berjarak lumayan jauh. Kondisi rumah terlihat sangat berantakan, seperti kapal pecah dan terombang ambing di lautan. Dasar Gwen baru saja ditinggal setengah hari sudah membuat Isaac kewalahan sebab harus membereskan kekacauan karena ulahnya. Isaac mulai membereskan dari sisa makanan Gwen tadi siang, jorok sekali. Gwen bahkan tidak meletakkan alas bekas makannya ke tempat cuci piring. "Dasar Gwen pemalas!" cibir Isaac sembari membereskan sisa makanan di meja. Lagi-lagi Isaac diberi kejutan yang tak terduga, bagaimana bisa kamar mandinya yang semula bersih kini hancur dan bertumpukan sampah, ditambah banyak lumpur berserakan di setiap sisi. Bahkan pipa sedotan stainless bekas yang Isaac dapatkan dari penyaring gorong-gorong sekarang roboh dari tempatnya. Kamar mandi Isaac jadi becek sekali, setelah
Semuanya terasa sangat melelahkan, sejak tadi Isaac hanya duduk lesu di depan gorong-gorong. Tangannya membawa sebatang ranting kayu sembari menggoresnya tidak beraturan ke tanah. Bosan, Isaac menunggu temannya dari tadi. Jika sampai sore hari Gwen masih belum sampai di sini, bisa dipastikan dirinya sedang mendapat masalah dalam perjalanan. Semoga saja Gwen cepat sampai dan bisa tinggal bersama, bergabung dengan Isaac dan anggota troll lainnya di sini. "Isaac ...," panggilan lirih dari seseorang. Isaac menoleh mencari sumber suaranya. Matanya menyapu pandang, tidak ada siapapun di sekitar sini. Hanya daun gugur dan derai air gorong-gorong yang cukup deras membuat irama tersendiri bagi telinga panjang dengan ujung runcing milik Isaac. "Isaac ..." Merinding, suara siapa itu? Walaupun Isaac sudah mencoba mencarinya namun tidak mendapati darimana suara itu berasal. Sepertinya ada hantu yang sedang jahil ingin bermain petak umpet dengannya. "Isaac,