Sebuah perjalanan hidup rumah tangga yang penuh lika liku yang dialami pasangan suami istri yang sudah menikah 5 tahun dan dikaruniai anak perempuan berumur 2 tahun.
Dia adalah pasangan bernama Ari Sinaga dan Lisa Nitami mereka saling mencintai satu sama lain hingga memutuskan menikah disaat usia sudah masing-masing matang.Perbedaan usia mereka memang terpaut jauh yaitu 10 tahun tapi itu tidak membuat mereka minder justru mereka sangat bahagia meskipun hidup mereka terbatas ekonomi.Mereka juga tidak punya apa-apa mereka tinggal dikontrakan kecil dan terpencil. Lalu bagaimana jika sang maha kuasa menguji cinta mereka menguji kesetiaan mereka dengan menghadirkan sosok perempuan lain yang akan membuat goncang pondasi rumah tangga yang sudah mereka bangun.Dan bagaimana syetan membantunya dalam memisahkan dua insan agar dia bisa menduduki singgasana iblis dikerajaan laut.Juga bagaimana cara Allah untuk membantu mereka mengatasi ujian yang diberikan-Nya.Mampukah dua insan ini mempertahankan rumah tangganya atau memilih mengakhiri dengan semua kekurangan yang ada.Inilah kisah Ari dan Lisa.*****Hidup serba kekurangan tidak membuat Lisa mengeluh dan memaki keadaan atau menyalahkan suaminya yang hanya bekerja sebagai buruh serabutan.Ari sang suami mengetahui tanggung jawabnya terhadap rumah tangganya dalam menafkahi anak dan istrinya hanya saja dia kurang dalam beribadah sholat yang selalu bolong dan tidak bisa mengaji namun dia termasuk pria yang pengertian dan perhatian dia juga ramah terhadap lingkungan sekitarnya.Ari termasuk pria yang tampan dalam golongan kalangan bawah meskipun kulitnya agak kecoklatan tapi manis dan sangat cool badannya pun bagus dan berotot sehingga mampu membius wanita.Sedangkan Lisa wanita yang lemah lembut, penyayang dan penyabar dia selalu memasrahkan hidupnya pada yang maha kuasa dia juga berdoa untuk suaminya supaya suaminya mau berubah, berubah dalam artian keagamaan dan mendalami ilmu agama.Lisa juga rajin beribadah dan bisa mengaji dia menerima takdir apapun yang diberikan oleh Allah padanya. Wajahnya memang tidak cantik tapi tidak jelek juga sangat sederhana tapi berkulit putih dengan rambut panjang yang tertutup hijab."Lisa, aku berangkat dulu yah!" ucap Ari didepan pintu.Lisa dan anak perempuannya yang bernama Laras maju mengikuti sang kepala keluarga."Iya bang, hati-hati dijalan jangan lupa berdoa ingat sama Allah dan kita." menunjuk dirinya dan anaknya sambil tersenyum manis."Iya... Laras anak ayah jangan nakal yah sama mamah jadi anak yang nurut." ucap Ari sambil menggoda putrinya yang hanya tertawa."Ya udah aku berangkat assalamualaikum." pamitnya mengucap salam dan mencium kening sang istri serta putrinya."Waalaikum salam." jawab Lisa tersenyum.Ari pun menaiki motor bututnya dan tersenyum ramah pada tetangganya yang dijumpainya."Ya kita hanya berdua lagi nih sayang, Laras mandi yah habis itu kita main." ucapnya pada anaknya yang mulai ingin berbicara."Iya mamah...!" ucap anaknya dengan logat anak kecil.Lalu mereka masuk kedalam dan mengunci pintu.*****Saat ini Ari mendapat tawaran pekerjaan disebuah pabrik untuk membersihkan rumput yang tumbuh tinggi dengan ukuran seluas 2 hektar dia dibayar perhari bekerja bersama tiga temannya.Saat sedang bekerja Ari diperhatikan oleh seorang wanita yang bertugas sebagai pengelola halaman itu dan yang bertanggung jawab atas semua pekerja pembabat itu.Sejak pertama kali masuk Ari sudah menjadi perhatian yang menarik terhadap wanita itu, wanita itu bernama Zoya berparas lumayan cantik berusia 25 tahun dan belum menikah.Dia sudah tau bahwa Ari sudah menikah dan mempunyai anak tapi otak jahatnya tidak menerima kenyataan itu dia malah semakin memupuk perasaannya untuk Ari."Zoya, hayo lagi mandangin Ari yah!" Santi, temannya mengagetkan Zoya saat sedang memperhatikan Ari."Iya, kayaknya lama kelamaan aku makin cinta sama dia." ucap Zoya sambil tersenyum.Santi mengerutkan alisnya, "Hey Zoy sadar bukannya kau sudah tau Ari itu sudah punya istri dan anak jangan cari penyakit deh!" temanya menyarankan Zoya bahwa perasaannya itu salah."Yang namanya cinta tidak pandang bulu meskipun dia sudah tua." jawabnya enteng."Ya tapi jangan sama yang beristri dong kena karma baru tau rasa." ancam Santi sambil bergidik."Tapi aku tidak percaya, lihat saja aku pasti bisa memilikinya." yakinnya sambil terus memandang Ari."Ikh.. lama-lama aneh kau yah! aku sarankan yah lebih baik kau cari laki-laki lain saja jangan dia nanti kau bisa diamuk sama istrinya." ucap Santi sebelum berlalu pergi.Zoya hanya tersenyum sinis, "Terserah, yang penting aku bisa mendapatkan dia." gumamnya pelan.Merasa ada yang memperhatikan Ari pun menoleh dan mendapati atasannya tengah tersenyum manis padanya sambil melambaikan tangan.Ari pun ikut membalas dengan tersenyum juga lalu kembali fokus pada pekerjaannya.Saat istirahat pun tiba.Ari sedang makan bersama teman-temannya sambil mengobrol tiba-tiba datang Zoya dengan tersenyum genit dia sengaja menurunkan kancing bagian depannya supaya dadanya yang mulus dapat terlihat."Hay, boleh aku makan disini." katanya menatap Ari yang menjadi canggung."Silahkan!" kata Ari basa-basi.Dengan percaya diri Zoya duduk disamping Ari sangat dekat sehingga membuat Ari tidak nyaman dan menggeser duduknya."Hai kenalkan namaku Zoya!" ucapnya dengan nada manja mengulurkan tangannya pada Ari.Karena Ari makan pakai sendok dia jadi membalas uluran tangan Zoya."Ari...!" balasnya singkat, saat Ari ingin melepaskan tangannya Zoya malah menahannya dan menatap Ari dengan senyum penuh arti membuat Ari menjadi salah tingkah.Sedangkan teman-temannya hanya terdiam melihatnya."Maaf Bu, tangannya dilepaskan saya mau makan lagi." kata Ari ramah. Zoya pun melepaskannya."Oh maaf, habisnya aku terpesona denganmu." ucapnya tersenyum menggoda. Ari hanya tersenyum kikuk.Makan siang pun berjalan dengan hikmat setelah selesai makan Zoya mengajak ngobrol Ari dan lama kelamaan membuat Ari nyaman dan tidak merasa canggung lagi antara atasan dan bawahan. Bahkan mereka mengobrol tanpa mempedulikan sekitarnya dan tangan Zoya nakal mengobrol tapi tangannya sambil menyentuh lengan dan paha Ari sedangkan Ari hanya diam saja.Istirahat pun selesai mereka kembali bekerja dan sebelum bekerja teman Ari yang memperhatikan berbicara pada Ari."Ri, ingat kau sudah punya anak dan istri ngobrol boleh tapi jangan sampe kebablasan.$ pesannya pada Ari."Iya aku tau." balas Ari singkat."Tapi yang aku lihat, kau seperti santai saja saat berbicara dengannya bahkan kau disentuh pun diam saja, bagaimana kalau istrimu melihat?" tanya temanya."Ya mangkanya kau jangan bilang padanya, ini hanya urusan tentang pekerjaan." jawabnya terlihat acuh dan santai."Loh kok begitu, ingat Ri, kamu punya anak perempuan jangan main-main." tambahnya lagi.Ari menghela nafas lelah, "Iya aku tau, kau bawel sekali seperti emak-emak. Sudah lebih baik kita bekerja lagi." kata Ari kemudian dia mulai bekerja temannya hanya geleng-geleng kepala melihatnya.Pulang bekerja, Ari dihentikan oleh Zoya dengan sengaja."Ri, pulang barena yuk naik mobil aku.!" ucap Zoya saat Ari hendak melajukan motornya."Tidak usah terima kasih aku membawa motor." tolak Ari cepat."Motornya taruh saja disini, besok aku jemput lagi." tawarnya berusaha dengan senyum khasnya.tiba-tiba..."Ri, numpang yah! aku tidak punya kendaraan." Hendra dengan cepat naik keatas motor dibelakang Ari."Ayo cepet Ri, ini udah mau magrib.""Oke, maaf ya Bu lain kali saja.!"Lalu kemudian Ari dan Hendra pergi meninggalkan Zoya yang hatinya dongkol.Zoya hanya tersenyum sinis melihat kepergian Ari, dirinya tau bahwa Hendra sengaja melakukannya.Diperjalanan Hendra membahas hal yang tadi."Ri, sepertinya Bu Zoya suka sama kamu." kata Hendra berbicara didekat telinga Ari supaya terdengar."Bagus dong, dari pada dibenci." jawab Ari acuh.Hendra memutar bola mata mala
Pagi hari Ari sudah siap dan hendak berangkat tak lupa berpamitan pada istri dan anaknya dan didepan sudah ada Ilham yang sedang mencuci motornya."Berangkat mas,!" sapa Ilham pada Ari."Iya nih! Wah rajin sekali pagi-pagi sudah mencuci motor." Ari berbasa-basi memuji Ilham."Ah cuma nyuci motor mas!""Ya sudah saya berangkat dulu yah!""Iya mas hati-hati."Setelah berbasa-basi Ari berangkat bekerja seperti biasa dan Lisa keluar bersama Laras."Eh mbak Lisa, mau kemana?" tanya Ilham."Eh mas Ilham, mau ke tukang sayur mas. Saya duluan yah!""Mau saya antar.""Tidak usah mas, dekat kok!""Ya sudah hati-hati mbak.""Iya..!"Ilham memandangi punggung Lisa yang sudah menjauh dengan pandangan berbeda, karena setiap melihat Lisa, hati Ilham seperti bergetar dan matanya selalu ingin memandangi ibu muda satu anak itu.Ilham menggelengkan kepala, dia tau itu salah dia
Semalaman hingga menjelang pagi Lisa tidak bisa tidur terus memikirkan suaminya yang tak kunjung pulang bahkan nomornya pun sampai sekarang belum aktif.Hatinya semakin gundah, apakah benar suaminya telah berselingkuh darinya, apa salahnya sampai dia tega melakukannya.Lisa terus menangis, dia jadi tidak fokus untuk melakukan sesuatu Laras pun sampai tidak diurusnya karena selalu memikirkannya suami berkali-kali dia menelfon lagi tapi masih tetap tidak aktif, lalu menelfon teman-teman suaminya jawabannya mereka semua tidak tau hingga dia pasrah dan berdoa pada sang kuasa agar diberi petunjuk.Hingga sore hari menjelang magrib nomor itu baru aktif dan Lisa langsung menelfonnya.Tapi tidak diangkat kini dia terkejut lagi malah ada pesan suara yang dia terima dari perempuan itu menggunakan nomor suaminya.pesan suara itu berbunyi.'Jangan ganggu suamiku, dia sudah menjadi milikku dan hapus nomor suamiku'jederr...
Pagi hari menyingsing, seperti biasa Lisa bangun pagi mandi besar lalu menunaikan ibadah sholat subuh.Setelah sholat Lisa berdoa dengan khusyuk, kejadian kemarin tak membuatnya berhenti menangis, apalagi semalam suaminya memaksanya melakukan hubungan itu.Dia sangat kecewa dan tidak terima, dia bertekad akan mendiamkan suaminya itu tapi mulut berkata lain tetap saja dia butuh suaminya karena dia mencintai suaminya dengan tulus karena Allah.Setelah dipikir-pikir perceraian tidak ada bagusnya dia berfikir ini adalah cobaan, ujian pernikahan dari Allah untuknya. Jika dia meminta cerai maka dia tentu saja kalah dengan setan dan kalah juga dengan perempuan itu.Maka dari itu dia berikhtiar dan berdoa terus kepada Allah supaya sang kuasa memberinya kesabaran dan juga hikmah dibalik semua ini.Lisa melepaskan mukenanya setelah selesai ritual melaksanakan perintah Allah.Dia berjalan ke dapur guna untuk mempersiapkan semuanya, dia tidak mem
Ari bekerja seperti biasa namun harinya suram dan tak bersemangat masih teringat istrinya yang sedang marah, lalu Zoya menghampirinya dengan wajah yang memerah seperti menahan amarah dia mendekati Ari yang sedang mode malas."Ari, aku tidak terima diperlakukan seperti ini oleh istrimu. Pokoknya aku akan melaporkan istrimu." ucap Zoya tiba-tiba dan itu berhasil membuat Ari terkejut."Ada apa? apa yang kamu bicarakan?". kata Ari tidak mengerti."Istrimu, telah menghinaku dan mencemarkan nama baikku. Ini buktinya." Zoya mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan pesan yang dimanipulasi olehnya seolah ini memang benar kesalahan Lisa.Ari mengambilnya dan melihat isi tulisan tersebut, setelah dibaca semua dia jadi emosi dan menyalahkan Lisa menganggap bahwa itu benar.Zoya tersenyum puas melihat ekspresi wajah Ari yang seperti marah."Pokoknya aku tidak terima, aku akan membawa masalah ini kejalur hukum ingat itu." ancamnya membuat Ari
"Lisa apa yang sudah kamu katakan terhadap dia?" tanya Ari saat mereka sudah duduk lesehan dilantai keramik.Pertanyaan itu seketika membuat atmosfer ruangan itu berubah begitu juga hatinya, Lisa sudah dapat menebak siapa yang dimaksud suaminya."Kenapa?. Siapa yang kamu maksud?" Lisa berhenti sejenak untuk melihat ekspresi suaminya yang tidak bersahabat."Selingkuhanmu, perempuan tidak tau diri itu.""Lisa, jaga bicaramu. Kamu tau dia marah sekarang dan dia ingin melaporkanmu kepolisi atas pencemaran nama baik." nada bicara Ari sungguh tidak ada lembutnya, terlihat antara takut dan marah.Lisa yang mendengar bahwa dia akan dilaporkan oleh perempuan itu atas pencemaran nama baik menjadi kaget dan heran."Kenapa aku yang dilaporkan? bukannya dia yang salah." Lisa berucap tak terima."Lisa, dia meenunjukkan bukti padaku bahwa kamu memulai duluan dan menghinanya serta menjatuhkan harga dirinya dan dia tidak terima." kata Ar
Hari demi hari telah dilalui oleh Lisa. Hati dan pikirannya masih belum tenang bahkan hatinya merasa sesak mengingat apa yang dilakukan suaminya.Rumah tangga yang biasa saja mendadak menjadi terasa hampa bahkan hampir hancur jika saja tidak menahan emosi yang bergejolak seketika.Bagaimana tidak suami yang perhatian dan pengertian meski tidak romantis dan ekonomi yang terbilang cukup miris ternyata tidak memungkinkan suami berbuat buruk seperti itu.Nyatanya Ari gelap mata dan melakukan perselingkuhan itu, hati perempuan mana yang tidak sakit karena itu.Lisa menyibukkan dirinya dengan berjualan kerupuk keliling bersama Laras, sebenarnya Lisa tidak tega karena Laras masih kecil namun dia juga tidak mungkin meninggalkan Laras sendiri dikontrakan dia juga tidak bisa membayar pengasuh yang terbilang cukup mahal."Kerupuk..kerupuk...!!" begitulah cara Lisa memanggil pembeli sambil matanya menatap ke sekeliling, tangan kanan dia membawa keran
"Hay sayang ayo cepat, kamu lagi ngapain disitu?" ucap Zoya pada lelaki yang tengah menatap lurus kedepan."Eh.. iya ayo." Zoya mengapitkan lengannya pada lelaki itu yang tak lain adalah Ari.Dan mereka pun melenggang pergi sehabis dari toko bangunan untuk membeli bahan-bahan yang sudah habis.Awalnya Ari menolak untuk ikut bersama Zoya tetapi Zoya memaksa dengan ancaman yang sudah dia layangkan kemarin jadilah Ari hanya bisa menuruti tanpa bisa berbuat apa-apa.Tapi setelah sampai ditempat hal yang tak terduga dia lihat membuat hatinya tersayat dan merasa bersalah karena melihat istri serta anaknya berkeliling menjajakan dagangannya ditengah terik panasnya matahari dan itu dilakukan tanpa sepengetahuannya.Nanti saja setelah dia pulang akan dia tanyakan untung saja Zoya tidak melihat istri dan anaknya disitu. Namun setelah itu hatinya jadi tersirat rasa cemburu ketika Ilham tetangga kontrakannya yang membeli semua dagangannya dan menggen
"Jadi mau di ba_"."Ini saya bayar cash". Vijar langsung memberikan beberapa uang pecahan merah pada si pemilik kontrakan, mata si ibu langsung berbinar terang melihat uang itu."Ah.. terima kasih ini untuk waktu berapa bulan yah?". dia ambil uang itu dengan senyum lebar dan bertanya berapa lama Vijar akan tinggal karena Vijar memberikan uang lebih dari bayar satu kali sewa kontrakan.Vijar berfikir, "Mungkin tidak lama, tergantung orang yang saya temui mau di ajak pulang atau tidak". sambil melirik Laras yang langsung membuang muka karena sadar dia yang di maksud Vijar."Apakah kurang? kalau kurang akan saya tambahi". lanjutnya melihat ibu pemilik itu."Ah.. tidak tidak.. ini lebih dari cukup. Terima kasih semua fasilitas yang di butuhkan ada di dalam. Silahkan beristirahat, saya mau kembali dulu". Ibu itu kemudian melenggang pergi tak lupa wajahnya selalu berseri sambil terus menciumi aroma uang itu.Vijar masuk lebih dulu di susul Laras tanpa berfikiran ap
Tak terasa sudah malam, waktunya makan malam dan makan malam kali ini berbeda karena keluarga dari ayah Laras yang biasanya jika malam makan masing-masing tapi kini mereka berkumpul bersama di satu ruangan dengan beralaskan tikar ada yang spesial malam ini selain kedatangan Laras dan Saga juga kedatangan tamu spesial Laras yang mengaku calon suami Laras yang tampannya luar biasa dengan tubuh tinggi dan tegap.Mereka makan pun dengan canggung dan tak sanggup menatap Vijar yang auranya sangat mendominasi sehingga mereka hanya bisa saling lirik dalam diam.Laras hanya bisa menghela nafas melihat suasana canggung dan tegang yang di akibatkan oleh Vijar meski pria itu tidak melakukan apa-apa sedang Vijar dan Saga mereka berdua hanya duduk anteng sambil melahap makanan yang ada sungguh sangat santai dan tak mempedulikan mereka yang tidak nyaman di sana."Kak Vijar cepat makannya, katanya mau lihat kontrakannya". seru Laras berusaha membuat keluarga itu merasa nyaman dengan car
Setelah kepergian semua orang yang berada di rumah itu termasuk Saga kini hanya tinggal Laras dan Vijar yang saling diam. Laras diam karena dia gugup sedang Vijar diam karena sedang menatapnya lekat sambil menahan diri untuk tidak menyerang Laras akibat kerinduan."Em.. kak apa kabar? kenapa kakak bisa sampai disini?". tanya Laras memberanikan diri karena sedari tadi tidak bisa menahan rasa penasarannya.Vijar yang mendapat pertanyaan itu sontak bergerak lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Laras hingga mau tak mau Laras memundurkan wajah."Aku tidak menyangka untuk mendapatkanmu aku harus bertentangan dengan ayahku, tapi tidak mengapa aku senang melakukannya. Untuk pertanyaanmu kenapa aku bisa sampai disini, tentu saja aku bisa. Aku Vijar Dipta Mahendra bisa melakukan apa saja yang aku inginkan termasuk dirimu". ucap Vijar santai dengan akhir kalimat yang terdengar mengerikan di telinga Laras karena di iringi dengan seringainya."Lalu apa kakak sudah tau kenapa aku
Laras berjalan gugup dengan mata yang bergerak awas, di sekitarnya banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka lebih tepatnya sih memandang ke arah lelaki tinggi dan tampan yang berjalan di sisinya mungkin mereka terpesona sekaligus penasaran siapakah pria ini semua orang juga bisa menebak bahwa dia orang kaya dan apa hubungannya dengan Laras dan Saga kakak beradik yang baru saja menginjakkan kaki disini.Saga di sampingnya hanya diam saja dengan tatapan yang tanpa ekspresi, Saga juga tampan kehadirannya membuat para gadis remaja kalang kabut di tambah kedatangan pria lain yang lebih dewasa datang memasuki kampung mereka semakin gegerlah para kaum hawa di sana.Di sisi lain Martin yang baru pulang bekerja merasa heran dengan kelakuan para ibu-ibu dan juga keadaan di sekitarnya. Kenapa ramai begini? tapi kebanyakan di dominasi oleh kaum hawa. Martin pun jadi penasaran ada apa ini? dia pun membelah kerumunan dan mencoba bertanya."Eh, Bu ada apa ini ramai-ramai?". tan
Pria itu yang ternyata Vijar masih bersandar di samping mobilnya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, dia sengaja pergi sendiri meninggalkan Rendi dengan semua tanggung jawabnya termasuk menangani Della yang pasti marah karena telah di tinggal diam-diam. Vijar juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya karena dia ingin segera bertemu dengan gadisnya.Vijarpun mendapat alamat ini dari Rendi yang telah berusaha mencarinya, sebenarnya dirinya juga bisa namun dia terlalu malas jadilah akhirnya dia hanya terima matengnya saja.Vijar juga tidak mempedulikan tatapan mata para ibu-ibu juga gadis yang berlalu lalang apalagi ada yang sengaja caper terhadapnya itu semua sudah biasa dia alami namun dia merasa risih saja karena di sini mereka sangat terang-terangan tidak seperti di kota yang hanya dalam diam seperti sekarang ini ada ibu-ibu genit yang mendekatinya."Mas, cari siapa?". tanyanya dengan wajah genit."Saya cari calon istri say
Kini dua kakak beradik itu sudah ada di rumah Rasti kakak sepupunya dari ibu, rumahnya tidak besar tidak juga kecil namun sangat nyaman dan sejuk karena di sepanjang rumahnya terdapat banyak sekali tanaman hias maupun pohon-pohon kecil yang tidak berbuah sepertinya kakak sepupunya ini sangat menyukai jenis tanaman langka yang hanya untuk pajangan namun Laras senang melihatnya karena dia juga menyukai tanaman namun bedanya dia menyukai tanaman yang membuahkan hasil jadi dia berencana jika memiliki rumah sendiri ingin mempunyai lahan luas untuk perkebunan."Rumah kak Rasti sejuk banget yah!". ucap Laras fokus memandangi semua koleksi tanaman milik kakak sepupunya."Mamah emang suka begini kak, kadang aku riweh karena sempit aku jadi nggak bisa naruh barang aku" itu Selin yang menyahut, ya anak usia 8 tahun itu sudah berkenalan sewaktu di mobil tadi dan karena Selin anaknya yang mempunyai sifat cerewet dan humble jadi dia sangat akrab dalam sekejap."Selin, barang kamu saja
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya yang di tunggu datang juga, Rasti turun dari mobil dan langsung berhambur memeluk kedua adik sepupunya yang sudah menunggu di depan teras rumah. Kenapa bisa langsung memeluk memangnya tau kalau dua anak itu sepupunya, jawabannya ya tentu saja karena dia masih mengingat wajah dua sepupunya itu meski sudah lama tidak bertemu lagi pula dia mengenal dua perempuan lainnya yakni Bu Iin dan anaknya. "Laras, Saga kalian sudah besar?". Rasti berucap setelah puas memeluk kedua sepupunya itu. "Iya kak, kakak kak Rasti". jawab Laras sambil bertanya untuk memastikan. "Iya, aku Rasti kakak sepupu kalian. Kakak benar-benar nggak bisa berkata-kata kalian datang ke sini". ucap Rasti dengan mata berkaca-kaca. Sungguh Rasti tidak menyangka setelah sekian lamanya mereka menunggu kabar dari kedua anak ini apalagi orang tua mereka sudah tiada dan harus di kubur di sana membuat keluarga dari pihak Lisa terserang rasa khawatir dan gelisah yang tiada Tara karena
Setelah lumayan lama mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu juga rasa khawatir, ralat hanya ibu Iin saja yang menumpahkan segala kesedihan itu tidak dengan Saga yang malah dirinya diam saja karena memang tidak tau sedang Laras dia masih sedikit mengingat tentang masa kecilnya dulu jadi dia ikut merasakan sedih."Duduk dulu uwa". kata Laras setelah pelukan itu terlepas.Anaknya juga Laras membantu Bu Iin duduk di kursi dan membiarkan Bu Iin yang sudah lanjut usia itu menenangkan diri. Mereka cukup sabar menunggu hingga akhirnya Bu Iin bisa mengontrol tangisannya."Jadi kalian, bagaimana keadaan kalian?". tanya wanita tua itu menggenggam tangan Laras dan Saga yang berada di samping kanan kirinya."Alhamdulillah kami baik-baik saja uwa". jawab Laras tersenyum."Apa benar kalian di adopsi?" tanya nya lagi memastikan."Iya benar, kami di angkat oleh keluarga berada setelah orang tua kami meninggal. Mereka semua baik membiayai, merawat, menjaga serta menyayangi k
Pagi hari Laras dan Saga sudah siap, niatnya hari ini dia akan mendatangi rumah neneknya dari ibunya di kampung yang masih satu kota dan hanya menempuh waktu 15 menit saja jika naik angkutan umum.Laras memang tidak ingat alamatnya apalagi Saga jadi dia meminta untuk di antar oleh suami dari bibinya dengan senang hati mereka mengantar dengan kendaraan bermotor dengan bonceng tiga.Tak lama kemudian mereka sudah sampai dan Laras sedikit mengingat tempat tinggalnya dulu sewaktu dia di lahirkan dan di besarkan di sini hingga mereka memilih mengontrak dan tinggal di rumah neneknya yang lain.Tapi ada yang berubah rumah yang dulu sederhana kini menjadi rumah tingkat yang sangat bagus. Apakah rumah itu di renovasi atau.. sudah jadi rumah orang lain."Paman, apa benar ini rumahnya?". tanya Laras ragu sambil memandangi rumah bagus di depannya."Paman juga tidak tau, soalnya paman tidak pernah kesini semenjak ibu kalian tiada". jawab suami dari bibinya ini."Jadi set