Ari bekerja seperti biasa namun harinya suram dan tak bersemangat masih teringat istrinya yang sedang marah, lalu Zoya menghampirinya dengan wajah yang memerah seperti menahan amarah dia mendekati Ari yang sedang mode malas.
"Ari, aku tidak terima diperlakukan seperti ini oleh istrimu. Pokoknya aku akan melaporkan istrimu." ucap Zoya tiba-tiba dan itu berhasil membuat Ari terkejut."Ada apa? apa yang kamu bicarakan?". kata Ari tidak mengerti."Istrimu, telah menghinaku dan mencemarkan nama baikku. Ini buktinya." Zoya mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan pesan yang dimanipulasi olehnya seolah ini memang benar kesalahan Lisa.Ari mengambilnya dan melihat isi tulisan tersebut, setelah dibaca semua dia jadi emosi dan menyalahkan Lisa menganggap bahwa itu benar.Zoya tersenyum puas melihat ekspresi wajah Ari yang seperti marah."Pokoknya aku tidak terima, aku akan membawa masalah ini kejalur hukum ingat itu." ancamnya membuat Ari berwajah pias."Bu, kenapa harus dibawa kejalur hukum? ini kan masalah pribadi." Ari mencoba membela diri."Masalah pribadi katamu, ini menyangkut harga diriku dan aku ingin istrimu dipenjara." ucapnya dengan nada yang serius seolah memberitahukan bahwa dirinya yang menjadi korban disini.Ari terdiam, dia tau Zoya adalah wanita kaya bisa melakukan apapun karena dia memiliki uang, jika istrinya dipenjara bagaimana nasib anaknya yang masih kecil dan bagaimana tanggapan keluarga besarnya nanti.Jika istrinya dipenjara dia pun bisa ikut terseret karena ini juga kesalahannya dan jika sampai terdengar sampai telinga ibunya yang sakit-sakitan dia khawatir ibunya akan drop dan malah terjadi sesuatu yang membahayakan nyawanya.Ari kemudian mengusap wajahnya kasar, kenapa jadi begini dia tidak pernah menduga jika hal seperti ini akan terjadi. Untuk apa juga Lisa menghubungi Zoya sehingga membuat Zoya menjadi marah, dia akan bertanya nanti dirumah."Zoya kumohon jangan lakukan itu, ibuku sakit-sakitan kalau dia tau masalah ini aku takut kalau dia akan drop dan terjadi sesuatu dengannya dan lagi aku mempunyai anak yang masih kecil yang masih butuh ibunya. Aku mohon jangan lakukan itu." ucap Ari dengan memohon karena hanya ini yang bisa dia lakukan karena dia juga pria yang miskin dan tidak punya apa-apa.Zoya tersenyum puas, padahal dirinya hanya menggertak saja tapi tidak disangka respon Ari begitu takut dan berlebihan sehingga membuat dirinya semakin ingin berbuat lebih."Tidak bisa, aku tetap akan melakukannya." kekehnya dengan tersenyum samar yang tak terlihat oleh Ari dan menghilangkan tangan di dada.Ari mendesah nafas kasar, wanita ini sangat keras kepala."Atau... aku ingin dia meminta maaf padaku dengan bersujud dikakiku dan memohon padaku. Bagaimana?" seringai licik tercipta diujung bibirnya.Ari terhenyak mendengarnya, tidak mungkin Lisa mau melakukan itu apalagi terhadap wanita yang merusak rumah tangganya tapi dia harus bagaimana?."Bagaimana? kamu sanggup atau juga... kamu menceraikannya dan menikahiku dan aku tidak akan melaporkannya. Banyak pilihan bukan silahkan kau pilih sendiri dan aku tunggu jawabanmu."Setelah mengatakan itu Zoya melenggang pergi dengan hati yang penuh kepuasan membiarkan Ari berada dalam kebimbangan yang nyata dan saat berbalik dia tersenyum miring dan berkata dalam hatinya.'Ternyata mudah mempermainkan orang kecil, aku tidak perlu bersusah payah.'Sekarang Ari menjatuhkan dirinya ditanah dengan menyugar rambutnya secara kasar kemudian mengepalkan tangannya, mengeraskan rahangnya ingin mengeluarkan segala emosi kemarahan serta kesalahannya.Dia tidak mungkin menceraikan Lisa dan menikahi Zoya karena sebenarnya Ari sangat mencintai Lisa dan hanya bermain-main dengan Zoya. Sekarang dirinya menyesal kenapa dulu begitu tergoda dengan wanita itu."Ari kamu tidak apa-apa?" Hendra menepuk pundak Ari dengan pelan.Hendra satu-satunya teman yang mengetahui masalah Ari dan sekarang dia prihatin dengan yang terjadi pada Ari. Dari awal Hendra sudah memperingati Ari tapi nasi sudah menjadi bubur sekarang Ari tinggal menerima akibatnya.Ari mendongak menatap Hendra dengan wajah yang sangat kasihan."Hen, maafkan aku yang tidak mendengarkanmu? sekarang aku harus menerima akibat dari kesalahanku." ucap Ari menunduk lemah."Sudahlah tidak perlu disesali yang sudah terjadi biarlah terjadi, sekarang adalah bagaimana kamu menyelesaikannya?" kata Hendra bijak."Kamu laki-laki tidak boleh cengeng meski kamu miskin tapi kamu punya harga diri jangan sampai istri dan anakmu yang terkena imbas dari kesalahanmu, kasian mereka." sambungnya lagi berusaha menguatkan.Ari hanya terdiam tidak mampu menjawab dirinya hanya dilandasi perasaan yang dilema berat tapi dia yakin suatu saat masalah ini akan selesai, dia hanya butuh nyali dan ide untuk mengacaukan pikiran wanita itu.****Ari pulang kerumah dengan cepat karena dia ingin menanyakan pada Lisa tentang Zoya. Meski disisi lain tidak mungkin Lisa melakukan itu tapi mendengar nada serius dari Zoya membuatnya harus melakukan ini."Lisa,,, aku ingin bicara denganmu?" ucap Ari begitu datang ke kontrakan dan didepan dia langsung bertemu dengan istrinya yang sedang duduk sambil mengasuh Laras."Bicara saja!" jawabnya datar."Kita bicara dirumah, ikut aku!" lalu Ari masuk duluan dengan motornya diikuti Lisa dibelakangnya.Entah kenapa perasaan perempuan itu menjadi tidak tenang jantungnya sedari tadi berdegup kencang merasakan sesuatu yang tidak enak apalagi Lisa sempat melihat raut wajah suaminya yang tak biasa seperti menyiratkan perasaan marah yang ingin segera ditumpahkan.Setelah sampai dirumah, Ari duduk diikuti Lisa dan mulai bertatap serius tapi Lisa menatapnya datar tanpa ekspresi."Lisa apa yang sudah kamu katakan terhadap dia?" tanya Ari saat mereka sudah duduk lesehan dilantai keramik.Pertanyaan itu seketika membuat atmosfer ruangan itu berubah begitu juga hatinya, Lisa sudah dapat menebak siapa yang dimaksud suaminya."Kenapa?. Siapa yang kamu maksud?" Lisa berhenti sejenak untuk melihat ekspresi suaminya yang tidak bersahabat."Selingkuhanmu, perempuan tidak tau diri itu.""Lisa, jaga bicaramu. Kamu tau dia marah sekarang dan dia ingin melaporkanmu kepolisi atas pencemaran nama baik." nada bicara Ari sungguh tidak ada lembutnya, terlihat antara takut dan marah.Lisa yang mendengar bahwa dia akan dilaporkan oleh perempuan itu atas pencemaran nama baik menjadi kaget dan heran."Kenapa aku yang dilaporkan? bukannya dia yang salah." Lisa berucap tak terima."Lisa, dia meenunjukkan bukti padaku bahwa kamu memulai duluan dan menghinanya serta menjatuhkan harga dirinya dan dia tidak terima." kata Ar
Hari demi hari telah dilalui oleh Lisa. Hati dan pikirannya masih belum tenang bahkan hatinya merasa sesak mengingat apa yang dilakukan suaminya.Rumah tangga yang biasa saja mendadak menjadi terasa hampa bahkan hampir hancur jika saja tidak menahan emosi yang bergejolak seketika.Bagaimana tidak suami yang perhatian dan pengertian meski tidak romantis dan ekonomi yang terbilang cukup miris ternyata tidak memungkinkan suami berbuat buruk seperti itu.Nyatanya Ari gelap mata dan melakukan perselingkuhan itu, hati perempuan mana yang tidak sakit karena itu.Lisa menyibukkan dirinya dengan berjualan kerupuk keliling bersama Laras, sebenarnya Lisa tidak tega karena Laras masih kecil namun dia juga tidak mungkin meninggalkan Laras sendiri dikontrakan dia juga tidak bisa membayar pengasuh yang terbilang cukup mahal."Kerupuk..kerupuk...!!" begitulah cara Lisa memanggil pembeli sambil matanya menatap ke sekeliling, tangan kanan dia membawa keran
"Hay sayang ayo cepat, kamu lagi ngapain disitu?" ucap Zoya pada lelaki yang tengah menatap lurus kedepan."Eh.. iya ayo." Zoya mengapitkan lengannya pada lelaki itu yang tak lain adalah Ari.Dan mereka pun melenggang pergi sehabis dari toko bangunan untuk membeli bahan-bahan yang sudah habis.Awalnya Ari menolak untuk ikut bersama Zoya tetapi Zoya memaksa dengan ancaman yang sudah dia layangkan kemarin jadilah Ari hanya bisa menuruti tanpa bisa berbuat apa-apa.Tapi setelah sampai ditempat hal yang tak terduga dia lihat membuat hatinya tersayat dan merasa bersalah karena melihat istri serta anaknya berkeliling menjajakan dagangannya ditengah terik panasnya matahari dan itu dilakukan tanpa sepengetahuannya.Nanti saja setelah dia pulang akan dia tanyakan untung saja Zoya tidak melihat istri dan anaknya disitu. Namun setelah itu hatinya jadi tersirat rasa cemburu ketika Ilham tetangga kontrakannya yang membeli semua dagangannya dan menggen
Malam hari tiba Laras sudah tertidur begitu juga dengan Lisa namun hanya matanya saja yang terpejam karena diapun sedang menunggu suaminya pulang.Tak lama kemudian terdengar salam dan suara pintu diketuk dengan segera Lisa bangun untuk membuka pintunya karena sudah tau siapa yang datang dari suara deru mesin motornya.Meski suaminya begitu tapi Lisa tetap menjalankan kewajibannya sebagai istri yang baik tapi matanya tidak mau menatap suaminya itu.Setelah suaminya masuk dan Lisa menyiapkan semuanya tanpa sepatah katapun diapun segera pergi namun Ari sudah mencekal lengannya agar tidak pergi."Tunggu Lisa, aku ingin bicara denganmu." ucap Ari dengan menatap sendu."Bicara saja, tidak perlu menyentuhku." Lisa segera melepaskan cekalan tangan kekar itu tanpa berbalik."Lihat aku Lisa jangan membelakangi ku." kata Ari sedikit kecewa.Lisa menuruti dia membalikkan badannya namun pandangannya menunduk."Lisa lihat ak
Pagi hari menyingsing Lisa sudah menyiapkan semuanya meski semalam suaminya sudah mengatakan sejujur-jujurnya tentang awal mula perkenalannya dengan perempuan itu dan tidak mencintai sama sekali dan menyesal sudah melakukan itu tapi tetap saja hati ini terasa perih apalagi mendengar dari mulut Ari sendiri.Lisa tidak habis pikir dengan Ari dalam keadaan kekurangan ekonomi pun dirinya bisa melakukan penghianatan itu apalagi jika dia menjadi orang berada entah apa yang akan terjadi atau lebih parah.Ahh... naudzubillahimindzalik semoga saja itu tidak akan pernah terjadi.Lisa saat ini tengah menyiram tanaman dipot depan kontrakannya lalu tiba-tiba Ilham datang menyapa."Sedang menyiram tanaman Mbak!" seru Ilham dengan tersenyum.Lisa tersentak kaget karena kedatangan Ilham yang tiba-tiba."Eh maaf mbak, kaget yah!" Ilham merasa tidak enak hati karena membuat Lisa kaget."Tidak apa-apa maaf bang saya lagi fokus siram jadi t
Lisa keluar bersama Laras setelah adu perdebatan yang tidak masuk akal, pasalnya Ari seperti menuduhnya yang tidak-tidak dengan Ilham tapi Lisa tidak peduli karena dia bukan wanita seperti itu.Tanpa melihat keberadaan Ilham yang sedang push ap Lisa terus mengekori Laras kemanapun anak itu pergi karena sedang aktif-aktifnya anak berusia 2 tahun setengah itu.Lalu tiba-tiba ada tiga orang perempuan yang sudah dewasa tapi belum menikah mendekati Ilham dan menggodanya."Wah bang Ilham rajin banget yah olahraganya." ucap salah satu perempuan dengan genitnya menatap tubuh polos Ilham yang seksi diikuti dengan kedua temannya yang juga menatapnya."Iya bang, seneng banget saya lihatnya!""Setiap hari aja bang Ilham olahraganya biar mata yang sepet ini langsung jreng.!".Ilham yang mendengar ketiga perempuan berceloteh itu segera bangun dari push ap nya dan dia tersenyum kepada mereka. Lalu pandangannya tertuju pada Lisa yang sedang meny
Saat Ari ingin mendekati Ilham dan bertanya apa maksud dari perkataannya tiba-tiba saja Laras terjatuh dan menangis dan itu membuat perhatian mereka semua teralihkan."Laras..!" Lisa mengejar.Mendengar tangisan Laras antara Ari dan Ilham, Ilham dulu lah yang mengejar pertama diikuti Ari dibelakangnya."Laras, kamu tidak apa-apa kan sayang!" Lisa segera membantu Laras bangun dan menggendongnya kemudian mendudukkannya dikursi tetangga yang dekat."Laras, kamu tidak apa-apa?" Ilham datang sambil mengecek kaki Laras yang terluka."Laras nak! mana yang sakit!" Ari merasa tidak nyaman saat Ilham mendahuluinya dan berlagak perhatian padahal yang ayahnya adalah dia.Melihat Ari mendekatinya segera Lisa bangkit."Tidak apa-apa mas, Laras hanya terjatuh kecil saja luka ini biar aku obati didalam." tanpa menunggu jawaban Lisa langsung pergi dari hadapan mereka berdua.Ari menatap punggung Lisa yang melangkah menjauhinya d
Setelah telfon itu ditutup sepihak Ari menggeram kesal pasalnya lama kelamaan sifat Zoya sangat membuatnya pusing.Karena selalu seenaknya sendiri dan suka memerintah belum lagi suka marah yang tidak jelas, walau dia hanya pekerja bawahan tetapi harga dirinya merasa terinjak-injak.Dia pun berjalan kearah Lisa dan menatap punggung wanita yang dicintainya itu dengan sendu.'Bersabarlah Lisa aku berjanji akan memperbaiki semuanya.' ucapnya dalam hati."Lisa, aku berangkat dulu yah!" ucap Ari pelan.Namun Lisa hanya mengangguk tanpa melihat wajah Ari membuat Ari merasa kecewa."Assalamualaikum.""Waalaikum salam." barulah Lisa mau menjawabnya tapi wajahnya tetap tidak diarahkan kepada suaminya yang sudah menanti.Tanpa salaman dan cium pipi atau kening yang seperti biasanya, Ari memutar badan dan kemudian pergi.Disaat itulah Lisa menengok lalu tubuhnya luruh ke lantai, sebenarnya dia juga tersiksa seperti
"Jadi mau di ba_"."Ini saya bayar cash". Vijar langsung memberikan beberapa uang pecahan merah pada si pemilik kontrakan, mata si ibu langsung berbinar terang melihat uang itu."Ah.. terima kasih ini untuk waktu berapa bulan yah?". dia ambil uang itu dengan senyum lebar dan bertanya berapa lama Vijar akan tinggal karena Vijar memberikan uang lebih dari bayar satu kali sewa kontrakan.Vijar berfikir, "Mungkin tidak lama, tergantung orang yang saya temui mau di ajak pulang atau tidak". sambil melirik Laras yang langsung membuang muka karena sadar dia yang di maksud Vijar."Apakah kurang? kalau kurang akan saya tambahi". lanjutnya melihat ibu pemilik itu."Ah.. tidak tidak.. ini lebih dari cukup. Terima kasih semua fasilitas yang di butuhkan ada di dalam. Silahkan beristirahat, saya mau kembali dulu". Ibu itu kemudian melenggang pergi tak lupa wajahnya selalu berseri sambil terus menciumi aroma uang itu.Vijar masuk lebih dulu di susul Laras tanpa berfikiran ap
Tak terasa sudah malam, waktunya makan malam dan makan malam kali ini berbeda karena keluarga dari ayah Laras yang biasanya jika malam makan masing-masing tapi kini mereka berkumpul bersama di satu ruangan dengan beralaskan tikar ada yang spesial malam ini selain kedatangan Laras dan Saga juga kedatangan tamu spesial Laras yang mengaku calon suami Laras yang tampannya luar biasa dengan tubuh tinggi dan tegap.Mereka makan pun dengan canggung dan tak sanggup menatap Vijar yang auranya sangat mendominasi sehingga mereka hanya bisa saling lirik dalam diam.Laras hanya bisa menghela nafas melihat suasana canggung dan tegang yang di akibatkan oleh Vijar meski pria itu tidak melakukan apa-apa sedang Vijar dan Saga mereka berdua hanya duduk anteng sambil melahap makanan yang ada sungguh sangat santai dan tak mempedulikan mereka yang tidak nyaman di sana."Kak Vijar cepat makannya, katanya mau lihat kontrakannya". seru Laras berusaha membuat keluarga itu merasa nyaman dengan car
Setelah kepergian semua orang yang berada di rumah itu termasuk Saga kini hanya tinggal Laras dan Vijar yang saling diam. Laras diam karena dia gugup sedang Vijar diam karena sedang menatapnya lekat sambil menahan diri untuk tidak menyerang Laras akibat kerinduan."Em.. kak apa kabar? kenapa kakak bisa sampai disini?". tanya Laras memberanikan diri karena sedari tadi tidak bisa menahan rasa penasarannya.Vijar yang mendapat pertanyaan itu sontak bergerak lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Laras hingga mau tak mau Laras memundurkan wajah."Aku tidak menyangka untuk mendapatkanmu aku harus bertentangan dengan ayahku, tapi tidak mengapa aku senang melakukannya. Untuk pertanyaanmu kenapa aku bisa sampai disini, tentu saja aku bisa. Aku Vijar Dipta Mahendra bisa melakukan apa saja yang aku inginkan termasuk dirimu". ucap Vijar santai dengan akhir kalimat yang terdengar mengerikan di telinga Laras karena di iringi dengan seringainya."Lalu apa kakak sudah tau kenapa aku
Laras berjalan gugup dengan mata yang bergerak awas, di sekitarnya banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka lebih tepatnya sih memandang ke arah lelaki tinggi dan tampan yang berjalan di sisinya mungkin mereka terpesona sekaligus penasaran siapakah pria ini semua orang juga bisa menebak bahwa dia orang kaya dan apa hubungannya dengan Laras dan Saga kakak beradik yang baru saja menginjakkan kaki disini.Saga di sampingnya hanya diam saja dengan tatapan yang tanpa ekspresi, Saga juga tampan kehadirannya membuat para gadis remaja kalang kabut di tambah kedatangan pria lain yang lebih dewasa datang memasuki kampung mereka semakin gegerlah para kaum hawa di sana.Di sisi lain Martin yang baru pulang bekerja merasa heran dengan kelakuan para ibu-ibu dan juga keadaan di sekitarnya. Kenapa ramai begini? tapi kebanyakan di dominasi oleh kaum hawa. Martin pun jadi penasaran ada apa ini? dia pun membelah kerumunan dan mencoba bertanya."Eh, Bu ada apa ini ramai-ramai?". tan
Pria itu yang ternyata Vijar masih bersandar di samping mobilnya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, dia sengaja pergi sendiri meninggalkan Rendi dengan semua tanggung jawabnya termasuk menangani Della yang pasti marah karena telah di tinggal diam-diam. Vijar juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya karena dia ingin segera bertemu dengan gadisnya.Vijarpun mendapat alamat ini dari Rendi yang telah berusaha mencarinya, sebenarnya dirinya juga bisa namun dia terlalu malas jadilah akhirnya dia hanya terima matengnya saja.Vijar juga tidak mempedulikan tatapan mata para ibu-ibu juga gadis yang berlalu lalang apalagi ada yang sengaja caper terhadapnya itu semua sudah biasa dia alami namun dia merasa risih saja karena di sini mereka sangat terang-terangan tidak seperti di kota yang hanya dalam diam seperti sekarang ini ada ibu-ibu genit yang mendekatinya."Mas, cari siapa?". tanyanya dengan wajah genit."Saya cari calon istri say
Kini dua kakak beradik itu sudah ada di rumah Rasti kakak sepupunya dari ibu, rumahnya tidak besar tidak juga kecil namun sangat nyaman dan sejuk karena di sepanjang rumahnya terdapat banyak sekali tanaman hias maupun pohon-pohon kecil yang tidak berbuah sepertinya kakak sepupunya ini sangat menyukai jenis tanaman langka yang hanya untuk pajangan namun Laras senang melihatnya karena dia juga menyukai tanaman namun bedanya dia menyukai tanaman yang membuahkan hasil jadi dia berencana jika memiliki rumah sendiri ingin mempunyai lahan luas untuk perkebunan."Rumah kak Rasti sejuk banget yah!". ucap Laras fokus memandangi semua koleksi tanaman milik kakak sepupunya."Mamah emang suka begini kak, kadang aku riweh karena sempit aku jadi nggak bisa naruh barang aku" itu Selin yang menyahut, ya anak usia 8 tahun itu sudah berkenalan sewaktu di mobil tadi dan karena Selin anaknya yang mempunyai sifat cerewet dan humble jadi dia sangat akrab dalam sekejap."Selin, barang kamu saja
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya yang di tunggu datang juga, Rasti turun dari mobil dan langsung berhambur memeluk kedua adik sepupunya yang sudah menunggu di depan teras rumah. Kenapa bisa langsung memeluk memangnya tau kalau dua anak itu sepupunya, jawabannya ya tentu saja karena dia masih mengingat wajah dua sepupunya itu meski sudah lama tidak bertemu lagi pula dia mengenal dua perempuan lainnya yakni Bu Iin dan anaknya. "Laras, Saga kalian sudah besar?". Rasti berucap setelah puas memeluk kedua sepupunya itu. "Iya kak, kakak kak Rasti". jawab Laras sambil bertanya untuk memastikan. "Iya, aku Rasti kakak sepupu kalian. Kakak benar-benar nggak bisa berkata-kata kalian datang ke sini". ucap Rasti dengan mata berkaca-kaca. Sungguh Rasti tidak menyangka setelah sekian lamanya mereka menunggu kabar dari kedua anak ini apalagi orang tua mereka sudah tiada dan harus di kubur di sana membuat keluarga dari pihak Lisa terserang rasa khawatir dan gelisah yang tiada Tara karena
Setelah lumayan lama mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu juga rasa khawatir, ralat hanya ibu Iin saja yang menumpahkan segala kesedihan itu tidak dengan Saga yang malah dirinya diam saja karena memang tidak tau sedang Laras dia masih sedikit mengingat tentang masa kecilnya dulu jadi dia ikut merasakan sedih."Duduk dulu uwa". kata Laras setelah pelukan itu terlepas.Anaknya juga Laras membantu Bu Iin duduk di kursi dan membiarkan Bu Iin yang sudah lanjut usia itu menenangkan diri. Mereka cukup sabar menunggu hingga akhirnya Bu Iin bisa mengontrol tangisannya."Jadi kalian, bagaimana keadaan kalian?". tanya wanita tua itu menggenggam tangan Laras dan Saga yang berada di samping kanan kirinya."Alhamdulillah kami baik-baik saja uwa". jawab Laras tersenyum."Apa benar kalian di adopsi?" tanya nya lagi memastikan."Iya benar, kami di angkat oleh keluarga berada setelah orang tua kami meninggal. Mereka semua baik membiayai, merawat, menjaga serta menyayangi k
Pagi hari Laras dan Saga sudah siap, niatnya hari ini dia akan mendatangi rumah neneknya dari ibunya di kampung yang masih satu kota dan hanya menempuh waktu 15 menit saja jika naik angkutan umum.Laras memang tidak ingat alamatnya apalagi Saga jadi dia meminta untuk di antar oleh suami dari bibinya dengan senang hati mereka mengantar dengan kendaraan bermotor dengan bonceng tiga.Tak lama kemudian mereka sudah sampai dan Laras sedikit mengingat tempat tinggalnya dulu sewaktu dia di lahirkan dan di besarkan di sini hingga mereka memilih mengontrak dan tinggal di rumah neneknya yang lain.Tapi ada yang berubah rumah yang dulu sederhana kini menjadi rumah tingkat yang sangat bagus. Apakah rumah itu di renovasi atau.. sudah jadi rumah orang lain."Paman, apa benar ini rumahnya?". tanya Laras ragu sambil memandangi rumah bagus di depannya."Paman juga tidak tau, soalnya paman tidak pernah kesini semenjak ibu kalian tiada". jawab suami dari bibinya ini."Jadi set