Beranda / Romansa / Ikatan Yang Ditakdirkan / 7. Pernikahan Kilat

Share

7. Pernikahan Kilat

Penulis: Happy_autunm
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-08 09:56:17

"Sah!"

 

Seru beberapa saksi yang di undang untuk menyaksikan pernikahan mereka.

 

"Alhamdulillah"

 

Semua orang di dalam bangsal saling memanjatkan syukur.

 

Saat itulah Maya membimbing Alina keluar dari balkon kembali ke dalam. Di sana sudah ada beberapa orang yang menyesaki tempat itu.

 

Alina dapat melihat tatapan bahagia neneknya yang bahkan mata tuanya tampak berkaca-kaca karena terharu. Hal yang sama juga terjadi pada Irsyad, kakeknya Zayyad yang tampak sangat puas dan bahagia melihat cucunya yang akhirnya menikah.

 

Beberapa orang yang di undang sebagai saksi pernikahan pun segera undur diri. Karena ini rumah sakit, mereka tidak mungkin berlama-lama.

 

Meminta izin saja untuk ijab kabul di tempat ini saja sangat susah. Jadi karena pihak rumah sakit sudah memberi izin, mereka tentunya tidak boleh membuat masalah.

 

Zayyad tampak menakjubkan dalam balutan jas putihnya, yang menonjolkan sepasang bahunya yang kokoh dan mempertegas dadanya yang bidang.

 

Alina ragu untuk melangkah mendekati pria itu. Seorang yang sangat membenci pria seperti dirinya, apa yang bisa ia lakukan di situasi seperti ini?

 

"Alina, ayo cium tangan suami mu sayang" Tutur neneknya lembut.

 

Alina seketika menjadi kaku. Maya yang berada di sampingnya dapat melihat hal itu dengan jelas.

 

Tiba-tiba di ruangan yang hening, ponsel Zayyad berbunyi.

 

"Baik!"

 

"Saya akan segera kesana" Zayyad mengakhiri panggilan, terus berjalan kearah pintu bersiap untuk meninggalkan tempat itu. Irsyad yang tampak tidak puas dengan tindakan cucunya segera menyuruhnya berhenti.

 

"Zayyad berhenti!"

 

Zayyad mau tidak mau berhenti.

 

"Iya kek?"

 

"Mau kemana kamu?"

 

"Maaf kek! Ada urusan penting yang harus segera ku tangani" Setelahnya Zayyad langsung membuka pintu dan pergi tanpa berbalik lagi.

 

Detik itu ketegangan yang di rasakan Alina sirna. Ia menghela nafas lega, merasa senang karena Zayyad memilih pergi begitu saja. Dengan begitu ia tidak perlu melakukan apa yang di suruh neneknya tadi.

 

Diam-diam Alina tertawa bahagia dalam hatinya.

 

"Anak itu!" Ketus Irsyad yang terlihat kesal.

 

"Jangan begitu! Mungkin memang ada urusan penting yang harus ia selesaikan" Erina berusaha untuk berpikir positif. Walau ia sedikit mengerti apa masalahnya.

 

"Urusan penting apa? Ini adalah hari pernikahannya, ia seharusnya sudah memiliki beberapa hari cuti"

 

"Sudah tidak perlu di persoalkan" Kata Erina lagi yang masih berusaha menenangkan Irsyad.

 

"Oh, bagaimana dengan cincin pernikahan?" Maya bertanya dengan polosnya.

 

"Sudah!" Alina yang masih sangat puas dengan apa yang terjadi, memamerkan jari manisnya dengan mood yang baik.

 

"Wah itu berlian kah?" Maya tidak mampu menyembunyikan kekagumannya ketika melihat batu bening semerah darah yang tersemat di jari Alina.

 

Alina menganggukkan kepalanya.

 

"Kapan Zayyad memakaikannya padamu nak?" Tanya Irsyad penasaran.

 

Padahal sejak di mulainya ijab kabul, Alina terus menunggu proses tersebut di balkon. Dan setelah ijab kabul selesai, Zayyad pergi begitu saja. Kapan Zayyad memiliki waktu untuk memakaikannya di jari Alina?

 

"Oh, ini aku yang memakainya sendiri" Jawab Alina santai.

 

Seketika Irsyad, Erina dan Maya sangat terkejut mendengar pernyataan itu. 'Alina memakainya sendiri?' Batin mereka dalam diam, dengan rasa tak percaya.

 

Di samping mereka yang terkejut, Alina justru merasa jauh lebih baik. Awalnya ia mengira hari ini akan sangat melelahkan. Meski pernikahan mereka di adakan sangat sederhana— di bangsal rumah sakit. Ia tak akan mengira itu akan berakhir begitu cepat.

 

Ini sungguh pernikahan kilat.

 

___

 

"Kerja bagus!" Kata Zayyad yang saat ini sedang berkomunikasi dengan Bakri melalui earphone bluetoothnya. Sedangkan kedua tangannya fokus menyetir.

 

"Apa?"

 

"Kakek menyuruh mu untuk mengatur perpindahan mereka di vila ku?"

 

"Kenapa kakek tidak mengatakan hal ini padaku lebih dulu"

 

"Baiklah! Dilantai bawah ada dua kamar tamu yang kosong. Atur itu untuk mereka"

 

Dan sambungan telepon terputus.

 

Zayyad dengan kesal memukul setang setirnya. Sebenarnya beberapa hari yang lalu ia sudah menugaskan Bakri untuk merancang rencana bagaimana caranya ia nanti menikah, tanpa terhubung sedikit pun dengan mempelai wanita.

 

Dan cincin yang berukuran sangat pas dan terkunci di jari setelah Alina memakainya, ternyata itu juga adalah bagian dari rencana Bakri. Dengan begitu ia tidak perlu memakaikan cincin tersebut setelah prosesi ijab kabul.

 

Setelahnya Bakri sudah mengatur pertemuan bisnisnya tepat setelah proses ijab kabul selesai. Karenanya ia dapat meloloskan diri sekarang.

 

Sejauh ini ia merasa sangat puas dengan kinerja asisten pribadinya yang merangkap sekretarisnya itu. Tapi entah kenapa ia merasa sedikit tidak bahagia. Karena pada akhirnya Bakri gagal menghentikan rencana kakeknya yang membawa dua wanita asing itu pindah ke vila nya.

 

Memikirkan hidup dengan dua orang wanita di vila besarnya. Entah kenapa perasaannya menjadi agak gugup dan kacau. Hal ini sungguh membuatnya gelisah. Kelak bagaimana ia menjalani hari-harinya di vila besar itu?

 

Setelah beberapa lama menyetir, Zayyad pun Sudah tiba tepat di sebuah gedung besar yang merupakan perusahaannya. Di sana ia terus menyelesaikan pekerjaannya dan melakukan pertemuan bisnis.

 

Tepat di sore harinya, semua pekerjaannya selesai. Zayyad pun langsung memutuskan untuk pergi ke sesuatu tempat. Tapi sebelum itu, ia diam-diam bertukar mobil dengan Bakri.

 

"Perlengkapan seperti biasa sudah kau atur?"

 

Tanya Zayyad yang sudah menyerahkan kunci mobilnya pada Bakri.

 

"Sudah pak!"

 

Zayyad pun akhirnya masuk kedalam mobil rental yang disiapkan Bakri pada situasi tertentu yang ia butuhkan. Didalam sana Bakri sudah menyiapkan beberapa barang untuk penyamarannya.

 

Zayyad mengambil kumis palsu dan memakainya. Memasang rambut wig keriting dan mengenakan kacamata hitam. Dengan begitu ia siap menyalakan mesin mobil dan pergi.

 

Setelah beberapa menit perjalanan, Zayyad  menghentikan mobilnya tepat di sebuah praktek kecil.

 

Zayyad pun keluar dan bergegas masuk kedalam. Seorang pria paruh baya langsung menyambut kedatangannya.

 

"Pak Zayyad"

 

"Em!"

 

Keduanya berjabat tangan.

 

Pria paruh baya itupun mempersilakannya duduk di sofa. Biasanya ada asisten yang membantunya di ruangan. Tapi setelah mengetahui kunjungan Zayyad, ia sudah menyuruh asistennya itu pergi. Sekarang di tempat prakteknya itu hanyalah dirinya dan Zayyad seorang.

 

"Dokter Malazi sekarang aku sudah menikah"

 

Malazi adalah nama pria paruh baya itu. Ia merupakan seorang psikiater biasa di kota Y, tapi memperoleh kepercayaan besar dari seorang Zayyad yang merupakan salah satu orang besar di kota itu.

 

Malazi yang mendengar pernyataan itu, tidak lagi terkejut. Ia sudah mendengar kabar pernikahannya yang biasa saja itu yang baru saja berlangsung hari ini di rumah sakit dari surat kabar yang di bacanya.

 

"Jadi dok, apa yang harus kulakukan? Sekarang aku akan tinggal bersama dua wanita asing di kediaman ku, yang satu istri ku dan yang lainnya adalah ibu mertuaku"

 

Sebenarnya rumor yang beredar tentang Zayyad tidak sepenuhnya salah. Kabar ia seorang gay itu jelas sekali tidak benar. Tapi rumor yang mengatakannya memiliki sisi abnormal, yaitu ketakutan khusus terhadap wanita. Itu benar adanya.

 

"Sudah saatnya anda membiasakan diri untuk berhubungan dengan wanita. Bagaimana pun anda tidak dapat terus menghindar di sepanjang kehidupan anda. Gynophobia adalah sebuah ketakutan yang membuat anda sedikit abnormal dari pria kebanyakan. Tapi bukan berarti anda akan selamanya hidup dengan ketakutan itu"

 

Zayyad jika bisa sangat ingin hidup menjadi pria normal seperti yang Malazi katakan. Tapi apa daya? Ia sejauh ini sudah mencoba keras untuk mengusir ketakutannya. Tapi sayangnya ia tidak dapat melakukannya.

 

"Lalu apakah anda sudah mempunyai solusi terbaik untuk saya?"

 

Malazi hanyalah seorang psikolog biasa dengan tamatan S2 profesi, yang sebenarnya tidak begitu berkompeten menangani phobia Zayyad. Menurutnya proses penyembuhan Zayyad membutuhkan pendekatan khusus. Itulah mengapa ia sudah pernah menyarankan pada Zayyad untuk berkonsultasi lebih lanjut pada seorang psikiater atau psikolog klinis ternama yang ada di ibukota. Mereka tentunya lebih berpengalaman dan lebih berkompeten dalam bidang itu daripada dirinya.

 

Tapi Zayyad bersikeras menolak. Pada akhirnya ia bersedia melanjutkan tapi sebatas dalam tahap kemampuannya. Jika kelak suatu hari ia tidak mampu menanganinya lagi, maka Malazi akan sangat terpaksa untuk menghentikannya sekalipun Zayyad memaksa. Karena bagaimanapun juga, ia punya beberapa kode etik yang harus ia patuhi.

 

"Pembiasan. Mungkin ini sedikit sulit untuk anda lakukan tapi saya harap pak Zayyad mau mencobanya"

 

"Apa itu?"

 

"Konsep nya sangat sederhana. Seseorang yang awalnya tidak pernah berjalan kaki tentunya sangat menghindari aktivitas tersebut, karena dalam pikirannya, ia tau betapa melelahkan nya berjalan kaki dan itu hanya akan membuat 'tulang kakinya seakan patah' dan pegal. Tapi setelah seseorang itu mencoba membiasakan diri terhadap itu, tentu pada awalnya ia merasakan seperti apa yang ia pikirkan sebelumnya.

 

"Tapi setelah ia terbiasa melakukan nya secara terus-menerus, tubuh nya perlahan akan membentuk adaptasi khusus terhadap 'jalan kaki' yang pada akhirnya ia tidak akan merasa mudah lelah dan pegal lagi serta perasaan 'tulang yang seakan patah' tidak akan muncul lagi dalam pikirannya"

 

"Jadi dalam diri anda ini menyimpan ketakutan terhadap wanita, karena anda sudah lama menjaga jarak anda dengan mereka dan mengklaim bahwa mereka semua itu buruk dalam pikiran anda. Tapi cobalah sekarang untuk melakukan beberapa interaksi ringan dengan wanita, tidak perlu terlalu langsung, anda dapat memulai nya dengan beberapa kontak mata dan bicara sepatah kata"

 

"Mungkin awalnya anda akan merasa gelisah dan takut, tapi setelah anda membiasakan diri dengan itu. Tubuh, kesadaran dan pikiran anda akan ikut beradaptasi dengan kebiasaan anda, secara perlahan ini akan menghapus segala pikiran buruk anda terhadap wanita dan anda akan semakin membiasakan diri terhadap mereka"

 

"Tapi dok saya masih tidak mampu menyingkirkan pengalaman buruk itu dari ingatan saya"

 

___

Bab terkait

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   8. Pria Yang Takut Pada Wanita

    "Bagaimana pun situasi saya tidak sama dengan seseorang yang tidak terbiasa berjalan kaki. Seseorang yang tidak terbiasa berjalan kaki itu hanya memikirkan aktivitas itu melelahkan, tapi situasi saya berbeda. Pikiran buruk saya terbentuk karena pengalaman masa lalu saya" Mendengar penuturan Zayyad. Malazi mau tidak mau menganggukkan kepalanya setuju. "Tapi bagaimana pun juga pada akhirnya anda butuh pembuktian untuk menyangkal pikiran buruk anda terhadap wanita" Dan konsultasi mereka pun berakhir sampai disitu. Zayyad kembali ke villa tempatnya tinggal. Hanya untuk melihat dua wanita asing sudah berada di dalam sana bersama kakeknya. "Zayyad, mulai hari ini mereka akan tinggal di villa mu" Zayyad hanya membalas perkataan kakeknya dengan mengangguk. Sedangkan Alina membantu neneknya beristirahat di kamar yang sudah di siapkan. Alina sangat bersyukur dengan fakta penyakit neneknya masih dalam tahap stadium awal. Jadi kemungkinan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   9. Malam Yang Berantakan

    Tepat pukul sembilan malam. Bel depan vila berbunyi, memecah keheningan rumah besar yang sunyi. Zayyad yang baru saja meminum segelas air putih dari dapur, mengkerut kan kening.Siapa yang datang di malam hari seperti ini? Ponsel di saku jubah tidurnya bergetar. Zayyad mengambil nya. Ada sebuah pesan dari security vila nya. 'Pak, Tuan Irsyad ada di depan!' Pesan singkat itu membuat sepasang alis Zayyad terjalin rumit. Perasaan nya buruk.Untuk apa kakek kemari larut malam seperti ini? Memasukkan kembali ponselnya di saku jubah tidurnya. Zayyad bergegas ke pintu depan. Tepat ketika pintu di buka, seorang pria tua sudah berdiri di sana dengan seulas senyum. "Untuk apa kakek kembali lagi?" Selama ia tinggal seorang diri di vila nya. Pria tua itu sangat jarang menginap di tempatnya. Ia mengatakan bahwa tempat tinggal nya sendiri adalah yang terbaik.kakek kembali bukan untuk menginap kan? "Ada pemadaman listrik di tempat kakek, jadi malam ini

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   10. Perseteruan Kecil Di Pagi Hari 1

    Setelah kekacauan itu, kamar terasa hening dengan detak jam dinding memecah kesunyian. Alina yang sejak awal belum tidur, membuka matanya. Ia perlahan bersandar di kepala ranjang. Mengambil ponselnya, ia melihat bahwa sudah pukul satu pagi. Sebenarnya ia sudah sangat ingin tidur. Sudah beberapa jam ia menutup rapat matanya, tenggelam dalam selimut dan membayangkan banyak hal yang menyenangkan sampai lelah. Tapi nihil. Matanya masih saja enggan mengantuk. Insomnia yang dimilikinya ini terkadang seringkali membuat nya frustasi. Terkadang jika hari-hari mengajar, ia sengaja mengkonsumsi obat tidur di malam harinya. Agar ia punya waktu tidur yang cukup untuk tidak menganggu aktivitas nya besok. Jika tidak, mungkin ia akan mengantuk dan lesu seharian, karena kekurangan waktu tidur. Tapi karena besok ia masih cuti. Ia memilih untuk tidak mengkonsumsi nya. Karena bagaimanapun juga tidak baik jika ia selalu bergantung pada obat itu. Menoleh kearah sofa, ia me

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   11. Perseteruan Kecil Di Pagi Hari 2

    "Karena pada nyatanya, sampai saat ini Alin masih terjerat dengan mimpi-mimpi buruk itu. Itulah kenapa sampai saat ini Alin-" Alina tak kuasa menyelesaikan kata-katanya lagi. Ia mulai merasa matanya memanas, rongga pernafasannya sesak, rasanya ia ingin menangis. "Kebencian yang Alin miliki hanya membuat Alin berjalan di tempat, enggan maju mengahadapi realita dan hanya meyakini bahwa semua pria itu sama. Terkadang kebencian itu mendorong Alin untuk balas dendam, hanya saja nurani yang ada dalam diri alin menekannya cukup baik sejauh ini. Alin tidak mampu balas dendam dan tidak tau cara melampiaskannya harus bagaimana. karenanya kebencian itu rasanya semakin menyakitkan nek!" Itulah kenapa ia memutuskan untuk menjauhi bahkan menghindari interaksi apapun dengan pria. Karena dengan melihat mereka sekali saja, kebencian itu bangkit. Dan itu membuatnya terluka setiap kali ia gagal melampiaskannya. "Sebenarnya Alin tau!" Alina memandang ke langit-langit beberapa sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   12. Mengantarkan Kotak Makan Siang

    Alina akhirnya dengan terpaksa pergi keluar vila hanya untuk mengantarkan makan siang untuk Zayyad. Bahkan neneknya juga berpesan padanya untuk menunjukkan bukti bahwa ia sudah mengantarkan makanan itu kepada Zayyad. Alina sungguh ingin menghantuk kan kepalanya ke dinding. 'Sebenarnya yang menjadi cucunya itu aku atau Zayyad?' "Bu, apakah anda ingin keluar?" Alina melihat seorang pria mendekatinya, moodnya yang buruk semakin menjadi-jadi. "Ada apa?" Tanya Alina ketus. Pria tersebut menjadi gugup, menemukan sikap tidak bersahabat Alina. Ferdi yang sedang menyapu halaman, sekilas melihat pemandangan itu. Ia terus menggeleng kan kepalanya tak mengerti. 'Padahal Bu Alina terlihat sangat lembut dari luar, tapi kenapa kenyataannya tidak?' "Saya supir yang di utus pak Zayyad untuk ibu. Kemanapun ibu pergi, saya dapat mengantar" Jadi Zayyad sungguh memperkerjakan supir pribadi untuk membawanya pergi kemanapun? S

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   13. Terjebak Di Dalam Lift

    Tanpa merasa bersalah sama sekali, Alina membereskan kotak makan. Dan menyuruh Bakri yang masih menunggu di luar untuk mengambil segelas air."Ini Bu!"Bakri menyerahkan segelas air putih padanya."Em!"Alina mengambil gelas tersebut dan sama sekali tidak mengatakan terimakasih atas Bakri yang sudah membawakan nya air.Bakri tidak terlalu mempedulikan nya. Ia segera keluar lagi, menutup pintu dan memberi privasi sepenuhnya untuk dua orang itu. Tepat ketika ponselnya berdering, ia mengambil beberapa langkah menjauh untuk menjawab panggilan."Iya?""Baik, kalau begitu saya akan segera ke sana"Karena ada keperluan, Bakri pun pergi meninggalkan tempat itu.Alina yang melihat Zayyad sudah keluar dari kamar kecil masih tak sanggup menyembunyikan senyum di wajahnya.Zayyad terus memalingkan muka darinya. Wajahnya sama sekali tidak terlihat baik."Ini minumlah!"Alina dengan murah hati meletakkan gelas air

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   14. Jembatan Kecil Sebuah Dasi

    Zayyad meraba saku jasnya mencari ponsel, detik itu ia teringat ponselnya sudah rusak. Ruangan sempit ini tampak semakin menyesakkan dalam keadaan gelap. Setidaknya sedikit cahaya, mungkin dapat menenangkan Alina yang nyaris hampir mati ketakutan. Jadi Zayyad berpikir untuk mendapatkan sedikit sumber cahaya. Meraba-raba sekitar lantai, Zayyad menemukan tas tangan Alina. Zayyad membukanya dan mengambil ponsel Alina. Zayyad segera menyalakan senter dari ponsel milik Alina. Cahayanya lebih dari cukup untuk menerangi ruangan kecil ini. Saat itulah Zayyad dapat melihat jelas wanita yang jatuh pingsan di lengannya perlahan membuka mata. Detik itu...Zayyad kehilangan kontrol akan— "Ugh!" Seteguk cairan asam tumpah mengotori pundak Alina. Zayyad terkesiap, langsung meletakkan pelan Alina ke lantai. Menutup mulutnya, Zayyad berusaha keras menekan gejolak asam dari perutnya agar tidak melakukan kesalahan kedua kalinya. "Maaf!" Zayyad memasang tampang menyesal.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   15. Keajaiban, keberuntungan atau kemajuan?

    "Hah...hah.." Alina menepuk dadanya yang terasa sesak tidak tertahankan. Keringat dingin sudah memenuhi pelipis hingga punggungnya. Bayang-bayang ia terkurung dalam lemari kecil, pengap, gelap serta celah udara yang kecil. Menghantuinya lagi, membuat ia kembali larut dalam perasaan sesak karena kehabisan oksigen. "H-ha...h-haaa..h" "Alina bertahan-" Bruk! Ujung dasi yang di pegang wanita itu itu jatuh mencium lantai. Zayyad tercenung. Tangannya yang perlahan bergetar juga telah menjatuhkan ujung dasi yang di pegangnya. 'Dia tidak akan mati kan?' batin Zayyad sembari memandang Alina yang sudah jatuh tak sadarkan diri lagi. Keadaannya pun jauh lebih buruk dari sebelumnya. Zayyad perlahan membungkuk, mengulurkan tangannya kebawah. Meletakkan dua jarinya tepat di depan hidung Alina, "Masih bernafas..." Tapi itu sangat pelan. Sangat halus. Dan samar-samar. Zayyad mulai panik. Bagaimana jika terlambat sedikit saja itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14

Bab terbaru

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Extra Chapter: Pernikahan Yang Bahagia 2

    Setelah makan siang, Zayyad mau tak mau harus bergegas ke perusahaan karena urusan mendesak. Alina yang tiduran santai di kamar, masih merasa penasaran sebenarnya apakah ada yang spesial dengan hari itu.Baru saja Alina membuka ponselnya dan sebuah notifikasi muncul. Tidak lain itu adalah pengingat anniversary pernikahannya dengan Zayyad yang ke enam."Ah, jadi hari ini anniversary pernikahan kami yang ke enam" Tanpa sadar mata Alina berkaca-kaca. Masih teringat dulu tekadnya yang akan segera bercerai dengan Zayyad setelah semuanya usai. Tapi tak mengira jalan takdir begitu indah, membuat hatinya luluh dan memutuskan untuk mempertahankan ikatan sucinya dengan Zayyad."Kira-kira aku beri kejutan apa ya?"Tepat di malam harinya. Alina mendapat telfon dari Maya. Seperti tebakannya, si kembar sedang nangis-nangis menolak pulang dan merengek minta menginap di rumah Maya. Kebetulan besok adalah akhir pekan, mereka tidak ke sekolah, akhirnya Alina memberi izin, "Janji gak buat repot aunty Ma

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Extra Chapter: Pernikahan Yang Bahagia 1

    Alina duduk santai di atas sofa setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Ferdi yang hanya fokus mengurusi hal-hal di luar vila, sudah menyelesaikan pekerjaannya dan pulang lebih awal. Sebelum itu Ferdi pamit pada Alina dan tentunya Alina tidak lagi judes seperti dulu. Perubahan sikap Alina itu membuat Ferdi sangat bersyukur.Alina melipat kedua kakinya di atas sofa dan memegang semangkuk buah strawberry di tangan. Menyalakan televisi, Alina menonton acara gosip pagi yang membosankan sambil mengemil strawberry segar kedalam mulutnya.Begitulah keseharian yang Alina jalani jika seorang diri di rumah. Zayyad pergi ke perusahaan dan anak-anak ke sekolah. Hanya Alina seorang yang berdiam diri di rumah. Tentunya hal itu tidak lagi membosankan, karena Alina sudah cukup terbiasa menjalani hari-hari panjangnya sebagai ibu rumah tangga."Sayang, aku pulang"Alina terkejut. Mendapati seseorang berbisik halus di telinganya dan kedua tangan besar yang memijat lembut pundaknya. Dengan strawberry di a

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Catatan Sifaaz

    Dear, My loyal readers..❤️ Sebelumnya saya ingin berterima kasih sekali untuk kalian semua yang sudah mengikuti kisah cinta sederhana Alina dan Zayyad yang tentu saja fiktif, tapi saya berharap kisah ini dapat menjadi sedikit menginspiratif. Novel yang terdiri dari dua ratusan chapter lebih ini, pernah membuat saya beberapa kali ragu dan pesimis dalam menyelesaikannya. Saya merasa cerita ini berubah menjadi membosankan dan alurnya terasa tidak lagi menarik. Terkadang saya berpikir, "Siapa yang akan membaca karangan membosankan ini?" Tapi melihat vote-an dan membaca beberapa komentar kalian yang saya temui di beberapa akhir chapter, rasanya saya seperti baru saja menemukan oasis di padang pasir. Seketika semangat saya bangkit dan saya berpikir— saya harus segera menamatkan kisah ini dan jangan sampai membuat para pembaca setia saya kecewa. Jujur, dukungan dan komentar positif kalian, sangat berperan besar dalam proses saya menamatkan cerita yang penuh

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Epilog

    Kini Alina hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Tidak pernah terduga, semua itu bermula dari perjodohan yang diatur neneknya. Alina yang bertekad kuat untuk tidak menikah, akhirnya terikat dalam ikatan sakral pernikahan dengan seorang pria asing. Alina yang berpikir untuk bercerai setelah semuanya usai, tapi takdir malah membuatnya terjerat dengan Zayyad.Segalanya berawal dari paket bulan madu dan hotel. Disinilah tragedi bermula atau lebih tepatnya sekarang Alina berpikir— puncak dari rezeki tak ternilai harganya lahir di dunia ini. Yang tak lain 'si kembar'. Kado terindah dalam hidup Alina. Yang membuat Alina tak ragu untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Zayyad, ayahnya si kembar.Lima tahun berlalu sudah. Vila Zayyad tidak lagi hening dengan keberadaan dua buah hati mereka. Zayyad yang sudah lama tak bekerja, memutuskan untuk kembali ke perusahaan demi menjadi sosok panutan ayah yang baik untuk putra putri mereka. Sedang Alina memutuskan untuk m

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   208. Menziarahi Kuburan

    Sekitar dua hari Alina terbaring di rumah sakit, Alina yang sudah tak tahan lagi membujuk Zayyad untuk segera membawanya pulang. Jikapun harus beristirahat, ia ingin merehatkan tubuhnya di rumah. Zayyad mengkonfirmasi ke dokter, apakah Alina dan anak mereka sudah bisa dibawa pulang. Setelah memperoleh izin dari dokter, mereka pun bersiap-siap untuk pulang. Maya turut membantu membereskan barang-barang. Di mobil, Alina duduk menggendong bayi perempuannya dan dan bayi laki-lakinya digendong Maya yang duduk di belakang. "Apa menurut mu kita perlu menyewa jasa babysitter?" Alina menoleh kearah Zayyad yang fokus mengemudi. Ini adalah pertama kalinya bagi Alina. Tapi tidak taunya sudah dapat dua saja. Alina takut akan linglung kebingungan merawat si kembar seorang diri nanti. "Tidak perlu. Kita kan sama-sama gak bekerja. Jadi menurutku, kita berdua saja sudah cukup" "Kamu yakin?" "Em" "Janji ya nanti mau ikut repot sama aku?" "Janji"

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   207. Kejutan Paling Indah

    Di sinilah aku terbaring sekarang. Di atas ranjang rumah sakit, di mana aku berjuang keras melahirkan makhluk kecil yang sudah ku kandung sembilan bulan lamanya. Rasanya seluruh saraf dalam tubuhku seperti akan putus, tenaga ku seakan habis. Perasaan itu begitu baru bagiku dan terasa cukup nyata. Berada antara hidup dan mati demi memperjuangkan makhluk hidup baru. Detik itu aku terpikir, apakah seperti ini yang ibu rasakan dulu ketika melahirkan ku? Aku meremas kain seprai ranjang rumah sakit, mengigit bibir bawah ku dan kembali mengejan. Hingga entah kapan seorang pria datang menyingkap tirai dan bergegas masuk. Sesaat aku melirik siapa yang datang. Itu tak lain adalah sosok tubuh dari pemilik mata coklat bening yang paling menawan yang pernah ku temui— Zayyad. Seketika bola mata hitam ku bergetar pedih. Aku tak mengerti kenapa, serasa dunia ku berhenti berputar hingga beberapa detik. Aku melihatnya datang padaku. Meraih tangan ku dan menggenggamnya

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   206. Pergi Ke Kota Z

    "Nenek, engga lama lagi cicit mu akan segera lahir" Alina tersenyum dan berbicara seorang diri. Alina mengelus perut besarnya dan wajahnya terus menoleh ke samping. Seakan-akan ada neneknya yang duduk tepat disebelah nya.Pemandangan dari ruang tamu itu, diam-diam di intip oleh Maya dan Zayyad. Maya menghela nafas berat dan menoleh pada Zayyad, "Kau lihat sendiri kan!" Maya bersuara pelan tapi tak mengurangi emosi marah dan kesal yang terukir jelas di raut wajahnya, "Sebulan sudah berlalu lagi dan Alina masih saja begitu. Zayyad, apa kau akan terus membiarkannya seperti ini?"Zayyad diam, memilih untuk tidak berkata apa-apa. Bukan hanya Maya yang mengkhawatirkan keadaan psikis Alina tapi dirinya pun juga. Hanya ia memutuskan untuk yakin, percaya dan sabar menanti. Kalau Alina akan segera menjadi Alina yang dulu— istrinya yang arogan, keras kepala dan tangguh."Kalau bukan karena aku menghargai keputusanmu sebagai suami dari Alina. Aku pasti akan memb

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   205. Perselisihan Maya Dan Zayyad

    Delapan bulan akhirnya berlalu sudah. Aura ibu hamil dari seorang Alina kian sempurna. Emosinya pun tampak jauh lebih stabil dari trimester pertama dan kedua. Perut Alina membesar dan itu cukup besar nyaris membuat Maya curiga kalau dugaannya itu benar. Bayi yang dikandung sahabatnya itu adalah kembar.Banyak baju yang Alina tidak muat memakainya dan nyaris sobek. Alhasil Zayyad membeli banyak baju khusus untuk ibu hamil buat Alina yang masih tinggal di rumah almarhum neneknya itu.Zayyad mengira kondisi Alina akan segera membaik, tapi ternyata sebaliknya. Istrinya itu mulai berhalusinasi kalau Erina masih hidup dan masih bersama dengan mereka di rumah kecil itu."Kamu udah siap buat buburnya?" Alina datang ke meja makan dan melihat Zayyad yang baru saja menghidangkan semangkuk bubur hangat."Sudah" Zayyad tersenyum. Ada setitik kesedihan jauh di dasar mata coklat bening itu."Kalau begitu aku bawa ke kamar nenek ya" Alina mengambil mangkuk bubur d

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   204. Alina Pergi Meninggalkan Vila

    Tiga hari setelah kabar duka itu. Para kerabat dari pihak Irsyad dan rekan Erina berdatangan ke vila Zayyad setiap malamnya untuk membaca Yasin. Termasuk dengan Maya dan keluarganya yang sudah hadir sejak hari pemakaman. Mereka menginap di vila Zayyad membantu Zayyad mengurus segala keperluan.Zayyad benar-benar lemah tak bertenaga dengan keadaan ini. Sepasang matanya terlihat kuyu dan tubuhnya mengurus. Ia sedih dengan kepergian Erina yang begitu mendadak. Salah seorang wanita di samping Alina yang baru-baru ini menjadi pengecualian dari rasa takutnya.Zayyad pun tak berdaya menghadapi dua orang yang di sayangi nya yang jelas begitu drop dengan kenyataan pahit ini. Kakeknya terus jatuh bangun tak sadarkan diri dan Alina yang sampai hari ini menolak kenyataan kalau Erina sudah meninggal.Tepat di hari pemakaman, kakeknya tersungkur jatuh mencium tanah dan Alina mengurung diri seharian di kamar neneknya dengan sepiring nasi goreng yang sudah basi. Nasi goreng yan

DMCA.com Protection Status