Home / Romansa / Ikatan Yang Ditakdirkan / 11. Perseteruan Kecil Di Pagi Hari 2

Share

11. Perseteruan Kecil Di Pagi Hari 2

Author: Happy_autunm
last update Last Updated: 2021-06-11 18:03:30

"Karena pada nyatanya, sampai saat ini Alin masih terjerat dengan mimpi-mimpi buruk itu. Itulah kenapa sampai saat ini Alin-" Alina tak kuasa menyelesaikan kata-katanya lagi. Ia mulai merasa matanya memanas, rongga pernafasannya sesak, rasanya ia ingin menangis.

"Kebencian yang Alin miliki hanya membuat Alin berjalan di tempat, enggan maju mengahadapi realita dan hanya meyakini bahwa semua pria itu sama. Terkadang kebencian itu mendorong Alin untuk balas dendam, hanya saja nurani yang ada dalam diri alin menekannya cukup baik sejauh ini. Alin tidak mampu balas dendam dan tidak tau cara melampiaskannya harus bagaimana. karenanya kebencian itu rasanya semakin menyakitkan nek!" Itulah kenapa ia memutuskan untuk menjauhi bahkan menghindari interaksi apapun dengan pria. Karena dengan melihat mereka sekali saja, kebencian itu bangkit.

Dan itu membuatnya terluka setiap kali ia gagal melampiaskannya.

"Sebenarnya Alin tau!" Alina memandang ke langit-langit beberapa saat. Ketika ia merasakan pelupuk matanya mulai tergenang air.

"Sebenarnya yang menjadi alasan besar nenek mendesak Alin menikah, itu bukan karena nenek takut Alin menjadi perawan tua. Tapi nenek khawatir kalau Alin akan selamanya hidup sebagai-" Sesaat ia tercekat. Merasakan dirinya yang hampir saja terisak.

"Seorang yang membenci pria, yang melebihi batas normal, misandris! Bukankah begitu nek?"

"Alin-"

"Nenek tenang saja! Sejauh ini aku hanya membenci pria tapi tidak pernah melebihi itu. Jadi jangan pernah berpikir kalau Alin ini seorang misandris, karena rasanya itu sangat buruk-iks" Pada akhirnya Alina tidak mampu lagi menahan isakan nya.

"Alin nenek-"

Alina terus berbalik, ia berlari pergi meninggalkan kamar.

Erina terdiam. Sebenarnya apa yang di katakan Alina itu tak sepenuhnya salah. Alasan terbesarnya ia mendesak Alina menikah, itu karena ia mengkhawatirkan Alina menjadi seorang misandris.

"Maafkan nenek Alin..." Lirihnya. Mata tuanya berkaca-kaca.

Di samping itu Alina sudah duduk di meja makan. Awalnya ia sangat bergairah untuk melahap roti bakar keju yang sangat menggiurkan itu. Tapi kejadian tadi membuat nafsu makannya berkurang. Setelah mengusap kedua sudut matanya yang berair. Alina berusaha keras untuk tidak menangis.

Mengambil sepotong roti, ia menggigitnya. Rasa asin manis keju yang pas dan sedikit creamynya susu pecah di mulutnya. Tidak tau kenapa, perlahan ia tersenyum.

"Ini cukup enak!" Mood buruknya perlahan membaik seiring ia menguyah roti itu. 

Koki yang di datangkan Zayyad sudah pasti koki ternama dengan bayaran yang sangat mahal. 

Yah dia punya banyak uang, itu sangat wajar.

Setelah menyelesaikan sarapannya, ia meminum habis segelas susu vanila.

Alina pun membereskan semua piring di meja dan membawanya ke tempat cuci piring. Tepat ketika ia hendak mencucinya.

Seseorang datang dari belakang menghentikan.

"Tidak apa bu, biar saya saja!"

Alina berbalik dan menemukan seorang pria paruh baya sudah berdiri di hadapannya. Ia membungkuk sedikit, tersenyum sopan kepadanya.

"Saya Ferdi, asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja untuk pak Zayyad. Saya bekerja dari pagi sampai sore di vila ini. Maaf karena hari ini baru dapat menyapa ibu, karena beberapa hari yang lalu saya mengambil cuti karena cucu saya sakit"

Ferdi sangat terkejut melihat betapa cantik istri tuannya dan bahkan ia berkerudung. Tuannya sangat beruntung di takdir kan bersama seorang istri shalihah seperti itu. Ia mengira, vila besar ini akan sangat menyedihkan karena hanya di tempati oleh tuannya seorang yang menolak menikah.

Tapi kenyataan di depannya membuatnya merasa bahagia untuk tuannya. Pada akhirnya tuannya menikah dan kemungkinan tamu kecil akan segera hadir untuk meributkan vila besar yang hening ini.

Alina yang melihat tatapan tersenyum Ferdi padanya, menautkan sepasang alisnya tak suka. Seperti biasa, ia selalu mempersepsikan senyum seorang pria kepada nya itu adalah sesuatu yang menjijikkan.

"Untuk apa kau menatap ku seperti itu?"

Itu terdengar ketus dan sinis.

Ferdi sangat terkejut. Dalam pandangannya sekilas, nyonya barunya tampak lembut dan sopan. Tapi kenapa ia merasa kenyataannya berbeda setelah wanita itu berbicara?

"M-maaf Bu! Saya tidak bermaksud membuat ibu tidak nyaman"

Alina malas mempedulikannya lagi. Dalam hatinya semua pria sama. Mereka menyedihkan dan memuakkan.

Alina terus mengangkat kaki, pergi meninggalkan tempat itu dengan angkuh.

Ferdi entah bagaimana menggigil di tempat. Ia berpikir, sepertinya nyonya barunya seseorang yang cukup sulit dihadapi.

___

Seharian ini Alina merasa sangat bosan. Menjadi nyonya rumah membuatnya tidak tahu harus berbuat apa. Dia sudah bersantai di sofa berjam-jam lamanya sambil menonton televisi. Tapi tidak ada siaran yang menarik perhatiannya.

Sudah berkali-kali ia mengganti siaran. Lelah ia memencet tombol remote, tetap saja ia tidak menemukan yang memuaskan.

"Alin"

Alina sedikit terkejut, meletakkan remote di atas meja. Ia bergegas bangun untuk membantu neneknya duduk. Walau sebenarnya masih agak canggung, jika mengingat kejadian pagi tadi.

Alina dapat melihat neneknya yang tampak semakin pucat, ada bintik-bintik merah di bawah kulitnya yang semakin menyebar dan melakukan aktifitas sedikit saja wanita tua itu sudah lelah. Dan lagi, kejadian pagi tadi itu ia pasti sangat membebaninya. Alina merasa menyesal karena gagal mengontrol emosinya.

"Apa nenek merasa bosan? nenek mau jalan-jalan berkeliling vila? Ada kebun bunga kecil di belakang, kalau nenek mau kita dapat melihatnya"

"Alin nenek minta maaf!"

"Ah, nenek tidak perlu membahasnya lagi. Itu karena Alin terlalu terbawa perasaan"

"Tapi nenek sungguh minta ma-"

"Nek" Potong Alina. "Tidak perlu membahasnya lagi, oke?"

"Em!"

"Jadi, nenek mau Alin ajak keliling vila?"

Vila milik Zayyad sangat besar dan luas. Di dukung dengan beberapa fasilitas mewah. Seperti ada kolam besar, pustaka kecil, studio musik dan juga ada gym.

Diluarnya Alina tidak terlalu tahu. Karena ia belum habis mengelilingi tempat besar ini. Tapi ia pernah melihat kebun bunga kecil yang ada di belakang vila. Dan itu sangat indah.

"Tidak perlu!"

Karena neneknya menolak, Alina tidak terlalu memaksa. Ia juga mengerti keadaan neneknya saat ini yang mudah sekali lelah.

"Ini sudah hampir mendekati jam makan siang"

"Tenang saja nek! Bentar lagi koki-koki akan datang memasak makanan yang lezat untuk kita. Atau nenek sudah sangat lapar? Kalau begitu aku akan memasak sekarang"

Erina terus menggeleng. Bukan itu yang ia maksud.

"Alin masak tapi bukan untuk nenek"

Menautkan sepasang alisnya, Alina bertanya, "Lalu untuk siapa?"

"Untuk suami mu!"

Apakah neneknya sedang bercanda? Ia menyuruhnya memasak untuk seorang pria?

Alina menekan ketidakpuasannya dalam hati. Menarik kedua sudut bibirnya ia tersenyum, mencoba mengatakan alasannya dengan halus.

"Nenek kurasa itu tidak perlu! Perusahaan besar seperti itu sudah menyiapkan makan untuk karyawannya, apalagi untuk CEO seperti Zayyad! Paling tidak jika ia tidak makan di sana, ia memiliki makan yang nyaman di luar bersama rekannya"

Memperkuat senyum di wajahnya, Alina ingin sekali berteriak.

Ayolah nek! Tidak perlu memasak, yaa?

"Tapi Irsyad pernah mengatakan Zayyad itu terlalu sibuk mengurus perusahaan sampai lupa makan. Bahkan lambung nya sering sekali sakit karena itu. Alin kau harus memasak sesuatu untuknya"

"Tapi nenek-"

"Jika Alin tidak mau, biar nenek saja yang masak! nenek tidak akan memaksa Alin" Erina masih merasa bersalah untuk kejadian tadi pagi.

Mendengar hal itu, Alina merasa sangat kesal. Rasanya ia akan cemburu jika nenek terus memperhatikan Zayyad seperti ini.

"Baiklah!" Akhirnya Alina menyerah. Ia tidak boleh terlalu terbawa perasaan seperti tadi pagi. "Alin akan memasakkan sesuatu untuk Zayyad sekarang, jadi nenek istirahat saja di sini atau nonton lah beberapa acara yang nenek suka"

Ia tidak bisa membiarkan neneknya berkutat di dapur. Kondisi tubuhnya masih sangat lemah.

"Sungguh?"

"Em!"

"Kalau begitu setelah Alin memasak, antarkan itu ke perusahaannya Zayyad"

Mengepalkan tangannya, Alina ingin sekali menolak. Memaksakan senyum, ia berkata dengan perasaan tertekan.

"Iya nek, akan aku lakukan" Tapi ia memutuskan untuk berdamai dengan neneknya.

Alina bangkit dari sofa, bergegas ke dapur.

Sesampai di dapur, senyum palsu di wajahnya langsung lenyap. Tangannya yang terkepal tanpa sadar meninju pintu kulkas untuk meluapkan emosinya.

"Huh! Kalau bukan karena nenek, aku tidak ingin melakukan ini"

Alina sama sekali tidak sadar, ulahnya tadi sudah membuat pintu kulkas itu menjadi cacat. Kepalan tangannya membekas jelas di sana.

"Memasak untuk seorang pria, mimpi buruk apa yang ku alami semalam?"

Alina membuka pintu kulkas dengan kasar. Lalu mengeluarkan beberapa sayuran dan daging ayam.

Akhirnya dengan berat hati ia memasak.

___

Related chapters

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   12. Mengantarkan Kotak Makan Siang

    Alina akhirnya dengan terpaksa pergi keluar vila hanya untuk mengantarkan makan siang untuk Zayyad. Bahkan neneknya juga berpesan padanya untuk menunjukkan bukti bahwa ia sudah mengantarkan makanan itu kepada Zayyad. Alina sungguh ingin menghantuk kan kepalanya ke dinding. 'Sebenarnya yang menjadi cucunya itu aku atau Zayyad?' "Bu, apakah anda ingin keluar?" Alina melihat seorang pria mendekatinya, moodnya yang buruk semakin menjadi-jadi. "Ada apa?" Tanya Alina ketus. Pria tersebut menjadi gugup, menemukan sikap tidak bersahabat Alina. Ferdi yang sedang menyapu halaman, sekilas melihat pemandangan itu. Ia terus menggeleng kan kepalanya tak mengerti. 'Padahal Bu Alina terlihat sangat lembut dari luar, tapi kenapa kenyataannya tidak?' "Saya supir yang di utus pak Zayyad untuk ibu. Kemanapun ibu pergi, saya dapat mengantar" Jadi Zayyad sungguh memperkerjakan supir pribadi untuk membawanya pergi kemanapun? S

    Last Updated : 2021-06-12
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   13. Terjebak Di Dalam Lift

    Tanpa merasa bersalah sama sekali, Alina membereskan kotak makan. Dan menyuruh Bakri yang masih menunggu di luar untuk mengambil segelas air."Ini Bu!"Bakri menyerahkan segelas air putih padanya."Em!"Alina mengambil gelas tersebut dan sama sekali tidak mengatakan terimakasih atas Bakri yang sudah membawakan nya air.Bakri tidak terlalu mempedulikan nya. Ia segera keluar lagi, menutup pintu dan memberi privasi sepenuhnya untuk dua orang itu. Tepat ketika ponselnya berdering, ia mengambil beberapa langkah menjauh untuk menjawab panggilan."Iya?""Baik, kalau begitu saya akan segera ke sana"Karena ada keperluan, Bakri pun pergi meninggalkan tempat itu.Alina yang melihat Zayyad sudah keluar dari kamar kecil masih tak sanggup menyembunyikan senyum di wajahnya.Zayyad terus memalingkan muka darinya. Wajahnya sama sekali tidak terlihat baik."Ini minumlah!"Alina dengan murah hati meletakkan gelas air

    Last Updated : 2021-06-12
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   14. Jembatan Kecil Sebuah Dasi

    Zayyad meraba saku jasnya mencari ponsel, detik itu ia teringat ponselnya sudah rusak. Ruangan sempit ini tampak semakin menyesakkan dalam keadaan gelap. Setidaknya sedikit cahaya, mungkin dapat menenangkan Alina yang nyaris hampir mati ketakutan. Jadi Zayyad berpikir untuk mendapatkan sedikit sumber cahaya. Meraba-raba sekitar lantai, Zayyad menemukan tas tangan Alina. Zayyad membukanya dan mengambil ponsel Alina. Zayyad segera menyalakan senter dari ponsel milik Alina. Cahayanya lebih dari cukup untuk menerangi ruangan kecil ini. Saat itulah Zayyad dapat melihat jelas wanita yang jatuh pingsan di lengannya perlahan membuka mata. Detik itu...Zayyad kehilangan kontrol akan— "Ugh!" Seteguk cairan asam tumpah mengotori pundak Alina. Zayyad terkesiap, langsung meletakkan pelan Alina ke lantai. Menutup mulutnya, Zayyad berusaha keras menekan gejolak asam dari perutnya agar tidak melakukan kesalahan kedua kalinya. "Maaf!" Zayyad memasang tampang menyesal.

    Last Updated : 2021-06-13
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   15. Keajaiban, keberuntungan atau kemajuan?

    "Hah...hah.." Alina menepuk dadanya yang terasa sesak tidak tertahankan. Keringat dingin sudah memenuhi pelipis hingga punggungnya. Bayang-bayang ia terkurung dalam lemari kecil, pengap, gelap serta celah udara yang kecil. Menghantuinya lagi, membuat ia kembali larut dalam perasaan sesak karena kehabisan oksigen. "H-ha...h-haaa..h" "Alina bertahan-" Bruk! Ujung dasi yang di pegang wanita itu itu jatuh mencium lantai. Zayyad tercenung. Tangannya yang perlahan bergetar juga telah menjatuhkan ujung dasi yang di pegangnya. 'Dia tidak akan mati kan?' batin Zayyad sembari memandang Alina yang sudah jatuh tak sadarkan diri lagi. Keadaannya pun jauh lebih buruk dari sebelumnya. Zayyad perlahan membungkuk, mengulurkan tangannya kebawah. Meletakkan dua jarinya tepat di depan hidung Alina, "Masih bernafas..." Tapi itu sangat pelan. Sangat halus. Dan samar-samar. Zayyad mulai panik. Bagaimana jika terlambat sedikit saja itu

    Last Updated : 2021-06-14
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   16. Itu Hanyalah Keberuntungan

    Dokter pribadi Zayyad sudah tiba di perusahaan dan sedang memeriksa keadaan Alina. Zayyad pergi duduk di sofa, menunggu dan termenung. 'Aku sungguh baru saja menggendong seorang wanita?' Zayyad tak dapat mempercayai fakta itu. Merenungi kedua tangan yang baru saja mengangkat Alina, itu masih bergetar. 'Apakah ada kemajuan dari pemulihan ku?' Sudah bertahun-tahun Zayyad berusaha keras untuk menghilangkan phobia nya terhadap wanita. Bagaimana pun, ia tidak akan pernah bisa hidup sebagai pria normal pada umumnya selama memiliki ketakutan itu. "Pak Zayyad, keadaan istri anda baik-baik saja! Tidak lama lagi ia akan segera siuman" Zayyad tersentak dari lamunannya. Mendengar apa yang di katakan dokter, Zayyad mengangguk pelan. "Kalau begitu saya permisi" "Baik dok, terimakasih" Setelah mengantarkan dokter itu keluar. Zayyad kembali ke bilik kecil pribadinya. Zayyad melihat keadaan Alina yang jauh lebih baik. Wa

    Last Updated : 2021-06-14
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   17. Tidak Bisa Menangani Ini

    Alina perlahan membuka matanya. Kejadian tadi masih membuatnya mati lemas. Padahal sebenarnya ia sudah memperoleh kesadaran nya beberapa jam yang lalu. Karena masih tak sanggup mengontrol syok beratnya, ia memutuskan untuk menenangkan diri dengan tidur lebih lama. Sesaat pikirannya masih terkenang dengan kejadian di lift tadi siang.Terjebak dalam ruang persegi yang gelap. Rasanya seperti ia baru saja bangun dari mimpi buruk yang panjang.Ia mengelus dadanya pelan, mencoba mengontrol tekanan dalam dirinya. Rasa sesak dan tercekik dalam ruang sempit itu, masih membekas sampai sekarang. Dan yang paling ia benci, kenangan buruk masa lalunya kembali menghantui nya karena kejadian sialan itu!"Aku harus mandi untuk membuang semua kesialan ini!" Alina perlahan bangun, menggeser selimut kesamping dan menurunkan kakinya ke lantai. Ia melihat ada paper bag di atas nakas serta ada note kecil yang tertempel di depannya.*Maafkan aku!*Ia mengambil paper bag itu

    Last Updated : 2021-06-15
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   18. Menginap Disini Saja

    "Hah!" Alina tersentak dari mimpi buruk yang hampir mencekiknya mati. Masa kelam itu menghantuinya kembali. Insiden lift itu pasti pemicunya. Sepertinya berendam bukan pilihan yang tepat. Mungkin mandi dibawah pancuran air shower baru dapat membuang semua hal-hal buruk itu. Alina menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Nafasnya perlahan stabil begitu pula dengan detak jantungnya. Jika terus seperti ini, ia bahkan bisa mati hanya karena mimpi buruk. "Ah, sepertinya aku tidak bisa tidur malam ini!" Gumam Alina sambil menghela nafas berat. Tepat ketika Alina ingin bangun, ia merasa seperti ada beban berat yang menindihnya. Menurunkan pandangannya kebawah, mata Alina nyaris hampir melompat keluar. "Aaaa..." Jerit Alina. 'Kenapa pria itu bisa ada disini?' Tunggu! Ia sekarang dalam keadaan tanpa sehelai benang apapun ditubuhnya dan kepala pria ini jatuh tepat— "Dasar mesum! Cepat minggir.." Alina terus mendorong kepala Zayyad men

    Last Updated : 2021-06-16
  • Ikatan Yang Ditakdirkan   19. Tanpa Obat Tidur

    "Minggir!" Sesampai di depan pintu bilik kecil itu, Alina terus mendorong Zayyad ke samping. Ia tampak sangat terburu-buru masuk kedalam. Zayyad memegang lengannya yang agak sakit karena kebentur gagang pintu. Ia tertawa miris dalam hati, melihat tingkah laku wanita itu. "Kasur ini adalah milikku!" Alina melompat keatas kasur. Membentang kedua tangannya lebar-lebar menguasai kedua sisi kasur yang lumayan luas. Zayyad yang melihat itu, mengerjapkan matanya terheran-heran. "Dan kau mesum-" Zayyad membulatkan matanya. "Tidur di bawah!" Zayyad setelah mendengar itu, mukutnya setengah terbuka. Kedua tangannya terkepal, menekan rasa kesalnya. "Tapi aku adalah pemilik tempat ini, kenapa jadi kau yang mengatur?" "Aku tidak mengatur! Aku hanya mengatakan aku akan tidur di sini dan kau tidur di bawah" Itu sama saja! Zayyad memutar bola matanya. "Tidak! Kau yang tidur di bawah, aku tidur di sini" Zayyad menarik selimut, memaksa Alina yang

    Last Updated : 2021-06-24

Latest chapter

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Extra Chapter: Pernikahan Yang Bahagia 2

    Setelah makan siang, Zayyad mau tak mau harus bergegas ke perusahaan karena urusan mendesak. Alina yang tiduran santai di kamar, masih merasa penasaran sebenarnya apakah ada yang spesial dengan hari itu.Baru saja Alina membuka ponselnya dan sebuah notifikasi muncul. Tidak lain itu adalah pengingat anniversary pernikahannya dengan Zayyad yang ke enam."Ah, jadi hari ini anniversary pernikahan kami yang ke enam" Tanpa sadar mata Alina berkaca-kaca. Masih teringat dulu tekadnya yang akan segera bercerai dengan Zayyad setelah semuanya usai. Tapi tak mengira jalan takdir begitu indah, membuat hatinya luluh dan memutuskan untuk mempertahankan ikatan sucinya dengan Zayyad."Kira-kira aku beri kejutan apa ya?"Tepat di malam harinya. Alina mendapat telfon dari Maya. Seperti tebakannya, si kembar sedang nangis-nangis menolak pulang dan merengek minta menginap di rumah Maya. Kebetulan besok adalah akhir pekan, mereka tidak ke sekolah, akhirnya Alina memberi izin, "Janji gak buat repot aunty Ma

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Extra Chapter: Pernikahan Yang Bahagia 1

    Alina duduk santai di atas sofa setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Ferdi yang hanya fokus mengurusi hal-hal di luar vila, sudah menyelesaikan pekerjaannya dan pulang lebih awal. Sebelum itu Ferdi pamit pada Alina dan tentunya Alina tidak lagi judes seperti dulu. Perubahan sikap Alina itu membuat Ferdi sangat bersyukur.Alina melipat kedua kakinya di atas sofa dan memegang semangkuk buah strawberry di tangan. Menyalakan televisi, Alina menonton acara gosip pagi yang membosankan sambil mengemil strawberry segar kedalam mulutnya.Begitulah keseharian yang Alina jalani jika seorang diri di rumah. Zayyad pergi ke perusahaan dan anak-anak ke sekolah. Hanya Alina seorang yang berdiam diri di rumah. Tentunya hal itu tidak lagi membosankan, karena Alina sudah cukup terbiasa menjalani hari-hari panjangnya sebagai ibu rumah tangga."Sayang, aku pulang"Alina terkejut. Mendapati seseorang berbisik halus di telinganya dan kedua tangan besar yang memijat lembut pundaknya. Dengan strawberry di a

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Catatan Sifaaz

    Dear, My loyal readers..❤️ Sebelumnya saya ingin berterima kasih sekali untuk kalian semua yang sudah mengikuti kisah cinta sederhana Alina dan Zayyad yang tentu saja fiktif, tapi saya berharap kisah ini dapat menjadi sedikit menginspiratif. Novel yang terdiri dari dua ratusan chapter lebih ini, pernah membuat saya beberapa kali ragu dan pesimis dalam menyelesaikannya. Saya merasa cerita ini berubah menjadi membosankan dan alurnya terasa tidak lagi menarik. Terkadang saya berpikir, "Siapa yang akan membaca karangan membosankan ini?" Tapi melihat vote-an dan membaca beberapa komentar kalian yang saya temui di beberapa akhir chapter, rasanya saya seperti baru saja menemukan oasis di padang pasir. Seketika semangat saya bangkit dan saya berpikir— saya harus segera menamatkan kisah ini dan jangan sampai membuat para pembaca setia saya kecewa. Jujur, dukungan dan komentar positif kalian, sangat berperan besar dalam proses saya menamatkan cerita yang penuh

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Epilog

    Kini Alina hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Tidak pernah terduga, semua itu bermula dari perjodohan yang diatur neneknya. Alina yang bertekad kuat untuk tidak menikah, akhirnya terikat dalam ikatan sakral pernikahan dengan seorang pria asing. Alina yang berpikir untuk bercerai setelah semuanya usai, tapi takdir malah membuatnya terjerat dengan Zayyad.Segalanya berawal dari paket bulan madu dan hotel. Disinilah tragedi bermula atau lebih tepatnya sekarang Alina berpikir— puncak dari rezeki tak ternilai harganya lahir di dunia ini. Yang tak lain 'si kembar'. Kado terindah dalam hidup Alina. Yang membuat Alina tak ragu untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Zayyad, ayahnya si kembar.Lima tahun berlalu sudah. Vila Zayyad tidak lagi hening dengan keberadaan dua buah hati mereka. Zayyad yang sudah lama tak bekerja, memutuskan untuk kembali ke perusahaan demi menjadi sosok panutan ayah yang baik untuk putra putri mereka. Sedang Alina memutuskan untuk m

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   208. Menziarahi Kuburan

    Sekitar dua hari Alina terbaring di rumah sakit, Alina yang sudah tak tahan lagi membujuk Zayyad untuk segera membawanya pulang. Jikapun harus beristirahat, ia ingin merehatkan tubuhnya di rumah. Zayyad mengkonfirmasi ke dokter, apakah Alina dan anak mereka sudah bisa dibawa pulang. Setelah memperoleh izin dari dokter, mereka pun bersiap-siap untuk pulang. Maya turut membantu membereskan barang-barang. Di mobil, Alina duduk menggendong bayi perempuannya dan dan bayi laki-lakinya digendong Maya yang duduk di belakang. "Apa menurut mu kita perlu menyewa jasa babysitter?" Alina menoleh kearah Zayyad yang fokus mengemudi. Ini adalah pertama kalinya bagi Alina. Tapi tidak taunya sudah dapat dua saja. Alina takut akan linglung kebingungan merawat si kembar seorang diri nanti. "Tidak perlu. Kita kan sama-sama gak bekerja. Jadi menurutku, kita berdua saja sudah cukup" "Kamu yakin?" "Em" "Janji ya nanti mau ikut repot sama aku?" "Janji"

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   207. Kejutan Paling Indah

    Di sinilah aku terbaring sekarang. Di atas ranjang rumah sakit, di mana aku berjuang keras melahirkan makhluk kecil yang sudah ku kandung sembilan bulan lamanya. Rasanya seluruh saraf dalam tubuhku seperti akan putus, tenaga ku seakan habis. Perasaan itu begitu baru bagiku dan terasa cukup nyata. Berada antara hidup dan mati demi memperjuangkan makhluk hidup baru. Detik itu aku terpikir, apakah seperti ini yang ibu rasakan dulu ketika melahirkan ku? Aku meremas kain seprai ranjang rumah sakit, mengigit bibir bawah ku dan kembali mengejan. Hingga entah kapan seorang pria datang menyingkap tirai dan bergegas masuk. Sesaat aku melirik siapa yang datang. Itu tak lain adalah sosok tubuh dari pemilik mata coklat bening yang paling menawan yang pernah ku temui— Zayyad. Seketika bola mata hitam ku bergetar pedih. Aku tak mengerti kenapa, serasa dunia ku berhenti berputar hingga beberapa detik. Aku melihatnya datang padaku. Meraih tangan ku dan menggenggamnya

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   206. Pergi Ke Kota Z

    "Nenek, engga lama lagi cicit mu akan segera lahir" Alina tersenyum dan berbicara seorang diri. Alina mengelus perut besarnya dan wajahnya terus menoleh ke samping. Seakan-akan ada neneknya yang duduk tepat disebelah nya.Pemandangan dari ruang tamu itu, diam-diam di intip oleh Maya dan Zayyad. Maya menghela nafas berat dan menoleh pada Zayyad, "Kau lihat sendiri kan!" Maya bersuara pelan tapi tak mengurangi emosi marah dan kesal yang terukir jelas di raut wajahnya, "Sebulan sudah berlalu lagi dan Alina masih saja begitu. Zayyad, apa kau akan terus membiarkannya seperti ini?"Zayyad diam, memilih untuk tidak berkata apa-apa. Bukan hanya Maya yang mengkhawatirkan keadaan psikis Alina tapi dirinya pun juga. Hanya ia memutuskan untuk yakin, percaya dan sabar menanti. Kalau Alina akan segera menjadi Alina yang dulu— istrinya yang arogan, keras kepala dan tangguh."Kalau bukan karena aku menghargai keputusanmu sebagai suami dari Alina. Aku pasti akan memb

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   205. Perselisihan Maya Dan Zayyad

    Delapan bulan akhirnya berlalu sudah. Aura ibu hamil dari seorang Alina kian sempurna. Emosinya pun tampak jauh lebih stabil dari trimester pertama dan kedua. Perut Alina membesar dan itu cukup besar nyaris membuat Maya curiga kalau dugaannya itu benar. Bayi yang dikandung sahabatnya itu adalah kembar.Banyak baju yang Alina tidak muat memakainya dan nyaris sobek. Alhasil Zayyad membeli banyak baju khusus untuk ibu hamil buat Alina yang masih tinggal di rumah almarhum neneknya itu.Zayyad mengira kondisi Alina akan segera membaik, tapi ternyata sebaliknya. Istrinya itu mulai berhalusinasi kalau Erina masih hidup dan masih bersama dengan mereka di rumah kecil itu."Kamu udah siap buat buburnya?" Alina datang ke meja makan dan melihat Zayyad yang baru saja menghidangkan semangkuk bubur hangat."Sudah" Zayyad tersenyum. Ada setitik kesedihan jauh di dasar mata coklat bening itu."Kalau begitu aku bawa ke kamar nenek ya" Alina mengambil mangkuk bubur d

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   204. Alina Pergi Meninggalkan Vila

    Tiga hari setelah kabar duka itu. Para kerabat dari pihak Irsyad dan rekan Erina berdatangan ke vila Zayyad setiap malamnya untuk membaca Yasin. Termasuk dengan Maya dan keluarganya yang sudah hadir sejak hari pemakaman. Mereka menginap di vila Zayyad membantu Zayyad mengurus segala keperluan.Zayyad benar-benar lemah tak bertenaga dengan keadaan ini. Sepasang matanya terlihat kuyu dan tubuhnya mengurus. Ia sedih dengan kepergian Erina yang begitu mendadak. Salah seorang wanita di samping Alina yang baru-baru ini menjadi pengecualian dari rasa takutnya.Zayyad pun tak berdaya menghadapi dua orang yang di sayangi nya yang jelas begitu drop dengan kenyataan pahit ini. Kakeknya terus jatuh bangun tak sadarkan diri dan Alina yang sampai hari ini menolak kenyataan kalau Erina sudah meninggal.Tepat di hari pemakaman, kakeknya tersungkur jatuh mencium tanah dan Alina mengurung diri seharian di kamar neneknya dengan sepiring nasi goreng yang sudah basi. Nasi goreng yan

DMCA.com Protection Status