Share

52

Penulis: Kaeb
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-23 18:29:01

Kelopak yang menyembunyikan sepasang intan coklat pelan-pelan terbuka. Mengerjap beberapa kali sehingga penglihatannya yang buram menjadi jelas. Memerhatikan keadaan sekitar yang mana dia merasa agak berbeda dari biasanya. Bia menggeliat dan menemukan si gembul yang masih pulas di sebelahnya. Senyum si gadis mengembang.

Mengusap pipi bayi gembul dan mengamati wajahbya yang damai. Lama dia memandang muka putranya yang sayang sekali tak mengambil banyak dari wajahnya. Perawakan Bian sangat Bimantara–kecuali intan coklat dan kehebohan si bayi; Bia tahu bila sikap Bian adalah cerminan dari pribadinya.

Lama dia memandang wajah lucu, imut, menggemaskan yang minta di gigit tersebut, si gadis tersadar. Ini sudah pagi. Dia mesti membantu pekerjaan rumah tangga; menyiapkan sarapan, membangunkan si gembul dan memandikan. Dia bangkit dari berbaring–akibat gerakan yang dia lalukan, si bayi yang masih tertidur bergerak sedikit karena terganggu. Bia berhenti sejenak lalu mulai bergerak lagi perlahan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Beyna Berry
sambungan bila keluar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ikatan Hati   53

    Adnan Bimantara selaku paman dari bayi gembul nan lucu, imut, menggemaskan serta membuat geram–terkadang ingin dia remas pipi tembam atau tangan yang mirip bantalan-bantalan si bayi saking gemas–siang ini melakukan ospek ke beberapa Rumah Sakit. Berhubung libur juga tak ada janji di luar jam kerja, si sulung Bimantara menyempatkan diri mencari petunjuk mengenai ibu kandung dari keponakannya. Biasanya dia meminta asistennya untuk menghubungi pihak Rumah Sakit untuk menanyakan hal-hal sehubungan kelahiran dan nama bayi di Rumah Sakit tersebut atau meminta seseorang mendatangi langsung–seperti yang dia lakukan sekarang.Dia menemui kepala Rumah Sakit untuk meminta ijin bertemu Dokter yang menangani kelahiran sekitar tujuh atau delapan bulan lalu juga ijin melihat berkas-berkasnya. Tentu saja Adnan menggunakan nama ayahnya sebagai jaminan agar kepala Rumah Sakit memberi ijin.Karena Bian sakit kemarin, keinginan Adnan menemukan ibu kandung si bayi makin menggebu-gebu. Meski si gembul buka

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • Ikatan Hati   54

    “Aku pulang ....” Putra sulung Bimantara mengucap salam dengan nada tak bersemangat sembari berjalan ke ruang keluarga. Dia langsung menjatuhkan badan di single sofa dan memeluk bantal kecil di sana. Mulutnya maju beberapa senti mirip muncung bebek.Bungsu Biman yang juga berada di ruang keluarga duduk di sofa panjang–di sisi kanan tempat kakaknya duduk–sedang memegang botol susu si gembul yang duduk di pangkuan ayahnya – mukanya menempel di dada Adrian–memutar mata melihat tampilan kusut dari si sulung.Selain karena memang hari libur, si Biman muda memutuskan sisa tiga hari perjanjian menyelesaikan pekerjaan di luar kota dia gunakan untuk istirahat. Dia baru merasakan akibat kurang istirahat–hampir tak tidur selama empat hari! Jika dihitung waktu tidurnya cuma satu atau dua jam saja. Bawah mata si bungsu sedikit menghitam karena kurang tidur. Setengah hari ini pun dia habiskan beristirahat. Bila bukan karena si gembul yang merengek dan hanya mau bersamanya dipastikan Adrian masih be

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Ikatan Hati   55

    Cara dia memperoleh informasi soal si target bukan cuma dengan bertanya, pun dia bersosialisasi di lingkungan tempat tinggal si target. Jika informasi yang dibutuhkan klien seperti database, dia tidak perlu repot-repot keluar kamar. Tinggal otak-atik program di komputer, dia bisa mendapatkan apa pun. Beda cerita jika permintaan klien adalah mengetahui informasi seseorang. Kemal adalah tipe yang mengerjakan sesuatu secara sempurna, lengkap dan bersih–sampai tuntas. Maka dari itu dia rela keluar dari surganya dan berbaur dengan orang-orang.Saat ini dia bersosialisasi dengan warga desa di lingkungan sekolah tempat targetnya menuntut ilmu. Pun dia mencocokkan data yang di dapat di internet dengan di lapangan.Target yang dia selidiki; Rabia Anjasari – seorang gadis yang bisa bersekolah di SMA Bakti karena bantuan pemerintah. Penerima beasiswa dengan kategori yatim-piatu dan tak memiliki biaya pendidikan. Orang tua kandungnya tak diketahui. Nama yang digunakan adalah nama yang diberikan o

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-05
  • Ikatan Hati   56

    Hari masih menjelang malam. Pukul lima. Jadi, mengajak si gembul keluar tidak apa-apa. Pun sudah memberitahu pasangan Bimantara senior bahwasanya si tuan muda dan si pengasuh akan pergi keluar untuk membeli perlengkapan si gembul yang hampir habis. Rosa mengiyakan dengan senang hati, sementara Agam sedikit tak percaya melihat perilaku putra bungsunya.Adrian yang cuek dan jarang peduli itu makin melunak. Makin memperlihatkan sikap perhatian untuk si gembul. Tentu membuat sang Biman senior bahagia–tak perlu lagi memaksa, menyindir atau memerintah si bungsu agar mau memerhatikan si bayi.Mereka berangkat menggunakan kendaraan pribadi si bungsu; mobil. Bia duduk di kursi penumpang di sebelah si tuan muda sambil menggendong si gembul menggunakan alat bantu. Tak jarang mengajak si bayi bermain selama perjalanan. Bian sendiri asik melihat keluar melalui jendela, mengamati pemandangan di luar yang berlalu dengan cepat.Tempat yang dituju oleh si tuan muda adalah sebuah supermarket besar yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Ikatan Hati   57

    Deg-deg-deg-deg!Kira-kira begitu irama jantung Bia saat sang Tuan muda memegang kakinya–bukan cuma jantung saja yang bereaksi, melainkan seluruh tubuh. Badan si gadis meremang; merinding. Ada desiran aneh saat kulit si majikan menyentuh kulitnya yang membuat operasi jantung di dada makin tak karuan; seperti tersengat.Dulu ..., dia takut berdekatan dengan Adrian–karena teringat malam di mana Bian di adon–yang membuat si gadis takut bukan cuma kejadian naas tersebut, tetapi dia yang tidak sadar, pikirannya kusut dan gelap, aroma aneh yang masih diingat sampai sekarang; seperti menjadi momok terbesar baginya. Bia takut dia mengalaminya lagi. Dia takut tak bisa mengendalikan diri. Takut bila saat sadar dia menemukan dirinya di keadaan mengerikan itu. Bia tidak mau.Namun ..., perasaan takut yang menggerogoti pelan-pelan terkikis. Ditambah sikap si tuan muda yang terlihat biasa–minus cueknya. Interaksi mereka tidak berlebihan, tidak ada perlakuan buruk atau kekejaman yang pernah dia baya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Ikatan Hati   58

    Mereka sudah siap untuk kembali. Posisi sudah berubah; Adrian menggendong si gembul dan dia yang akan membantu si gadis berjalan. Namun, sebelum niatan untuk pulang terlaksana, ponsel si Biman muda yang di simpan di saku celana berbunyi. Sebenarnya malas untuk mengambil dan menerima telepon, apalagi di luar jam kerja. Tapi, lelaki tampan ini tahu jika bukan keluarganya yang menghubungi–karena mereka tahu dia sedang di luar dan bakal malas mengangkat telepon–terlebih dia memberikan nada khusus untuk kontak keluarganya.Jadi, dia meminta si pengasuh untuk duduk kembali–menunggu sebentar–kemudian merogoh saku dan mengambil alat komunikasi yang masih berdering. Melihat nama di layar ponsel, Adrian ingin mendengus namun menahan diri. Dia memutuskan menjawab panggilan tersebut.“Hn?”Sahutan yang tidak boleh ditiru ya teman-teman.“Hm?” si Biman muda memutar badannya. Seperti menemukan yang dicari, dia kembali menyahut suara di seberang. “Oke.”Alat komunikasi tadi dimasukkan lagi ke saku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Ikatan Hati   59

    Luka Bia sudah tak terlalu sakit. Warna memar–biru keunguan–di punggung kaki serta pinggang sisi kanan mulai memudar. Para Bimantara menyuruhnya untuk beristirahat sampai sembuh karena si gadis kesulitan bergerak maupun menggendong Bian. Pekerjaannya sementara diambil alih oleh Sri; cuma memandikan si gembul. Bagian memberi makan, membuatkan susu dan menidurkan si bayi dilakukan oleh para Bimantara secara bergantian. Lebih banyak si Biman bungsu sih yang melakukannya–Adrian sedang mendalami perannya sebagai seorang ayah.Lagi pula bungsu Biman itu sedang libur, jadi wajar dia yang menghabiskan waktu bersama si gembul.Pun Bia tidak mau berlama-lama beristirahat. Rasanya tak enak karena tidak melakukan apa-apa. Dirasa waktu istirahatnya cukup, si gadis memulai aktivitasnya kembali menjadi pengasuh dan pembantu rumah tangga di kediaman Bimantara. Apalagi putra bungsu Biman sudah masuk kantor lagi. Tak mungkin sang Atasan–Sri, selaku kepala pelayan– yang menggantikannya mengurus Bian. Sr

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Ikatan Hati   60

    Sewaktu di supermarket yang dia mendapat kecelakaan dari seorang anak kecil. Ada dua orang menghampiri si tuan muda dan salah satunya adalah gadis cantik berambut lurus itu. Ah, berarti teman bungsu Biman juga? Bia segera menundukkan kepala sedikit sebagai penghormatan.“Boleh aku masuk?”Bia mengangguk dan mempersilahkan gadis itu masuk. Si pengasuh menutup pintu kembali saat si gadis cantik berambut lurus melewatinya kemudian mengekor di belakang. Sesampai di ruang tengah langkah si gadis cantik terhenti tatkala pupilnya menemukan seseorang lain yang dikenali berada di kediaman Bimantara. Bia buru-buru undur diri untuk menyiapkan suguhan sebab dua orang teman tuan mudanya datang.“Oh, Naomi!” si gadis yang duduk di karpet menyapa. Betah duduk di lantai bersandar kaki sofa. Sementara si gembul yang berada dalam pengawasannya masih aktif menandai daerah kekuasaannya dengan merangkak.Sudut bibir si gadis yang namanya di sebut barusan berkedut. Ingin berdecak, tetapi akhirnya menyunggi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27

Bab terbaru

  • Ikatan Hati   82

    Adrian Bimantara; tokoh utama kita yang berwajah tampan, tetapi sayang parasnya sangat berbanding terbalik dengan mimik muka yang selalu datar mirip pantat teplon baru saja tiba di depan sebuah gedung berlantai dua yang tidak terlalu besar. Gedungnya di cat putih khas gedung-gedung Rumah Sakit pada umumnya. Ya, dia baru sampai di halaman Rumah Sakit yang diberitahukan oleh sopir pribadi ayahnya mengenai keberadaan si buah hati serta si pengasuh.Entah ada urusan apa sampai mereka ke Rumah Sakit, mana jaraknya cukup jauh dari kota. Si Bimantara muda saja membutuhkan setengah jam, apalagi kalau pakai kendaraan umum. Pasti lebih lama.Dia memarkirkan mobilnya di parkiran khusus roda dua, mematikan mesin lalu keluar dari kendaraan pribadinya. Tak lupa dikunci lagi. Adrian berjalan masuk ke dalam gedung Rumah Sakit. Tapi, baru kakinya menginjak lobi, pemuda ini ingat sesuatu. Bagaimana dia menemui si pengasuh di sini? Adrian tidak tahu si pengasuh berada di mana, sedang apa dan menemui sia

  • Ikatan Hati   81

    Adrian Bimantara adalah tipikal pria tepat waktu. Benci keramaian dan senang menyendiri. Tipe-tipe introvert, sih. Ah, tapi bukan itu yang mau kita bahas. Bimantara muda tersebut adalah seseorang yang selalu on time; on time sampai di kantor dan on time pulang bekerja. Jadi, saat jam menunjukkan jam pulang–biasanya sekitar pukul lima sore–maka dia akan membereskan semua pekerjaan–menyisihkan yang mesti dilakukan besok atau yang memiliki tenggat waktu lebih lama. Bukan tak mau bekerja keras. Tetapi, buat apa membuang waktumu di saat pekerjaan selesai dan diberikan kelonggaran untuk pekerjaan lainnya? Pun tak cuma badan yang butuh istirahat, otak yang digunakan saat bekerja juga perlu tenang. Karena dia memang tidak suka kelayapan, maka tujuan utama pria tampan minim ekspresi ini adalah rumah; kediaman Bimantara. Sewaktu sampai di basemen lalu berpisah dengan beberapa staf yang satu lift dengannya, lelaki tinggi itu berjalan ke arah ia memarkirkan mobilnya. Namun, langkah Adrian ter

  • Ikatan Hati   80

    “Erm, Tuan.”Yang mau Bia sampaikan bukannya hal aneh, tapi si gadis kelihatan bingung.“Bilang aja,” ujar si Tuan Besar memaklumi gerak-gerik gadis di depannya. Ya, gadis sederhana tersebut punya kepribadian sangat sungkan terhadap orang lain. Meski mungkin yang dikatakan atau dilakukannya bukan sesuatu yang bisa membuat rasa tak enak di hati.Bia mengambil sesuatu dari saku celananya dan menyodorkan pada sang Kepala keluarga. “Sudah waktunya imunisasi Bian, Tuan.”“Kukira kenapa. Kau membuatku berpikir ada sesuatu yang buruk.” Agam menerima buku yang disodorkan si gadis. Buku catatan ibu dan anak. Membuka dan melihat halaman terakhir. Dia ingat di sana memang ada tertulis jadwal selanjutnya dan benar tanggal yang tertera adalah tanggal hari ini. “Aku akan minta Danu untuk antar kamu.”Si gadis menggeleng. “Boleh saya pergi sendiri, Tuan? Saya janji bakal kembali sebelum malam.” Teringat kejadian waktu lalu, Bia tidak berani membawa si gembul sampai malam. Dia benar-benar akan kembal

  • Ikatan Hati   79

    Bia terharu. Sungguh. Dia tak mengira. Sang Bimantara senior bahkan mengingatnya dan meminta si photographer untuk mengambil gambarnya. Memegang erat gambar yang ukurannya tidak besar–Agam sengaja meminta di cetak untuk ukuran dompet supaya si gadis bisa menyimpannya tanpa membuat orang lain curiga–lalu di dekatkan dengan dada.Gambar ini akan menjadi penenangnya saat rindu menyerang dan tak bisa bertemu putranya. Apalagi ketika dia keluar dari kediaman Bimantara. Bia mesti mempersiapkan batinnya agar tidak merengek nantinya.“Sama-sama.”Agam sudah menduga jika Bia akan senang, tapi tak memperkirakan si gadis bakal menunjukkan muka sendu kemudian. Entah apa yang dipikirkan oleh gadis itu, tapi ia pun akan berusaha agar Bia tidak berpisah dengan putranya. Dia mengambil sesuatu lagi dalam laci. Kali ini menyerupai buku yang sekali lagi diserahkan pada si pengasuh.“Saya udah pernah bilang sama kamu, sekalipun kamu nggak minta apa pun, ini adalah hasil kerja keras kamu.”Bia menatap ben

  • Ikatan Hati   78

    Hari ini hampir semua Bimantara berkumpul di rumah; hari minggu. Kecuali sang Nyonya yang sedang ada project di luar. Jadi, tak heran melihat si bungsu berada di ruang tengah sedang memainkan ponsel.Oh, dia sedang membaca artikel-artikel yang ditemukan di internet. Artikel tentang apa? Ahem, ingat soal si bungsu ini yang sempat berpikir untuk meriset sesuatu yang tidak dimengerti? Berhubung libur dan tak membawa pulang pekerjaan–dia jarang melakukannya, sih–jadi dia merisetnya sekarang. Mengetikkan sebaris kalimat di kotak pencarian sehingga bermunculan hasil yang sesuai dengan kata kunci yang dimasukkan. Si Biman muda mencari tahu sehubungan dengan hatinya yang terasa aneh dan jantung yang berdebar lebih cepat saat bersama seseorang.Dan rata-rata artikel yang dia temukan serta baca malah berisi pertanyaan lain yang membuatnya bingung. Apa hubungannya dengan yang ingin dia ketahui? Pertanyaannya adalah; ‘apa kamu juga sangat memedulikan orang itu? Merasa nyaman?’ lalu diakhiri kata,

  • Ikatan Hati   77

    Bia terdiam. Mencerna perkataan si tuan muda. Mencoba mengingat kembali saat dia membawa Bian imunisasi lalu ... ah, dia ingat. Waktu itu si tuan muda bilang; ‘ingat posisimu, pengasuh’. Dia memang merasa sakit waktu itu. Tapi, rasa sakitnya sudah hilang. Tak disimpan lama-lama dalam hati. Bia berusaha melupakannya. Dia segera menggeleng. “Tuan nggak perlu minta maaf. Sa-saya juga salah. Saya cuma kasih tahu Tuan Besar, nggak tuan Adrian.”Senyum yang tadinya tersemat cuma tipis, kini terukir lebar. Lama-lama menjadi kekehan kecil lalu tawa. Suasana yang semula sendu karena si gadis menangis berubah drastis sebab tawa halus meluncur dari bibir tipis si Biman muda. Tawa ringan yang mencairkan hawa dingin. Tawa yang membuat linangan air mata berhenti. Tawa yang membuat satu organ di dada berdegup keras. Tawa yang menghangatkan udara malam.Bia terhenyak. Menikmati suara tawa yang kedua kali dia dengar. Tawa dari si Biman muda yang membuat jantungnya jadi berdebar-debar dan wajahnya pana

  • Ikatan Hati   76

    Dua pertanyaan yang diajukan dengan nada santai barusan membuat gadis berpakaian sederhana yang kebingungan jadi kelabakan. Dia buru-buru–tetap merasa ragu–duduk di sebelah si tuan muda di sisi yang kosong. Memberi sedikit jarak agar tidak menempel atau bersentuhan dengan si tuan muda. Bia gugup, tentu saja. Pertama, posisi duduk yang bersebelahan–walau dia memberi celah–tetap terbilang dekat. Kedua, dia tak tahu apa yang ingin dibicarakan oleh si tuan muda. Apa tentang hari ini? Kehebohan yang terjadi? Tentang Bian? Atau malah si gadis yang menjadi calon istri?Suara jangkrik terdengar. Ahem.Si gadis duduk sembari menautkan kedua jemari. Dia sedang bingung dan gugup. Bertanya-tanya dalam hati apa yang ingin dibicarakan oleh si tuan muda. Sedang si Biman muda menarik napas lalu dihembuskan. Sejenak menenangkan diri. Oh, bukan karena dia bakal mengajak bicara si pengasuh, tetapi karena lelah batin yang dirasa karena kejadian yang cukup menguras emosi hari ini.“Aku nggak berharap bany

  • Ikatan Hati   75

    “Rabia nggak mungkin kayak gitu.” Adnan memberanikan diri bersuara.Agam menghela di tegangnya suasana. “Iya. Saya juga tahu, Bia nggak akan seperti itu.”Adam menyungging seringai tipis mendengarnya. Sementara Naomi tak percaya jika Bimantara-Bimantara lain tak ada yang membela. Dia melirik ke arah calon ayah mertua, ibu mertua dan kakak ipar yang sama sekali tak melihat ke arahnya. Pun orang yang dia sukai ternyata diam di tempat tanpa mencoba menyelamatkan dirinya. Kenapa mereka semua malah membela perempuan udik itu?“Yeah ..., saya tahu,” imbuh si Tuan Paling Besar. Dia kembali menatap si gadis cantik bersurai lurus. “Kamu tahu kenapa?”Naomi menelan ludah. Dia tidak berdaya.“Bia mempunyai naluri seorang ibu, sedangkan kamu tidak.”Kalimat sang Bimantara senior barusan menohok seorang pemuda di tempatnya bersimpuh. Naluri seorang ibu? Si pengasuh juga pernah membahasnya. Orang yang bisa merawat Bian mesti memiliki naluri seorang ibu.“Saya rasa Bia malah menganggap Bia seperti a

  • Ikatan Hati   74

    “Tadi pagi siapa saja yang bareng sama Bian?” Tanya sang Biman senior sembari membenarkan posisi baju si gembul dan membiarkan bayi buntal itu bermain-main sendiri di karpet; berguling ke kiri dan ke kanan, telungkup lalu tertawa sendiri. Melakukan itu berulang-ulang.Sebenarnya enggan mengatakannya, sebab Bia tidak bisa memastikan. Kalau salah tunjuk, bagaimana? Dia yang bakal menanggung. Apalagi sikap menghakimi tanpa bukti kan salah. Tapi, tidak ada orang lain yang bersama Bian waktu itu. Si gadis menghela. Pun karena sudah terjadi dan membuat bayinya terluka, dia tak ingin kejadian serupa terulang.“Saya nggak mau nuduh. Tapi, orang yang terakhir kali sama Bian adalah Nona Naomi.” Katanya serius menatap mata hitam milik sang Bimantara.“Naomi?” Adam mengulang. “Naomi Wibowo?”“Nona Naomi kemari untuk belajar rawat Bian sebagai calon istri Tuan Adrian,” Bia memberitahu. Ini bukan rahasia, kan? Semua penghuni rumah tahu.Sang Biman senior tahu; dia tak bisa ikut campur untuk masalah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status