Luka Bia sudah tak terlalu sakit. Warna memar–biru keunguan–di punggung kaki serta pinggang sisi kanan mulai memudar. Para Bimantara menyuruhnya untuk beristirahat sampai sembuh karena si gadis kesulitan bergerak maupun menggendong Bian. Pekerjaannya sementara diambil alih oleh Sri; cuma memandikan si gembul. Bagian memberi makan, membuatkan susu dan menidurkan si bayi dilakukan oleh para Bimantara secara bergantian. Lebih banyak si Biman bungsu sih yang melakukannya–Adrian sedang mendalami perannya sebagai seorang ayah.Lagi pula bungsu Biman itu sedang libur, jadi wajar dia yang menghabiskan waktu bersama si gembul.Pun Bia tidak mau berlama-lama beristirahat. Rasanya tak enak karena tidak melakukan apa-apa. Dirasa waktu istirahatnya cukup, si gadis memulai aktivitasnya kembali menjadi pengasuh dan pembantu rumah tangga di kediaman Bimantara. Apalagi putra bungsu Biman sudah masuk kantor lagi. Tak mungkin sang Atasan–Sri, selaku kepala pelayan– yang menggantikannya mengurus Bian. Sr
Sewaktu di supermarket yang dia mendapat kecelakaan dari seorang anak kecil. Ada dua orang menghampiri si tuan muda dan salah satunya adalah gadis cantik berambut lurus itu. Ah, berarti teman bungsu Biman juga? Bia segera menundukkan kepala sedikit sebagai penghormatan.“Boleh aku masuk?”Bia mengangguk dan mempersilahkan gadis itu masuk. Si pengasuh menutup pintu kembali saat si gadis cantik berambut lurus melewatinya kemudian mengekor di belakang. Sesampai di ruang tengah langkah si gadis cantik terhenti tatkala pupilnya menemukan seseorang lain yang dikenali berada di kediaman Bimantara. Bia buru-buru undur diri untuk menyiapkan suguhan sebab dua orang teman tuan mudanya datang.“Oh, Naomi!” si gadis yang duduk di karpet menyapa. Betah duduk di lantai bersandar kaki sofa. Sementara si gembul yang berada dalam pengawasannya masih aktif menandai daerah kekuasaannya dengan merangkak.Sudut bibir si gadis yang namanya di sebut barusan berkedut. Ingin berdecak, tetapi akhirnya menyunggi
“Aku nggak akan tertipu sama omong kosong kalian!”“Kenapa memangnya kalau partner Adrian kampungan? Apa itu urusan kamu? Apa kamu berhak ngatur hidup Adrian? Apa kamu yang urus pasangan hidup orang lain? Naomi, kamu bukan siapa pun di kehidupan Adrian!” Tak lagi menggunakan nada ramah, Sarah mengeluarkan unek-unek dalam hatinya.Si gadis cantik berambut lurus terkejut atas balasan yang diberikan Sarah. Tak menyangka bila perempuan itu berani membantah. Dia berdiri dari sofa, menatap sinis dua orang di lantai; si Nyonya Pramana dan perempuan yang dikatakan adalah partner calon suaminya.“Aku adalah calon istri Adrian. Bukan siapa pun? Mungkin itu kamu, Sarah. Kamu juga bukan siapa pun bagi Bimantara.” Naomi ingin menunjukkan kedudukan; dia lebih tinggi. Dia punya korelasi dengan Bimantara. Bukan cuma sekedar teman sekolah. “Aku bakal bicara dengan Om Agam dan Adrian mengenai hal ini dan membuat kalian dibenci. Kh, untukmu mungkin di pecat,” Naomi mengakhiri ucapannya dan pergi.Setela
Melihat reaksi mama, papa dan kakaknya, si Biman muda menghela. Dia tidak langsung menjelaskan maksud perkataannya, namun beranjak dari sofa karena tak berminat melanjutkan pembicaraan. “Ya, silakan. Aku juga nggak mau menikah gitu aja. Aku bakal minta dia untuk buktiin kalau dia bisa jadi mamanya Bian baru menikah. Aku nggak mau Bian diasuh sama orang yang salah.”Sepertinya sifat kebapakan si bungsu mulai tumbuh.Adrian meninggalkan ruang tengah. Tak terlalu peduli bagaimana akhir pembicaraan karena dia sudah mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Tak perlu basa-basi mengajukan diri menemukan keluarga Wibowo, pun dia malas ke sana. Tidak mood. Tidak mau bertemu si gadis bernama Naomi.Si Biman muda berjalan ke arah kamarnya, namun berhenti di depan pintu ruangan di sebelah kamarnya yang terbuka. Melihat si pengasuh yang merapikan kasur si gembul. Ah, sebelum acara pembicaraan serius di ruang tengah di mulai, Bia membawa Bian ke kamar untuk di tidurkan. Mungkin si gembul sudah lela
“Jadi ... apa menurut kamu; dia cocok jadi mamanya Bian?” Adrian penasaran dengan jawaban si pengasuh.Bia menunduk. Operasi jantungnya makin menggila. Bila kemarin-kemarin dia deg-degan karena takut, malam ini jantungnya seperti mau copot karena sikap ramah si tuan muda. Sikap yang tak pernah terlihat di depannya. Sikap yang tidak baru pertama kali dia rasakan. Ada apa dengan tuan mudanya itu? Apa terjadi sesuatu sebelum bungsu Biman tersebut datang ke kamar Bian? Bia menerka-nerka walau dia tidak menemukan jawaban.“Sa-saya nggak berani berkomentar, Tuan.” Katanya menjawab. Meski dalam hati Bia ingin menolak. Tak mau Bian diasuh oleh orang sombong begitu.“Ya udah. Aku ngerti. Makasih.” Dia mengangguk. “Dan maaf nahan kamu di sini. Kamu boleh pergi.”Buru-buru si gadis menundukkan kepala sebagai bentuk pamit dan berjalan keluar kamar. Dia menarik pintu sepelan mungkin sampai tertutup lalu berlari menjauh. Tak kuat. Jantungnya tidak kuat! Tuan mudanya aneh! Sangat aneh.Di dalam kama
“Juga ... kabar ini sengaja nggak kami sebar karena nggak mau menyebabkan rumor.” Agam menghela. “Adrian udah punya seorang anak laki-laki.”“Oh!” Chandra masih terlihat kalem meski sedikit tersentak atas apa yang baru di dengar. “Apa karena itu Adrian nolak di jodohkan?”“Sedari awal tahu tentang perjodohan ini, aku udah protes sama Papa,” ujar si Biman muda cuek. Tidak peduli perkataannya menyakiti seorang gadis cantik berambut lurus di seberang.Naomi masih tidak menyangka bila lelaki yang dia sukai, bahkan secara terang-terangan dia tunjukkan berkata bahwa tidak setuju tentang perjodohan mereka. Padahal dia berusaha agar seimbang untuk berada di sebelah si bungsu Bimantara. Ya, dia sengaja menaikkan status sosialnya sebagai Naomi Wibowo agar orang-orang tidak memandang rendah dan dia bisa bersanding setara dengan Adrian–yang di puja banyak wanita.Selain sebagai Bimantara, memiliki ketampanan di atas rata-rata, si Biman muda dikenal sebagai pekerja keras dan mandiri. Meski bekerja
“Baik? Pengertian?” Hampir si bungsu Bimantara ini tertawa. Terlebih jika mengingat apa yang terjadi di rumahnya yang sebelum dia bertanya pada pengasuhnya, Sarah memberi laporan duluan. Menceritakan kronologi peristiwa kedatangan Naomi dan apa saja yang diucapkan oleh gadis itu. “Lo tahu apa yang aja yang dia bilang tentang anak gue? Dia bilang anak gue menjijikkan.”Ahem. Bukan anaknya sih, melainkan si pengasuh. Tapi, sama saja mengatai anaknya! Sebab waktu itu Sarah mencoba bersandiwara dia memiliki seorang partner yang membuat Naomi mengeluarkan kata-kata tak pantas.Helmi terkejut. Dia tak percaya. Tidak mungkin Naomi mengatakan kata-kata begitu. Dia yakin bila adiknya adalah gadis yang polos dan baik dalam bertutur kata. Tak mungkin Naomi sampai mengatai seseorang. Apalagi yang dikatai adalah anak Adrian. Naomi rak akan mungkin mengatai seorang anak kecil, dia sangat yakin!“Sebenarnya gue nggak mau perempuan kayak gitu jadi ibu dari anak gue.”“Naomi nggak mungkin begitu. Jang
Bayi gendut menggemaskan minta di cubit itu di ranjang sedang bertelungkup dengan bokong yang naik dan kepala menempel di kasur. Sesekali berguling ke kiri atau ke kanan karena merasa bosan tak berhasil melakukan apa yang diinginkan. Tapi, Bian bukan baby yang gampang menyerah! Si gembul akan mencoba lagi dan lagi! Membuat sheet yang terpasang berantakan dan posisi awalnya berada di tengah kini sudah berada di sudut kasur. Membuat senyum si gadis yang menghampiri mengembang.Pupil si gadis cantik menyipit. Dia berhasil menenangkan diri dari gelisah yang dirasa karena intimidasi tadi. Menatap tak suka punggung luruh perempuan di depannya. “Walaupun Adrian yang bilang, tapi aku nggak akan semudah itu percaya. Kamu partner Adrian, huh?”Walau mendengar itu, langkah si pengasuh tak berhenti. Dia sama sekali tidak tertarik persoalan partner tuan mudanya. Lebih memilih si gembul yang kelihatan senang karena melihatnya lalu menggendong si bayi sembari duduk di tepi ranjang. Bia mendudukkan B