Share

Bab 6: Rencana Kaelen

Author: Sylus wife
last update Last Updated: 2025-01-24 17:02:14

Kaelen duduk dengan santai di kursi rias, sementara Kamila berdiri di belakangnya, tangan terampilnya sibuk menata rambut pria itu. Rambut biru tua Kaelen yang bergelombang mengingatkan Kamila pada gulungan ombak di laut saat badai, liar tetapi memancarkan pesona yang sulit untuk tidak diperhatikan. Dengan gerakan lembut, Kamila merapikan poni Kaelen, memastikan setiap helainya berada di tempat yang sempurna.

"Omong-omong," suara Kaelen memecah keheningan, nada suaranya penuh rasa ingin tahu. "Kenapa kau kepikiran untuk melamar jadi MUA di sini?"

Kamila berhenti sejenak, menghela napas panjang sebelum menjawab. "Aku dipecat dari agensi tempatku bekerja." Ucapannya terkesan ringan, tetapi Kaelen dapat menangkap nada getir yang terselip di sana.

Kaelen memiringkan kepalanya, alisnya terangkat. "Dipecat?" ulangnya, nada suaranya penuh keterkejutan. "Kenapa?"

Kamila hanya mengangkat bahu kecil, berusaha menutupi emosinya. "Tidak tahu, aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa dipecat," jawabnya dengan nada malas yang tidak sepenuhnya menyembunyikan rasa frustrasinya.

Kaelen hendak melontarkan komentar, tetapi Kamila segera menyela. "Tutup mata!" titahnya tiba-tiba. Tangannya memegang botol hair spray, bersiap menyemprotkan cairan untuk menjaga tatanan rambut Kaelen tetap rapi.

Tanpa banyak protes, Kaelen memejamkan matanya. Wajahnya yang kini tanpa ekspresi, dengan kelopak matanya yang tertutup, memberikan kesan damai yang jarang terlihat pada pria itu. Kamila menyemprotkan hair spray dengan hati-hati, memastikan rambut Kaelen tetap sempurna, bahkan dalam kondisi tertiup angin sekalipun.

Setelah selesai, Kaelen membuka matanya perlahan, pupil biru lautnya menatap Kamila. Ada sesuatu dalam tatapannya yang seakan ingin menembus dinding pertahanan Kamila. "Kenapa? Coba sini ceritakan pada kakak!" ucapnya dengan nada setengah memerintah, tetapi juga terdengar tulus.

Kamila mendengus, seakan mencoba menepis kekesalannya, sebelum akhirnya bicara. "Entahlah, Kak. Aku merasa seperti Bleon dan—"

Belum sempat Kamila menyelesaikan kalimatnya, Kaelen langsung memotong. "Bleon?" Ia mengulangi nama itu dengan nada mencemooh. "Oh... Anak menyebalkan itu..." Kaelen mendengus, pandangannya kini penuh dengan kilatan emosi.

Kamila mengangkat alis, tidak menyangka reaksi itu. "Kak Kaelen tahu?" tanyanya asal, tetapi sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, ia sendiri menjawab pertanyaannya. "Tentu saja tahu! Dia juga artis yang sedang naik daun."

Kaelen menegakkan tubuhnya, melipat kedua lengannya di dada. "Tahu? Aku bukan hanya tahu! Aku muak dengan anak itu!" Nada suaranya kini penuh kekesalan yang nyaris menampar suasana tenang sebelumnya. "Aktor baru itu merasa dirinya sudah di atas levelku. Padahal kalau kau ingin tahu, dia berhasil memerankan peran utama di drama itu karena aku sedang sakit. Sakit, Kamila!" Kaelen menekankan kata terakhir dengan penuh rasa tidak terima. "Andai saja aku tidak sakit, dia tidak akan pernah menyentuh peran itu, apalagi setenar sekarang. Dia harusnya berterima kasih padaku!"

Kemarahan Kaelen seperti badai yang mendadak meledak di tengah lautan tenang. Kamila hanya berdiri di belakangnya, memandangnya dengan ekspresi datar yang sulit ditebak. Ia mengangguk-angguk kecil, tetapi dalam hati ia merasakan sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat pikirannya melayang pada betapa seriusnya dunia yang mereka jalani. Di balik gemerlap lampu dan sorotan kamera, ada kompetisi yang tak henti-hentinya membakar hati mereka.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Kamila kembali pada tugasnya. Tangannya merapikan poni Kaelen dengan gerakan pelan dan hati-hati, seakan mencoba menenangkan badai yang baru saja meledak. Wajah Kaelen masih tegang, tetapi ia tidak melanjutkan kata-katanya. Hanya suara kecil dari hair spray yang memenuhi ruangan, menyelimuti mereka dalam keheningan yang aneh tetapi tidak sepenuhnya canggung.

Kaelen menatap Kamila dari pantulan cermin, alisnya terangkat penuh rasa ingin tahu. "Oh, iya, apa penyebabmu dipecat? Apa yang si Bleon atau si Blo'on itu lakukan padamu?" tanyanya, mencoba mengorek informasi lebih dalam.

Kamila mendesah panjang, suaranya menggantung di udara seperti beban berat yang sulit ia lepaskan. Ekspresi kesal dan jijik terpancar jelas dari wajahnya. "Entahlah... Sepertinya dia punya hubungan spesial dengan Maleta," jawabnya dengan nada penuh ketidakpuasan.

Kaelen mengerutkan dahi. "Maleta? Siapa lagi? Namanya seperti Melata. Apa dia sejenis ular?" tanyanya dengan nada sarkastik, mencoba membuat suasana sedikit lebih ringan. Tetapi Kamila tetap terlihat serius.

Kamila memejamkan mata sejenak, seolah berusaha menenangkan pikirannya sebelum menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. "Umm..." Ia terdiam, tampak ragu untuk melanjutkan. "Bagaimana cara menceritakannya padamu ya?" gumamnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat.

Setelah beberapa detik, ia menjentikkan jari, sebuah tanda bahwa ia sudah menemukan cara untuk mengatakannya. "Intinya, aku dipecat karena riasan bagian bibir Bleon luntur. Aku dianggap tidak kompeten dalam mendandani Bleon. Tapi kenyataannya, kau tahu apa penyebab riasan bibirnya luntur?" Matanya memandang Kaelen tajam, penuh dengan emosi yang tertahan.

Kaelen menggeleng pelan, matanya menatap Kamila dengan penuh perhatian. "Mungkin... Dia menjilat bibirnya sendiri? Lalu memfitnahmu?" tebaknya, mencoba menganalisis situasi dengan gaya bercandanya yang khas.

"Bagian fitnahnya sudah benar!" seru Kamila, kali ini dengan nada yang sedikit bersemangat, meskipun emosinya masih terlihat jelas.

Kaelen mengangkat alis, penasaran. "Jadi, bagaimana cara dia menghilangkan riasan di bibirnya?"

Wajah Kamila tiba-tiba berubah, ekspresinya menjadi sedikit canggung. Ia mendekat ke arah Kaelen, menundukkan kepala hingga wajahnya hanya beberapa inci dari telinga pria itu. Dengan suara berbisik yang hampir tidak terdengar, ia berkata, "Itu... Agak sedikit vulgar, bahkan mungkin sangat vulgar. Bleon dan Maleta... Berciuman!"

Kata-kata itu seperti bom yang meledak di telinga Kaelen. Seketika wajahnya memerah, rona merah merambat dari telinga hingga ke lehernya, seperti kepiting yang baru saja direbus. Matanya membelalak, menatap Kamila dengan campuran keterkejutan dan rasa tidak percaya. "Benarkah? Ini akan menjadi skandal yang luar biasa!" ucapnya dengan suara yang setengah tercekik.

Kamila mengangguk pelan, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku. Ia membuka galeri dan menunjukkan sebuah video yang tampak direkam secara diam-diam oleh dirinya sendiri. Dalam video itu, jelas terlihat Bleon dan Maleta melakukan tindakan asusila di ruang rias. Wajah Kamila tetap datar, tetapi ada kilatan kemarahan di matanya. "Aku punya videonya," katanya singkat, menyerahkan ponsel itu pada Kaelen.

Kaelen menerima ponsel itu dengan tangan gemetar. Matanya terpaku pada layar, menyaksikan bukti nyata dari tindakan Bleon dan Maleta. Sebuah senyuman licik perlahan muncul di wajahnya, senyum yang penuh dengan rencana licik yang sedang ia susun di kepalanya. "Berikan video itu padaku!" serunya dengan nada penuh semangat. "Aku akan membuat kariernya hancur dalam hitungan jam hanya dengan menggunakan video tersebut."

Related chapters

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 7: Hancurlah Reputasimu, Bleon!

    "Apa rencanamu?" tanya Kamila, alisnya terangkat penuh rasa penasaran. Matanya menatap Kaelen, menunggu jawaban yang selalu penuh kejutan dari pria itu.Kaelen menyandarkan tubuhnya dengan santai di kursi rias, ekspresi penuh percaya diri terpancar dari wajahnya. Dengan gerakan ringan, ia melambaikan tangannya, memberi isyarat agar Kamila mendekat. "Kemarilah," ujarnya pelan, namun suaranya terdengar seperti sebuah perintah.Kamila mencondongkan tubuh, mendekatkan telinganya ke bibir Kaelen. Suara pria itu berubah menjadi bisikan yang begitu lembut, namun tegas, menggema di pikirannya. "Hari ini adalah hari di mana aku mengadakan fan meeting di mall Jayakarta," katanya.Mata Kamila langsung membulat, keterkejutan jelas tergambar di wajahnya. Ia mundur sedikit, menatap Kaelen dengan ekspresi penuh antisipasi. "Benarkah? Itu adalah mall yang sama dengan lokasi Bleon. Itu artinya...."Kaelen mengangguk dengan pelan, gerakannya mengisyaratkan sebuah k

    Last Updated : 2025-01-25
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 8: Skandal Murahan

    Sesuai rencana, saat proyektor kecil memancarkan video ke spanduk putih besar di langit-langit Mall Jayakarta, perhatian semua orang langsung tertuju ke sana. Video itu hanya berdurasi beberapa detik, cukup untuk menunjukkan adegan mengejutkan—Bleon, aktor baru yang sedang naik daun, tertangkap kamera mencium MUA-nya dengan mesra di ruang rias. Suasana yang semula riuh menjadi hening. Tatapan terkejut, bisikan-bisikan, dan ekspresi tidak percaya memenuhi mall.Sebelum orang-orang sempat menyadari dari mana video itu berasal, operator Kaelen dengan sigap mematikan proyektor dan menyembunyikannya ke dalam tas hitamnya. Kamila, yang mengamati dari sudut, tersenyum puas. Tahap pertama rencana ini berjalan mulus. Namun, ia tahu, ini baru permulaan.Dengan langkah santai namun penuh tujuan, Kamila menjauh dari kerumunan. Ia mencari tempat yang tenang untuk melanjutkan tugas berikutnya—mengunggah video tersebut ke media sosial. Ia telah menyiapkan beberapa akun anonim, lengkap dengan fitur i

    Last Updated : 2025-01-26
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 9: Aku punya uang

    Setelah acara fan meeting yang sukses besar bagi Kaelen, dia dan Kamila kembali ke agency mereka dengan penuh percaya diri. Namun, suasana tegang langsung terasa begitu mereka tiba. Tommy, manajer senior di agency, berdiri menunggu di tengah ruang utama dengan ekspresi tajam. Tangan Tommy terlipat di dada, napasnya terdengar berat seperti sedang menahan ledakan emosi."Kalian!" seru Tommy dengan nada dingin. Matanya menatap tajam ke arah mereka berdua. "Apa kalian yang merencanakan penyebaran video aib Bleon ke media sosial?"Kamila, yang sebelumnya masih tersenyum puas, langsung panik. Matanya membelalak, tangannya refleks menunjuk ke arah Kaelen tanpa berpikir dua kali. "Bukan saya, Pak! Kak Kaelen yang melakukannya!" jawabnya cepat, nyaris memohon ampun.Kaelen hanya tersenyum sombong, santai seperti biasa, bahkan seolah menikmati situasi ini. "Kenapa? Popularitasnya hancur, ya?" tanyanya dengan nada penuh kemenangan, sambil menyilangkan tangannya di dada.Tommy menghela napas panj

    Last Updated : 2025-01-27
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 10: Konspirasi yang penuh bahaya

    "Apa kau berhasil menemukan keberadaan Kamila?" tanya Bleon dengan suara dingin, tatapannya menusuk ke arah Jeremiah yang masih sibuk dengan ponsel di tangannya. Nada suaranya mengandung ketegangan yang sulit disembunyikan, mencerminkan kekalutan yang perlahan menggerogoti pikirannya. Jeremiah menutup salah satu panggilan dengan wajah lelah, menggeleng pelan sambil mendesah. "Belum. Setelah dipecat dari agency ini, dia seolah-olah lenyap begitu saja. Aku sudah mencari di berbagai agency lain, tetapi tidak ada catatan bahwa dia bekerja di tempat mana pun." Suaranya terdengar tegas, namun jelas ada nada frustrasi yang tak bisa ia sembunyikan. Bleon mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Dengan tiba-tiba, dia memukul keras sandaran kursi yang didudukinya, suaranya menggema di dalam ruangan. "Tapi, bukankah ini terlalu aneh? Semua terasa begitu rapi dan terencana!" serunya, suara penuh amarah bercampur kecurigaan. "Video i

    Last Updated : 2025-01-27
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 11: Mengiris ego Bleon

    Jeremiah muncul dengan tergesa, raut wajahnya menunjukkan kecemasan yang sulit disembunyikan. "Bleon, owner GS Entertainment memintamu untuk segera menghadapnya!" katanya cepat, nada suaranya tegas.Bleon, yang tengah sibuk memikirkan rencana liciknya, langsung mendongak. Wajahnya berubah pucat seketika. "Apa? Owner memanggilku langsung? Ada apa ini?" tanyanya dengan nada panik. Ia menatap Jeremiah penuh kecurigaan. "Apa si Agus matre itu sudah disogok oleh Kaelen?" Ia mulai gelisah, tangannya tak henti bergerak, mencengkeram sisi kursinya.Jeremiah menggeleng pelan, mencoba tetap tenang meski dirinya pun diliputi keresahan. "Aku tidak tahu detailnya," jawabnya, suaranya terdengar lebih rendah dari biasanya. "Yang jelas, kita harus segera menemui owner sebelum semuanya menjadi lebih rumit. Kau tahu sendiri bagaimana sifatnya, kan? Agus itu sangat emosional dan tidak sabaran. Kalau kita terlambat, bisa-bisa kau tidak punya waktu untuk membela dirimu."Bleon

    Last Updated : 2025-01-28
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 12: Korupsi dan suap

    Jeremiah perlahan mengeluarkan ponselnya dari saku. Di layar, sebuah video diputar. Suaranya menggema di ruangan itu, memenuhi setiap sudut dengan kenyataan pahit yang sulit diabaikan.“Oh, halo Kaelen! Apa kabar? Baik? Oh, iya! Apa? Kau bilang yang menyebarkan video ciuman Bleon adalah dirimu? Kenapa melakukan itu, Kaelen? Apa saldo rekeningku? Bertambah? Hahaha... Tentu saja, Nak Kaelen. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan menyuruh si Bleon itu untuk melakukan klarifikasi. Tidak masalah. Ini bukan salahmu. Ini salah Bleon sendiri yang tidak bisa berhati-hati. Baik, Nak! Selamat malam! Semoga harimu menyenangkan! Sukses selalu!”Ruangan itu langsung dipenuhi dengan keheningan mencekam setelah suara di video berhenti. Jeremiah menatap Agus dengan pandangan dingin, mata pria itu menyiratkan ancaman terselubung yang tak terelakkan. Ia menekan tombol pause di ponselnya dengan gerakan lambat, seakan memberi waktu pada Agus untuk mencerna apa yang baru saja didengarnya.

    Last Updated : 2025-01-28
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 13: Situasi berpotensi berbahaya

    “Jadi, untuk video ini...” Jeremiah berkata sambil mengangkat kembali ponselnya, menampilkan layar yang menampilkan rekaman yang begitu sensitif. Suaranya terdengar santai, namun ada nada tajam yang tak bisa disembunyikan, seperti seseorang yang tahu bahwa dirinya memegang kendali penuh.Agus mendesah berat, kedua tangannya mengepal di atas meja. Amarah dan frustrasi jelas terpancar dari raut wajahnya. “Apa lagi yang kalian inginkan?” tanyanya dengan nada keras, nyaris berteriak. “Saya sudah menyetujui kalian untuk membalas dendam pada Kaelen, asalkan kalian tidak membawa-bawa nama agency ini. Jadi apa lagi yang kalian mau sekarang?”Bleon menyandarkan tubuhnya dengan santai di kursinya, senyum miring menghiasi wajahnya. Matanya bersinar dengan kepuasan licik. “Tentu saja bagian,” katanya, suaranya terdengar tenang namun penuh provokasi.“Bagian?” Agus mengulangi dengan nada bingung, namun kecurigaan jelas terasa.“Sesuai dengan yang aku katakan s

    Last Updated : 2025-01-29
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 14: Live chat

    Mobil sport Kaelen berhenti perlahan di depan gang sempit yang menuju rumah Kamila. Cahaya lampu jalan yang redup menciptakan bayangan panjang di aspal, menambah kesan suram di sekitar mereka."Sampai sini saja!" ujar Kamila dengan tegas.Kaelen menatap gang gelap itu dengan dahi berkerut. "Kau yakin? Sepertinya jalanan di sana gelap."Kamila menghela napas panjang, lelah. "Tidak masalah. Aku terlalu capek untuk menghadapi beribu pertanyaan dari orang tuaku kalau mereka tahu aku diantar sampai ke rumah."Kaelen terkekeh pelan. "Baiklah. Hati-hati di jalan."Kamila tersenyum tipis. "Baik, sampai jumpa!"Tanpa menoleh lagi, ia melangkah masuk ke gang, membiarkan kegelapan menyambutnya. Kaelen memandang punggungnya yang semakin jauh, napasnya terdengar berat."Kamila... Kau masih tinggal di rumah itu rupanya?" pikirnya dalam hati, sedikit rasa bersalah menghantui benaknya.Ia akhirnya menghela napas, menekan pedal

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 53: Tidak perlu minta maaf!

    Kamila menatap Kaelen, hatinya berdenyut perih melihat pria itu yang masih berusaha menutupi air matanya.Cahaya lampu restoran yang temaram memantulkan kilau pucat di wajah Kaelen, menyorot garis-garis ekspresi yang lebih dalam dari yang pernah Kamila ingat. Ia terlihat lebih dewasa, lebih dingin, tapi juga lebih rapuh dari yang pernah ia bayangkan.Jemari Kamila gemetar saat ia mengangkat tangannya sedikit. Ada dorongan dalam dirinya untuk menyentuh Kaelen, untuk menenangkan kegelisahan yang melingkupinya. Tapi sebelum ia bisa melakukannya, Kaelen sudah menurunkan tangannya sendiri, memperlihatkan sorot mata biru lautnya yang tajam—mata yang kini dipenuhi amarah dan kepedihan yang belum terobati."Kak Kaelen, aku minta maaf... Aku—""Tidak perlu minta maaf!" Kaelen memotong cepat.Suaranya menggema di ruangan yang kosong, membuat dada Kamila semakin sesak. Bukan hanya karena ketegangan yang terasa di antara mereka, tetapi juga karena emosi yang mengalir deras dalam nada suara Kaelen

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 52: Air mataku

    Restoran itu sunyi.Hanya ada dua orang di dalamnya—Kamila dan Kaelen. Tidak ada pelanggan lain, tidak ada suara bising dari meja-meja sekitar, hanya keheningan yang terasa begitu menekan.Kamila baru saja duduk ketika sebuah pertanyaan menghantamnya seperti petir di siang bolong."Sekarang suasana sudah sangat tenang. Apa yang mau kau katakan tentang... Kenapa memutuskan hubungan denganku saat kita masih SMK dulu?"Napas Kamila tercekat. Ia belum sempat menyesuaikan diri dengan situasi ini, belum sempat menenangkan hatinya yang berdebar karena pertemuan mereka, tapi Kaelen langsung menembaknya dengan pertanyaan yang selama ini ia hindari.Tangannya yang hendak merapikan rambutnya sedikit gemetar. Dengan cepat, ia menata ekspresinya agar tetap tenang, lalu mengalihkan pandangannya ke Kaelen yang duduk di seberang meja.Setelah beberapa detik keheningan, ia akhirnya menjawab dengan suara yang terdengar lebih mantap dari perasaanny

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 51: Apa hebatnya dia dibandingkan denganku?!

    Ruangan itu remang-remang, hanya diterangi lampu meja yang redup. Di tengahnya, Bleon duduk di kursi dengan santai, satu kakinya terlipat di atas lutut yang lain. Namun, ada sesuatu yang dingin dalam tatapannya saat matanya menelusuri sosok remaja lima belas tahun yang berdiri di hadapannya—Evan, seorang trainee GS Entertainment yang seumuran dengan adiknya.Tak ada suara selain detak jam di dinding.Bleon mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, ekspresi di wajahnya penuh ketidaksabaran. "Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan apa yang aku suruh?" tanyanya, nada suaranya terdengar tenang, tetapi ada ketegangan samar yang menyelip di baliknya.Evan tidak langsung menjawab. Rahangnya sedikit mengeras, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia menarik napas dalam, lalu perlahan merogoh ponselnya dari saku.Bleon menyeringai. Matanya berbinar penuh antisipasi."Bagus. Ini pasti rekaman skandal yang bisa menjatuhkan Kaelen."Namun, alih-

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 50: Ini belum berakhir

    Lorong itu terasa semakin sunyi ketika Kamila melangkah mendekat. Cahaya lampu neon di langit-langit memantulkan bayangannya di lantai keramik yang mengilap, menciptakan suasana dingin yang tak wajar. Detak sepatu haknya menggema, setiap langkah terdengar begitu jelas di antara keheningan yang menyesakkan.Di ujung lorong, Kaelen berdiri diam, nyaris tak bergerak. Kepalanya tertunduk, napasnya dalam dan teratur, tetapi ada sesuatu dalam cara bahunya sedikit tegang yang membuat Kamila tahu—dia sedang menahan sesuatu.Kemarahan. Frustrasi.Tatapan kosongnya tertuju pada lantai, namun sorot matanya tajam, seperti badai yang tengah berkecamuk di dalam dirinya. Rahangnya mengeras, otot-otot di pipinya menegang, dan kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya, seakan berusaha keras menahan emosi yang nyaris meluap.Kamila menelan ludah. Rasa ragu menyelusup di dadanya, tetapi ia tahu ia tak bisa hanya diam. Dengan sedikit keberanian yang tersisa, ia akhirnya bertanya, suaranya nyaris bergetar

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 49: Jangan biarkan orang lain memanfaatkanmu

    "Ka- Kaelen... Sepertinya... Ki-kita harus keluar dulu dari sini," suara Kamila terdengar lemah, hampir bergetar. Ia menunduk, berusaha mengatur napasnya yang masih tersengal, tapi jelas sekali tubuhnya sedikit gemetar. Kaelen menatapnya dalam diam, masih bisa merasakan denyut jantungnya yang berpacu setelah konfrontasi barusan. Rasa frustrasi masih bergelayut di dadanya, tapi melihat ekspresi Kamila yang ketakutan, ia hanya bisa menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Akhirnya, ia menurunkan tangannya dari sisi kepala Kamila, memberinya ruang. "Baiklah," ucapnya akhirnya, suaranya lebih tenang. "Ayo kita saling jelaskan di luar saja." Begitu pintu kamar mandi terbuka, Kamila langsung berlari keluar dengan tergesa-gesa. Kaelen menatap punggungnya yang menjauh. Dia bisa melihat bagaimana bahu gadis itu naik turun cepat, napasnya masih belum stabil. Apa yang baru saja terjadi memang terlalu mendadak—bagi mereka berdua. Namun, ada sesuatu yang janggal.

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    48: Mari kita bertukar informasi

    Konser akhirnya usai. Sorak-sorai penonton mulai mereda, digantikan dengan suara idol-idol yang kelelahan menyeka keringat mereka. Beberapa duduk di sofa ruang tunggu, meneguk air dalam sekali minum, sementara yang lain masih tertawa dan mengobrol, berbagi euforia atas kesuksesan panggung mereka malam ini. Namun, di sudut ruangan, Kaelen tidak ikut bersantai seperti yang lain. Ia menghilang ke kamar mandi, meninggalkan jejak basah di lantai setelah penampilannya yang spektakuler dalam akuarium raksasa. Kamila menggigit bibirnya, rasa penasaran menggerogoti pikirannya. Kaelen adalah seorang idol. Seorang profesional. Ia bisa saja benar-benar hanya cosplay sebagai merman. Tapi... kenapa semuanya terasa begitu nyata? Sisanya yang sempat ia lihat—sisik samar yang terlihat di kaki Kaelen, cara tubuhnya bergerak begitu alami di dalam air, dan ekspresi yang muncul di wajahnya saat melayang di sana. Itu bukan sekadar akting. Itu... sesuatu yang lebih dari sekadar pertunjukan. Tanpa b

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 47: Apa Kaelen... Benar-benar merman?

    Konser besar TLM Entertainment akhirnya digelar. Stadion megah itu bergemuruh oleh suara teriakan dan sorakan ribuan penggemar yang telah menanti momen ini selama berbulan-bulan. Cahaya sorot panggung berputar-putar, menciptakan kilauan yang seakan menari di udara, sementara layar raksasa di belakang panggung menampilkan logo agensi dengan efek visual yang memukau.Di balik panggung, suasana tak kalah sibuk. Para makeup artist dan stylist berlarian ke sana kemari, memastikan setiap idol tampil sempurna di bawah sorotan lampu. Aroma hairspray dan foundation bercampur dengan suara panik para kru yang memberi instruksi melalui headset mereka.Di salah satu sudut ruang rias, Kamila tengah menyempurnakan sentuhan terakhir pada Kaelen. Dengan cekatan, tangannya mengusap foundation di wajah pria itu, memastikan kulitnya tampak sempurna di bawah lampu panggung."Semangat!" ujar Kamila, suaranya lembut namun penuh dorongan.Kaelen menoleh dan tersenyum. Sorot matanya berkilat dengan kepercayaa

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 46: Sebenarnya apa yang terjadi padamu?

    Kaelen memasuki kamarnya dalam diam, langkah kakinya terdengar berat di lantai kayu yang dingin. Pintu ditutup perlahan, namun suara klik kunci terasa nyaring di telinganya sendiri, seolah mengunci segala gejolak yang bergemuruh di dalam dadanya.Tanpa menyalakan lampu, dia berjalan menuju ranjang dan membiarkan tubuhnya jatuh ke atas kasur, menatap kosong ke langit-langit kamar. Cahaya bulan yang masuk melalui celah jendela menerpa wajahnya, membuat sorot matanya yang biru semakin redup, nyaris seperti samudra yang kehilangan kilauannya."Kamila... Sebenarnya apa yang terjadi padamu?"Pikiran itu terus berputar di kepalanya, menari-nari dalam bayangannya seperti hantu yang enggan pergi. Bayangan Kamila—dengan sorot mata ketakutan, suara yang bergetar saat memohon kepadanya, tangan yang mencengkeram lengannya dengan erat—semuanya terasa begitu nyata, seakan kejadian tadi masih berlangsung di depan matanya.Kaelen menghela napas berat, mencoba memejamkan mata, memaksa dirinya untuk tid

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 45: Aku ingin tahu semua isi hatimu

    Mata Kamila berkaca-kaca, bibirnya bergetar ketika dia berbisik, seolah suaranya sendiri nyaris tak sanggup menahan ketakutan yang menggerogoti hatinya."Kak Kaelen, aku mohon... Aku tidak mau memperpanjang masalah ini. Tolong hapus rekamannya... Aku mohon..."Suasana di dalam mobil terasa mencekam, seakan udara di antara mereka dipenuhi oleh ketegangan yang bisa meledak kapan saja. Kaelen menatapnya dengan sorot tajam, rahangnya mengeras, jemarinya mencengkeram setir dengan erat. Ada kemarahan yang bergejolak dalam dirinya, bukan hanya karena situasi ini, tetapi karena kebiasaan Kamila yang selalu menelan sendiri semua kepedihannya."Kenapa kau seperti ini, Kamila? Kenapa kau selalu saja menyembunyikan semua rasa sakitmu sendiri?" suaranya berat, penuh emosi yang tertahan, hampir terdengar putus asa. Matanya menatap Kamila dengan tajam, mencoba menembus tembok yang selalu gadis itu bangun. "Aku tidak mau menghapusnya! Aku akan menjadikan ini barang bukti jika kau ingin melaporkannya!

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status