Enjoy Reading.
***
Aku memandang Daniel bingung, kenapa dia menatapku seolah aku ini orang asing?
"Kamu ngomong apaan sih?" tanyaku heran saat dia akan beranjak pergi, seolah keberadaanku tidaklah penting sama sekali.
Daniel berbalik lagi dan menatapku datar. "Sepertinya lukanya lumayan parah, makanya dia jadi bodoh. Jelaskan padanya siapa aku dan posisinya sekarang, aku harus pergi menjemput Joe."
Joe? Aku Jhonathan adikmu. Masa nggak kenal sih?
Lagipula sejak kapan Jojo jadi Joe?
Aku menoleh pada satu orang lagi yang ada di ruangan ini, dia berwajah seram dengan bekas luka di wajahnya, cocok banget jadi mafia.
"Daniel tunggu," panggilku kesal, dia benar- benar mengacuhkanku. Heran deh, nggak kangen apa sama aku?
Aku melihat tubuhnya menegang sebentar lalu memandangku dengan raut sedikit terkejut.
"Dari mana kamu tahu namaku? Aku ingat aku tidak menyebut nama Daniel di hadapanmu."
Hell, kok dia semakin aneh, ya
Enjoy Reading.***Aku sedang melakukan pemanasan di ruang latihan khusus yang disediakan di rumah milik Daniel.Sudah seminggu sejak aku melihat Daniel bersama Joe, dan setelahnya aku tidak bisa menemuinya lagi. Padahal aku masih kangen padanya, berharap mengobrol sedikit atau sekadar menyapa saja, tapi saying, sepertinya Daniel sudah dimonopoli oleh Joe, makanya dia tidak pulang. Dia bahkan mengabaikan latihan."Pukul yang benar, seperti ini," ucap si codet dan mempraktikkan pukulan dan tendangannya ke arah samsak, ekspresinya terlihat kesal saat melihatku latihan dengan setengah hati."Kamu harus latihan keras agar tidak mengecewakan Tuan Jack, aku tidak mau dianggap tidak becus melatihmu."Aku mendesah dan mengambil ancang- ancang, tapi baru aku akan mempraktikkan apa yang diajarkan si codet, saat itulah Daniel masuk dan lagi- lagi dengan Joe."Sudah cukup pemanasannya."Si codet mengangguk dan langsung menyingkir dar
Enjoy Reading.***Aku membuka mataku dan seperti biasa, wajah dingin Daniel sudah menyambutku, bosku itu kenapa jadi macam kulkas begitu, perasaan dulu waktu kecil manis banget deh."Marco!""Hmm." Karena malas melihat Daniel mode introgasi aku memilih memejamkan mataku, jangan sampai kena hipnotisnya, kan bahaya."Jangan pura- pura tidur.""Nggak bos, tapi aku emang masih ngantuk," jawabku masih dengan memejamkan mata.Aku mendengar Daniel menggeser duduknya lebih "Kenapa kamu nyuri data pribadiku dan menyusul ke Bali?""Karena ada yang janggal dengan misimu." "Bagaimana kamu tahu kalau ada yang janggal." "Tahu saja, sudah nggak usah di bahas, yang penting kan bos selamat.""Tapi kamu hampir nggak selamat." Aku membuka mataku dan melihat Daniel memandangku sendu."Bos khawatir padaku?" "Hmm.""Beneran?" Aku langsung duduk tegak dan meringis saat merasakan nyeri di punggungku."Bodoh, kenap
Enjoy Reading.***Aku memandang kamera cctv di depanku dengan jengkel, sudah 3 Tahun berlalu, dan aku belum bisa masuk ke Cavendish. Uncle Paul benar- benar menjaga kerajaan itu dengan ketat.Aku kangen sama Mom dan Daddy, dan aku bahkan belum melihat makam Kakek, orang yang paling menyayangiku selama ini.Aku memandang ke atas, di mana kerajaan Cavendish berada. Ya, secara resmi aku belum bisa memasuki kerajaan itu, tapi secara ilegal aku sudah di sini dari 2 Tahun yang lalu. Tentu saja sebagai Red 01. Aku membangun ruang bawah tanah di mana bekas laboratorium milik Kakek dulu pernah diberikan padaku.Sesuai dugaanku, laboratorium ini terbengkalai tidak di gunakan lagi. Karena memang Mommy-ku tidak mengetahui keberadaannya. Dan Kakek hanya mewariskannya padaku.Aku melihat ruangan yang masih banyak kosong itu, aku sudah 2 Tahun mengotak- atik penelitian dan belajar otodidak tentang dunia farmasi, tapi semua masih gagal. Ada sih yang berhasil, ta
Enjoy Reading.***Krakkkk.Aaaaaa.Brugkh!Aku sudah siap dengan rasa sakit yang akan aku dapatkan saat ranting yang aku pijak akhirnya patah."Huftttt hampir saja."Pamanku yang bernama Pete, mengembuskan napas lega saat dia berhasil menangkap tubuhku, Tentu saja aku antara senang tapi juga terkejut melihatnya berada di sini."Uncle Pete?"Paman menurunkan kakiku ke tanah dan menatap dengan tajam."Cepat naik.""Eh ... naik?" Aku memandang pamanku bingung."Kamu mau mematahkan salah satu tangan atau kakimu, kan?" ucap pamanku menyindir, tentu saja aku langsung menunduk merasa bersalah, dia kan emang jago banget kalau soal membuat orang merasa takut, padahal usia pamanku itu hanya berjarak 5 tahun dariku tapi kegalakkannya melebihi Daddy-ku sendiri."Ada apa ini?" Suara kakakku Daniel benar
Enjoy Reading.***Aku berjalan menelusuri lorong istana dengan riang, bermaksud mengajak kakakku Daniel bermain di taman, tapi saat tidak mendapati dia di mana pun, akhirnya aku bermaksud menuju kamarnya, siapa tahu dia sudah kembali dari mana pun dia pergi tadi.Aku sengaja memilih masuk lewat pintu penghubung di kamarku yang memang langsung menembus ke kamarnya, membuka pintu sepelan mungkin agar bisa mengejutkan dirinya, aku melihat Daniel di sana sedang berbaring di ranjang, tapi tidak sendirian, ada Mommy bersamanya, karena rasa usil dan kepoku meningkat, akhirnya aku menunduk dan bersembunyi di balik rak buku, ingin tahu apa saja yang dibicarakan Mommy dan kakakku jika sedang berdua."Demammu sudah agak turun, tapi obat ini harus tetap dihabiskan, Mom tidak mau alergimu kambuh lagi." Perkataan Mommy membuatku mengernyit heran, Daniel demam? Kenapa tidak ada yang memberitahu aku kalau kakakku sedang sakit."Aku tidak apa-apa, Mom, justru aku
Enjoy Reading.***"Aw.""Diam Kak, jangan gerak- gerak.""Kamunya juga pelan- pelan Jo. Awww sakittt.""Bodo, udah dibilang panggil Jack, jangan Jojo.""Iya, iya elah. Sini obatin lagi!" Daniel menunjuk pipinya yang masih memar.Mau tidak mau aku memberinya salep agar pipinya tidak semakin membiru. Ini sudah 5 bulan sejak aku dan Daniel diinjeksi obat aneh. Sejak itu semua berubah, tidak ada lagi main bersama.Daniel di Prancis, dan aku di Cavendish. Kami terpisah sangat jauh, tapi Daniel selalu berusaha menemuiku seminggu sekali, dan tentu saja dengan tubuh memar dan lebam.Karena aku sudah mengajukan diri sebagai pewaris kerajaan Cavendish, aku sekarang harus ekstra belajar agar bisa menjadi Raja yang baik kelak. Tapi setidaknya aku masih bisa merasakan hiburan saat aku bosan, masih bisa bermain dan bersantai. hanya jam belajarku saja yang bertambah.Tidak seperti Daniel kakakku. Aku melihatnya seperti tidak bi
Enjoy Reading.***"Bibi." Aku langsung berlari dan meloncat ke tubuh bibiku Pauline saat tahu dia datang ke Cavendish."Hay ... Jack." Bibi tertawa dan berusaha menahan tubuhku yang menerjangnya.Pletakkk!Awwww!Aku mengusap keningku saat satu jentikan mendarat di jidatku."Lihat tubuhmu, badan segede itu, main tubruk saja. Untung Pauline kuat, kalau tidak, sudah nyungsep berdua kalian," protes pamanku Paul sambil bersedekap memandangkun yang masih betah memeluk Bibi tersayangku, saudara kembar Uncle Paul a.k.a Kakak dari Daddy-ku.Aku cemberut dan memandang bibiku manja. "Uncle jahat Bibi.""Kakak, jangan seperti itu." Bibi Pauline memlototi Paman Paul, membuatku memeletkan lidah mengejeknya."Astagaaaa, jangan di manja lagi. Besok usianya sudah 8 Tahun, semakin ngelunjak nanti." Paman Paul memandangku protes."Dia boleh berusia 18 Tahun, dan aku akan tetap menganggapnya sebagai keponakan kecilku yang pa
Mengandung adegan kekerasan.Enjoy Reading.***Bukhhh!Aku tersentak kaget saat merasakan perih dan asin di bibirku. Aku mengerang pelan, menyadari seseorang baru saja memukul wajahku, tanganku terasa kebas karena terikat di atas kepala dan tubuhku berada pada posisi menggantung. Aku berusaha membuka mataku tapi semua terasa gelap. Mataku ditutup entah dengan kain apa, karena baunya sangat anyir dan membuatku mual."Bagus. Akhirnya kamu bangun juga Pangeran."Aku mengernyit berusaha mengenali suara itu. Tapi belum sempat aku bicara.Bukhhh, uhukkk!Satu pukulan keras mendarat di perut, membuatku memuntahkan semua sarapanku, rasanya sangat sesak dan secara otomatis air mataku membasahi kain penutup itu. Aku menangis, tentu saja, jangankan di pukul, di tampar saja aku tidak pernah."Katanya keluarga Cohza itu kuat, tapi ternyata satu pukulan saja bisa membuatmu muntah-muntah, dasar menjijikkan."Belum cukup keterke
Enjoy Reading.***Aku memandang kamera cctv di depanku dengan jengkel, sudah 3 Tahun berlalu, dan aku belum bisa masuk ke Cavendish. Uncle Paul benar- benar menjaga kerajaan itu dengan ketat.Aku kangen sama Mom dan Daddy, dan aku bahkan belum melihat makam Kakek, orang yang paling menyayangiku selama ini.Aku memandang ke atas, di mana kerajaan Cavendish berada. Ya, secara resmi aku belum bisa memasuki kerajaan itu, tapi secara ilegal aku sudah di sini dari 2 Tahun yang lalu. Tentu saja sebagai Red 01. Aku membangun ruang bawah tanah di mana bekas laboratorium milik Kakek dulu pernah diberikan padaku.Sesuai dugaanku, laboratorium ini terbengkalai tidak di gunakan lagi. Karena memang Mommy-ku tidak mengetahui keberadaannya. Dan Kakek hanya mewariskannya padaku.Aku melihat ruangan yang masih banyak kosong itu, aku sudah 2 Tahun mengotak- atik penelitian dan belajar otodidak tentang dunia farmasi, tapi semua masih gagal. Ada sih yang berhasil, ta
Enjoy Reading.***Aku membuka mataku dan seperti biasa, wajah dingin Daniel sudah menyambutku, bosku itu kenapa jadi macam kulkas begitu, perasaan dulu waktu kecil manis banget deh."Marco!""Hmm." Karena malas melihat Daniel mode introgasi aku memilih memejamkan mataku, jangan sampai kena hipnotisnya, kan bahaya."Jangan pura- pura tidur.""Nggak bos, tapi aku emang masih ngantuk," jawabku masih dengan memejamkan mata.Aku mendengar Daniel menggeser duduknya lebih "Kenapa kamu nyuri data pribadiku dan menyusul ke Bali?""Karena ada yang janggal dengan misimu." "Bagaimana kamu tahu kalau ada yang janggal." "Tahu saja, sudah nggak usah di bahas, yang penting kan bos selamat.""Tapi kamu hampir nggak selamat." Aku membuka mataku dan melihat Daniel memandangku sendu."Bos khawatir padaku?" "Hmm.""Beneran?" Aku langsung duduk tegak dan meringis saat merasakan nyeri di punggungku."Bodoh, kenap
Enjoy Reading.***Aku sedang melakukan pemanasan di ruang latihan khusus yang disediakan di rumah milik Daniel.Sudah seminggu sejak aku melihat Daniel bersama Joe, dan setelahnya aku tidak bisa menemuinya lagi. Padahal aku masih kangen padanya, berharap mengobrol sedikit atau sekadar menyapa saja, tapi saying, sepertinya Daniel sudah dimonopoli oleh Joe, makanya dia tidak pulang. Dia bahkan mengabaikan latihan."Pukul yang benar, seperti ini," ucap si codet dan mempraktikkan pukulan dan tendangannya ke arah samsak, ekspresinya terlihat kesal saat melihatku latihan dengan setengah hati."Kamu harus latihan keras agar tidak mengecewakan Tuan Jack, aku tidak mau dianggap tidak becus melatihmu."Aku mendesah dan mengambil ancang- ancang, tapi baru aku akan mempraktikkan apa yang diajarkan si codet, saat itulah Daniel masuk dan lagi- lagi dengan Joe."Sudah cukup pemanasannya."Si codet mengangguk dan langsung menyingkir dar
Enjoy Reading.***Aku memandang Daniel bingung, kenapa dia menatapku seolah aku ini orang asing?"Kamu ngomong apaan sih?" tanyaku heran saat dia akan beranjak pergi, seolah keberadaanku tidaklah penting sama sekali.Daniel berbalik lagi dan menatapku datar. "Sepertinya lukanya lumayan parah, makanya dia jadi bodoh. Jelaskan padanya siapa aku dan posisinya sekarang, aku harus pergi menjemput Joe."Joe? Aku Jhonathan adikmu. Masa nggak kenal sih?Lagipula sejak kapan Jojo jadi Joe?Aku menoleh pada satu orang lagi yang ada di ruangan ini, dia berwajah seram dengan bekas luka di wajahnya, cocok banget jadi mafia."Daniel tunggu," panggilku kesal, dia benar- benar mengacuhkanku. Heran deh, nggak kangen apa sama aku?Aku melihat tubuhnya menegang sebentar lalu memandangku dengan raut sedikit terkejut."Dari mana kamu tahu namaku? Aku ingat aku tidak menyebut nama Daniel di hadapanmu."Hell, kok dia semakin aneh, ya
Enjoy Reading***Jakarta, Ibu Kota Indonesia. Tempat ribuan orang menggantungkan nasibnya, tempat orang menggapai cita- citanya sekaligus tempat orang kehilangan harapannya.Jakarta, di sinilah aku tinggal sekarang, bersama dengan ke- empat adikku dan Emak. 6 orang dalam satu kontrakan dengan 3 ruangan, satu ruang untuk tidur, satu ruang untuk dapur dan satu lagi kamar mandi.Sempit, memang sempit, tapi hanya segitu rumah kontrakan yang mampu dibayar Emak. Yaitu 600 ribu sebulan, tidak termasuk listrik dan pam. Jadi, satu bulan Emak bisa mengeluarkan 800-1 juta rupiah setiap bulan untuk tempat tinggal.Emak bekerja sebagi asisten rumah tangga di apartemen- apartemen elite tidak jauh dari lokasi kontrakan kami. Beliau bebersih, tapi kadang nyuci dan nyetrika juga. Tergantung permintaan pemilik apartemen.Saat ini Emak menangani 4 apartemen, jadi Emak biasa berangkat pukul 4 pagi sampai jam 2 sore. Kadang kalau sedang banyak kerjaan, bisa sam
Enjoy Reading.***Jakarta, Ibu Kota Indonesia. Tempat ribuan orang menggantungkan nasibnya, tempat orang menggapai cita- citanya sekaligus tempat orang kehilangan harapannya.Jakarta, di sinilah aku tinggal sekarang, bersama dengan ke- empat adikku dan Emak. 6 orang dalam satu kontrakan dengan 3 ruangan, satu ruang untuk tidur, satu ruang untuk dapur dan satu lagi kamar mandi.Sempit, memang sempit, tapi hanya segitu rumah kontrakan yang mampu dibayar Emak. Yaitu 600 ribu sebulan, tidak termasuk listrik dan pam. Jadi, satu bulan Emak bisa mengeluarkan 800-1 juta rupiah setiap bulan untuk tempat tinggal.Emak bekerja sebagi asisten rumah tangga di apartemen- apartemen elite tidak jauh dari lokasi kontrakan kami. Beliau bebersih, tapi kadang nyuci dan nyetrika juga. Tergantung permintaan pemilik apartemen.Saat ini Emak menangani 4 apartemen, jadi Emak biasa berangkat pukul 4 pagi sampai jam 2 sore. Kadang kalau sedang banyak kerjaan, bisa sa
Enjoy Reading.***Aku seorang Pangeran Cavendish. Aku seorang Abdul Rachim, dan di sinilah aku, berada di tempat yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.Aku sudah biasa jadi pusat perhatian, aku sudah biasa dipamerkan. Tapi lihatlah sekarang, aku di arak keliling kampung menggunakan Kerbau. Iyups Kerbau, binatang besar, hitam dan bau.Aku menunduk menyembunyikan wajahku yang memerah karena malu. Ini semua perbuatan si kodok ngorek itu. Apanya yang tidak dibayarin? Apanya yang bukan belas kasihan. Ini lebih parah dari itu, ini pembully-an.Kita memang sunat bersama, kita merayakan juga bersama. Tapi dia di sunat dengan laser, aku di sunat manual.Dia di arak dengan kuda dan iringan Reog Ponerogo, aku di arak dengan kerbau dan beberapa kambing yang sudah dihias. Ini penistaan. Dan aku pasti akan membalasnya.Jika mutilasi di khalalkan, aku pasti sudah memutilasinya. Kalau perlu dagingnya aku jadikan tumpeng selamatan khitana
Enjoy Reading.***3 BULAN KEMUDIAN."Marcel, Misel, Miko, Millo, Bangunnnnnn."Aku melihat Adik- adikku masih menggeliat malas. "Bentar lagi Mas," rengek Marcel."5 menit saja." Misel menguap lebar. Sedang Miko dan Millo tidak berkutik sama sekali.Baiklah. Cara A tidak berhasil, sekarang gunakan cara B. Aku mengambil sandal jepitku yang ber- merk swallow dan memukulnya di atas meja berkali- kali dengan keras.Plakk! Plaakkk!"Bangunnnn woyy bangun, bangunnn. Gempa, gempaaa."Misell, Miko dan Millo langsung gelagapan dan meloncat dari ranjang, sedang Marcell malah mengambil bantal dan menutup telinganya, dasar bocah bandel."Marcel, aku hitung sampai 3, kalau tidak bangun, aku siram nih."Marcel mengintip sebentar lalu bergumam tentang aku yang tidak membawa ember, dan lagi- lagi menyungsupkan wajahnya ke balik bantal."Marcel 1, 2, 3. Oke, itu pilihanmu." Aku menarik bantal yang
Enjoy Reading.***Takdir kehidupan. Siapa yang tahu. Semua boleh berharap. Semua boleh bermimpi. Tapi....Jika sang takdir sudah datang. Doa sekhusuk apa pun.Usaha sekeras apa pun.Tidak akan bisa menghalanginya.Takdir sudah berkata, dan aku harus bisa menerimaya.Walau itu pahit.mWalau itu sakit.Tiada pilihan yang diberikan, kami harus rela mengikhlaskannya.***Aku memandang rumah yang biasa ramai kini terlihat legang.10 hari yang lalu aku masih bercengkerama denganBapak, bercanda, belajar dan berebut remote saat menonton tv.Sekarang rumah ini hanya berisi duka. Emak mengurung diri di kamar, Marcell dan Miscell hanya terdiam sedih, sedang Miko dan Millo masih terlalu kecil untuk paham dengan apa yang terjadi.10 har