"Baiklah, besok aku akan memasak sesuatu yang spesial dan berbeda." Vicenzo menatap sekeliling, "Ingat, jangan ada yang membantunya. Awas saja kalau ayah melihatmu menambahkan uang padanya, Fania." "Tapi, Yah," "Tidak ada tapi-tapian. Saat ayah masih seusianya uang segitu bisa membeli stok makanan buat sebulan. Ini? Ayah memberikannya hanya untuk digunakan sehari." "Uang segitu mana cukup, Yah? Lagian di zaman ayah, semua bahan pangan masih murah. Sekarang? Semua serba mahal," protes Fania berusaha membela sang suami. "Uang segitu kalau di kelola oleh orang seperti mu, maka tidak ada harganya. Sedangkan bagi orang miskin sepertinya, uang segitu bisa untuk makan selama seminggu! Paham?!" ketus Vicenzo. "Yah," "Cukup, Fania!" bentak Vincenzo menatap Fania. Detik berikutnya pandangannya beralih pada Ridel, "Ingat, kalau besok tak ada makanan di atas meja atau tidak sesuai pesanan! Maka kau akan menerima hukumannya," tegas Vicenzo. Keluarga Mauren langsung meninggalkan Rid
"Terus semua bahan makanan ini mau diapain, Yah?" tanya Nadia kesal. Vicenzo menatap pria itu, "Kau buang saja, kami tak membutuhkannya!" Pria itu membelalakkan matanya, ketika Vicenzo justru memerintah membuang bahan makanan itu. "Maafkan ayah saya, Pak. Tolong bagikan bahan makanan itu ke panti asuhan yang bisa kau jangkau. Katakan saja itu sumbangan dari keluarga yang tidak mau menyebutkan nama," ujar Fania sambil mengeluarkan beberapa lembar uang, kemudian memberikannya kepada pria itu, "Ini uang jalan, Kamu. Terima kasih karena telah membuka supermarket didepan. Di waktu yang tepat." *** Ridel yang hendak memberikan obat racikan kepada Fania, bingung ketika melihat tumpukan berkas yang berantakan di atas meja. "Minumlah obat ini, Fania." Tanpa basa basi, Fania langsung saja meneguk obat itu sampai habis. "Ini berkas apaan?" "Posisi adikku sedang terancam, jadi aku sedang berusaha membuat proposal terbaik agar perusahaan ITr tertarik bekerjasama dengan perusahaa
"Kenapa kau mempertaruhkan saham mu sendiri? Bukankah kau merupakan utusan perusahaan Galaxy?" Fania terdiam, dia sama sekali tak menyangka akan menerima pertanyaan itu. "Apa perusahaan Galaxy tahu dampaknya, jika suatu perusahaan yang diambang kebangkrutan itu bisa bangkit?" tanya pria itu tersenyum misterius. Kening Fania mengkerut. "Sepertinya dari sekian banyak perusahaan yang ikut seleksi, hanya kau seorang yang dapat membaca pesan tersembunyi dari buku panduan yang dikeluarkan oleh perusahaan ITr. Kau bahkan mempertaruhkan saham milikmu. Selamat, Ibu Fania. Perusahaan ITr menerima proposal kontrak kerjasama dengan perusahaan Galaxy," ujar pria itu berdiri dan mengulurkan tangannya. "Benarkah?" pekik Fania tak percaya akan pendengarannya. "Kau tak salah dengar. Perusahan ITr telah menemukan perusahaan yang tepat. Bukan perusahaan, lebih tepatnya orang yang tepat. Kami akan menemui kalian di perusahan besok, tepat pukul sepuluh pagi," ujar pria itu langsung menarik tang
Nadia langsung mempersilahkan tiga orang dari perusahaan ITr itu untuk duduk. "Sebagai CEO perusahaan ITr, saya menyiapkan dua jenis kontrak kerjasama. Silahkan membaca dan ambil keputusan mau memilih yang mana," ujar pria itu tanpa basa basi dan langsung melangkahkan kakinya memilih tempat untuk duduk. Mendengar kalau beliau merupakan CEO perusahaan ITr, sontak saja membuat Fania terkejut. Dia sama sekali tak menyangka, kalau yang mewawancarainya ternyata CEO. "Ini inti kontraknya, Bu Nadia," ujar pria yang duduk disebelah kanan sang CEO, sambil menyodorkan dua berkas kepada Nadia. Walaupun bingung, tapi Nadia memilih untuk membaca isi kontrak itu. Kontrak pertama menjelaskan kalau perusahaan Galaxy akan bersama-sama dengan perusahaan ITr, jadi segala kerugian maupun keuntungan akan menjadi bagian dari kedua perusahaan, meskipun kerugian besarnya tentu saja menjadi tanggung jawab perusahaan ITr. Sedangkan kontrak kedua menjelaskan kalau Fania Stephani Mauren akan bersama-
Keesokan harinya. Setelah keluarga Mauren dan Arzenio meninggalkan rumah. Ridel langsung saja mengirimkan pesan melalui aplikasi hijau kepada Alex. [Temui aku sekarang di tempat biasa.] [Baik.] balas Alex. Setelah mendapat balasan dari Alex, Ridel langsung saja pamit kepada Fania dengan alasan sahabatnya sakit. Jadi dia ingin menjenguknya. "Sebagai istri, aku ingin menemani mu," ujar Fania penuh semangat. Dia bosan berada di rumah terus menerus. Ridel mengelus rambut Fania dengan lembut dan berkata, "Apa kau lupa sedang dalam pengobatan? Setelah kau benar-benar sembuh, aku akan membawamu jalan-jalan. Kau tidak mau kan kalau harus dilarikan ke rumah sakit seperti dulu?" "Aku tidak mau," jawab Fania yang langsung membuka dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang pecahan seratus ribuan dan memberikannya kepada Ridel, "Belilah sesuatu untuk temanmu, ini uangnya." Ridel yang tidak mau berlama-lama, langsung saja menerima pecahan uang seratus ribuan dari Fania. "Terima kasih F
***Keesokan harinya.Ridel terbangun lebih awal dari biasanya, dia yang tak bisa memejamkan mata akhirnya memilih membuka sosial media. Mata Ridel membulat sempurna, ketika tak sengaja sebuah akun lewat di beranda nya. Akun yang mencari tenaga kerja yang siap bekerja dua puluh empat jam. Bukan masalah akun yang mengganggunya, tapi uang yang ditawarkan tak main-main. Merasa curiga, Ridel langsung saja ke kamar mandi ketika memastikan kalau sang istri masih tertidur lelap. Begitu tiba di kamar mandi, Ridel langsung saja menekan lima digit angka pada layar ponsel. Tiba-tiba ponsel mulai melebar secara berlahan dan membentuknya notebook. Dengan lincah jemari Ridel bermain di atas keyboard notebook, mencari siapa pemilik akun itu. Alangkah terkejutnya Ridel, ketika menemukan kenyataan kalau pemilik akun itu ternyata mantan kekasihnya, Nadia Mauren. Sial! Ternyata keluarga Mauren rela menurun harga dirinya dengan mencari tenaga kerja melalui jalur online? Ridel langsung menek
Dengan motor bututnya, Ridel menuju pasar tradisional untuk membeli ikan dan sayur sesuai pesanan Vicenzo. Setelah mendapatkan ikan dan sayuran segar, Ridel memilih kembali ke rumah sebelum sang istri pulang. Namun, dalam perjalanan, tiba-tiba Ridel menghentikan motor bututnya tepat disebuah toko perhiasan ternama. Bukankah aku belum pernah sekalipun membelikan sesuatu untuk Fania? Kalau aku membeli kalung permata hati yang hancur, pasti Fania akan sangat senang. Hitung-hitung itu sebagai hadiah keberhasilannya karena berhasil mendapatkan kontrak kerjasama dengan perusahaan ITr. Tapi bagaimana kalau dia justru curiga? Bukankah kalung itu mahal dan tidak mudah untuk mendapatkannya? Kalau menggunakan identitas asliku, maka tidak sulit untuk mendapatkannya, tapi? Ridel tersenyum, terbersit ide di kepalanya. Dia kemudian menambah koyak pakaiannya. Ridel menginginkan kalung itu bukan tanpa alasan. Ridel memergoki Fania yang sedang menatap kalung permata hati yang hancur itu dari
*** Sama seperti hari-hari sebelumnya. Meski tak menerima kehadiran Ridel, tapi keluarga Mauren tetap membiarkan pria itu duduk untuk sarapan bersama. "Fania, kau lihat wanita itu," ujar Arzenio sambil menunjuk Feli, "Namanya Feli. Mulai hari ini dia yang akan bertanggung jawab pada semua obat-obatan yang kau minum." Fania terkejut dan langsung saja mengajukan protes, "Kenapa harus pakai perawat, Kek? Aku sudah bisa berjalan, berlari, bahkan bertengkar. Lagipula kan ada Ridel yang mengingatkan ku untuk minum obat." "Kau bisa duduk sarapan bersama seperti saat ini, itu suatu anugerah. Jadi kakek tidak mau kalau terjadi keteledoran dalam menjagamu. Kakek benar-benar takut, kalau kejadian seperti dulu terulang kembali. Lagipula Ridel akan mengawasi Feli," jelas Arzenio. "Kau terima saja, Fania. Hitung-hitung kau juga membantu orang miskin. Bukankah mencari pekerjaan sekarang sangat sulit?" bisik Ridel. Fania menatap Ridel sejenak, sebelum memberikan jawaban, "Baik, Kek." H