Suasana di Cafe Danau Terbenam menjadi tidak bisa dikendalikan lagi. Semua orang yang ada di sana sudah berlarian ke segala arah. Pada saat itu, David sedang berusaha mencari pelakunya. Namun karena kondisi yang tidak memungkinkan, ia cukup sulit untuk menemukan orang yang dicarinya. 'Sialan! Rupanya para pembunuh itu sudah ahli. Mereka sengaja membuat kekacauan di tempat ramai supaya keberadaannya sulit ditemukan,' batin David memaki-maki. Sesekali, David juga melirik ke tempat di mana Luna berada. Dia harus memastikan istrinya aman. Tanpa disengaja, David melihat ada dua orang yang mendekat ke arah Luna. Mereka adalah dua orang yang tadi turun dari mobil hitam. Insting David bekerja cepat. Luna dalam bahaya! Buru-buru ia berlari kembali ke sana. Semua orang yang menghalangi jalannya segera disingkirkan. "Luna, kemari!" kata David berteriak. Luna tidak membantah. Seketika itu juga dia langsung berlari ke arah David dan memeluknya sangat erat. "Martin, bawa Luna dan Jasmine
"Sebentar lagi kalian akan tahu apa yang bisa dilakukan olehku," jawab David dengan tenang. Saat itu Martin berada di belakangnya dalam jarak sekitar dua meter. Ia ingin tahu apa yang bisa dilakukan oleh David. 'Aku saja tidak mampu menghadapi mereka, apalagi kamu, David,' batinnya masih saja merendahkan David Smith. Sementara itu, pria dan wanita tadi terlihat sudah berada dalam keadaan siap. Mereka menatap tajam. Walaupun hatinya masih merasa sedikit takut karena kejadian sebelumnya, namun saat ini mereka tidak mempunyai pilihan lain. Mau tidak mau, keduanya harus menghadapi David Smith! Mereka segera melepaskan aura pembunuh yang tebal. Suasana di sekitar menjadi tegang. Aura pembunuh itu seolah-olah memenuhi udara hampa, sehingga kalau ada orang biasa di dekatnya maka mereka akan kesulitan bernafas. Walaupun Martin Eagle merupakan ahli beladiri, namun ternyata dia pun masih terkena efek dari aura pembunuh tersebut. Ia sedikit kesulitan bernafas, sehingga terpaksa harus mundu
Pertarungan antara David Smith dan Anderson mulai mencapai puncaknya. David Smith tiba-tiba mengeluarkan aura pembunuh yang jauh lebih tebal. Dulu ketika masih memimpin Organisasi Naga Hitam, kalau ia sudah mengeluarkan aura pembunuh setebal ini, maka siapa pun tidak akan ada lagi yang berani membantah. Sebab kalau David sudah seperti itu, artinya dia siap untuk mencabut nyawa! Begitu juga dengan sekarang! Tadinya David hanya berniat untuk melumpuhkan Anderson supaya ia bisa mencari informasi lebih lanjut. Namun karena Anderson tidak mudah ditaklukkan, maka terpaksa David memilih kapan terakhir. Ia harus membunuhnya secepat mungkin! Gaya bertarung David berubah. Yang tadinya mengepal, sekarang kedua lengannya terbuka. Kungfu khas Tiongkok yang sudah ia pelajari segera dikeluarkan. Dalam waktu singkat Anderson terlihat kebingungan. Dia tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk menahan serangan David. Sebab semua serangannya terkesan aneh. Begitu juga dengan gaya bertarungnya.
"Aku sendiri tidak tahu, David," "Baiklah. Kita tunggu saja kedatangan Nenek," Dua puluh menit kemudian, sebuah suara mobil terdengar di depan rumah Luna yang tidak begitu megah. Dia langsung membukakan pintu dengan cepat. "Nenek!" Luna berteriak menyambut kedatangan Neneknya. Nyonya Agatha sudah keluar dari mobil. Ia segera berjalan dan berpelukan dengan Luna. "Apakah Nenek datang sendiri?" "Ya, aku hanya ditemani oleh sopir," Nyonya Agatha lalu memberi isyarat kepada sopir pribadinya supaya ia segera pulang. Sebelum bicara lebih lanjut, Luna telah membawa masuk Nyonya Agatha ke dalam. Mereka bertiga lalu berbincang-bincang ringan di ruang tamu. Sampai pada akhirnya, obrolan Nyonya Agatha mulai lebih serius. "Luna, apakah kau sudah baca berita viral hari ini?" "Berita viral apa, Nek?" "Kabarnya, salah satu vila mewah di Bukit Emas akan dilelang. Alasannya karena pemilik vila sebelumnya akan berpindah ke kota lain," Luna sangat antusias mendengar ber
David sedikit tersentak. Ternyata setelah dirinya mengundurkan diri, Organisasi Naga Hitam sudah mengalami banyak perubahan. Parahnya lagi, perubahan itu tidak menguntungkan, yang ada justru malah merugikan. "Karena salah satu alasan inilah, aku sempat meminta Tuan untuk kembali lagi. Sebab kalau terus dibiarkan, bukan tidak mungkin Organisasi Naga Hitam akan hancur," kata Daniel melanjutkan bicara. "Baik, aku mengerti, Daniel. Suatu saat nanti, Organisasi Naga Hitam pasti akan kembali berada di puncak kejayaan. Sekarang kita lupakan dulu soal itu, aku ada tugas penting untukmu," "Aku siap menerima perintah, Tuan," "Pertama, hubungi Valentino sekarang juga. Suruh dia menghadap kepadaku. Kedua, kau panggil juga orang yang akan memegang proyek di dekat Danau Merah. Kabarnya, proyek itu milik Keluarga Charles," ucap David memberi perintah. "Apakah ada tugas lain, Tuan?" "Tidak ada. Hanya dua tugas itu saja," "Baik, aku akan melaksanakan kedua tugas ini secepatnya," Daniel segera
"Lima ratus lima belas juta dolar, apakah ada tawaran yang lebih tinggi lagi?" pembawa acara berkata sembari memandang ke sekeliling. Suasana langsung riuh. Lima ratus lima belas juta dolar bukan jumlah uang yang sedikit. Semua orang yang hadir di sana juga merasa penasaran terkait siapakah pria gemuk itu. Meskipun di acara pelelangan tersebut banyak tokoh-tokoh penting dan orang kaya yang hadir, namun tidak satu pun dari mereka yang mengenalnya. Orang-orang itu hanya mengenal Patrick saja. "Pria gemuk itu berani sekali," "Sepertinya dia mempunyai kekayaan harta yang sulit dibayangkan," "Dia berani bersaing dengan Patrick. Apakah pria asing itu tidak tahu siapa Keluarga Brandon di sini?" Orang-orang kembali berbicara banyak hal. Sebagian yakin bahwa pria gemuk itu mempunyai latar belakang yang istimewa. Namun sebagiannya lagi yakin bahwa pria gemuk itu akan mendapat masalah besar. Mengingat bahwa Keluarga Brandon sangat berkuasa di Kota Phoenix. Bagaimana tidak? Keluarga Brand
Tanggal 23. Waktu masih pagi hari. Jam masih menunjukkan pukul tujuh. Tapi suasana di sekitar gedung pusat perkantoran Keluarga Charles sudah dipadati oleh banyak orang. Mereka yang datang berasal dari kalangan ternama. Setiap yang ada di sana mempunyai tujuan yang sama, yaitu ingin melakukan kerja sama dengan Group Charles. Proyek pembuatan apartemen dengan fasilitas lengkap itu mempunyai nilai yang sangat besar. Kabarnya, anggaran yang diperlukan pun lebih dari seratus juta dolar. Kabar ini sudah menyebar luas ke seluruh Kota Phoenix. Seluruh keluarga kaya menginginkan kerja sama itu. Bahkan mereka yang berasal dari Sepuluh Keluarga Terkaya pun ada yang berminat untuk ikut bergabung. "Aku harus bisa mendapatkan kerja sama dengan Grup Charles," "Bagaimanapun caranya, aku harus bisa mendapatkan bagian," "Aku yakin, Keluarga Charles pasti akan menerimaku. Apalagi aku berasal dari keluarga yang satu kelas dengannya," "Proyek ini sangat besar. Aku harus bisa mendapa
"Jangan khawatir, Tuan Steven. Kami berdua akan membantumu untuk mendapatkan Luna, bagaimanapun caranya," ujar Jason berusaha meyakinkan Steven. "Baiklah. Aku percaya. Aku serahkan masalah ini kepada kalian berdua," Suami istri itu merasa senang. Langkah awal mereka sudah berhasil. Keduanya tinggal memikirkan langkah selanjutnya. "Tapi, ..." Laura ingin berkata lebih lanjut. Namun dia mengurungkan niatnya sambil memasang wajah bimbang. "Tapi apa?" "Ibu Luna itu sangat matreliastis, aku takut dia tidak percaya kalau Tuan Steven menginginkan Luna," Steven Benjamin bukan orang bodoh. Dia segera mengerti, "Berikan nomor rekeningmu," pintanya kepada Laura. Laura kegirangan. Ia langsung memberikan nomor rekeningnya kepada Steven. "Aku sudah mentransfer sepuluh ribu dolar. Apakah itu cukup?" Sepuluh dolar? Hanya hal sepele seperti ini Steven bahkan mengirimkan uang sebanyak itu? "Cukup, Tuan Steven. Bahkan ini terlalu banyak," "Baik, kalau begitu kamu atur saja
Sean sedikit gugup. Dia segera menoleh ke arah Daniel yang baru saja masuk ke dalam ruangan. "Pelindung Daniel, tahan dulu emosimu. Aku bisa menjelaskan semuanya," katanya berusaha menenangkan Daniel. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Sean," ucap Daniel yang langsung menyebut namanya. "Apapun alasanmu, jawabannya tetap sama. Kau sudah tidak menganggap Empat Pelindung yang sebelumnya. Lebih dari itu, artinya kau juga sudah tidak menghargai Tuan Dewa Iblis," Suasana di sana langsung tegang. Ketegangan saat ini lebih dari sebelumnya. Sean kebingungan. Dia tidak tahu harus menjawab apa."Katakan saja sejujurnya, Sean. Sekarang kau sudah tidak bisa berbohong lagi," Ketika semua orang sedang terdiam, tiba-tiba Valentino muncul dari luar. Dia tampak tersenyum sinis saat menatap ke arah Sean. "Valentino, kau ...," "Kenapa? Kau terkejut, bukan?" senyuman Valentino semakin melebar. Dia sudah lama menunggu saat-saat seperti ini. "Dugaanmu benar, orang yang telah menyebarkan semua inf
Sean sangat penasaran terkait kedatangan David dan Daniel. Dia yakin, alasan kenapa mereka kemari bukan karena ingin berkunjung saja. "Baiklah, sambut kedatangan mereka sebaik mungkin," ucap Sean memberi perintah kepada anggota yang melapor. "Baik, Ketua," Anggota itu kemudian segera pergi. Dia langsung membuat persiapan untuk menyambut kedatangan David dan Daniel. "Tuan, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Daniel sambil berbisik di sisi telinga David. "Kau diam saja. Biar aku yang mengurusnya," Daniel mengangguk. Dia tidak banyak bicara lagi. David kemudian mengajak Daniel dan Luna untuk masuk ke dalam markas. Begitu mereka tiba di depan pintu masuk, dua puluh orang segera menyambutnya. Mereka memberikan hormat dengan cara membungkukkan badan kepada David. "Salam kepada Tuan Dewa Iblis. Selamat datang kembali di markas Organisasi Naga Hitam," kata dua puluh orang itu secara bersamaan.David hanya tersenyum simpul. Ia kemudian memberi isyarat supaya mereka kembali
Daniel tidak berani berkata lebih lanjut. Saat ini dia sudah merasa sedikit tertekan oleh aura pembunuh yang dilepaskan oleh David. "Dari mana kau mendapat informasi ini?" tanya David setelah merasa sedikit tenang. "Valentino yang mengabarkan langsung kepadaku, Tuan," David mengangguk. Sepertinya setelah bertemu dengan dia sebelumnya, Valentino kembali berpihak kepada David. Sehingga dia menyampaikan informasi ini. "Lalu, bagaimana dengan anggota yang masih memihak kepada kita?" "Aku belum tahu pasti, Tuan. Tapi sepertinya mereka akan berada dalam ancaman kalau keadaan ini terus dibiarkan," David merenung beberapa saat. Kalau benar apa yang disampaikan oleh Daniel, maka situasi di Organisasi Naga Hitam sedang tidak baik-baik saja. Sebagian anggota itu sudah sangat banyak. Apalagi di markas pusat mereka setidaknya ada sepuluh ribu anggota. Belum lagi mereka yang berada di markas cabang lainnya. Kalau ditotal, seluruh anggota yang berada di satu provinsi saja mungkin mencapai ju
"Tentu saja tidak, Luna. Aku serius," kata David sambil menjawab dengan tersenyum. Dia kemudian duduk di sofa dan mulai membakar rokok. "Tapi ..., tapi kenapa mereka mau diperintah olehmu? Bukankah mereka adalah adalah orang-orang penting dengan jabatan tinggi, yang bahkan semua penduduk Kota Phoenix pun sangat menghormatinya?" Luna tidak habis pikir, mengapa orang-orang seperti Komisaris Jenderal Oscar dan Mayor Jenderal Freddy mau 'diperalat' oleh David? Wanita cantik itu tampak berdiri termenung untuk beberapa saat. Sepertinya Luna sedang memikirkan alasan dibalik hal tersebut. Ketika dia kebingungan, David terdengar bicara lagi. "Jangan lupakan siapa aku sebenarnya, Luna," ujarnya dengan santai. Kesadaran Luna seolah-olah baru kembali, setelah mendengar ucapan David, sekarang dia tidak terlalu penasaran.Tapi masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, apakah status Dewa Iblis begitu menakutkan sehingga orang seperti Komisaris Jenderal Oscar dan Mayor Jenderal Freddy pun m
Perlu diketahui, Mayor Jenderal Freedy adalah orang yang berasal dari dunia militer ketentaraan. Di Kota Phoenix, ia memimpin setidaknya seribu tentara yang bertugas untuk menjaga keamanan kota dari berbagai macam ancaman yang dapat membahayakan. Semua orang di Kota Phoenix sangat menghormatinya, sama seperti mereka menghormati Komisaris Jenderal Oscar. Bahkan mungkin lebih dari itu. Karena alasan itulah para pengunjung tadi merasa takut sekaligus hormat kepada dua sosok tersebut. Namun tanpa sepengetahuan banyak orang, di hadapan David Smith, yang terjadi justru adalah sebaliknya. Bukannya David yang menghormati mereka, melainkan mereka yang sangat menghormati David. "Tuan, ada keperluan apa sehingga kamu mengundang kami kemari?" tanya Mayjen Freedy sudah tidak bisa menahan rasa penasaran. Sejak kedatangannya hingga saat ini, Mayjen Freedy sangat jarang memberikan senyuman. Berbeda dengan Komisaris Jenderal Oscar yang lebih sering tersenyum simpul ketika berbicara.
"Tenang saja, Luna. Malam nanti aku akan bertemu dengan teman lama. Kamu tidak perlu khawatir," ujar David berusaha menenangkan Luna. Dia kemudian menyuruhnya untuk masuk lebih dulu ke mobil. Sedangkan David memanggil para security yang masih bersembunyi di sana. Mendengar David memanggilnya, mereka buru-buru menghampiri dengan rasa campur aduk. "Ada apa, Tuan?" tanya salah satu security dengan rasa takut dan penuh hormat. "Singkirkan mayat-mayat ini ke tempat aman. Bereskan semuanya secepat mungkin. Satu lagi, jangan sampai ada orang luar yang mengetahui tentang kejadian di sini. Kalau sampai ada yang tahu, aku rasa kalian sudah mengerti apa akibatnya," David bicara dengan nada datar. Ekspresi wajahnya tampak begitu dingin. Hal itu membuat semua security lebih ketakutan. "Baik, Tuan. Kami mengerti," jawab mereka secara bersamaan. "Bagus. Kerjakan sekarang juga!" Security itu mengangguk. Mereka langsung melaksanakan perintah yang telah diberikan oleh David. Setelah itu dia sen
"Apa?" Martin membelalakkan mata. Dia seakan tidak percaya dengan telinganya sendiri. "Bukankah sebelumnya kamu ingin bergabung dengan organisasi itu dan menjadi pengikut setia Dewa Iblis?" tanya David sambil mengerutkan kening. "Benar. Tapi, bagaimana mungkin aku bisa bergabung dengan organisasi itu?" "Kenapa tidak? Asal kamu bersedia, maka kamu bisa bergabung," "Maksudmu, kamu adalah ..." "Dewa Iblis. Dia adalah Dewa Iblis yang selama ini dibicarakan oleh banyak orang," ujar Daniel sepatah demi sepatah. "A-apa?" Martin kehabisan kata-kata. Dia tidak tahu harus bicara apalagi. Perasaan haru segera menyelimuti tubuhnya. "David, apakah ... apakah yang dikatakan oleh orang ini benar?" tanya Martin masih belum percaya. "Bukankah kamu sudah melihat buktinya sendiri?" Martin memukul kepala sendiri. Dia merasa sangat bodoh. Setelah sadar, dia langsung menjatuhkan dirinya untuk berlutut di hadapan David. "Bangunlah, Martin. Kamu tidak perlu melakukan hal ini,"
David hanya tersenyum sinis. Dia tidak mengindahkan sama sekali rintihan Hugo. Karena tidak kuat menahan siksaan yang entah kapan ujungnya itu, akhirnya Hugo pasrah. Dia menggigit lidahnya sekuat tenaga sampai lidah itu putus. Tidak lama kemudian, Hugo tewas dengan kondisi mengenaskan. Darah segar memenuhi seluruh mulutnya. Begitu kepala Hugo terkulai, darah segar tersebut langsung meleleh keluar. "Ayah!" Melvin berteriak sekeras mungkin saat mengetahui kalau nyawa ayahnya sudah melayang. Dia ngin meronta dan membunuh David. Sayangnya, Melvin tidak bisa melakukan apapun. "David, apa yang kamu inginkan sebenarnya?" tanya Melvin dengan rasa takut yang mendalam. "Aku hanya ingin kalian tahu bahwa di atas langit masih ada langit," jawab David dingin. "Lalu ..., lalu apa yang akan kamu lakukan kepadaku?" "Bukankah sebelumnya kamu ingin membunuhmu?" Melvin diam saja. Dia tidak berani memberikan jawaban. "Jawab!" bentak David. "Iya, iya. Aku memang ingin membunuhku. Sayangnya kes
Di Hotel Apartemen Awan Cerah. Bersamaan dengan semua kejadian, tidak lama setelah alat berat dan orang-orang itu datang, sebuah Supercar tiba-tiba muncul dan parkir di depan halaman. "Tuan Muda Arthur!" ucap Martin dan Jasmine secara bersamaan. Mereka memandangi mobil mewah tersebut dalam diam. Melvin dan Hugo Arthur keluar dari mobil secara bersamaan. Mereka berdiri tegak sambil memandangi Hotel Apartemen Awan Cerah dengan tatapan sinis. Melihat keduanya keluar, Jeff langsung berjalan menghampiri. Begitu isyarat diberikan, lima puluh alat berat itu segera dibunyikan kembali. Suara bergemuruh terdengar lagi. Tanah pun kembali bergetar. "Mana atasanmu itu?" tanya Hugo Arthur kepada Martin dan Jasmine. "Dia ..., dia sudah pulang, Tuan," jawab Jasmine gemetar karena ketakutan. "Suruh dia kembali ke sini!" "Su-sudah, Tuan. Nona sudah dalam perjalanan,""Baik, aku akan menunggunya. Aku ingin melihat reaksinya bagaimana," Suasana di sana langsung berubah menegangkan. Semua karya